LAPIS TIPIS
PREPARATIF
• Dengan cara ini, dibuat tebal lapisan adsorben kurang lebih 1-1,5 mm.
• Larutan adsorben yang digunakan harus lebih kental.
• Setelah adsorben dilapiskan pada permukaan plat penyangga,
dilakukan pengeringan pada suhu kamar untuk mencegah case
hardering (pengering yang tidak merata dan penebalan pada suatu
zone).
• Sampel yang akan di analisis dipekatkan terlebih dahulu sebelum di
KLT.
• Komponen yang diperoleh dari proses pengembangan, dikumpulkan
dengan cara pengerokan pada noda yang dikehendaki.
• Hasil pengerokan dilarutkan dengan pelarut yang sesuai dan
dilakukan analisis lanjut. (Rubiyanto, 2016)
KLT Kuantitatif
Umumnya KLT sangat sukar untuk keperluan analisis kuantitatif akan tetapi beberapa pendekatan dapat
dilakukan untuk memenuhi hal tersebut, di antaranya:
b. Analisis gravimetri
Cara ini dilakukan dengan langkah isolasi komponen seperti langkah preparatif, ekstrasi, pemekatan dan
ditimbang. Namun hasilnya bersifat kasar karena perolehan kembali dengan cara ini sangat rendah.
c. Analisis spektroskopi
Hampir sama dengan langkah preparatif. Senyawa yang telah di isolasi, dianalisis lanjut dengan metode
spektrometri atau spektrofotometri. (Rubiyanto, 2016)
KLT Kualitatif
Analisa kualitatif dengan KLT dapat dilakukan untuk uji identifikasi
senyawa baku. Parameter pada KLT yang digunakan untuk
identifikasi adalah nilai Rf.
KLT dengan argentasi
penotolkan sampel dengan ukuran bercak sekecil dan sesempit mungkin agar diperoleh
pemisahan yang optimal
mengembangkan sampel dalam suatu bejana kromatogram yang sebelumnya telah dijenuhi
dengan uap suatu fase gerak. Tepi bagian bawah lempeng lapis tipis yang telah ditotoli
sampel dicelupkan ke dalam fase gerak kurang lebih 0,5-1 cm.
3. Deteksi bercak
Beberapa senyawa organik bersinar atau berfluorosensi jika disinari dengan sinar ultraviolet
gelombang pendek (254 nm) atau gelombang panjang (365 nm). Jika dengan cara itu
senyawa tidak dapat dideteksi maka harus dicoba disemprot dengan pereaksi yang
membuat bercak tersebut tampak yaitu pertama tanpa pemanasan, kemudian bila
perlu dengan pemanasan
Deteksi bercak (noda)
• Reagen umum: u/semua • Reagen spesifik : hanya
senyawa organik mendeteksi senyawa atau gol
tertentu
Metode deteksi Warna bercak solut Penggunaan
Metode deteksi Warna bercak solute Penggunaan
Nihidrin Pink ke ungu Asam-asam amino
dan amina
Asam Biru gelap Beberapa senyawa
2,4-dinitrofenil Orange/merah Senyawa-senyawa
fosfomolibdat + organik hidrazon kerbonil
pemanasan
Bromokresol hijau/biru Kuning Asam-asam organik
2,7-fluoresein Kuning-kehijauan Senyawa organik
Asam sulfat Hitam kecoklatan Semua senyawa
pekat + organik Vanilin/ asam sulfat Merah/hijau/pink Alkohol, keton
pemanasan Rhodamin B Berfluoresensi merah Lemak
Uap iodium Coklat Beberapa senyawa Anisaldehid/antimon Berbagai macam Steroid
triklorida
Difenil amin/seng Berbagai macam Pestisida
Fase diam dan Fase gerak pada
KLT-P
1. Fase Diam Penyerap Mekanisme penggunaan
Silikia gel Adsorbsi Asam amino ,
hidrokarbon,
vitamin, alkaloid
Silika yang di Partisi termodifikasi Senyawa senyawa
modifikasi dengan non polar
hidrokarbon
Serbuk selulosa Partisi Asam amino,
nukelotida,
mitokondria
alumina adsorbsi Hidrokarbon, ion
logam, pewarna
2. Fase Gerak
Alumisa Adsorpsi Asam Butanol-etanol-air Ninhidrin -
amino
Vitamin Heksan-aseton Antimon Penjerap
klorida dalam dilengkapi
asam asetat dengan
pengikat dan
AgNO3
Gula-gula Propanol-air- α-naftol-asam -
kloroform (6: 2: 1) sulfat
Keiselgu Adsorpsi/ Disakarida Propanol –etil α-naftol-asam -
hr partisi asetat (65:35) sulfat
karotenoid Propanol – visual -
petroleum eter-
dietil eter
Selulosa Partisi Asam Butanol- Ninhidrin -
Contoh Jurnal
Judul : Analisis Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan Aktivitas
Antihiperurisemia Ekstrak Rebung Schizostachyum
brachycladum Kurz (Kurz) pada Mencit Putih Jantan
Tujuan: untuk melihat pengaruh ekstrak bambu terhadap kadar
asam
urat mencit putih jantan.
Cara Kerja
1. Menggunakan pemisahan dengan KLT dengan menggunakan
eluen dengan tingkat kepolaran berbeda-beda
2. Dilakukan pengamatan pada lampu UV 254 dan UV 365
3. Serta dilakukan penyemprotan plat KLT dengan beberapa
pereaksi
4. Komponen yang dievaluasi : uji alkaloid,fenol,terpenoid dan
flavonoid
5. Pereaksi yang digunakan: pereaksi dragendroff, FeCl3, dan
Vanilin, Asam Sulfat, secara berturut-turut.
Hasil :
1. Ekstrak dimaserasi dengan etanol selama 3 x 24 jam
2. Dipekatkan kembali dengan rotary evaporator
3. Setelah dilakukan penentuan penggolongan senyawa
didaptkan senyawa fenolik dan terpenoid
• Hasil eluasi dengan fase gerak diklorometan:metanol dengan
perbandingan 7:3.
Didapatkan dibawah sinar UV 254 nm memperlihatkan adanya dua
noda dengan nilai Rf sebesar 0,1 dan 0,46
Dan diamati di bawah sinar UV 365 nm dan juga memperlihatkan
dua
noda dengan Rf yang sama. Peredaman di bawah sinar UV 254
menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki minimal dua
ikatan rangkap terkonjugasi. Fluoresensi di bawah sinar UV
Fluoresensi di bawah sinar UV 365 nm menunjukkan bahwa senyawa
tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi yang lebih panjang
atau disebut dengan kromofor dan memiliki gugus auksokrom
pada strukturnya
• Reagen FeCl3 deteksi senyawa fenolik
Hasil (+) ditunjukkandengan perubahan warna bercak menjadi biru
atau hitam kuat setelah pemanasan
• Pereaksi vanilin asam sulfat mendeteksi senyawa terpenoid,
steroid dan komponen minyak atsiri
Hasil (+) ditunjukkan dengan perubahan warna bercak menjadi
ungu setelah pemanasan.
Setelah penyemprotan pereaksi vanilin asam sulfat -> pemanasan ->
warna merah muda sampai ungu kecoklatan
• Pereaksi warna lainnya seperti Dragendorff dan sitroborat
menunjukkan hasil (-)
DAFTAR PUSTAKA
Gandjar,Ibnu Gholib dan Rohman, Abdul. 2012. Analisis Obat secara Spektofotometri dan Kromatografi. Pustaka
Pelajar: Yogyakarta.
Kantasubrata, Julia. 1993. Warta Kimia Analitik Edisi Juli 1993. Situs Web Resmi Kimia Analitik : Pusat Penelitian Kimia LIPI
Roy J. Gritter, James M. Bobbit, Arthur E. S., 1991. Pengantar Kromatografi. Penerbit ITB. Bandung.
Rubiyanto, Dwiarso. 2016. Teknik Dasar Kromatografi Edisi 1. Cetakan ke 2. Yogyakarta: Deepublish