Anda di halaman 1dari 135

MATA KULIAH

BAHASA INDONESIA
JURUSAN AKUTANSI FEB
UNIVERSITAS PALANGKARAYA

Dosen Pengampu:
LINGGUA SANJAYA USOP
TUJUAN UMUM DAN KHUSUS
KULIAH BAHASA INDONESIA

TUJUAN UMUM
Agar para mahasiswa memiliki sikap bahasa yang positif
terhadap bahasa Indonesia

TUJUAN KHUSUS
Agar para mahasiswa terampil menggunakan Bahasa
Indonesia dengan baik dan benar secara lisan dan terutama
secara tertulis
PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA
DAN PETUNJUK PERKEMBANGAN
1. BAHASA INDONESIA BERASAL DARI BAHASA MELAYU
1. Lingua franca (komunikasi antarsuku)
2. Alat komunikasi perdagangang tempo dulu

2. KAPAN BAHASA MELAYU MULAI DIJADIKAN ALAT


KOMUNIKASI:
1. Prasasti Kedukan Bukit di Palembang tahun 683
2. Prasasti Talang Tuo di Palembang tahun 684
3. Prasasti Kota Kapur di Bangka Barat tahun 686
4. Prasasti Karang Brahi antara Jambi dan Sungai Musi
tahun 688
5. Prasasti Gandasuli di Jateng tahun 832
6. Prasasti Bogor tahun 942
FUNGSI BAHASA
 Bahasa adalah ucapan/tulisan verbal untuk
menyatakan dan mengungkapkan sebuah
ide/gagasan.

 Tiga Fungsi Bahasa:


1. Bahasa sebagai ekspresi diri
2. Bahasa sebagai alat berpikir
3. Bahasa sebagai alat komunikasi
4. Bahasa sebagai alat integrasi dan
adaptasi sosial
5. Bahasa sebagai alat kontrol sosial
Bahasa Sebagai Ekspresi Diri

 Bahasa berfungsi mengekspresikan suatu keadaan /


kondisi diri manusia secara langsung (lisan)
maupun tidak langsung (tulisan) berupa perasaan
dan aspirasi.

 Adanya bahasa verbal ini seseorang dapat


mengungkapkan apa yang ada di dalam benak atau
pikirannya.

 Contoh: percakapan, puisi, surat pembaca, surat


cinta, dan seterusnya.
Bahasa Sebagai Alat Berpikir
 Bahasa berguna untuk merumuskan sebuah pemikiran.
Bahasa terdiri dari satuan tata bahasa (gramatika) yang
mengorganisasikan kata-kata menjadi susunan yang
bermakna.

 Sumbangan bahasa bagi kehidupan jelas sangat besar.


Kelangsungan segala kegiatan manusia, salah satunya
disebabkan adanya bahasa. Tanpa bahasa verbal ini, kita
tidak bisa memiliki bayangan kehidupan seperti yang
kita alami sekarang ini.

 Bahasa membantu manusia dalam mengabstraksikan


segala sesuatu terkait kehidupannya dan mengambil
tindakan sesuai dengan tujuannya.

 Contoh: buku, artikel, iklan, dan sebagainya.


Bahasa Sebagai Alat Komunikasi
 Adanya tata bahasa (gramatika) dan kata-kata yang konstan maknanya
dalam bahasa, maka bahasa verbal adalah satu-satunya sarana untuk
berkomunikasi antarmanusia. Bahasa membantu manusia tidak saja
mengekspresikan/mengungkapkan ide dan alat berpikir, tetapi bahasa
membuat manusia dapat memahami satu sama lain.

 Hakikat komunikasi dalam bahasa ini adalah sebuah sarana atau alat agar
berbagai hal dapat disampaikan/dikomunikasikan kepada pihak lain. Adanya
komunikasi inilah yang mensyaratkan adanya interaksi/hubungan sosial di
masyarakat.
Contoh:
1. Percakapan sehari-hari secara langsung maupun tidak langsung, seperti
lewat SMS, chatting, FB, dst.
2. Berita di TV, radio, media cetak, media internet.
3. Perintah yang digunakan petugas parkir, dapat mengarahkan sebuah truk
besar.
Bahasa sebagai alat integrasi dan
adaptasi sosial
 bahasa yang digunakan sebagai sarana mampu
menyatakan hidup bersama dalam suatu ikatan
(masyarakat).
 bahasa itu merupakan suatu kekuatan yang
berkorelasi dengan kekuatan orang lain dalam
integritas sosial. Korelasi melalui bahasa itu
memanfaatkan aturan-aturan bahasa yang
disepakati sehingga manusia berhasil
membaurkan diri dan menyesuaikan diri sebagai
anggota suatu masyarakat.
Bahasa sebagai alat kontrol sosial

fungsi bahasa bermaksud


memengaruhi perilaku dan tindakan
orang dalam masyarakat, sehingga
seseorang itu terlibat dalam
komunikasi dan dapat saling
memahami. Perilaku dan tindakan itu
berkembang ke arah positif dalam
masyarakat.
Fungsi Bahasa
1. Fungsi lebih mengenal kemampuan diri sendiri.
2. Fungsi lebih memahami orang lain;
3. Fungsi belajar mengamati dunia, bidang ilmu di sekitar
dengan cermat.
4. Fungsi mengembangkan proses berpikir yang jelas, runtut,
teratur, terarah, dan logis;
5. Fungsi mengembangkan atau memengaruhi orang lain
dengan baik dan menarik (fatik). (Keraf, 1994: 3-10)
6. Fungsi mengembangkan kemungkinan kecerdasan ganda.
7. Fungsi membentuk karakter diri
8. Fungsi membangun dan mengembangkan profesi diri
9. Fungsi menciptakan berbagai kreativitas baru (Widiono,
2005: 11-18)
PERESMIAN NAMA BAHASA
INDONESIA

TANGGAL 28 Oktober 1928


(Sumpah Pemuda)
“Kami putra dan putri Indonesia
menjunjung bahasa persatuan, bahasa
Indonesia.”
ALASAN BAHASA MELAYU DIANGKAT
SEBAGAI BAHASA INDONESIA
1. Bahasa melayu merupakan lingua franca di
Indonesia, bahasa perhubungan dan bahasa
perdagangan.
2. Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah
dipelajari karena dalam bahasa ini tidak dikenal
tingkatan bahasa
3. Suku Jawa, suku Sunda dan suku-suku yang lain
dengan sukarela menerima bahasa Melayu
menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional.
4. Bahasa Melayu mempunyai kesanggupan untuk
dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti
luas.
Kedudukan dan Fungsi Bahasa
Indonesia
1. Bahasa Nasional
Tercantum pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928

Fungsi sebagai bahasa nasional:


a. Lambang kebanggaan bangsa
b. Lambang identitas nasional
c. Alat penghubung antarwarga
d. Alat penyatuan suku bangsa
lanjutan

2. Sebagai Bahasa Negara


Tercantum di dalam UUD 1945 Bab XV, pasal 36)

Fungsi sebagai bahasa negara:


a. Bahasa resmi kenegaraan
b. Bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan
c. Alat perhubungan perencanaan dan pelaksaan
pembangunan
d. Alat pengembangan kebudayaan ilmu pengetahuan
dan teknologi
lanjutan

3. bahasa persatuan yaitu: pemersatu


suku, agama, rasa dan antar
golongan (SARA) bagi suku bangsa
Indonesia dari Sabang sampai
Merauke. Fungsi pemersatu ini
(heterogenitas/kebhinekaan)
sudah dalam Sumpah Pemuda
28 Oktober 1928.
lanjutan
4. Fungsi bahasa baku (bahasa standar)
yaitu bahasa yang digunakan dalam
pertemuan sangat resmi.
1. Fungsi pemersatu sosial, budaya, dan bahasa,
2. Fungsi penanda kepribadian bersuara dan
berkomunikasi,
3. Fungsi penambah kewibawaan sebagai pejabat
dan intelektual, dan
4. Fungsi penanda acuan ilmiah dan penuisan
tulisan ilmiah.
RAGAM BAHASA INDONESIA
1. TULIS
* Terikat struktur dan ejaan
* Ragam tulis lebih pada pengembangan
akademik dan ilmiah

2. LISAN (Retorika)
* Menghendaki orang lain sebagai lawan bicara
* Membutuhkan mimik, gerak, pandangan,
dan intonasi

3. BAKU
* Ditulis untuk kepentingan komunikasi tulis.
* Diakui sebagai bahasa resmi (KBBI)
CABANG ILMU BAHASA
FONOLOGI
Berkaitan dengan bunyi bahasa

MORFOLOGI
Berkaitan dengan pembentukan kata

SINTAKSIS
Berkaitan dengan penyusunan kalimat

SEMANTIK
Berkaitan dengan pemahaman dan pengembangan makna
TANDA BACA
A. Tanda Titik (.)
1. mengakhiri kalimat
2. dipakai di belakang angka/ huruf dalam satu bagian,
contoh: (A.), (1.)
3. memisahkan angka jam, menit, dan detik
contoh: 13.15.25
4. menulis daftar pustaka
contoh: Hirata, Andrea. 2006. Laskar Pelangi. Yogyakarta:
Bentang.
5. menulis bilangan ribuan dan kelipatannya
contoh: 3.000.000,00
6. menulis gelar akademik/nonakademik
contoh: (S.E.), (S.H.), (S.Pd.), (Dr.), (Prof.), (Hj.)
7. menulis singkatan
contoh: (No.), (Yth.), (Jend.), (s.d.)
B.Tanda Koma (,)
1. menulis rincian atau pembilangan
Cth: - Kami membutuhkan air, makanan, pakaian, dan tempat
singgah.
- Merah, biru, kuning, ataupun putih merupakan warna dasar.

2. dipakai di belakang kata penghubung antarkalimat


cth: (Jadi, …), (Oleh karena itu,…), (Dengan demikian,…)

3. memisahkan petikan kalimat langsung


cth: Mereka berkata, “ Kami membutuhkan bantuan media.”

4. memisahkan nama, alamat, dan tempat tinggal


cth: Jaka Permana, Jalan Merdeka, Jakarta

5. memisahkan kata ekspresi atau emosi


cth: (Amboi,…), (Wah, …), (Astaga, …)
C. Tanda Koma (,)
6. memisahkan nama dan gelar
cth: (Faizal Akbar, S.H.), (Erni Fitria, S.E.), (Permana, S.Si.)

7. menulisakan angka/ bilangan pecahan persepuluhan


cth: (13,5), (10,5)
8. menulis keterangan tambahan
cth: Di sekolah kami, misalnya, masih banyak siswa yang sakit.

9. memisahkan anak kalimat dan induk kalimat jika anak kalimat


berada di depan
cth: Ketika hujan deras, semua buruh berteduh di tepi
bangunan.

10. memisahkan antara bagian-bagian nama dalam daftar pustaka


dan catatan kaki
cth: (Ismail, Taufik. …), (Yogyakarta: Bentang. 2006), halm. 3
D. Tanda titik dua (:)
1. memisahkan kata umum dan khusus
cth: Kami membawa alat tulis: pensil, penggaris, dan pena.

2. menulis data
cth: hari, tanggal: Senin, 21 Maret 2011
tempat : Lab. Bahasa

3. menulis naskah dialog/ drama


cth: Surya : “Wah, indah sekali pantai ini!”
Reza : “Di sini juga tempat penjualan ikan.”

4. memisahkan surat dan ayat, tahun dan hal. (dalam kutipan)


cth: Yusuf: 15, (2006: 12), (Nurdiansyah,2011: 35)
E. Tanda titik koma (;)

1. memisahkan bagian kalimat yang sejenis dan setara


cth: Hari sudah hampir pagi; tugas ini belum selesai.

2. mengganti kata penghubung antarkalimat majemuk


setara
cth: Mereka mengerjakan tugas di kelas; kami mencari
bahan materi di perpustakaan.
F. Tanda hubung (-)

1. menyambung kata dasar yang terpisah karena pergantian garis


cth: Tima SAR sedang mencari kor-
ban bencana tsunami.
2. memisahkan imbuhan dan kota
cth: se-Jawa, se-Bali, se-Indonesia
3. memisahkan (singkatan, kata asing dan imbuhan)
cth: KTP-nya, di-smash
4. memisahkan imbuhan dan angka
Cth: ke-17, 90-an
5. memperjelas pemenggalan bagian-bagian kata
Cth: dua puluh lima-ribuan (20 5000)
anak-istri saya (anak dan istri saya)
6. menulis kata ulang
Cth: makan-makan, jalan-jalan
G. Tanda pisah (–)

1. menyatakan sampai
cth: Jogja–Solo, 2010–2011

2. membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi


penjelasan di luar kalimat
cth: Kesuksesan itu –mereka yakin– akan dapat diraih.
H. Tanda Kurung ((…))

1. mengapit tanda keterangan atau penjelasan singkatan


cth: DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta)

2. membuat perincian
cth: Faktor pendidikan menyangkut masalah (a) sarana,
(b) pendidik, dan (c) peserta didik
3. mengapit keterangan atau penjelasan
cth: Keterangan itu (lihat Tabel 13) menunjukkan
faktor prestasi anak di pengaruhi oleh motivasi
I. Tanda Petik (“…”)
1. mengapit petikan langsung
cth: “Kami sudah menunggu,” kata Rini, “Ya, tunggu
sebentar!”

2. mengapit judul
cth: Kami sudah menonton “Sang Pemimpi”.
Kalian sudah membaca buku
“Pedoman Umum EYD”?

3. mengapit istilah atau kata yang mempunyai arti khusus


cth: Ia sedang “sakau” hingga pingsan.

4. mengapit julukan
cth: Ia disebut sebagai pendekar “Si Pitung” dari Betawi.
J. Tanda Garis Miring (/)

1. menulis nomor surat pada surat resmi


cth: No. :3/UR/007/03/2011

2. mengganti kata dan, atau, atau tiap


cth: mahasiswa/mahasiswi, Bapak/Ibu
Rp 500,00/lembar
PERTEMUAN KE-3:
HURUF, HURUF KAPITAL, DAN HURUF MIRING

A. Huruf
1. Huruf Vokal : a, i, u, e, o
2. Huruf Konsonan: b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, z
3. Huruf Diftong:
a. ai, au, oi (diftong huruf vokal)
di awal : aula, ain
di tengah : syaitan, saudara, boikot
di akhir : pandai, harimau, amboi
b. kh, ng, ny, sy (diftong huruf konsonan)
di awal : khusus, ngilu, nyata, syarat
di tengah : akhir, bangun, hanyut, isyarat
di akhir : tarikh, senang
B. Pemenggalan Kata
1. Pemenggalan pada kata dasar
a. jika ada vokal berurutan
cth: au-la, sau-dara,
b. jika ada huruf vokal dan konsonan di tengah
cth: ba-pak, de-ngan, mu-ta-khir

c. jika ada dua huruf konsonan yang beruntun


cth: man-di, som-bong, bang-sa
d. jika ada tiga atau lebih konsonan
cth: in-stru-men, in-fra, bang-krut, ikh-las
Lanjutan …

2. Pemenggalan kata berimbuhan


cth: minum-an, mem-bawa, ambil-lah
catatan:
1. imbuhan –i tidak dipenggal (mak-nai)
2. pemenggalan imbuhan sisipan dipisah (te-lun-juk, ge-
ri-gi, ge-me-tar)

3. Jika satu kata terdiri dari satu unsur atau lebih (foto-
grafi: fo-to-gra-fi, introspeksi: in-tro-spek-si)
C. Huruf Kapital atau Huruf Besar
1. dipakai pada huruf pertama awal kalimat
cth: Kami tertidur.

2. dipakai pada huruf pertama petikan langsung


cth: Ibu bertanya, “Kapan kamu pulang?”

3. penulisan nama Tuhan, nabi, agama dan kitab suci


cth: Allah, Isa, Budha, Al-Quran

4. menulis gelar kehormatan


cth: Sri Sultan Hamengku Buwono, Haji Ahmad Yusuf

5. menulis nama jabatan (jika diikuti nama orang dan


tempat menjabat)
Cth: Presiden Indonesia, Gubernur Sulawesi Selatan
lanjutan

6. menulis nama orang


cth: Usman Hanafi

7. menulis nama suku, negara, dan bahasa


cth: suku Dayak, negara Indonesia, bahasa Mandarin

8. menulis nama hari, bulan, tahun


cth: Senin, Maret, Masehi

9. menulis nama letak geografi (jika diikuti nama tempatnya)


cth: Danau Toba, Selat Sunda, Jalan Proklamasi

10. menulis nama negara, unsur pemerintahan, dan dokumen


Cth: Majelis Permusyawaratan Rakyat, Keputusan Presiden
lanjutan

11. menulis nama instansi/ surat kabar


cth: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Kedaulatan Rakyat

12. menulis judul (buku, film, lagu, dll)


cth: Bom buku “Yahudi Militan”

13. menulis nama gelar akademik


cth: Prof., Dr., S.H.

14. menulis kata sapaan (hubungan akrab)


cth: Bapak, Ibu, Saudara, Anda, Paman, Nenek

15. menulis singkatan


cth: KPK, BNN
Singkatan dan Akronim
1. Singkatan (gelar, instansi, umum, lambang)
cth: (S.H.), (PT), ((s.d.), (d.a.), (dsb.), (Yth.), (dst.)), (H2O)

2. Akronim: gabungan deret huruf awal yang dapat dibaca seperti


kata
a. akronim nama diri
cth: ABRI (Akademi Bersenjata Republik Indonesia)
SIM (Surat Izin Mengemudi)
b. akronim nama diri berupa gabungan suku kata
cth: Bapenas (Badan Perencana Pembangunan Nasional)
Iwapi (Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia)
c. akronim nama diri berupa gabungan huruf
cth: pemilu (pemilihan umum), rudal (peluru kendali)
tilang (bukti pelanggaran)
D. HURUF MIRING
1. menulis nama buku, majalah, dan surat kabar yang
dikutip
cth: buku Cermat Berbahasa Indonesia
majalah Tempo
harian Kompas

2. menegaskan atau mengkhususkan huruf


cth: Kami akan menipu, tetapi tertipu.

3. menuliskan nama ilmiah


cth: oryza sativa (nama latin padi), aurellia (nama latin
cacing)
Imbuhan
1. Imbuhan Asli: awalan (prefiks), sisipan
(infiks), akhiran (sufik), awal+akhiran
(konfiks)
2. Imbuhan Asing: is, isme, isasi, man, wan,
wati, i, wi, ah, pra, a
3. Imbuhan Daerah: tuna, pasca, nara, swa,
catur, sapta, panca, dasa, maha, para, a
4. Klitik (possesive/milik): ku, mu, nya, kau
Imbuhan Asli
1. Awalan (prefik): meN, ber, di, ter, peN,
pe, se, per, ke
2. Sisipan (infiks): el, em, er
3. Akhiran (sufiks): kan, an, i, nya, wan, wati,
wi
4. Awalan+akhiran (konfiks/simulfiks): ke-
an, me-kan, di-kan, pe-an, me-i,
Pengembangan imbuhan
Imbuhan meN:
men: menulis, menunjuk, menanyakan
mem: membawa, membuka, memberi
meng: mengambil, menghukum, mengukur
meny: menyapu, menyangka, menyuplai
menge: mengecat, mengebom, mengebor

Imbuhan peN:
pen: penulis, penolong
pem: pembajak, pemukul, pembasmi
peng: penghasil, pengawal, penghalus
peny: penyapu, penyabar, penyesalan
penge: pengebor, pengecat, pengebom
Pengembangan Imbuhan
Gabungan imbuhan di-i
di + tempat (dipisah)  di + ungkapan/idiom (digabung)
di meja  dimejahijaukan
di rumah  dirumahkan
di Indonesia  diindonesiakan
di dalam  didalami
di belakang  dibelakangi

di + tempat (dipisah)  di + kerja (digabung)


di jalan  dijalankan
di kantor  diambil
di sungai  dibuang
Makna Imbuhan meN-
1. Suatu perbuatan aktif: mencetak, menulis, memukul,
membaca, merundingkan
2. Menjadi seperti: melebar, meluas, mengecil, menyempit,
membatu, menguning,
3. Menuju ke : menepi, melaut, mendarat
4. Berlaku seperti: mengabdi, membujang
5. Berfungsi sebagai/ menyerupai: menyupir, membukit,
menyemut
6. Menyatakan keadaan: mengantuk, menyendiri
7. Membuat gulai : menggulai
8. Mengeluarkan bunyi: mengeong, meraung
9. Mencari/mengumpulkan: mendamar, merumput, merotan
10. Makan/ minum: menyatai, mengopi,
Proses Peluluhan
Pada awalan meN dan peN dapat mengalami proses peluluhan
jika kedua imbuhan tersebut bertemu dengan kata yang
berawalan huruf (K, T, S, P) cth: pukul, kurang, satu, tunjuk
Jadi: me+ tunjuk= menunjuk, me+kurang= mengurang
me+ pukul= memukul, me+satu = menyatu

Kecuali: imbuhan tersebut tidak meluluhkan kata yang diawali


dengan huruf (K, T, S, P) jika terdapat klaster, tetapi tetap.
Klaster: kata yang diawalai dengan dua konsonan
cth: praktik, traktir, sponsor, kritik
Jadi: me+protes= memprotes, me+traktir= mentraktir
me+kritik = mengkritik, me+sponsor+i= mensponsori
Imbuhan Asing
1. is: nasionalis, patriotis, matrialis, sosialis,
2. isme: nasionalisme, patriotisme, organisme,
3. isasi: nasionalisasi, organisasi, sosialisasi, imunisasi
4. i: alami, abadi, akui, lukai
5. wi: duniawi, maknawi, surgawi, kimiawi
6. ah: alamiah,
7. man: seniman, budiman
8. wan: karyawan, wisudawan, jutawan, dermawan,
9. wati: karyawati, wisudawati, santriwati,
10. pra: pramusim, prasejarah, pranikah,
lanjutan

11. non: nonakademik, multi:multifungsi


12. ekstra: ekstrakurikuler intra: intrasekolah
13. infra: inframerah semi: semifinal
14. bi: bilateral ultra: ultrasonik
15. a: asusila

Bahasa Arab
1. at: muslimat 4. in: muslimin
2. if: sportif 5. al: musikal
3. ik: heroik
Imbuhan Daerah
1. tuna: tunawisma, tunawicara, tunakarya
2. pasca: pascapanen, pascabencana,
pascabanjir
3. nara: narasumber, narapidana
4. swa: swamitra, swalayan, swadaya
5. sapta: saptamarga
6. catur: caturwulan,
7. dasa: dasawarsa,
Kata dan Kalimat
Kata sebagai unsur pembentuk kata memiliki berbagai jenis
fungsi dan makna untuk membentuk kalimat.

Jenis kata:
1. Kata benda
2. Kata sifat
3. Kata kerja
4. Kata nominal
5. Kata keterangan
6. Kata ulang
7. Kata depan
8. Kata majemuk
Gabungan Kata: Frasa
Frasa: gabungan kata yang menduduki satu fungsi atau unsur dalam
kalimat
Jenis Frasa:
1. Frasa Eksosentrik: frasa yang terdiri dari gabungan kata dasar
dan kata depan (preposisi)
cth: di kebun, ke pasar, dari kampus, pada malam
2. Frasa Endosenstrik: frasa yang terdiri dari unsur yang tidak
dapat disubtitusikan oleh unsur lain

- frasa koordinatif: frasa yang unsurnya tidak dapat diganti oleh


unsur lain dan hanya dapat disisipi oleh unsur (dan) atau (atau)
- frasa atributif: frasa yang terdiri dari unsur inti dan tambahan
(atribut)
- frasa apositif: frasa yang berupa istilah dan tidak bisa
digantikan dengan unsur lain
Jenis Frasa
1. Frasa Verba: sedang berbicara,
2. Frasa Nomina: sepeda baru, rumah
makan
3. Frasa Adjektifa: sangat cantik, paling
tampan
4. Frasa Adverbia: tadi malam, kemarin sore
5. Frasa Preposisional: dari kantor, di
rumah, ke kebun
Gabungan Kata (bukan Frasa)
1. Gabungan kata (kata majemuk)
cth: duta besar, kambing hitam, kereta api, kelinci
percobaan, orang tua, tangan kanan, memeras keringat,
banting tulang

2. Gabungan kata dirangkai


cth: acapkali, adakalanya, barangkali, bilamana, beasiswa,
belasungkawa, bumiputra, daripada, darmabakti,
kacamata, olahraga, radioaktif, saputangan, saripati,
segitiga, sekalipun, sukacita, sukarela, peribahasa,
Kata Baku
Apotek Hakikat Pikir
Atlet Formal Napas
Analisis Provinsi Risiko
Aktif Ijazah Sangsi
Aktivitas Zaman Sanksi
Kreatif Sistem Pingsan
Kreativitas Nasihat Konkret
Sportif Teknik Jumat
Sportivitas Terampil Quran
Jadwal Ekstrem Doa
Kualitas Praktik Saksama
Kuantitas Izin Hikmat
Produktif November Mantap
Produktivitas Teoretis Sabtu
Negeri
Klausa
Klausa ada struktur atau gabungan kata
yang memiliki struktur unsur kalimat tetapi
belum menjadi kalimat.
Cth: kami sedang mengamen
mereka membutuhkan makanan

Jenis Klausa:
1. Klausa atasan/inti: induk kalimat
2. Klausa bawahan/: anak kalimat
Kalimat
1. Kalimat Tunggal
Kalimat yang memiliki satu inti kalimat
(klausa)
contoh:
Kami selalu menunggu hujan emas setiap
hari.
Kami berlibur ke Paris.
lanjutan

2. Kalimat Majemuk
kalimat yang memiliki unsur klausa atau
inti kalimat lebih dari satu.
Cth: Ia tidak sekolah karena ia sakit
Kami tetap berangkat walaupun hari ini hujan
lebat.
Mereka tetap akan mendaki gunung meskipun di
antara mereka ada yang tidak dapat ikut.
lanjutan

1. Kalimat Majemuk Setara


Konjungsi: dan, atau, kemudian, lalu,
Pemuda itu membawa patung
dan benda kerajinan di dalam
mobilnya.
lanjutan

2. Kalimat Majemuk bertingkat:


Pemuda yang duduk di dekat pohon itu
akan menyeberang dan membeli makanan
ringan

Petani itu membajak sawah


dengan alat tradisional yang
dibantu oleh kerbau.
lanjutan

3. Kalimat majemuk campuran:


Mereka membawa surat dan mereka membawa
hadiah ketika kami sedang rapat membahas lomba
futsal di kampus.
Para karyawan mengajukan gugatan kenaikan gaji
dan perpanjangan kontrak ketika perusahaan
sedang mengalami kenaikan pendapatan bulan ini.
lanjutan

Konjungsi Korelasi
Bukan … melainkan.
Contoh:
Bukan hanya mahasiswa yang
menginginkan presiden mundur melainkan
masyarakat DIY juga menginginkan hal
yang sama.
lanjutan

Tidak (hanya)… tetapi.


Tidak hanya di Surabaya dan Jakarta tetapi
di DIY juga sedang terserang wabah ulat
bulu.

Baik … maupun
Baik siswa maupun guru semua harap
menuju ke aula untuk menyaksikan
pementasan drama dari siswa kelas IX.
lanjutan

Antara … dengan/dan
Antara persepakbolaan Indonesia dengan
Amerika latin memiliki tipe dan gaya
permainan yang sama karena sebagian
pemain asing di Indonesia berasal dari
Amerika latin.
lanjutan

Kalimat Aktif dan Pasif


Kalimat Aktif: melakukan aktivitas
Contoh Kalimat aktif:
1. Para mahasiswa sedang
mengumpulkan koin untuk
presiden.
2. Mereka bermain layang-layang
di lapangan.
lanjutan

Kalimat pasif: dikenai aktivitas


Boneka itu dibuat oleh perajin di
desa wisata. (Perajin itu membuat
boneka di desa wisata = aktif.)
Mobil itu diparkir di halaman
kantor.
Anak itu terjatuh dari sepeda.
Saya tertidur.
Kalimat Efektif
Kalimat Efektif: Kalimat yang tidak
berlebihan
1. Para mahasiswa berkumpul di aula
Para mahasiswa berkumpul bersama di aula.
2. Mereka membicarakan (tentang=tidak perlu)
permasalahan keuangan organisasi.
3. Kami berbicara tentang tujuan dan visi
organisasi.
4. Wanita itu sangat cantik.
5. (Di mana= tidak penting) mereka cenderung
menyanyikan lagu tersebut.
Paragraf
Paragraf adalah seperangkat kalimat yang
membicarakan/menjelaskan gagasan atau
topik tertentu.
Syarat-syarat paragraf
1. Kesatuan Paragraf (kohesi)
Dalam satu paragraf hanya terdiri dari satu pokok pikiran.
Kalimat-kalimat harus disusun secara cermat agar tidak
menyimpang dari topik.
2. Kepaduan Paragraf (koheren)
Kalimat yang ditulis logis dan ada hubungan antarkalimat
3. Ada gagasan utama/ ide pokok: inti tulisan (didapatkan
dari kalimat utama)
4. Kesimpulan : saran atau solusi kritis
Kata Penghubung Antaparagraf
 Hubungan transisi
 Hubungan kata ganti
 Pengulangan kata kunci

1. Hubungan Transisi
- hubungan tambahan: selanjutnya, lebih lagi, di
samping itu, lalu, berikutnya, demikian pula, begitu
juga, lagi pula
- hubungan pertentangan: akan tetapi, namun,
bagaimanapun, walaupun demikian, sebaliknya,
meskipun begitu, lain halnya.
lanjutan
- Hubungan perbandingan: sama dengan itu,
dalam hal yang demikian, sehubungan dengan hal
itu
- Hubungan akibat: oleh sebab itu, jadi,
akibatnya, oleh karena itu, maka, oleh sebab itu
- Hubungan tujuan: untuk itu, untuk maksud itu
- Hubungan singkatan: singkatnya, pendeknya,
akhirnya, pada umumnya, dengan kata lain,
sebagai simpulan
- Hubungan waktu: sementara itu, segera
setelah itu, beberapa saat kemudian,
- Hubungan tempat: berdekatan dengan itu
lanjutan

 Hubungan kata ganti orang: dengan


menyebutkan nama dan kata ganti sebagai
penghubung antarkalimat dalam sebuah
paragrag. Cth: ia, dia, mereka, dan nama

 Hubungan kata kunci: dengan


memberikan kata kunci yang diulang-ulang
dalam sebuah paragraf
Jenis Paragraf
Berdasar Letak Kalimat Utamanya
1. Deduktif: depan/ awal
2. Induktif : belakang/ akhir
3. Ineratif : tengah
4. Variatif : awal dan akhir
5. Deskriptif : tanpa kalimat utama
Jenis Paragraf Berdasar Isinya

1. Argumentatif : berisi opini/ pendapat


2. Persuasif : berisi ajakan/ bujukan
3. Eksposisi : berisi paparan/ penjelasan
yang bersifat teknis/ proses
4. Deskriptif: berisi gambaran tentang
suatu tempat/ benda/ suasana
5. Naratif : berisi cerita dengan
kelengkapan peristiwa, tokoh, setting, dan
alur
Pengembangan Paragraf
1. Generalisasi: pola pengembangan khusus-
umum dengan penyimpulan di akhir paragraf
2. Analogi : pola pengembangan dengan
persamaan dua hal yang memiliki kesamaan
sifat
3. Klasifikasi ; pola pengembangan dengan
pengelompokan
4. Definisi : pola pengembangan dengan
penjelasan instilah/ unsur
5. Sebab-Akibat: pola klausul (sebab-akibat/
akibat-sebab)
Karya Tulis Ilmiah
Karya tulis atau karangan ilmiah adalah
karangan yang menyajikan gagasan atau argumen
keilmuwan berdasarkan fakta.
• Gagasan keilmuwan itu harus dapat dipercaya dan
diterima kebenarannya, sehingga perlu penyajian secara
benar.
• Gagasan dalam karya tulis seharusnya disajikan dengan
tidak mambuat pihak lain atau pembaca ragu untuk
menerimanya.
• Penyajian karya tulis ilmiah harus dilakukan secara logis.
• Karya tulis yang ilmiah berarti karangan yang menyajikan
argumen dengan menggunakan logika berpikir secara
benar.
Mengenal karya tulis ilmiah
Kekhususan karya tulis ilmiah
a. Mengupas dan mempermasalahkan
pengetahuan.
b. Membuktikan kebenaran ilmiah dan
disajikan dengan metode ilmiah.
c. Menerapkan kebenaran ilmiah dan
disajikan dengan metode ilmiah.
Pengguna Karya Tulis Ilmiah
 Para ilmuwan dan peneliti
 Praktisi dan profesional akademik
(pendidik)
 Pelajar dan Mahasiswa

Semua pihak yang terlibat dan


mengembangkan karya tulis ilmiah
seharusnya memiliki kemampuan
menyusun karya tulis ilmiah
Karya tulis ilmiah dan nonilmiah

Karya Tulis Ilmiah Karya Tulis Nonilmiah


Fakta umum Fakta pribadi
Metodologi penulis ilmiah Model penulisan beragam
(prosedural)
Kebenaran dapat Bersifat subjektif
dibuktikan (objektif)
Jenis Karya Tulis

Karya Tulis Ilmiah Karya Tulis Nonilmiah


Makalah Artikel/ opini (nonfiksi)
Laporan penelitian Berita/ features (nonfiksi)
Skripsi Cerpen (fiksi)
Diktat Novel (fiksi)
Buku teks Puisi (fiksi)
Karakteristik Karya Tulis Ilmiah
 Menyajikan fakta
 Menyajikan pengertian/ definisi tentang
permasalahan
 Menguraikan permasalahan
 Menerapkan teori
 Membahas, memecahkan, dan
menyimpulkan masalah
KARANGAN ILMIAH
 Karangan ilmu pengetahuan yang
menyajikan fakta dan ditulis dengan
metodologi penulisan yang baik dan benar.
 Harus ditulis dengan jujur, akurat
berdasarkan kebenaran yang objektif
berdasarkan data dan fakta di lapangan,
bukan kebenaran normatif
Laporan.
 Laporan merupakan sebuah tulisan
yang dibuat setelah seseorang melakukan
pengamatan, kunjungan, wawancara,
pembacaan buku/literatur, percobaan, dan
lain-lain. Laporan dapat berisi informasi
yang beraneka ragam, misalnya kemajuan
suatu peristiwa, penyelesaian tugas, hasil
wawancara, hasil pengkajian masalah, atau
pengungkapan hasil penelitian. Sebagai
karya ilmiah, laporan harus ditulis atas
dasar aturan yang berlaku dalam
Makalah
 Pada umumnya makalah disebut pula paper. Menurut
Parera (1983:25), makalah adalah karya tulis yang
memerlukan studi, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Makalah dapat disajikan dalam pertemuan
ilmiah, seperti seminar, lokakarya, simposium, diskusi
ilmiah, dan sebagainya.
 Apabila suatu makalah akan dimuat dalam majalah ilmiah,
seperti jurnal, sebagai sebuah artikel, penulis perlu
memodifikasi baik isi maupun bentuk penulisannya
sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada majalah yang
akan memuatnya. makalah yang dibuat oleh mahasiswa
sering disebut term paper atau paper.
 Makalah yang dibuat mahasiswa ini merupakan jenis
tugas tertulis pada suatu mata kuliah tertentu. Hal ini
dapat berupa kajian suatu buku, kajian suatu masalah,
atau analisis fakta hasil observasi.
Kertas kerja
 Seperti makalah tetapi analisisnya lebih
serius.
 Biasanya makalah yang dibuat oleh
seseorang atau pejabat dan dibawakan
dalam suatu pertemuan atau rapat sering
disebut kertas kerja.
 Ditulis untuk disajikan dalam seminar atau
lokakarya.
Skripsi
 Karya tulis ilmiah yang mengemukakan
pendapat penulis berdasarkan pendapat
orang lain.
 Pendapat didukung data dan fakta
empiris-objektif, baik lewat penelitian
langsung atau tak langsung.
 Ditulis untuk melengkapi syarat guna
memperoleh gelar sarjana yang
penyusunannya dibimbing oleh seorang
dosen atau tim yang ditunjuk oleh
lembaga perguruan tinggi
Tesis
 Lebih mendalam daripada skripsi
 Mengungkapkan pengetahuan baru
yang diperoleh dari penelitian
sendiri.
 Memperbincangkan pengujian
terhadap satu hipotesis atau lebih
dan ditulis oleh mahasiswa pasca
sarjana
Disertasi
 Mengemukakan suatu dalil yang dapat
dibuktikan oleh penulis berdasarkan data
dan fakta yang sahih dan analisis yang
terinci
 Dipertahankan dihadapan senat guru
besar/ penguji dari perguruan tinggi
 Berisi temuan penulis sendiri yang berupa
temuan orisinil.
Karya ilmiah
 Mengetengahkan masalah dalam bidang/ cabang
ilmu tertentu
 Mengetengahkan persoalan secara utuh, meliputi
bagian pendahuluan, isi dan bagian penutup
 Objektif, tidak memihak kepada seorang atau
kelompok tertentu
 Pembahasan secara rasional tidak emosional
 Didukung data dan fakta
 Alur sistemik dan runtut
Manfaat tulisan ilmiah
 Penulis terlatih mengembangkan ketrampilan membaca
yang efektif.
 Terlatih menggabungkan hasil bacaan dari berbagai buku
sumber, mengambil sarinya, mengembangkannya ke
tingkat pemikiran yang lebih matang.
 Akan berkenalan dengan kegiatan perpustakaan.
 Dapat meningkatkan ketrampilan mengorganisir dan
menyajikan fakta secara jelas dan sistematis.
 Memperoleh kepuasan intelektual
 Turut memperluas cakrawala ilmu pengetahuan
masyarakat.
Tujuh macam sikap ilmiah
 Ingin tahu dengan selalu bertanya tentang bergabagai hal. Mengapa
demikian? Apa saja unsur-unsurnya?
 Kritis direalisasikan dengan mencari informasi sebanyak-banyaknya,
baik dengan jalan bertanya kepada siapa saja yang diperkirakan
mengetahui masalah maupun dengan membaca sebelum menentukan
pendapat utnuk ditulis
 Terbuka, selalu mendengarkan keterangan dan argumentasi orang lain.
 Objektif, menyatakan apa adanya tanpa perasaan pribadi.
 Rela menghargai karya orang lain - mengutip, menyatakan terima
kasih dan menganggapnya sebagai karya orisinil milik pengarangnya.
 Berani mempertahankan kebenaran - membela fakta atas hasil
penelitiannya.
 Menjangkau ke depan - “futuristik” berpandangan jauh, mampu
membuat hipotesis dan membuktikannya, bahkan mampu menyusun
teori baru.
LANGKAH PENULISAN KARYA ILMIAH
Pilih
PILIH TOPIK
Pokok bhsn tertentu & tent ruang lingkup

tetapkan
TENTUKAN JUDUL
Judul menarik dan terbatas

Sesuaikan
OUTLINE
Bentuk & jenis krgn dgn metode penulisan

laksanakan
KUMPUL DATA Studi pustaka, wawancara, observasi

Klasifikasikan
ORGANISASIR Data lalu susun jadi wacana

Suntinglah
EDITING Kaidah bhs, ejaan, diksi, alinea

PENULISAN AKHIR
PEMILIHAN TOPIK/ MASALAH

Topik adalah pokok permasalahan, apa yang akan ditulis


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan topik
1. Berada di sekitar kita (pengalaman/ pengetahuan)
2. Menarik perhatian kita
3. Terpusat pada lingkup yang sempit
4. Punya data dan fakta yang objektif, jangan subjektif
5. Diketahui prinsip-prinsip ilmiahnya, walau serba sedikit,
jangan terlalu baru, teknis dan kontroversial
6. Punya sumber acuan, sumber pustaka.
Pembatasan topik
 Supaya lebih terfokus, sehingga ketika
menulis penuh keyakinan dan
kepercayaan karena topik sudah
dikuasai benar.
 Penelitian menjadi lebih intensif,
penulis lebih mudah memilih hal yang
mudah untuk dikembangkan.
Penentuan Judul
Melontarkan pertanyaan
- Masalah apa?
- Mengapa?
- Bagaimana?
- Di mana?
- Kapan?
- Siapa?
- Dsb, tergantung kondisi
Masalah apa?
 Industri metanol
 Kekuatan tarik rendah
 Korosi permukaan
 Harga BBM
 Nilai kalor bakar
 Bom
Mengapa?
 Mengembang------ Pengembangan
 Melayani- ---------- Pelayanan
 Bermanfaat--------- Manfaat
 Meningkat --------- Meningkatnya
 Meningkat --------- Upaya Meningkatkan
 Meledak ----------- Ledakan

Judul harus dalam bentuk Frasa


Judul harus dalam bentuk frasa, dapat pula
berupa kata kerja asal bukan merupakan
kalimat

 Pengembangan Industri Metanol atau Upaya


Mengembangkan Industri Metanol
 Meningkatnya Mutu Pelayanan Rumah Sakit
atau Upaya Meningkatkan Mutu Pelayanan
Rumah Sakit
 Manfaat Penggunaan Biooil atau
Memanfaatkan Penggunaan Biooil
Di mana?
 Di Pulau Bunyu------ Pengembangan
Industri Metanol di Pulau Bunyu
 Di RSDK ----------- Upaya Meningkatkan
Mutu Pelayanan Rumah Sakit Dokter Kariadi
 Di Semarang ------ Manfaat Penggunaan
Kondom di Semarang
 Di Bali ------Ledakan Bom Terjadi Lagi di
Bali
Kapan?
 Tahun 90-an -- Pengembangan
Industri Metanol di Pulau Bunyu
Tahun 90-an
 Semester I tahun 2005 ---
Pelayanan Rumah Sakit Dr
Doris Silvanus Palangkaraya
Semester I tahun 2005
Untuk apa/ siapa?
 Manfaat Penggunaan Kondom
dalam Mencegah Penularan
Penyakit HIV/ AIDS di
Palangkaraya
 Manfaat Desain Interior Rumah
Sakit dalam Mendukung
Pelayanan kepada Masyarakat
Pembatasan dan penjelasan dengan
pemberian anak judul
Antara Judul dan Anak judul dipisahkan
dengan :

 Mutu Pendidikan Perawat di Indonesia


tahun 2000-2005: Studi Kasus di
Politekkes Palangkaraya
 Manfaat Penggunaan Kondom bagi
Pencegahan HIV/ AIDS: Studi Kasus
pada PSK KM. 12 Palangkaraya
 Pembicaraan atas Novel “ Harry
Potter” : Analisis Struktural
Pembatasan Topik
 Menurut tempat
Indonesia ---- Kalimantan ---
KalimantanTengah -- Palangkaraya ----
Pahandut
Pulau Kalimantan Sebelum Indonesia Merdeka --
 Palangkaraya sebelum Indonesia Merdeka
 Menurut Waktu/ Periode/ Zaman
Kebudayaan Indonesia -- Seni Patung di Zaman
Kerajaan Hindu
 Hubungan Sebab Akibat
Dekadensi Moral di Kalangan Remaja -- Pokok
Pangkal Timbulnya Dekadensi Moral di Kalangan
Remaja
Ruang Lingkup
Kesehatan --- Rumah Sakit --- Perawat
Agama ---- Islam ---- Syariat --- Puasa
Aspek Khusus – Umum, Individual – Kolektif
Pengaruh Siaran TV terhadap Masyarakat
Kalimantan Tengah --- Pengaruh Siaran
Televisi bagi Perkembangan Anak di
Kalimantan Tengah
Objek material dan objek formal
Keluarga Berencana Ditinjau dari Segi
Agama
TEMA

 Adalah pokok pemikiran yang akan


disampaikan oleh penulis dalam
karangannya
 Pengungkapan maksud dan tujuan.
 Tema perlu dirumuskan secara eksplisit
dalam bentuk kalimat panjang untuk
memudahkan penyusunan kerangka
 Topik: Belajar mengemukakan
pendapat yang efektif
 Tujuan : Menjelaskan bagaimana
cara mengemukakan pendapat
secara tertulis, logis dan sistematis
dalam bahasa Indonesia yang baik
dan benar.
Struktur Karya Tulis Ilmiah
Struktur Utama KTI
1. Pendahuluan : latar belakang permasalahan dan
maksud penulisan
2. Isi : uraian pengembangan gagasan utama masalah,
sajian pengertian/definisi, sajian fakta, sajian teori
yang berkaitan, pembahasan masalah dengan teori
dan fakta yang ada untuk memecahkan masalah
3. Penutup : simpulan atau jawaban atas masalah
dan saran atau rekomendasi dari hasil
pembahasan
4. Referensi/sumber : daftar kepustakaan
Struktur KTI (Makalah)
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan dan Maksud Penulisan
(dapat ditambahkan asumsi dasar dalam makalah)
Bab II Landasan Teori
(Berisi argumen yang diperkuat oleh teori yang berhubungan dengan topik
yang dibahas)
Bab III Metode Penulisan
Metode dan Prosedur Kajian
Bab IV Pembahasan
Hasil analisis dan pembahasan
Bab V Simpulan dan Saran
(disajikan simpulan untuk menjawab rumusan permasalahan dan
membuktikan kajian yang dilakukan)
Struktur KTI (Skripsi)

Bab I. Pendahuluan
- Latar Belakang (alasan penulisan)
- Identifikasi Masalah (spesifikasi masalah)
- Rumusan Masalah (masalah yang akan dikaji)
- Pembatasan Masalah (batasan masalah)
- Tujuan Penulisan (maksud penulisan)
- Hipotesis penelitian (dugaan sementara)
Lanjutan (format Skripsi)
Bab II. Landasan Teori
(Berisi argumen yang diperkuat oleh teori yang
berhubungan dengan topik yang dibahas)

Bab III. Metode Penelitian


- Metode Penelitian
- Desain Penelitian
- Variabel Penelitian (objek kajian)
- Prosedur Penelitian
- Sumber data
- Tempat dan waktu penelitian
- Teknik dan instrumen Penelitian
- Teknik pengolahan data
- Validasi penelitian
Lanjutan (format Skripsi)

Bab IV Pembahasan
- Deskripsi data hasil penelitian
- Pengolahan data (teknik analisis data)
- Pembahasan
- Implikasi penelitian (implementasi hasil
kajian)
- Pengujian hipotesis (pembuktian hipotesis)
Lanjutan (format Skripsi)

Bab V Simpulan dan Saran


(berisi simpulan untuk menjawab rumusan
masalah atau membuktikan argumen
berdasarkan kajian yang dilakukan dan
diikuti dengan rekomendasi yang disajikan
FORMAT PENULISAN KARYA
ILMIAH
 Skripsi, paper/makalah, laporan penelitian,
dan lain sebagainya, memiliki format
penulisan tertentu untuk bisa disebut sebagai
sebuah karya ilmiah.
 Uraian di bawah ini membahas format
penulisan karya ilmiah berupa skripsi pada
Program S-1 Teknik Sipil FT UPR.
 Namun beberapa poin penting dalam format
penulisan dimaksud bisa dipakai sebagai
acuan dalam penulisan karya ilmiah selain
skripsi, seperti paper/makalah, artikel dalam
jurnal ilmiah, dan lain sebagainya.
Komponen-komponen karya ilmiah yang berupa skripsi, tesis, dan disertasi pada
prinsipnya hampir sama. Komponen-komponen tersebut disusun dengan urutan sebagai
berikut.
(1) Bagian Awal:
(a) Halaman sampul/judul.
(b) Halaman pengesahan.
(c) Kata Pengantar
(d) Daftar Isi
(e) Daftar Tabel (jika ada)
(f) Daftar Gambar (jika ada)
(g) Abstrak.
(2)Bagian Pokok/Utama:
(a) Pendahuluan (Latar belakang dan permasalahan)
(b) Kerangka teoritik dan pengajuan hipotesis (jika diperlukan)
, Tinjauan Pustaka
(c) Metode Penelitian
(d) Hasil penelitian, pengujian hipotesis, dan pembahasan
(e) Simpulan, implikasi, dan saran.
(3)Bagian Akhir:
(a) Daftar Pustaka (Kepustakaan)
(b) Lampiran-lampiran.
 Jika karya ilmiah yang berupa skripsi, tesis,
dan disertasi tersebut akan disajikan
dalam majalah ilmiah, karya ilmiah
tersebut harus diubah dalam bentuk
makalah dan disesuaikan dengan
ketentuan yang berlaku pada majalah yang
akan memuatnya.
Komponen-komponen penting yang ada dalam sebuah makalah dapat
dikemukakan secara runtut sebagai berikut.
(1) Bagian Awal:
Halaman judul (berisi judul makalah & nama penulis)
(2) Bagian Pokok/Utama:
(a) Judul makalah
(b) Nama Penulis dan institusinya
(c) Abstrak
(d) Pendahuluan
(e) Tinjauan pustaka /Dasar Teori (jika perlu)
(f) Metode Penelitian
(g) Hasil dan Pembahasan
(h) Simpulan dan Saran
(3) Bagian Akhir:
(a) Buku Rujukan (sumber)
(b) lampiran (jika perlu)
Karya Ilmiah Populer

 Menurut Gie (1992:105), karya (karangan) ilmiah


populer merupakan salah satu ragam karangan faktawi.
Atas dasar hal tersebut, berarti bahwa karya ilmiah
populer identik dengan karya ilmiah. Dengan demikian,
ciri-ciri karya ilmiah berlaku pula bagi karya ilmiah
populer, yaitu menyajikan fakta-fakta secara cermat,
jujur, objektif, netral, sistematik, dan logis, serta
pemaparannya secara ringkas, jelas, tegas, dan tepat.
Disamping itu, permasalahan yang dikemukakan
senantiasa berkaitan dengan topik-topik keilmuan,
topik-topik kronologis, atau gabungan antara kedua
hal tersebut. Atas dasar hal tersebut, berarti bahwa
karya ilmiah populer bukan semata-mata tulisan
informatif, melainkan tulisan atas dasar fakta yang
disajikan secara ilmiah.
 Aspek lain yang membedakan karya ilmiah
populer itu dengan karya ilmiah pada
umumnya adalah bentuk penyusunan dan
jangkauan pembacanya. Bentuk
penyusunan karya ilmiah populer tidak
terikat oleh pola dan ketentuan yang
berlaku pada masyarakat ilmuwan. Bentuk
karya ilmiah populer tidak perlu
menyebutkan bagian-bagiannya dengan
penomoran secara eksplisit, tidak perlu
menggunakan sistem penulisan sumber
 Jangkauan pembaca karya ilmiah populer
adalah masyarakat umum atau khalayak
ramai, bukan terbatas pada golongan
ilmuwan atau kaum cendekiawan tertentu.
Karya ilmiah populer ditujukan kepada
setiap orang yang berminat membaca guna
menambah pengetahuan tentang aspek-
aspek ilmu dan teknologi, meskipun hanya
secara global dan sederhana
 Berdasarkan bentuk penyajiannya, karya
ilmiah populer dapat digolongkan menjadi
beberapa jenis, yaitu (1) tajuk rencana
(editorial), (2) esai (artikel), (3) pikiran
pembaca, dan (4) ulasan (berita, ekonomi,
politik, buku, dll)
Tajuk rencana
 Tajuk rencana adalah induk artikel yang
berfungsi sebagai pengantar segala berita/isi
surat kabar atau majalah (Natawidjaja,
1986:113). Pada umumnya, tajuk rencana
berisi pesan pimpinan surat kabar/majalah,
sikap editor, atau sambutan atas sesuatu hal
yang istimewa yang ada/terjadi pada saat
surat kabar/majalah itu terbit. Tajuk rencana
biasanya ditempatkan pada kolom 1 dan 2
dalam halaman pertama atau kedua.
Panjangnya sekitar delapan paragraf atau
kurang lebih 20 sampai 35 kalimat. Istilah lain
dari tajuk rencana yang sering digunakan
Esai
 Esai adalah bentuk karya ilmiah populer
yang berisi kupasan terhadap suatu
masalah, baik persoalan yang berkaitan
dengan ilmu, teknologi, maupun seni.
Bagian-bagian penting yang perlu ada
dalam sebuah esai adalah permasalahan,
kajian dan pemecahan masalah, dan
simpulan. Selain harus disusun secara
objektif, sistematis dan logis, esai harus
dikemukakan dengan bahasa yang lugas,
ringkas, jelas, dan sederhana agar
Pikiran pembaca
 Pikiran pembaca yaitu tulisan yang
berisi pendapat (opini) atau gagasan
tentang suatu peristiwa atau masalah yang
muncul di masyarakat. Gagasan tersebut
dapat berupa usulan, saran atau
pemecahan masalah yang ditujukan kepada
pihak lain (pemerintah, lembaga, organisasi,
atau seseorang). Pikiran pembaca juga
disusun berdasarkan fakta dan
dikemukakan secara sistematis, logis,
objektif, lugas, singkat, dan sederhana.
Ulasan
 Ulasan merupakan bentuk karya ilmiah
populer yang berisi komentar terhadap suatu
pendapat/gagasan orang lain, peristiwa, esai,
artikel berita, buku, dll. Ulasan disusun atas
dasar data yang objektif. Dalam ulasan lebih
ditekankan pada komentar terhadap hal-hal
yang istimewa dan positif. Namun demikian,
hal-hal yang kurang istimewa atau hal-hal
yang menunjukkan kelemahan pun perlu
dikemukakan agar orang lain atau pihak yang
terkait dapat mengambil hikmah atau
A. Bahan dan Ukuran Kertas

Bahan dan ukuran kertas yang dipakai dalam


sebuah karya ilmiah adalah sebagai berikut:
1. Ukuran kertas: A4 (21 x 29,7 cm).
2. Jenis kertas: HVS 80 gram.
3. Kertas doorslag berwarna (sesuai dengan
warna yang telah ditentukan) dengan
lambang Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta .
B. Pengetikan
Ketentuan-ketentuan dalam pengetikan sebuah karya
ilmiah dirinci sbb :
1. Menggunakan software pengolah kata dengan flatform
Windows, seperti MS Word, Excel, dan lain-lain.
2. Jenis huruf yang digunakan adalah Times New Roman
dengan ukuran 12 kecuali untuk:
a. Halaman judul sampul/luar (hard cover) dan
halaman judul dalam (soft cover), yang menggunakan
huruf tegak (kecuali istilah asing) dan dicetak tebal
(bold) dengan ukuran font mulai 12 sampai 16
(disesuaikan dengan panjang judul,
b. Catatan kaki (footnotes), yang menggunakan font
ukuran 10.
3. Huruf tebal (bold) digunakan untuk judul dan
sub-judul (sub-bab, sub sub-bab), memberi
penekanan, pembedaan, dan aejenisnya.
Lanjutan : Pengetikan
4. Huruf miring (italic) digunakan untuk istilah dalam bahasa
asing atau bahasa daerah, memberi penekanan,
pembedaan (termasuk pembedaan sub-judul yang
hirarkhinya tidak se ingkat), dan sejenisnya. Judul sub
sub-sub-bab dibuat dengan mengkombinasikan huruf
miring dan huruf tebal (italic-bold atau bold-italic). Judul
sub sub-sub-sub-bab dan seterusnya dibuat dengan huruf
miring biasa (italic).

5. Batas tepi (margin):


a. Tepi atas : 4 cm
b. Tepi bawah : 3 cm
c. Tepi kiri : 4 cm
d. Tepi kanan : 3 cm
Lanjutan : Pengetikan
7. Spasi bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir:
a. Bagian awal dari karya ilmiah termasuk di dalamnya adalah
halaman judul, halaman pengesahan, halaman
pernyataan, abstrakkata pengantar, daftar isi, daftar
tabel, daftar gambar dan daftar lampiran. Spasi yang
digunakan adalah:
1) Pernyataan ditulis dengan spasi tunggal (lihat Lampiran).
2) Pengantar ditulis dengan spasi satu setengah
3) Abstrak, antara 150-250 kata (dalam satu halaman) ditulis
dengan menggunakan spasi tunggal (lihat Lampiran).
4) Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Gambar, Daftar Lampiran
disusun dengan menggunakan spasi tunggal (lihat
Lampiran).
5) Lainnya, lihat Lampiran.
b. Bagian isi karya ilmiah meliputi Bab I sampai BAB V,
disusun dengan menggunakan spasi satu setengah
c. Bagian akhir karya ilmiah terdiri dari Daftar Pustaka,
Lanjutan : Pengetikan
6. Judul karya ilmiah, bab, sub bab, dan lain
sebagainya:
a. Judul karya ilmiah dan bab, diketik
dengan huruf besar/kapital, dicetak tebal,
tanpa singkatan (kecuali yang berlaku umum
seperti PT., CV.), posisinya di tengah halaman,
dan tanpa diakhiri tanda titik. Perkecualiannya
adalah judul pada halaman Persetujuan Seminar
dan Pengesahan Skripsi (dengan huruf biasa,
dicetak tebal).

b. Judul sub-bab diketik sejajar dengan batas


tepi (margin) sebelah kiri dengan menggunakan
huruf A, B, C, dan seterusnya. Huruf pertama
setiap kata dimulai dengan huruf besar (Title
Lanjutan : Pengetikan 6.
c. Judul sub sub-bab dimulai dengan angka 1, 2, 3 dan
seterusnya. Huruf pertama setiap kata dimulai dengan
huruf besar (Title Case) kecuali kata penghubung dan kata
depan, tanpa diakhiri titik. Judul sub sub-bab dicetak dengan
huruf tebal (bold).

d. Judul sub sub-sub-bab dimulai dengan huruf a, b, c


dan seterusnya. Huruf pertama setiap kata dimulai dengan
huruf besar (Title Case) kecuali kata penghubung dan kata
depan, tanpa diakhiri titik. Judul sub sub-sub-bab dicetak
dengan huruf tebalmiring (bold-italic).

e. Judul sub sub-sub-sub bab dimulai dengan angka 1),


2), 3) dst. (tanpa titik), dan judul sub sub-sub-sub-sub
bab dimulai dengan huruf a), b), c) dst. (tanpa titik).
Huruf pertama setiap kata dimulai dengan huruf besar (Title
Case) kecuali kata penghubung dan kata depan, tanpa diakhiri
titik. Judul sub sub-sub-sub-bab dan sub subsub- sub-sub-
Lanjutan : Pengetikan
f. Penulisan headings hierarchy (sub-judul)
Lanjutan : Pengetikan
Lanjutan : Pengetikan
g. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas
tentang perbedaan keduanya (headings
hierarchy dan points/items hierarchy) dalam
sebuah teks/tulisan, lihat contohnya pada
Lampiran.
h. Sepanjang memungkinkan, hindari penggunaan
hirarkhi sub-judul (headings hierarchy) yang
terlalu banyak tingkatannya (sub sub-subsub- bab
dan seterusnya). Hal ini bisa dilakukan dengan
memanfaatkan penggunaan rincian poin-poin
atau item-item (points/items hierarchy).
Lanjutan : Pengetikan
7. Bilangan dan satuan:
a. Bilangan diketik dengan angka kecuali
bilangan yang terletak pada awal kalimat
yang harus dieja.
Contoh:
Umur mesin 10 tahun.
Sepuluh perusahaan besar… dan
seterusnya.
b. Bilangan desimal ditandai dengan
koma (contoh: Rp1.150,25)
c. Satuan dinyatakan dengan singkatan
resmi tanpa tanda titik (kg, cm, dan
Lanjutan : Pengetikan
7. Bilangan dan satuan:
a. Bilangan diketik dengan angka kecuali bilangan
yang terletak pada awal kalimat yang harus
dieja.
Contoh:
Umur mesin 10 tahun.
Sepuluh perusahaan besar… dan seterusnya.
b. Bilangan desimal ditandai dengan koma
(contoh: Rp1.150,25)
c. Satuan dinyatakan dengan singkatan resmi
tanpa tanda titik (kg, cm, dan lain-lain)
d. Pecahan yang berdiri sendiri ditulis dengan
angka, sedangkan pecahan yang bergabung
dengan bilangan bulat harus ditulis dengan
Lanjutan : Pengetikan
C. Penomoran Halaman
Ketentuan-ketentuan dalam penomoran halaman, seperti
halaman awal, halaman judul bab, halaman teks utama, dan
lain sebagainya, adalah sbb :
1. Bagian awal karya ilmiah (halaman judul, halaman
pengesahan, halaman pernyataan, abstrak, riwayat hidup,
kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan
daftar lampiran) diberi nomor halaman dengan angka
romawi kecil (i, ii, iii, dan seterusnya) dan ditempatkan di
tengah bagian bawah. Halaman judul tidak diberi nomor,
tetapi tetap dihitung.
2. Mulai dari BAB I sampai dengan halaman terakhir pada
Daftar Pustaka diberi nomor halaman dengan angka latin
(1, 2, 3, dan seterusnya). Nomor halaman ditempatkan di
sebelah kanan atas, kecuali bab baru yang diisi nomor
halaman di tengah bawah.
3. Data yang mendukung penelitian disajikan dalam lampiran
yang disajikan menurut kelompoknya tanpa diberi nomor
Lanjutan : Pengetikan
D.Tabel dan Gambar
Pembuatan dan penomoran Tabel dan Gambar
mengikuti ketentuanketentuan sebagai berikut:
1.Tabel
a. Tabel dalam bagian isi karya ilmiah berisi
ringkasan data-data penelitian yang penting.
Data lengkapnya dapat disajikan pada Lampiran.
b. Tabel disajikan di tengah, simetris/sejajar dengan
batas tepi kiri dan kanan pengetikan.
c. Kolom-kolom disusun dengan rapi sehingga
mudah dibaca.
d. Jarak antara baris dalam tabel adalah satu spasi.
e. Garis batas tabel tidak melampaui batas tepi
kertas.
Lanjutan : Pengetikan
h. Di atas garis batas tabel dituliskan nomor dan
judul tabel, dengan ketentuan:
1) Jika judul tabel terdiri dari dua baris atau
lebih, maka spasi yang digunakan adalah satu
spasi. Baris terakhir judul terletak dua spasi di
atas garis batas atas tabel.
2) Nomor tabel terletak dua spasi di bawah
baris terakhir teks.
Nomor tabel terdiri dari dua bagian, bagian
pertama menunjukkan nomor bab tempat
tabel itu dimuat, dan bagian kedua
Lanjutan : Pengetikan
i. Tabel yang memerlukan kertas yang lebih besar
dari halaman naskah dapat diizinkan, tetapi
sebaiknya hanya tabel yang jika dilipat satu kali
sudah mencapai ukuran halaman naskah yang
dimasukkan dalam teks.
j. Dalam setiap tabel tentang data, di bawah tabel
tersebut harus dicantumkan sumbernya
dengan ukuran huruf (font) 10 dengan spasi
tunggal (lihat Lampiran).
Lanjutan : Pengetikan
2. Gambar
a.Yang dimaksud dengan gambar adalah bagan,
grafik, peta, diagram, atau foto.
b. Garis batas gambar diletakkan sedemikian
rupa sehingga garis batas tersebut tidak
melampaui batas tepi kertas.
c. Untuk gambar besar, ukurannya diatur agar
sejajar dengan batas tepi kiri dan kanan
pengetikan; sedangkan untuk gambar kecil
yang tampilannya menjadi kurang bagus
kalau diperbesar, atur ukuran dan posisinya
Lanjutan : Pengetikan
d. Di atas gambar disajikan nomor dan judul gambar,
dengan ketentuan:
1) Jika judul gambar terdiri dari dua baris atau
lebih, spasi yang digunakan adalah spasi tunggal.
Baris terakhir judul terletak dua spasi di atas
gambar.
2) Nomor gambar terletak dua spasi di bawah
baris terakhir teks. Nomor gambar terdiri dari
dua bagian. Bagian pertama menunjukkan
nomor bab tempat gambar itu dimuat,
sedangkan bagian kedua menunjukkan nomor
urut tabel pada bab itu.
Contoh: Gambar 2.1 menunjukkan bahwa
gambar tersebut adalah gambar urutan pertama
pada Bab II.

Anda mungkin juga menyukai