Anda di halaman 1dari 21

PUSKESMAS II DENPASAR BARAT

SIAPA ITU LSL


• LSL terdiri dari berbagai kategori, tidak hanya
gay, waria, tetapi juga lelaki yang
berhubungan dengan wanita dan melakukan
hubungan seks dengan lelaki.
• Suatu kelompok atau sub masyarakat yang
paling tersembunyi (hidden) sehingga sulit
sekali untuk diidentifikasi.
• Laki-laki penjaja seks yang pelanggannya
adalah homoseksual (gay), ternyata juga
membeli seks dari wanita penjaja seks (WPS)

• Diantara pria yang aktif berhubungan seksual,


sekitar 3 % diantaranya adalah mereka yang
berhubungan intim dengan sejenis yang
dikenal dengan istilah LSL.

• Jumlah LSL saat ini diperkirakan > 3 jt orang.


• Kegiatan seksual sebagian laki-laki dengan
orientasi homoseksual yang dikenal sebagai LSL
(Lelaki Suka Seks Lelaki) menjadi bagian dari
penyebaran HIV/AIDS.
• Bukan hanya di komunitas LSL tapi akan
menyebar ke populasi jika ada di antara LSL itu
berorientasi biseksual (hubungan seksual dengan
perempuan dan dengan laki-laki) karena mereka
ini beristri.
MASALAH
• Infeksi baru HIV menurun di kalangan
pengguna napza suntik dan cenderung
stabil pada golongan Pekerja Seks
Komersial (PSK)
• Prevalensinya meningkat cukup signifikan
di kalangan waria dan LSL (laki-laki yang
berhubungan seks dengan laki-laki).
Pada Waria
• Thn 2009 : Prevalensi HIV pada kelompok
waria 5,8 %
• Tahun 2013 : meningkat menjadi 8,2 %

Sementara pada golongan LSL


• Thn 2009 prevalensi HIV : 2,5 %
• Tahun 2013., prevelansi meningkat 7,4 %
• Tingginya proporsi LSL yang tidak mengetahui
status HIVnya, sehingga menunda pengobatan
antiretroviral therapy (ART)
• LSL yang positif HIV didominasi oleh mereka
yang masih berusia produktif dan dalam
kategori seksual aktif. Hal ini memungkinkan
kemudahan dalam proses penularan HIV/AIDS
ke orang lain melalui transmisi seksual
(hubungan seksual).
• Laki-laki heteroseksual yang jadi pasangan LSL
tidak bisa diidentifikasi karena tidak kasat mata
sehingga perilaku seksual mereka menjadi riskan
sebagai mata rantai penyebaran HIV/AIDS di
masyarakat.

• Upaya penjangkuan terhadap LSL, biseksual dan


laki-laki heteroseksual pasangan LSL sangat sulit
karena komunitas mereka yang tertutup. Selain
itu mereka pun tidak bisa dikenal secara fisik
seperti waria dan PSK langsung.
- Perilaku sex sangat berisiko terhadap
penularan HIV/AIDS, misalnya bergonta-ganti
pasangan seksual tanpa menggunakan
kondom dan pelicin, serta melakukan oral
dan anal seks.
- Stigma negatif yang melekat pada golongan
homoseksual juga menyebabkan kesulitan
menjangkau mereka agar bersedia
melakukan tes HIV/AIDS.
- Kelompok LSL cenderung tertutup karena
tidak ingin perilaku seksualnya diketahui
UPAYA MENGHENTIKAN
• Butuh pendekatan inovatif yang lebih efektif
untuk menghentikan penyebaran infeksi baru
HIV di kalangan waria dan LSL.
• Bagaimana mengubah perilaku mereka
sehingga tidak hanya menjaga kesehatan
dirinya sendiri, tetapi juga menjaga kesehatan
orang lain
• Target pencegahan penularan HIV memalui
transmisi seksual (PMTS) :
 80% populasi kunci (termasuk LSL) terjangkau
dengan program yang efektif
60% populasi kunci berperilaku hidup sehat
serta menggunakan kondom setiap kali
berhubungan seks berisiko (safesex)
• Untuk meningkatkan cakupan dan akses test
HIV pada kelompok ini, maka diperlukan
pelaksanaan beberapa strategi, mulai dari cara
menemukan dan menawarkan test, metode
test HIV yang digunakan, serta mekanisme
rujukan ke tempat fasilitas kesehatan yang
nyaman dan sesuai untuk kelompok ini.
1
3

Layanan Ramah LSL

Layanan mudah di akses: Pelayanan Efisien: Layanan Berkualitas:


Waktu dan Lokasi Layanan satu hari sesuai standar nasional

Layanan bersahabat: Pembiayaan Keterlibatan


Tidak ada stigma terjangkau/Gratis Komunitas dan LSM
dan diskriminasi
Yayasan Kasih Suwitno (YKS)

Yayasan Kasih Suwitno (YKS) adalah salah satu Lembaga Mitra Spiritia yang menjadi Sub Recipient (SR) untuk
melaksanakan kegiatan di tingkat Fasyankes yang berfokus pada layanan HIV dan IMS kepada LSL.

Dengan Konsep “Layanan Ramah LSL” YKS memiliki tujuan untuk meningkatkan jumlah cakupan LSL yang
menerima layanan terkait HIV dan IMS termasuk pencegahan, tes dan PDP.
Assessment dilakukan
akhir tahun 2015 oleh
Kementerian Kesehatan

Proses yang dilakukan:


1. Obervasi lapangan
2. Diskusi Dinkes kab/kota
3. Diskusi KPA Kab/kota
4. Diskusi Komunitas

Finalisasi pemilihan:
1. Menggunakan tools
Priotitisasi
2. Hasil kualitatif

Komponen penilaian:
Ketersedian: SDM, Layanan, Alat dan bahan,
Obat, Pedoman, kerjasama mitra terkait
Pilihan komunitas, Pilihan Dinkes kab/kota,
Prevalensi
1
6

Kegiatan & Kelengkapan Administrasi

1 2 3

Melakukan layanan HIV dan IMS Rutin Adanya extra time diluar jam kerja 12 Adanya mobile Testing min. 1 kali dalam
Jam kerja/minggu sebulan

4 5 6

Adanya meeting evaluasi bulanan team Setiap bulan mengirimkan administrasi Setiap bulan mengirimkan laporan Narasi
keuangan kegiatan selama 1 bulan beserta
dokumentasi kegiatan
TARGET

Peningkatan Jumlah
Testing & Menerima
hasil pada Populasi
Kunci

04
03

02

Tes IMS dan


Pengobatan IMS

90% ART tetap dalam


Terapi

90% Positif HIV


mendapatkan ART

90 % orang testing HIV


menerims hasil tes Perhitungan mengikuti perhitungan
target kab/kota masing-masing
Klinik VCT dan LASS
Klinik ims
KUNJUNGAN LSL (VCT) 2016
BULAN TOTAL KUNJUNGAN LSL KETERANGAN
JANUARI 38 24
FEBRUARI 43 14
MARET 85 12
APRIL 62 20
MEI 61 39
JUNI 88 9
JULI 21 17
AGUSTUS 35 17
SEPTEMBER 114 25
OKTOBER 25 15
NOVEMBER 70 50 ET : 5, MK : 8
DESEMBER 93 34 ET : 14, MK :
JUMLAH 735 276
KUNJUNGAN LSL (IMS) 2016
BULAN TOTAL KUNJUNGAN LSL KETERANGAN
JANUARI 70 33
FEBRUARI 81 23
MARET 140 27
APRIL 132 33
MEI 177 49
JUNI 196 14
JULI 88 22
AGUSTUS 127 24
SEPTEMBER 222 34
OKTOBER 158 22
NOVEMBER 279 63 ET : 5, MK : 9
DESEMBER 273 50 ET : 16
JUMLAH 1943 394

Anda mungkin juga menyukai