Anda di halaman 1dari 44

INTERAKSI OBAT

Oleh :
Lusiani Tjandra, S.Si, Apt, M.Kes.
Pretest
Kerjakan pada selembar kertas resep lengkap
seandainya saudara sudah menjadi dokter.
• Px : Tn Anton
• Dx : Laringitis kronis
• Tx : Cephradroxyl 500 mg / kali
• Diphenhidramin HCl 25 mg / kali
• Glyceril guaiacolat 300mg / hari
• Asam mefenamat 250mg / kali
• BSO : Suspensi
• Aturan pakai: tiga kali sehari satu sendok makan selama
6 hari

Interaksi obat
Adalah modifikasi efek satu obat akibat obat lain
yang diberikan pada awalnya atau diberikan
bersamaan atau bila dua atau lebih obat
berinteraksi sedemikian rupa sehingga keefektifan
atau toksisitas satu obat atau lebih berubah.

Harus diperhatikan bahwa makanan, asap rokok,


alkohol dan bahan bahan kimia lingkungan dapat
mempengaruhi efek obat.
Epidemiologi
Kejadian interaksi obat :
- 2,2% sampai 30 % pada pasien rawat inap.
- 9,2% sampai 70,3 % pada pasien rawat jalan.
- Hanya 11,1% pasien yang benar benar mengalami
gejala yang diakibatkan oleh interaksi obat . ( Jankel CA
& Speedie SM, 1990)
- Pada penelitian yang dilakukan Stanton tahun 1994 dari
691 pasien yang masuk rumah sakit ditemukan 68
(9,8%) pasien karena penggunaan obat dan 3 pasien
(0,4%) karena interaksi obat
Interaksi obat
1. Interaksi Farmaseutik
( sifat fisika, kimia obat terjadi secara in vitro =
waktu obat di buat )
2. Interaksi Farmakokinetik
( terjadi in vivo  mekanisme kerja ) dapat terjadi
pada berbagai tahap, meliputi absorpsi, distribusi,
metabolisme atau ekskresi.
3. Interaksi Farmakodinamik
( terjadi in vivo  efek farmakologik )
Interaksi farmaseutik
• Interaksi ini terjadi di luar tubuh  pada proses
pembuatan obat.
• Interaksi ini mengakibatkan :
1. Sifat fisik obat berubah  obat menjadi basah
Contoh :
campuran mentol dan campora terjadi eutektikum
Kalium Iodida  hidroskopis
2. Terjadi absorpsi obat berkhasiat
Contoh :
Campuran alkaloid + adsorben ( Papaverin + Koalin)
Interaksi farmaseutik
3. Terjadi peningkatan efek samping obat
Contoh :
Asam mefenamat bersama asetosal
4. Aktivitas obat hilang
Contoh :
Interaksi fisikokimia pada sediaan infus/ inj
iv
Ampicillin inj di campur dengan infus dextrose
Interaksi Farmakokinetik
1. Interaksi pada fase absorpsi
Terjadi di saluran pencernaan, biasanya
terjadi pada obat yang diberikan peroral.
Akibatnya :
a. Mengurangi kecepatan absorpsi
b. Mengurangi jumlah obat yang diabsorpsi
Absorpsi
Absorpsi obat merupakan langkah pertama untuk obat
memberikan efek terapeutik.
Umumnya obat baru memberikan efek terapeutik bila
mencapai kadar minimal tertentu dalam darah atau
plasma
Absorpsi terganggu karena motilitas GIT turun
Hal ini dpt disebabkan – morphine
- antikholinergik
Absorpsi terganggu terjadinya senyawa chelat/komplex
contoh Tetracyclin dgn Ca, Al, Mg, Fe.
2. Interaksi fase distribusi

Terjadi pergeseran ikatan obat protein


(pendesakan obat)
Akibatnya :
a. Obat bebas (aktif)  efek obat meningkat
b. Obat terikat (tidak aktif)  efek obat menurun

Contoh : Warfarin dgn sulfonamid  efek warfarin


Phenytoin dgn salicylat  efek phenytoin
3. Interaksi fase metabolisme
Banyak obat dimetabolisme di hati terutama oleh sistem
sitokrom P450 monooksigenase.
Akibatnya :
a. Induksi enzim (penurunan konsentrai obat)
b. Inhibisi enzim (peningkatan konsentrasi obat)
Contoh ;
Warfarin dimetabolisme dalam hati
bila di berikan bersama dengan cimetidin, eritomicin (inhibisi
enzim)  meningkatkan efek warfarin
Bila di berikan bersama dengan karbamazepin, barbiturat,
fenitoin ( induksi enzim)  menurunkan efek warfarin
4. Interaksi fase ekskresi
Obat yang mempengaruhi ekskresi ginjal dapat
mempengaruhi konsentrasi obat dalam plasma.
Akibatnya :
a. Peningkatan ekskresi  menurunkan konsentrasi
obat  efek
b. Penurunan ekskresi  meningkatkan konsentrasi
obat  efek
Contoh :
Kuinidin, verapamil dan amiodaron bila diberikan
bersama digoksin akan meningkatkan konsentrasi
digoksin 2xlipat
Interaksi Farmakodinamik
Adalah interaksi dimana efek suatu obat diubah
oleh obat lain pada tempat aksi.
Hal ini juga bisa disebut akibat Interaksi obat
1. Sinergisme
2. Antagonis
3. Efek reseptor tidak langsung  interaksi yang
megurangi efek obat .
4. Gangguan cairan dan elektrolik
Sinergime
Adalah respon yang disebabkan oleh dua atau
lebih obat yang diberikan bersamaan dan
mempunyai tipe daya kerja yang serupa.
Sinergisme  disengaja karena :
1. Margin keamanan lebih besar
2. Efek samping berkurang
3. Efek toksik kurang
4. Efek terapeutik meningkat
Sinergisme ada 2 macam :
1. Summasi : respon terhadap obat sebagai hasil
jumlah aljabar daya kerja dari dua atau lebih
obat bila diberikan pada waktu yang sama.
Contoh : trisulfa
2. Potensiasi : daya kerja kombinai dari dua atau
lebih bahan obat , lebih besar dari jumlah daya
kerja obat bila di berikan sendiri sendiri.
Bila Potensiasi tidak diketahui  bisa bahaya
Bila disadari/sengaja diberikan  menguntungkan
Antagonis :
Adalah respon yang disebabkan oleh dua atau
lebih obat yang diberikan bersamaan dan
mempunyai tipe daya kerja yang
bertentangan.
Contoh :
- Parasimpatomimetik dengan parasimpatolitik
- Vit K dengan Dicoumarol
- Stimulan SSP dengan depresan SSp.
Efek reseptor tidak langsung :
Kombinasi obat yang dapat bekerja melalui mekanisme
saling mempengaruhi efek reseptor yang meliputi
sirkulasi kendali fisiologis atau biokimia.
Contoh :
Propanolol dpt memperpanjang lamanya kondisi
hipoglikemik pada pasien diabet yang diterapi insulin.
Pengeblok beta mempunyai efek simpatik seperti
takikardia dan tremor akan menutupi tanda – tanda
bahaya hipoglikemia.
Gangguan cairan dan elektrolit :
Interaksi obat dapat terjadi akibat gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit
Contoh :
Pengurangan kadar kalium dalam plasma sesudah
pengobatan dengan diuretik,
Kortikosteroid akan meningkatkan resiko kardiotoksisitas
digoksin.
Hipokalemia akan meningkatkan risiko aritmia ventrikuler
bila diberikan obat kuinidin, prokainamida.
Penghambat ACE bila diberikan bersama suplemen kalium
atau diuretik hemat kalium  hiperkalemia
Pasien yang rentan terhadap interaksi obat :

1. Pasien lanjut usia


2. Pasien yang minum lebih dari satu macam obat
3. Pasien yang mempunyai gangguan fungsi ginjal
dan hati.
4. Pasien dengan penyakit akut.
5. Pasien dengan penyakit yang tidak stabil
6. Pasien yang memiliki karakteristik penyakit
tertentu
Contoh obat yang interaksinya bermakna
klinis :
1. Obat yang rentang terapinya sempit
contoh : antiepilepsi, digoksin, lithium, siklosporin, teofilina,
warfarin
2. Obat yang memerlukan pengaturan dosis teliti
contoh : antidiabet oral, antihipertensi
3. Penginduksi enzim
contoh : asap rokok, barbiturat, fenitoin, griseofulvin,
karbamazepin, rifampisin.
4. Penghambat enzim
contoh : diltiazem, eritromisin, ketokonazol, metronidazol,
simetidin,siprofloksasin, verapamil
Penatalaksanaan Interaksi obat
1. Hindari kombinasi obat  memilih obat pengganti
2. Penyesuaian dosis obat  hal ini diperlukan pada
saat mulai atau menghentikan penggunaan obat
yang menyebabkan interaksi
3. Pantau pasien  jika dianggap relavan dan praktis
4. Teruskan pengobatan seperti sebelumnya  jika
kombinasi obat yang berinteraksi tersebut
merupakan pengobatan yang optimal atau bila
interaksi tersebut tidak bermakna klinis
Interaksi obat dengan makanan
Pemberian obat ttt dengan makanan dapat
terjadi interaksi yang berakibat :
1. Makanan dapat mengubah aktivitas obat
(respon ↑ atau ↓)
2. Obat dapat memberikan efek negatif thd
makanan ( Nutrisi tidak maksimal )
Efek makanan terhadap absorpsi obat
Yang paling sering terjadi  terganggunya absorpsi obat
dalam saluran cerna.

A. Absorpsi obat akan terhambat :


Obat golongan penisillin, Tetracyclin, Digoxin, dan
Asetaminophen.  Obat tsb di berikan I jam ac atau 2
jam pc.
B. Absorpsi obat akan meningkat :
bila di berikan bersamaan dgn makanan berlemak
spirolaktone, griseofulvin.
Interaksi Farmakologik (in vivo)
• MAO –I (Monoamine Oxydase Inhibitor) dgn
makanan yang berkadar Tyramin tinggi  terjadi
hipertensi akut atau krisis hipertensi.
• Efek obat pada gizi ( Diuretika  defisiensi kalium,
Laksans  defisiensi calsium, Magnesium, Zn)
• Efek tembakau (rokok)
1. Pil Kb  efek samping ↑
2. Theophyllin  Efek = dosis yang diperlukan ↑ 2
kali.
Interaksi Farmakologik (in vivo)
 Efek Alkohol
1. Gol sedatif / hipnotik, tranguiliser, psikotropik
akan meningkatkan efek depresi pada SSP.
2. Gol Benzodiazepines  meningkatkan absopsi
dan mengurangi eliminasi diazepam.
3. Interaksi dgn obat lain secara klinis cukup
penting  peningkatan klirens obat dengan
cara induksi induksi metabolisme-oksidatif.
Interaksi obat dengan makanan

1. Acetaminophen + karbohidrat = ikatan kompleks


 memperlambat kecepatan awal absorpsi
Acetaminophen
2. Antikoagulan + air jeruk, kuning telur, ikan
/minyak ikan, minyak nabati  menghambat
efek antikoagulan ( ↑ prothrombine-time)
3. Antihipertensi + makanan yg mengandung
pressor amine  hipertensi akut
Interaksi obat dengan makanan
4. Bisacodyl + susu/ makanan basa  ↑pH 
disintegrasi salut/ lapisan enterik obat
5. Glikosida Jantung + susu ( makanan dari susu),
makanan calsium tinggi  efek digoksin ↓,
aritmia
6. Phenytoin + MSG  absorpsi MSG↑ efek
toksik ( perasaan lemah seluruh tubuh, kaku
pada leher dan punggung serta palpitasi)
Interaksi obat dengan makanan
7. Levodopa + apokat, buncis, hati sapi, susu
bubuk, makanan gandum, ikan tuna, ubi rambat,
ragi, tauge  menghambat efektivitas dari
levopoda
8. Lincomycin + makanan  diare
9. Penicillin + air jeruk / sari buah yang asam 
dekomposisi dari preparat Penicillin.
10. Quinidine + antasida + makanan yang bersifat
alkali  menghambat ekskresi
Interaksi obat dengan makanan
11. Tetracylin + susu /makanan Fe, Ca, Mg 
membentuk ikatan Kompleks  tidak bisa
diabsorpsi.
12. Thyroid + kubis, wortel, kecambah, kool, sayur
hijau, buah pir, lobak cina (Thiooxazolidone) 
menghambat aktivitas hormon thyroid.
13. Warfarin + sayur/ daun hijau, hati, the hijau,
tomat dan kopi ( vit K )  efek warfarin↓
Post test
• Px: anak 4 th, BB : 15 kg
• Keluhan : Nyeri dan Luka pada lutut karena
jatuh dari sepeda 5 hari yang lalu.
• Dx : luka lama terinfeksi
• Berikan terapi tapikal berupa anti septik : betadine
10 % sebanyak 60 ml. dan terapi minum berupa
suspensi yang mengandung Antibiotik Ampisilin
forte dengan dosis 250 mg/ 5 ml untuk 5 hari.
Dosis Ampicillin untuk anak 50 mg / kg BB / hari.
Tabel Interaksi Obat dan Makanan
Gol/ Nama Makanan/Nutrisi Interaksi yang Cara mengatasi
Obat terjadi

ACE Inhibitor Kaya Kalium ESO Hiperkalemi Hindari makanan


ditingkatkan yang kaya Kalium

Antasida 1. Makanan Terbentuk Diberikan


Enteral sumbatan dlm terpisah selang
saluran esofagus waktu 2 jam

2. Zat besi Magnesium Diberikan


trisilikat terpisah selang
menurunkn waktu 2 jam
absorbsi zat besi
Gol/ Nama Obat Makanan/Nutrisi Interaksi yang Cara mengatasi
terjadi
Antikoagulan 1. Makanan yang Efek antikoagulan Hindari makanan
kaya vit K menurun tersebut
(Brokoli)

2. Vitamin E Efek warfarin Hindari vitamin E


ditingkatkan, dosis tinggi ( > 100
Dikumatrol IU)
diturunkan

3. Minyak Ikan Efek antikoagulan Hindari makanan


meningkat tersebut

Antikonvulsan 1. Folic acid Menurunkan kadar Perlu suplemen


asam folat tubuh folic

Kadar phenytoin
2. Piridoxine dan phenobarbital Hindari piridoxin
menurun dosis tinggi (>
200mg)
Gol/ Nama Obat Makanan/Nutrisi Interaksi yang Cara mengatasi
terjadi
Anti fungi Makanan Absorpsi Di gumakan
(Griseofulvin, berlemak meningkat bersama
itraconazole, makanan
ketoconazol dan
Fluconazol)

Cyclosporine Kaya kalium ESO Hiperkalemi Hindari makanan


ditingkatkan yang kaya Kalium
Isoniazid Histamin dalam Terjadi reaksi Hindari makanan
keju atau ikan toksik dengan tersebut
histamin
Clolestyramine Vitamin A, D, E Malabsorpsi Perlu suplemen
dan Cholesterol dan K vitamin A, D, E Vitamin A, D, E
dan K ysng larut dan K
dalam lemak
Gol/ Nama Makanan/Nutrisi Interaksi yang terjadi Cara mengatasi
Obat
Clodronate dan Kaya Kalsium, Absorpsi obat ini Diberikan terpisah
Etidronat Magnesium dan Besi menurun selang waktu 2 jam
Alendronat ( Susu, es krim,
yoghurt dll)

Diuretik Kaya kalium ESO hiperkalemia Hindari makanan


kaya kalium,
diuretik hemat
kalium

Laksativ Elektrolit malabsorpsi elektrolit Hindari penggunan


pada pemakaian
jangka panjang

Levodopa 1. Zat Besi Absorpsi levodopa Diberikan terpisah


diturunkan zat besi selang waktu 2 jam

Efeknya diturunkan Hindari suplemen


2. Piridoxine oleh piridoxine yang mengandung
piridoxine
Gol/ Nama Obat Makanan/Nutrisi Interaksi yang Cara mengatasi
terjadi
Parafin Cair Vitamin A, D, E Malabsorpsi Hindari
dan K vitamin A, D, E dan penggunaan jangka
K ysng larut dalam panjang.
lemak

Lithium Suplemen Natrium Kadar lithium Hindari suplemen


diturunkan natrium kaya natrium

Monoaminoksidase 1. Keju , kacang Efek MAO inhibitor Hindari makanan


inhibitor (MAO kacangan dll. ditingkatkan oleh tersebut.
inhibitor) tiramin dlm
makanan tsb.

Mengurangi ESO
2. Piridoxin pariferal neuritis Berikan suplemen
akibat MAO piridoxin
inhibitor
Gol/ Nama Obat Makanan/Nutrisi Interaksi yang Cara mengatasi
terjadi

Penicilamine Makanan kaya zat Absorpsinya Diberikan


besi dan seng diturunkan oleh terpisah selang
zat besi dan seng waktu 2 jam

Pyrimethamine Folic acid Antagonis folic Berikan suplemen


acid folic acid

Quinolone Makanan Kaya Terbentuk Diberikan


(Ciprofloxacin, Kalsium, kompleks dengan terpisah selang
Norfloxacin, Magnesium dan logam tersebut waktu 2 jam
Ofloxacin) Besi dan seng

Sulphasalazine Asam folat Malabsorpsi folic Diberikan


acid terpisah selang
waktu 2 jam
Gol/ Nama Obat Makanan/Nutrisi Interaksi yang Cara mengatasi
terjadi

Tetracycline Makanan Kaya Absorpsinya Diberikan


( Kecuali Kalsium, menurun oleh terpisah selang
Doxixycline dan Magnesium dan logam tersebut waktu 2 jam
minocycline) Besi dan seng

Kalsium antagonis Sari jeruk (grape Kadar obat dalam Hindari minuman
(Felodipine) fruit juice ) darah meningkat sari jeruk

Penicilline oral Makanan / Stabilitas Hindari


minuman asam penicilline makanan /
dan soft drink terganggu minuman asam

Terfenadine Sari jeruk Kardiotoksisitas Hindari minuman


terfenadine sari jeruk
meningkat
Judul makalah :
1. Essensial hipertensi
2. Hipertensi pada kehamilan
3. Angina pectoris
4. Anafilatik shock
5. TBC
6. Acute Bronchitis
7. Bronchial asthma
8. Status asmatikus
9. COPD
10. Candidiasis
11. Mouth ulcers (aphlthous, herpes)
12. Glossitis
13. Gastritis
14. Gastroenteritis
15. Gastric/ duodenal ulcerA
16. Fatty liver
17. Hepatitis A
18. Hepatitis B
19. Hepatitis C
20. Amoebic liver abscess
21. Enteritis
22. Colitis
23. Hemoroid
24. Pistula
25. Anal fissure
26. Peritolitis TBC
27. Food allergi
28. Urinary tract infection
29. Paraphimosis
30. Ruptur uretra
31. Ruptur kandung kencing
32. Ruptur ginjal
33. Vulvitis
34. Vaginitis
35. Cervitis
36. SLE
37. Vasculitis Lupus
38. Rhematoid Arthritis
39. HIV
40. Canjunctivitis
41. Anemia
42. NIDDM
43. Maramus
44. Kwasihior
45. Hyperlipoproteinemia
46. Gout
47. Obesity
48. Tension headache
49. Cluster headache
50. Neuropathy
51. Febrile convulsan
52.Otitis eksterna
53. Acute rhinitis ( Common cold)
54. Alergic rhinitis
55. Chronic rhinitis
56. Pharyritis
57. Tonsilitis
58. Dermatitis
59. Eczema
60. Akne vulgaris
61. Miliaria
62. Herpes zoster
63.Roseacea
64.Impetigo
65.Tania ( Dermacomysis)
66.Scabies
67.Go
68.Thypoid fever
69.Desentri
70.Cholera

Anda mungkin juga menyukai