Clinical Report Session Anestesi
Clinical Report Session Anestesi
09.00 138 26
09.15 140 28
09.30 144 25
09.45 137 30
10.00 135 28
10.15 138 34
10.30 136 32
Ruang Pemulihan
• Masuk Jam : 10.30 WIB
• Keadaan Umum : Kesadaran: CM, GCS: 15
• Tanda vital :
Nadi : 137 x/menit
RR : 30x/menit
• Pernafasan : Baik
• Scoring Alderate:
Aktifitas : 2
Pernafasan: 2
Warna Kulit: 2
Sirkulasi : 2
Kesadaran : 2
Jumlah : 10
Instruksi Post Operasi:
• Monitoring tanda vital, kesadaran, dan
perdarahan
• Tirah baring tanpa bantal sampai pasien sadar
penuh
• Boleh makan dan minum setelah pasien sadar
penuh
• Terapi sesuai operator dr.Apriyanto Sp.BS
Pasca Pembedahan
• Perawatan bangsal bedah
• Masuk Tanggal : 15 Februari 2016
• Jam : 16.30 WIB
• Airway : Clear, MP II
• Breathing : Spontan, vesikuler Rh -/- , Wh -/-
• Circulation : BJ I-II; Reguler, murmur ( - ), gallop (
-)
• Disability : GCS ; E4 V5 M6
• Ass : Post operasi VP - Shunting e.c Hidrosefalus
• Instruksi post operasi observasi
• Prognosis : Dubia ad Bonam
Pembahasan
• Kunjungan pra anestesia dilakukan kurang
dari 24 jam sebelum operasi, untuk memberi
penjelasan mengenai masalah pembedahan
dan anestesi yang dilakukan penilaian
tentang keadaan pasien secara umum
• Dimana didapatkan keadaan pasien secara
umum baik.
Untuk menilai kebugaran seseorang sesuai The American
Society of Anesthesiologists (ASA) yaitu:1,2
• Kelas I : Pasien sehat organik, fisiologik,
psikiatrik, biokimia
• Kelas II : Pasien dengan penyakit sistemik ringan atas
sedang, tanpa pembatasan aktivitas.
• Kelas III : Pasien dengan penyakit sistemik berat,
sehingga aktivitas rutin terbatas.
• Kelas IV : Pasien dengan penyakit sistemik berat tak
dapat melakukan aktivitas rutin dan penyakitnya
merupakan ancaman kehidupannya setiap saat.
• Kelas V : Pasien sekarat yang diperkirakan dengan atau
tanpa pembedahan hidupnya tidak akan lebih dari 24 jam
Berdasarkan The American Society of Anesthesiologists
(ASA), pasien by. NU merupakan ASA I, karena baik secara
pemeriksaan fisik masupun laboratorium dalam batas
normal
Pada penderita ini telah dilakukan persiapan
yang cukup, antara lain:
• Puasa 6 jam
• Pemeriksaan laboratorium darah
• Kebutuhan cairan 12 tpm atau 36 cc/jam
Permasalahan yang ada, adalah :
• Pasien puasa 9 jam
• Pada pemeriksaan laboratorium tidak
diperiksa clotting time dan bleeding time nya.
• Kebutuhan cairan 36 cc/jam terpenuhi ketika
dilakukan kunjungan pra anestesi, namun 2
jam sebelum operasi infus pasien macet dan
pasien menjadi rewel
• Pasien anak-anak memerlukan premedikasi
dan sedasi untuk membuat mereka menjadi
kooperatif
• Pada kasus ini telah tepat diberikan pre
medikasi dan sedasi
• Lebih digemari intubasi sesudah tidur dengan
atau tanpa pelumpuh otot Kalau tidak
menggunakan pelumpuh otot, bayi atau anak
ditidurkan sampai dalam lalu diberikan
analgesia topikal baru dikerjakan intubasi
• Pada pasien ini pasien diberikan pelumpuh
otot atracurium 5 mg, setelah itu baru
dilakukan intubasi
• Anestesia neonatus sangat dianjurkan dengan
intubasi dan nafas kendali
• Gas anastetika yang umum digunakan adalah
N2O dicampur dengan O2 dengan
perbandingan 3 : 1, sering dicampur dengan
halotan, enfluran atau isofluran
• Pada pasien ini dilakukan intubasi dan nafas
kendali, lalu diberikan gas anastetika N2O : O2
dicampur dengan sevofluran 2%
• Setelah pelumpuh otot bekerja dilakukan
intubasi dengan laringoskop blade lengkung
no. 2 dengan metode chin-lift dan jaw-trust
yang berfungsi untuk meluruskan jalan nafas
antara mulut dengan trakea pipa
endotrakeal no.3 ½ dengan cuff yang
mempunyai diameter 3,0-4,0 mm
• Kebutuhan cairan total = 324 cc + 49,55 cc + 540
cc = 913,55 cc atau 914 cc
• Cairan yang sudah diberikan :
Pra anestesi = 300 cc
Saat operasi = 250 cc
• Total cairan yang masuk 550 cc
• Jadi terdapat defisi cairan sebesar sebesar 364 cc,
maka penambahan cairan masih diperlukan saat
pasien dibangsal ditambah kebutuhan cairan
perhari selama 24 jam
• Jadi terdapat defisit cairan sebesar 340 cc,
maka penambahan cairan masih diperlukan
saat pasien dibangsal ditambah kebutuhan
cairan perhari selama 24 jam
• Setelah selesai anestesia dan keadaan umum
baik, pasien dipindahkan ke ruang pulih
• Untuk memindahkan pasien ke ruangan biasa
dihitung dulu. skornya menurut steward
• Pada kenyataannya ketika memindahkan
pasien ke ruangan skornya dihitung menurut
Aldrete bukan dengan menggunakan skor
Steward
• Pada pasien dalam laporan kasus ini tidak
ditemukan adanya komplikasi dari anestesi
yang dilakukan
Kesimpulan
• Dalam kasus ini selama operasi berlangsung,
tidak ada hambatan yang berarti baik dari segi
anestesi maupun dari tindakan operasinya
• Secara umum pelaksanaan operasi dan
penanganan anestesi berlangsung dengan
baik meskipun ada hal-hal yang perlu
mendapat perhatian.
Daftar Pustaka
• Latief SA, Suryadi KA, dan Dachlan MR, Eds. Petunjuk Praktis
Anestesiologi. Edisi Ke-2. Jakarta : Bagian Anestesiologi dan Terapi
Intensif FKUI; 2009.
• Dahlan MR, Soenarto RF. Buku Ajar Anestesiologi. Jakarta :
Departemen Anestesiologi dan Intensif Care FKUI; 2009.
• Bissonette B, Dalens BJ. Pediatric Anesthesia: Principles And
Practice. New York : McGraw-Hill Medical Publishing Division; 2002
• Krane E. Orientation to Pediatric Anesthesia.
http://anesthesia.stanford.edu/ kentgarman/
clinical/ped%20orient.htm. Diakses pada tanggal 25 Februari 2016.
• WHO. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. World Health
Organization; 2009.
• Anonimus, Pediatric Anesthesiolgy:The Basics.
http://www.anesthesia.wisc.edu/ med3/ Peds/ pedshandout.html.
Diakses pada tanggal 25 Februari 2016