Anda di halaman 1dari 49

FARINGITIS DAN LARINGITIS

Anatomi & Fisiologi

• Faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti


corong, yang besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah serta
terletak pada bagian anterior kolum vertebra
• Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa kurang lebih 14
cm
• Batas-batas faring:
• Ke atas  faring berhubungan dengan rongga hidung melalui koana
• Ke depan  faring berhubungan dengan rongga mulut melalui ismus orofaring
• Di bawah  faring berhubungan melalui aditus laring, serta berhubungan
dengan esophagus
• Bagian-bagian faring:
• Nasofaring
• Orofaring
• Hipofaring
• Faringitis
definisi merupakan
peradangan dinding
faring yang dapat
disebabkan akibat
virus, bakteri, alergi,
trauma, toksin, dll.
Epidemologi

• Frekuensi munculnya faringitis lebih sering pada populasi anak-anak


• Kira-kira 15 - 30% pada anak-anak usia sekolah dan 10% pada orang
dewasa
• Biasanya terjadi pada musim dingin
• Jarang terjadi pada anak-anak kurang dari 3 tahun
Etiologi
Virus Bakteri
• Terbanyak pada usia ≤ 3 tahun • Streptokokus beta hemolitikus
• Influenzae A dan B
grup A
• Parainfluenzae
• Adenovirus • Streptococcus non group A
• Rhinovirus • Staphylococcus aureus
• Jamur (yaitu Candida) • Haemophilus influenzae
• Iritasi makanan yang • Bacteroides fragilis
merangsang
• Diphtheriae
Etiologi

Faringitis dapat
Radang ini bisa Faringitis biasanya
menular melalui
disebabkan oleh paling banyak
droplet infection dari
virus atau bakteri, disebabkan oleh
sekret hidung dan
disebabkan daya bakteri
ludah orang yang
tahan yang lemah. Streptococcus
menderita faringitis.
patogenesis

Penularan bakteri melalui droplet udara yang


berasal dari pasien faringitis. Droplet ini dpt
dikeluarkan melalui batuk dan bersin

Bakteri hinggap pd sel di faring dan


bermultiplikasi serta mensekresikan toksin

Toksin menyebabkan kerusakan dan


inflamasi pada sel yang ditandai dengan
adanya kemerahan pada faring.
Klasifikasi

akut

kronik

faringitis
Faringitis Viral

Penyebab : Rinovirus
Gejala :
• Demam disertai rinorea, mual, nyeri tenggorokan, sulit menelan.

Pemeriksaan :
Tampak faring dan tonsil hiperemis.
Virus influenza, coxsachievirus, dan cytomegalovirus tidak
menghasilkan eksudat.
Epstein Barr Virus menyebabkan faringitis yang disertai produksi
eksudat pada faring yang banyak. Terdapat pembesaran kelenjar limfa
diseluruh tubuh terutama retroservikal.
Terapi :
• Istirahat dan minum yang cukup
• Kumur dengan air hangat
• Analgetik (jika perlu)
Faringitis Bakterial

Penyebab : Streptokokus B Hemolitikus grup A


Gejala :
• Nyeri kepala hebat, muntah, kadang-kadang disertai demam dengan
suhu yang tinggi. Jarang disertai batuk

Pemeriksaan :
Tampak tonsil membesar, faring dan tonsil hiperemis dan terdapat
eksudat dipermukaannya. Beberapa hari kemudia timbul bercak
petechiae pada palatum dan faring.
Kelenjar limfa leher anterior membesar, kenyal, dan nyeri pada
penekanan.
Terapi :
a. Antibiotik : Penicillan G Banzatin 50.000 U/kgbb IM dosis tunggal,
atau amoksisilin 50mg/kgbb dosis dibagi 3x/hari selama 10 hari
dan pada dewasa 3x500 mg selama 6-10 hari
b. Kortikosteroid : deksametason 8-16 mg IM 1 kali. Pada anak 0,08 –
0,3 mg/kgbb IM 1 kali
c. Analgetik
Faringitis Fungal

Penyebab : Candida
Gejala :
Nyeri tenggorokan dan nyeri menelan.

Pada pemeriksaan :
Tampak plak putih di orofaring dan mukosa faring lainnya hiperemis.
Pembiakan jamur dilakukan dalam agar Sebouround dextrose.

Terapi :
Nystatin 100.000 – 400.000 2x/hari
Analgetik
Faringitis Kronik Hiperplastik

Gejala :
Mula-mula tenggorok kering dan gatal lalu batuk berdahak.

Pemeriksaan :
Tampak mukosa dinding posterior tidak rata dan berglanular.

Terapi :
• Simptomatis
• Obat batuk antitusif/ekspektoran
Faringitis Kronik Atrofi

Gejala :
Tenggorok kering dan tebal serta mulut berbau.

Pemeriksaan :
Tampak mukosa faring ditutupi oleh lender yang kental dan bila
diangkat tampak mukosa kering

Terapi :
• Menjaga kebersihan mulut
Faringitis spesifik

• Dapat disebabkan oleh


Faringitis treponema palidum
• Gambaran klinik tergantung
leutika pada stadium penyakit

• Proses sekunder TB paru


Faringitis • Nyeri hebat tenggorokan,
anoreksia, odinofagiotalgia,
tuberkulosa pembesaran KGB
Pemeriksaan Penunjang
Baku emas:
• Pemeriksaan kultur
apusan tenggorok
• Rapid antigen detection
test  mendeteksi
antigen Streptokokus
grup A
• Tes antibodi terhadap
streptococcus (ASTO)
GABHS rapid antigen detection test
• Untuk mendiagnosa faringitis karena infeksi GABHS.
• Jika pasien memiliki resiko sedang, atau jika seorang dokter
tidak nyaman memberikan terapi antibiotik dengan resiko
tinggi untuk pasien.
• Jika positif maka pengobatan antibiotik yang tepat, namun jika
negatif maka pengobatan antibiotik dihentikan dan dilakukan
follow-up
• Hasil kultur tenggorok negative
• Rapid antigen detection tidak sensitive untuk Streptococcus
Group C dan G atau jenis bakteri patogen lainnya.
LARINGITIS
Definisi
Laringitis merupakan suatu proses inflamasi pada laring yang terjadi
mendadak dan berlangsung dalam kurun waktu kurang lebih 3
minggu yang pada umumnya merupakan kelanjutan dari infeksi
saluran pernapasan atas yaitu rinofaringitis akut (common cold)
Klasifikasi

•Laringitis Akut
•Laringitis Kronis
•Laringitis Kronis Atrofi
•Laringits Kronis Hipertrofi
•Laringitis Kronis Spesifik
•Laringitis Tuberkulosis
•Laringitis Sifilis
Anatomi Laring
dibagi 3:
•1. supraglotis  terdiri dari epiglotis, plika
ariepiglotis, kartilago aritenoid, plika
vestibular(pita suara palsu), dan ventrikel
laringeal
•2. glotis  pita suara dan plika vokalis
•3 . subglotis  memanjang dari permukaan
bawah pita suara hingga kartilago krikoid
Fisiologi

• Fungsi Dasar
• Proteksi → mencegah agar makanan dan benda asing
masuk kedalam trakea dengan cara menutup aditus laring
dan rima glotis yang secara bersamaan.
• Respirasi → mengatur besar kecilnya rima glotis
• Fonasi → membuat suara serta mementukan tinggi
rendahnya nada

• Fungsi lain
→ sirkulasi, menelan, dan emosi
Respirasi Fonasi

Plika vokalis normal


Laringitis Akut

Laringitis
Laringitis
Kronik
Laringitis Akut

• Suatu kelainan yang


Definisi disebabkan karena adanya
keradangan akut pada laring

• Sering pada laring bisa


Frekuensi menyebabkan obstruksi
jalan napas atas
Faktor
Etiologi
Risiko
- Pasien balita
- Penderita infeksi Non spesifik: Virus,
saluran napas bawah Streptokokus pneumoni, E.
dan paru coli, Hemofilius influenza
- Terapi
radiasi/brachytherapy,
- Pemberian
imunosupresi
- Kemoterapi Spesifik: Diphteri dan M.
Tuberculosis
- Pasien banyak berbicara
(guru, penyanyi,
salesman/girl)
Patofisiologi
Parainfluenza virus

Masuk melalui inhalasi

Menginfeksi sel epitelium saluran nafas lokal yang bersilia

Edema dari lamina propria, submukosa, dan adventitia.


Infitrasi selular dengan histosit, limfosit, sel plasma dan lekosit
polimorfonuklear (PMN)

Terjadi oedem & hiperemis dari saluran nafas terutama pada dinding lateral
dari trakea dibawah pita suara (terjadi pada lumen saluran nafas dalam)

Terjadi penyempitan, bahkan sampai hanya sebuah celah

Membran pelindung plika vokalis biasanya hiperemis & oedem


Klasifikasi
1. Laringitis virus
a. Laringotrakeitis virus (Croup)
b. Laringitis virus
c. Herpes simplex virus

2. Laringitis Bakterialis
a. Supraglottitis bakterialis (Epiglottitis)
b. Laringitis Difteri
Gejala Klinis

1. Gangguan suara :

 Parau

 Kasar

 Susah keluar

 Nada > rendah

2. Sesak nafas & stridor

3. Nyeri tenggorokan  saat menelan & bicara


Laringitis Kronik

Definisi • Peradangan kronis pada laring;


dasar waktu 12-14 minggu

Faktor • Kelainan kronis pada korda


vokalis dapat menyebabkan

Risiko perubahan mukosa pada korda


vokalis
Pemeriksaan
Etiologi
Penunjang
Bakterial  M. tuberculosis, M.
leprae, T. pallidum, K.
rhinoscleromatis, A. israelii.
Fungal  Histoplasmosis,
Blastomicosis, Coccidiosis,
Candidiasis, Aspergillosis,
Rhinosporidiosis
Laringoskopi indirek, direk dan
fiberoptic laryngoscope,
radiologi dan laboratorium

Laringitis non-spesifik, refluks


gastrointestinal, trauma
inhalasi, trauma radiasi, trauma
intubasi, gangguan endokrin,
dan autoimun
Laringitis Kronis

 laringitis akut yang tidak


sembuh dan berlanjut
 suara yang parau, dengan
hilangnya kekuatan suara
seharian dan mungkin disertai
dengan batuk
 Tidak terlalu hiiperemis
 Terjadi penebalan plika vokalis
Pemeriksaan Penunjang

1 Laringoskopi indirek

2 Laringoskopi direk

3 Fiber optic laryngoscope

4 Radiologi

5 Laboratorium
• Kemerahan yang difus
• Pelebaran pembuluh darah
dari pita suara
• Gambaran laringoskopi
LARINGOSK yang pucat disertai edema
OPI
yang berair dari jaringan
subglotis
• Pergerakan pita suara
yang asimetris dan tidak
periodik
Penatatalaksanaan

Nonmedikamentosa :
• Mengistirahatkan pita suara selama 2 – 3 hari. Jika pasien
harus berbicara, fonasi sambil menghela nafas lembut
adalah yang terbaik.

• Menghirup udara yang dilembabkan (humidifikasi)


membantu melembabkan saluran nafas atas.

• Mengindari faktor-faktor yang dapat mengakibatkan iritasi


pada faring dan laring, seperti merokok, polusi udara,
makanan pedas dan minum es.
Laringitis Akut
Simptomatik
• Paracetamol atau aspirin gargles dapat mengurangi keluhan.

• Antibiotic diberikan setelah keluar hasil pewarnaan Gram dan kultur


dengan tes sensitifitas
Laringitis kronis
Gastroesofageal Refluks laringitis
•Level I
• Modifikasi pola makan
• Modifikasi gaya hidup
• Penggunaan antasida cair

•Level II Antirefluks medikasi


• H2 bloker : Ranitidine, Cimetidine, Famotidine
• Obat-obat prokinetik : Bethanecol, Metoclopramid
• Agen sitoprotektive : Sucralfat
• Pompa proton inhibitor
Prognosis
• Laringitis akut → sembuh spontan, jika pasien mematuhi
pengobatan, prognosis untuk kesembuhan yang cepat
dan level premorbid dari fonasi adalah baik.

• Laringitis kronis, tergantung proses yang mendasari


timbul penyakitnya.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai