Essential
Elements
pada
Maintenance Construction Construction
Project
Use
Competence Knowledge
(Pelatihan dan
(Experience) Edukasi)
Successful
Project harus
mengandung
Care
(Control)
Building Failure
dan
Forensic Engineering
Kegagalan Bangunan (Building Failure)
Definisi
UU-RI No.2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi, Bab 1, Pasal 1
ayat 10:
Kegagalan Bangunan adalah suatu keadaan keruntuhan
bangunan dan/atau tidak berfungsinya bangunan setelah
penyerahan akhir hasil Jasa Konstruksi.
Disini perlu dijelaskan pengertian fungsi, karena dalam definisi
tersebut diatas ada kalimat yang mengandung kata fungsi
(kegunaan suatu hal). Pengertian kata fungsi secara umum tidak
hanya mencakup masalah kegunaan saja (kegunaan artinya
dapat dipakai /dimanfaatkan sesuai yang dimaksud), tetapi lebih
luas dari itu.
Fungsi juga dapat ditinjau dari segi Tata-Nilai yang mencakup
unsur-unsur Metoda, Psikologis, Estetika, Ekonomis, Spiritual,
Teknologikal, Kultural dan Intelektual
Kegagalan bangunan dapat terjadi pada setiap
tahapan, yaitu secara garis besar bermula dari
a. Tahapan concept dan feasibility,
b. Contract documents (design, details dan
specifications),
c. Performance of work (actual construction,
control, guidance dan supervisory inspection),
sampai dengan tahapan
d. Pengunaan bangunan dan pemeliharaan
(owner and public use of the completed
facility)….Nonperformance.
Dov Kaminetzky,”Design and Construction Failures”-Lessons from
Forensic Investigation, McGraw-Hill,Inc,1991:
. Kegagalan adalah tindakan manusia dan didefinisikan sebagai:
kelalaian tercapainya suatu kinerja, kurangnya keberhasilan,
kinerja yang tidak terpenuhi, insufisiensi, kehilangan kekuatan,
dan berhentinya fungsi atau kinerja yang sesuai.
N Ananda Coomarasamy, Senior Civil Engineer, Construction &
Maintenance Department Port of Singapore Authority,
“Construction Related Structural Failures”, International
Conference on Structural Failure, ICSF 87, Singapore, 30-31
March 1987:
Kegagalan struktural dapat didefinisikan sebagai
perilaku atau kinerja struktur yang tidak sesuai dengan
kondisi stabilitas yang diharapkan dan layanan yang
diinginkan. Kegagalan juga dapat merujuk kepada
kehancuran total dan cacat alam seperti yang irrepairable
atau tidak ekonomis untuk diperbaiki untuk
penggunaan yang
sesuai.
Dr. Jack E. Snell,
Semua hukum mengatakan bahwa kerugian
yang signifikan dari kehidupan atau potensi
kerugian yang signifikan dari kehidupan dalam
bangunan adalah merupakan kegagalan
bangunan.
Pembahasan mengenai “Kegagalan Bangunan”
sebetulnya sudah dimulai sejak tahun 2000, antara
beberapa Asosiasi Profesi dan pihak Jasa Asuransi
Definisi “Kegagalan Bangunan” (2006):
Suatu bangunan baik sebagian maupun keseluruhan
dinyatakan mengalami kegagalan bila tidak mencapai
atau melampaui nilai-nilai kinerja tertentu (persyaratan
minimum , maksimum dan toleransi) yang ditentukan
oleh Peraturan, Standar dan Spesifikasi yang berlaku
saat itu sehingga bangunan tidak berfungsi dengan
baik
Umum
• Ketidaktahuan, ceroboh, lalai
Menentukan Faktor-factor • Kelupaan, kesalahan
Penyebab (Causes / - Ketergantungan pada pihak Kesalahan saat :
lain tanpa control yang cukup - Design, planning,
contributing factors) • Under-estimate/over-estimate construction
• Pengetahuan kurang - Masa penggunaan
• Situasi yang tak terduga (service)
Investigasi
Investigasi meliputi: Analysis
- Inspeksi kualitas
- Pengumpulan bukti (evidence)
- Pengukuran (measurements)
- Pengembangan model contoh products
- Melakukan pengujian – experiments
Conclusions
Tujuan dari Evaluasi adalah untuk memperoleh salah
satu atau beberapa informasi berikut ini:
1. Menilai kemunduran struktur akibat kondisi lingkungan
2. Menilai kerusakan struktur yang mungkin disebabkan oleh
berbagai sebab, antara lain beban yang berlebihan atau tidak
wajar, perencanaan yang kurang baik, pelaksanaan yang
buruk, banjir, kebakaran, angin, gempa, penurunan
(settlement) atau karena perawatan yang buruk.
3. Melihat kemungkinan adanya perubahan penggunaan
bangunan
4. Penilaian kapasitas struktur
5. Melihat kemungkinan perubahan dimensi komponen struktur
6. Untuk menentukan kemungkinan untuk dapat dimodifikasi agar
dapat memenuhi building code yang disyaratkan
Analysis
4. Detection
number
(DETECT)
Forensic Engineering in
Structural Design and Construction
Dalam usaha mencapai kualitas, performa dan inovasi (new
techniques) yang baik, seringkali “basic principles, sound
structural design and good construction practice” dilanggar yang
memicu kearah failure.
1. Safety failure
Cedera (injury), kematian (death), risiko dan keamanan
terhadap publik
a. Keruntuhan perancah saat pengecoran
b. Kelongsoran tanah
c. Keruntuhan lantai flat-slab akibat geser pons (punching
Jenis Kegagalan ( Type of Failures)
2. Functional failure
Gagal fungsi (timbul kompromi dalam fungsi)
a. Vibrasi-getaran yang berlebihan pada lantai yang
menyebabkan ketidak-nyamanan public
b. Kebocoran pada pelat lanntai atau pelat atap
c. Air conditioning yang tidak memadai
d. Akustik ruangan yang tidak memadai
Design
Leakage Materials Kebutuhan
SALAH Construction Public safety
User
Settlement
Struktur tidak
Deflection memadai
Overloading
Wear RUSAK Chemical
Earthquake Leakage
Fire
Spalling Sebab Kegunaan Kebutuhan
Mempengaruhi struktur
Desintegrasi lingkungan ?
???
Erosi
Korosi scope Urgensi ? Effect repair
Cracking Reaksi alkali-
BURUK Disfungsi pada struktur
aggregate
Effect Cost
Delaminasi Serangan
Constructability
sulfat Aestetika ??? User technical
Scaling
scope Performance
Lingkungan
Requirement
Kegunaan Aesthetis
Safety
Beberapa teknik uji (testing)
Non-destructive test (NDT)
dan destructive test, termasuk
uji beban
Penyelidikan untuk hasil uji
kuat tekan beton yang rendah
NON DESTRUCTIVE TESTING TECHNIQUES
Berbagai pengalaman pada pembangunan gedung-
gedung tinggi di Jakarta dimana mutu beton jatuh
secara signifikan, sehingga penyelidikan untuk hasil uji
kuat tekan beton yang rendah perlu dilakukan.
Sesuai SNI 2847-2013 pasal 5.6.5.2
5.6.5.2 Jika kepastian nilai kekuatan tekan beton yang rendah
telah diketahui dan hasil perhitungan menunjukkan
bahwa kapasitas pemikul beban berkurang secara
signifikan, maka uji beton inti (cores) diperbolehkan
diambil dari daerah yang dipermasalahkan sesuai
dengan ASTM C42M. Dalam kasus tersebut, tiga benda
uji harus diambil untuk setiap uji kekuatan tekan yang
jatuh dibawah nilai yang diberikan dalam 5.6.3.3(b).
Penyelidikan Untuk Hasil Uji Kekuatan Tekan Beton
Yang Rendah. SNI 2847-2013-5.6.5 (lanjutan)
Penerimaan 5.6.5.4 Beton di daerah yang diwakili oleh uji beton inti harus
dianggap cukup secara struktur jika kekuatan tekan
rata-rata dari tiga beton inti adalah minimal sama
dengan 85 persen dari fc’ , dan tidak ada satupun beton
inti yang kekuatan tekannya kurang dari 75 persen dari
fc’. Tambahan pengujian beton inti diizinkan untuk
diambil dari lokasi yang memperlihatkan hasil kekuatan
beton inti yang cenderung salah.
Krriteria