Anda di halaman 1dari 80

TUTORIAL KLINIK

1. A’an Haries Pranowo


2. Afifah Nur Aliyyah
3. Aida Tazkiyyatun Nufus
4. Dean Fthia Rahmi
5. Dwi Hanadha Saputra
6. Hamidatul M
7. Lysa Yustin Kurniati
8. Riantika Nur Utami
9. Tubagus Cahya Hutama
9
(Lysa)
Sebutkan kriteria tindak pidana kasus pembunuhan anak sendiri menurut KUHP
Pembunuhan anak diatur dalam pasal 341 KUHP (Kinderdoodstag)

menyatakan “seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan


anak pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan
sengaja merampas nyawa anaknya, diancam karena membunuh nyawa
anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.”
Pembunuhan anak yang dilakukan dengan direncanakan sebelumnya(Kindermoord)
dapat diancam dengan pasal 342 KUHP

Yang menyatakan “seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang di tentukan
karena takut akan ketahuan bahwa ia akan melahirkan anak pada saat anak
dilahirkan atau tidak lama kemudian merampas nyawa anaknya, diancam karena
melakukan pembunuhan anak sendiri sengan rencana, dengan pidana penjara
paling lama sembilan tahun”.
Tindakan merampas nyawa bayi baru lahir yang bersifat khusus (kindermoord atau
kinderdoodslag) harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

01 Pelaku harus ibu kandung

02 Korban harus bayi anak kandung sendiri

Pembunuhan harus dilakukan pada saat dilahirkan atau tidak lama


03 kemudian.

04 Motifnya karena takut ketahuan telah melahirkan anak.


Jika pembunuhan bayi tidak memenuhi salah satu saja dari
syarat tersebut diatas maka tidak dapat dikategorikan sebagai
Kinderdoodslag atau Kindermoord.

Dahlan, S.,Trisnadi, S.,Ilmu Kedokteran Forensik, Fakultas Kedokteran Unissula, 2019.


10
(A’an)
Sebutkan temuan postmortem pada kasus jenazah bayi yang dicurigai tindak
pidana pembunuhan anak sendiri yang harus dijelaskan pada penyidik
Anak Sendiri (PAS)
Pembunuhan atau
infaticide

Kindermoord Kinderdoodslag Kinderdoodslagtindakan


pidana merampas nyaw
a yang bersifat umum

KUHP Pasal 342 PAS KUHP Pasal 341 menyebutkan bahwa Pasal 338 dan 340 KUH
dengan rencana seorang ibu karena takut akan ketahu P
an melahirkan anak pada saat anak dil
ahirkan atau tidak lama kemudian, den
gan sengaja merampas nyawa anakny
a, diancam karena membunuh anak s
endiri, dengan pidana penjara paling la
ma 7 tahun.

Hamzah A., KUHP dan KUHAP, Edisi digabungkan dalam satru buku, Penerbit Rineka Cipta
, jakarta, 1992
Kriteria yang harus dipenuhi :
• Pelaku harus ibu kandung
• Korban harus bayi atau anak kandung sendiri
• Pembunuhan harus dilakukan pada saat dilahirkan atau tidak lama
kemudian
• Motifnya karena takut ketahuan telah melahirkan anak

Dahlan, S.,Trisnadi, S.,Ilmu Kedokteran Forensik, Fakultas Kedokteran Unissula, 2019.


Beberapa pengertian dalam unsur PAS
1. Pengertian PEMBUNUHAN harus membuktikan :
• Lahir hidup
• Kekerasan
•Sebab kematian akibat
2. Pengertian BARU LAHIR harus ada penilaian :
• Cukup bulan atau belum, dan berapa usia kehamilan
• Berapa usia pasca lahir
• Laik hidup (viable) atau belum (non-viable)
3. Pengertian TAKUT DIKETAHUI diasosiasikan :
• Belum timbul kasih sayang di ibu kepada anak
• Belum tampak tanda-tanda perawatan
4. Pengertian SI-IBU MEMBUNUH ANAKNYA SENDIRI mengharuskan kita dapat membuktikan apakah
mayat anak yang diperiksa adalah anak dari tersangka ibu yang diajukan

Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.1997
Beberapa temuan yang harus disampaikan
dokter untuk menyelesaikan perkara :
• Bayi viabel atau tidak
• Bayi lahir hidup atau lahir mati
• Sebab kematian bayi
• Lama bayi sempat hidup diluar kandungan

Dahlan, S.,Trisnadi, S.,Ilmu Kedokteran Forensik, Fakultas Kedokteran Unissula, 2019.


Viabelitas Bayi
Viabilitas bayi adalah tingkat kemampuan bayi untuk dapat mempertahankan kehidpanya
diluar kandungan tanpa peralatan khusus atau canggih.

Syarat bayi viabel

Usia kandungan lebih dari 28 minggu Tidak memiliki cacat berat

Tanda yang dapat diukur :


• PB 35 cm >>
• BB 1500 gram >>

Tanda tidak dapat diukur :


• Jenis kelamin sudah dapat dibedakan
• Bulu badan, alis, dan bulu mata sudah tumbuh
• Kuku sudah melewati ujung jari
• Inti penulangan sudah terbentuk pada tulang calcaneus
atau talus
• Pertumbuhan gigi sudah sampai tingkat klasifikasi
Lahir Hidup atau Lahir mati
Bayi dikatakan lahir hidup jika bayi menunjukan tanda-tanda
hidup sesudah seluruh tubuhnya berpisah dari bdan ibunya.
Pemeriksaan yang dilakukan pada :
• Sistem pernapasan
• Sistem pencernaan
• Tunggu ( potongan tali pusar )
• Sistem kardiovaskuler
Tanda paru sudah pernah mengembang :
1. Dada sudah mengembang
2. Tulang iga terlihat lebih mendatar
3. Sela iga melebar
4. Paru –paru :
• Memenuhi rongga dada
• Tepi tumpul
• Warna berubah dari merah keunguan mencadi bercak merah muda yang gambarnya
seperti mozaik
• Perabaan lembut seperti busa
• Pemeriksaan mikroskopik terlihat edema. Alveoli sudah mengembang dan diselaputi
oleh membran hialin yang terbentuk akibat kontak dengan oksigen

Positif palsu jika paru sudah terjadi pembusukan dan perna dilakukan upaya resusitasi.
• Tanda sistem pencernaan yaitu ditemukan makanan dan bakteri
didalam usus .
• Tanda tali pusat dimana ditemukan pelepasan tunggul tali pusat
dimulai dari pengeringan dan pelisutan pada hari ke-2 kemudian
terbentuk garis pemisa berwarna meah dan pada hari keempat
sampai keenam terjadi pemisahan sempurna tali pusat.
• Tanda kardiovaskular dimana terjadi perubahan aliran darah
akibat berfungsinya paru paru sehingga foramen ovale menutup
Sebab kematian
Kematian wajar Kematian tidak wajar
( natural neonatal death ) ( unatural neonatal death )

Kerusakanan otak sewaktu dilahirka,


kekurangan oksigen akibat prolaps Pembekapan, pemukulan kepala,
tali pusat, HMD, infeksi intra uteri, pencekikan dan penjeratan
kelainan plasenta kelainan darah dll

Kecelakaan
Jatuh dari gendongan
Melahirkan ditolet atau disungai
Lama Hidup di luar Kandungan
• Kondisi bayi masih kotor atau sudah dirawat
• Meconium, biasanya setelah 2 hari sudah tidak ada lagi
• Tinggat proses pelepasan tali pusat
• Ikterus, yang biasanya terlihat pada hari ke empat sampai sampai
sepuluh
• Foramen ovale, biasanya tertutup dalam beberapa minggu
• Pembuluh darah umbilical mengalami obiliterasi sesudah beberapa
minggu

Dahlan, S.,Trisnadi, S.,Ilmu Kedokteran Forensik, Fakultas Kedokteran Unissula, 2019.


11
(Hamidah)
JELASKAN DEFINISI TOKSIKOLOGI
Ilmu yang mempelajari semua aspek yang berkaitan
dengan bahan bahan yang punya reputasi sebagai racun,
meliputi sumber, sifat dan pengaruhnya terhadap tubuh
atau kesehatan manusia (seperti gejala-gejala, tanda-
tanda, dan pengobatannya

Dahlan, S.,Trisnadi, S.,Ilmu Kedokteran Forensik, Fakultas Kedokteran Unissula, 2019.


12
(Afifah)
Definisi Racun
RACUN

Racun adalah
01 suatu zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorpsi, menempel pada kulit, atau
dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relatif kecil dapat mengakibatkan
cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia.

Racun adalah
02 substansi yang bekerja dalam tubuh manusia secara kimiawi ataupun fisiologik,
yang dalam dosis tertentu (toksik) menyebabkan gangguan kesehatan atau
bahkan meninggal dunia

Racun
03 Dalam KUHP, sebutan yang digunakan “barang sesuatu yang membahayakan”

Racun
04 dapat diserap melalui pencernaan, hisapan, intravena, kulit, atau melalui rute lain
. Reaksi dari racun dapat seketika itu juga, cepat, lambat atau secara kumulatif
Dahlan, S.,Trisnadi, S.,Ilmu Kedokteran Forensik, Fakultas Kedokteran Unissula, 2019.
13
(Aida)
Sebutkan macam – macam otopsi serta jelaskan tujuan masing – masing
Otopsi

Anatomik : untuk kepentingan


pendidikan

Klinik : dilakukan terhadap jenazah


dari penderita penyakit yang dirawat
dan kemudian meninggal dunia di
rumah sakit

Forensik : Kepentingan
Peradilan

Gamabar 14.1 Bagan Jenis Otopsi


(Idries AM. Pedoman ilmu kedokteran forensik. Jakarta, 2008)
Dikenal 3 macam otopsi, yakni :
1. Otopsi Anatomik adalah otopsi yang dilakukan untuk kepentingan pendidikan,
yaitu dengan mempelajari susunan tubuh manusia yang normal
2. Otopsi Klinik adalah otopsi yang dilakukan terhadap jenazah dari penderita
penyakit yang dirawat dan kemudian meninggal dunia di rumah sakit.
3. Otopsi Forensik ialah yang dilakukan untuk kepentingan peradilan, yaitu
membantu penegakan hukum dalam rangka menemukan kebenaran materil.

Dahlan, S.,Trisnadi, S.,Ilmu Kedokteran Forensik, Fakultas Kedokteran Unissula, 2019


Kegunaan otopsi forensik pada hakekatnya adalah membantu penegak hukum untuk menjawab
persoalan-persoalan yang dihadapinya, yakni :
1. Membantu menentukan cara kematian (manner of death = mode of dying), yaitu :
a. Pembunuhan
b. Bunuh Diri
c. Kecelakaan.
2. Membantu mengungkapan proses terjadinya tindak pidana yang menyebabkan kematian, yaitu :
a. Kapan dilakukan
b. Dimana dilakukan
c. Senjata, benda atau zat kimia apa yang digunakan
d. Sebab kematian (cause of death)
3. Membantu mengungkapakan identitas jenazah
4. Membantu mengungkapakan pelaku kejahatan.

Dahlan, S.,Trisnadi, S.,Ilmu Kedokteran Forensik, Fakultas Kedokteran Unissula, 2019


14
(Dean)
Sebutkan teknik – teknik pengangkatan organ dalam pada otopsi
Terdapat 4 teknik autopsi dasar yang dikenal dalam pembedahan
mayat.
Namun pada umumnya, masing-masing hanya memiliki sedikit perbedaan terutama dalam hal pengangkatan keluar organ, baik dalam
hal urutan pengangkatan maupun jumlah kelompok organ yang dikeluarkan, serta bidang pengirisan pada organ yang diperiksa.

Teknik Virchow Teknik Rokitansky

01 Merupakan teknik 02 Jarang dipakai, karena tidak


memiliki keunggulan dari tek
autopsi tertua nik autopsi lainnya

Teknik Ghon Teknik Letulle

04 en masse 03 diikat keluar sebagai tiga


kumpulan organ (bloc)

Idries, AM.Prosedur Khusus. Dalam: Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik.Edisi Pertama. Binarupa Aksara. Jakarta. 1997 : 354-61
Hamdani, Njowito. Autopsi.
1. Teknik Virchow

Merupakan teknik autopsi tertua.


Setelah dilakukan pembukaan rongga tubuh , organ-organ dibuka satu persatu dan langsung
diperiksa. Dengan demikian kelainan-kelainan yang terdapat pada masing-masing organ dapat
segera dilihat, namun hubungan anatomik antar beberapa organ yang tergolong dalam satu
sistim jadi hilang.
Teknik ini kurang baik bila digunakan pada autopsi forensik terutama pada kasus penembakan
dengan senjata api dan penusukan dengan senjata tajam. Yang memerlukan penentuan
saluran luka, arah serta dalamnya penetrasi.

Idries, AM.Prosedur Khusus. Dalam: Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik.Edisi Pertama. Binarupa Aksara. Jakarta. 1997 : 354-61
Hamdani, Njowito. Autopsi.
2. Teknik Rokitansky

Setelah rongga tubuh dibuka, organ diperiksa dengan melakukan


irisan in-situ, kemudian seluruh organ dikeluarkan dalam kumpulan
organ (en-bloc)
Jarang dipakai, karena tidak memiliki keunggulan dari tekni autopsi
lainnya.

Idries, AM.Prosedur Khusus. Dalam: Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik.Edisi Pertama. Binarupa Aksara. Jakarta. 1997 : 354-61
Hamdani, Njowito. Autopsi.
3. Teknik Letulle

Setelah rongga tubuh dibuka, organ leher-dada-diafragma-perut


dikeluarkan sekaligus )
“ en masse “ kepala diletakkan di atas meja dengan permukaan
posterior menghadap ke atas. Plexus coeliacus dan kelenjar para
aorta diperiksa. Aorta dibuka sampai arcus aorta dan A.Renale
kanan dan kiri di periksa.

Idries, AM.Prosedur Khusus. Dalam: Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik.Edisi Pertama. Binarupa Aksara. Jakarta. 1997 : 354-61
Hamdani, Njowito. Autopsi.
• Aorta di putus diatas muara arteri renalis.
• Rectum di pisahkan dari sigmoid
• Organ urogenital dipisahkan dengan organ lain.
• Bagian proximal jejunumdiikat pada dua tempat kemudian diputus
antara dua ikatan tersebut lalu usus dapat dilepaskan.
• Esofagus dilepaskan dari trakea tetapi hubungan dengan lambung
tetap dipertahankan.
• Vena cava inferior serta aorta diputus di atas diafragma dengan
demikian organ leher dan dada dapat dilepas dari organ perut.

Idries, AM.Prosedur Khusus. Dalam: Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik.Edisi Pertama. Binarupa Aksara. Jakarta. 1997 : 354-61
Hamdani, Njowito. Autopsi.
hubungan antar organ tetap dipertahankan setelah seluruh
organ dikeluarkan dari tubuh.
- sukar dilakukan tanpa pembantu
- sukar dalam menangani kumpulan organ yang dikeluarkan
sekaligus.

Idries, AM.Prosedur Khusus. Dalam: Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik.Edisi Pertama. Binarupa Aksara. Jakarta. 1997 : 354-61
Hamdani, Njowito. Autopsi.
4. Teknik Ghon

Setelah rongga tubuh dibuka, organ leher dan dada, organ


pencernaan bersama hati dan limpa, organ urogenital diikat
keluar sebagai tiga kumpulan organ (bloc)

Idries, AM.Prosedur Khusus. Dalam: Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik.Edisi Pertama. Binarupa Aksara. Jakarta. 1997 : 354-61
Hamdani, Njowito. Autopsi.
15
(Hanadha)
Sebut dan jelaskan teknik irisan kulit pada otopsi
“Incise huruf I” “Incise huruf Y”

“incise huruf I”
“incise huruf Y” Keuntungan teknik ini adalah mudah
01 dikerjakan dan daerah leher dapat
diperiksa lapis demi lapis sehingga
Keuntungan teknik “incisi huruf Y” ialah

Teknik pembukaan dapat


semua kelainan yang ada data dilihat
01 tidak adanya irisan didaerah leher

menggunakan teknik
“incise huruf I” atau “incise 02 keburukannya ialah dari segi estetika
karena ada irisan pada daerah leher. teknik ini agak sulit dan memerlukan ke

huruf Y”
02 trampilan tinggi.

03 Pada kasus dengan trauma leher harus


dilakukan dengan teknik”incise huruf I”

Dahlan, S.,Trisnadi, S.,Ilmu Kedokteran Forensik, Fakultas Kedokteran Unissula, 2019


16
(Tubagus)
Jelaskan definisi Visum Et Repertum
Visum et Repertum adalah keterangan tertulis
yang dibuat oleh dokter (dalam kapasitasnya
sebagai ahli) atas permintaan resmi dari
penegak hukum yang berwenang tentang
yang apa dilihat dan yang ditemukan pada

VER objek yang diperiksanya dengan mengingat


sumpah atau janji ketika menerima jabatan
untuk kepentingan peradilan.

Dahlan, S.,Trisnadi, S.,Ilmu Kedokteran Forensik, Fakultas Kedokteran Unissula, 2019.


17
(Riantika)
A. Sebutkan pasal-pasal dalam KUHAP tentang bantuan dokter untuk kepentingan peradilan!
B. Bila dipanggil sebagai saksi ahli bolehkah dokter menolak? Jelaskan Alasannya!
ISI
Pasal – pasal

“ Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seorang yang


01 Pasal 1 butir 28 KUHAP memiliki keahlian khusus yang dapat membuat terang perkara pidana
guna kepentingan pemeriksaan.”

“ Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang


korban baik luka, keracunan, ataupun mati yang diduga karena peristiwa
02 Pasal 133 ayat (1) KUHAP yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan
keterangan ahli kepada kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lain
nya.”

“ Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran


03 Pasal 179 ayat (1) KUHAP kehakiman atau dokter atau ahli lainnya wajib memberikan
keterangan ahli demi keadilan.”

Dahlan, S.,Trisnadi, S.,Ilmu Kedokteran Forensik, Fakultas Kedokteran Unissula, 2019


Bila dipanggil sebagai
Ketentuan tersebut merupakan ketentuan yang mengikat dokter baik pada
saksi ahli bolehkah
tingkat penyidikan dan penidikan tambahan; kecuali ada alasan yang sah
dokter menolak? Jelas
kan Alasannya! menurut undang-undang bahwa ang bersangkutan boleh mengundurkan
diri untuk tidak melaksanakannya.

Alasan yang sah itu adalah alasan yang menyebabkan dokter tidak dapat didengar
keterangannya dan dapat mengundurkan diri dari kewajiban memberikan bantuan
BOLEH disebabkan dokter merupakan
• Keluarga sedarah atau semenda dalam garis lurus ke atas atau ke bawah sampai
Pasal 179 KUHAP derajat ketiga dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai terdakwa
“ setiap orang yang diminta
pendapatnya sebagai ahli • Saudara dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai terdakwa, saudara ibu atau
kedokteran kehakiman atau bapak, juga mereka yang mempunyai hubungan karena perkawinan dan anak-anak
dokter atau ahli lainnya wajib saudara terdakwa sampai derajat ketiga; atau
memberikan keterangannya”
• Suami atau istri terdakwa meskipun sudah bercerai atau yang bersama-sama sebagai
terdakwa Dahlan, S.,Trisnadi, S.,Ilmu Kedokteran Forensik, Fakultas Kedokteran Unissula, 2019.
PR KELOMPOK 1
Aan Haries Pranowo
Afifah Nur Aliyyah
Aida Tazkiyyatun Nufus
UJI LAMBUNG – USUS (UJI BRESLAU)
Udara dalam lambung dan usus dapat terjadi akibat pernapasan wajar
, pernapasan buatan, atau tertelan.
CARA MELAKUKAN :
Gara pemeriksaan yaitu esophagus diikat, dikeluarkan bersama lambung yang
diikat pada jejunum lekuk pertama, kemudian dimasukkan kedalam air. makin j
auh udara usus masuk dalam usus, makin kuat dugaan adanya pernapasan 2
4-48 jam post mortem, mekonium sudah keluar semua seluruhnya dari usus b
esar
Doudenum di dekat Pilorus, Usus halus di daerah valvula Bauhini dan Usus besar di daer
ah rekto – sigmoid diikat dengan tali rami
Seluruh alat pencernaan dimasukan kedalam air
Alat pencernaan terapung POSITIF
Alat pencernaan tidak terapung NEGATIF
NOTE : bila tidak seluruhnya terapung perhatikan mana yang tidak terapung, di uji sendir
i – sendiri dg cara sama dengan diatas
LAMA HIDUP DI LUAR KANDUNGAN
• Kondisi bayi masih kotor atau sudah dirawat
– Tali Pusat
– Verniks Caseosa
– Pakaian

• Mekonium

• Tingkat proses pelepasan tunggul tali pusat

• Ikterus
• Foramen ovale

• Pembuluh darah umbilikal


TANDA – TANDA PERAWATAN

1. Tali pusat terpotong rata dan diikat ujungnya, diberi


antiseptik dan verban (bisa hilang sblm diperiksa).
2. Jalan nafas bebas.
3. Vernix kaseosa tidak ada lagi.
4. Berpakaian.
5. Air susu di dalam saluran cerna.
TANDA TIDAK DILAKUKAN PERAWATAN
• Tubuh masih berlumuran darah.
• Ari-ari plasenta masih melekat dengan tali pusat dan masih berhub
ungan dengan pusat umbilikus.
• Bila ari-ari tidak ada, maka ujung tali pusat tampak tidak beraturan,
hal inidapat diketahui dengan meletakkan ujung tali pusat tersebut
ke permukaan air.
• Adanya lemak bayi (vernix kaseosa), pada daerah dahi serta di dae
rah yang mengandung lipatan-lipatan kulit, seperti daerah lipat ketia
k, lipat paha dan bagian belakang bokong
USIA PASCA LAHIR

1. Udara dalam saluran pencernaan dapat diperkirakan :


1. di Lambung berati Baru Lahir, tapi blm tentu lahir hidup.
2. di Doudenum lebih dari 2 jam.
3. di Usus Halus 6 – 12 jam.
4. di Usus Besar 12 – 24 jam.

2. Bila mekonium telah keluar seluruhnya berati telah 24 jam


atau lebih.
Perubahan tali pusat
• Terbentuk lingkaran merah pada tempat lekatan
setelah kira kira bayi hupu 36 jam.
• Tali pusat akan mengering pada 6-8 hari
• Dan terjadi penyembuhan luka dan lepas se pur
na di hari ke 15
• Eritrosit berinti akan hilang dalam 24 jam pertama setelah lahir, namun
kadangkala masih dapat ditemukan dalam sinosid hati.
• Ginjal pada hari ke 2-4 akan terdapat deposit asam urat yang berwarna j
ingga berbentuk kipas ( fan shaped), dan akan menghilang setelah hari k
e 4.
• Perubahan sirkulasi darah setelah bayi lahir akan terjadi obileterasi art
eri dan vena umbilikalis dalam waktu 3-4 hari. Ductus vencsus akan tertu
tup setelah 3-4 minggu dan foramen ovale akan tertutup setelah 3 mingg
u – 1 bulan namun kadang kadang tidak menutup walaupun sudah tidak
berfungsi lagi, ductus ateriosus akan tertutup setelah 3 minggu – 1 bulan
.
Karbon monoksida
• Kabon monoksida bereaksi dengan Fe dari porfirin sehing
ga akan bersaing dengan O2 dalam mengikat protein heme
yaitu hemoglobin, myoglobin, sitokrom oksidase (sitokrom
a, a3), sitokrom P450, peroksidase dan katalase
• Berikatan dengan Hb akan menjadi COHb yang mengakib
atkan Hb inaktif dan kemampuanya untuk mengikat O2 ber
kurang; dapat menganggu disosiasi Oxi-Hb yang pada akh
irnya dapat mengakibatkan hipoksia pada jaringan
• Saat berikatan dengan sitokrom a3 yang merupakan link y
ang penting dalam system enzim penapasan sel sehingga
efeknya dapat menyebabkan gangguan pernapasan sel da
n hipoksia jaringan

Budiyanti A, Widiatmaka W, Sudiono S, et al. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia bagian Kedokteran Forensik, 1997. hal. 87-129
.
Karbon monoksida
• 50 ppm (0,005%) adalah nilai ambang batas gas CO (inhal
asi selama 8 jam setiap hari dan 5 hari setiap minggu untu
k jumlah tahun yang tak terbatas)
• 200 ppm (0,02%) inhalasi 1-3 jam akan mengakibatkan C
OHb mencapai 15-20% dan gejala mulai timbul
• 1000 ppm (0,1%) inhalasi 3 jam dapat menyebabkan kema
tian
• 3000 ppm (0,3%) inhalasi 2 jam dapat menyebabkan kema
tian
• 10.000 ppm (1%) inhalasi 15 menit dapat mnyebabkan keh
ilangan kesadaran dengan COHb 50% saturasi, sedangka
n inhalasi 20 menit dapat menyebabkan kematian dengan
80% saturasi
Budiyanti A, Widiatmaka W, Sudiono S, et al. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia bagian Kedokteran Forensik, 1997. hal. 87-129
.
% saturasi COHb Gejala-gejala
10 Tidak ada

Rasa berat pada kening, sakit kepala ringan, pelebaran pembuluh darah subkutan, dispneu,
10-20
gangguan koordinasi.

20-30 Sakit kepala, berdenyut pada pelipis, emosional

30-40 Sakit kepala keras, lemas, pusing, penglihatan buram, mual dan muntah, kolaps.

Sama seperti diatas dengan kemungkinan kollaps lebih besar, pernapasan dan nadi bertamb
40-50
ah cepat, ataksia.

Sinkop, pernapasan dan nadi bertambah cepat, koma dengan kejang intermiten, pernapasan
50-60
Cheyne Stokes

60-70 Koma dengan kejang, depresi jantung dan pernapasan, mungkin kematian

70-80 Nadi lemah, pernapasan lambat, gagal pernapasan dan kematian


Budiyanti A, Widiatmaka W, Sudiono S, et al. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia bagian Kedokteran Forensik, 1997. hal. 87-129
.
PEMERIKSAAN KEDOKTERAN
FORENSIK
• Lebam mayat berwarna merah muda terang (cherry pink colour)
• Dapat ditemukan pada mayat yang didinginkan dan pada kerac
unan CN  penampang ototnya berwarna biasa, tidak merah
terang
• Jaringan otot, visera dan darah juga berwarna merah terang
• Kadang ditemukan asfiksia dan hiperemia visera
• Pada otak besar dapat ditemukan petekiae di substansia alba
bila korban dapat bertahan hidup lebih dari ½ jam
Sianida
• Sianida dapat masuk ke dalam tubuh melalui mulut, inhalasi dan kulit
• Sianida setelah diabsorbsi akan masuk ke sirkulasi darah sebagai CN bebas dan tidak
dapat berikatan dengan hemoglobin, kecuali dalam bentuk methemoglobin menjadi sin
-methemoglobin
• sianida akan menonaktifkan beberapa enzim oksidatif seluruh jaringan secara radikal,
terutama sitokrom oksidase
• Secara reflex, sianida akan merangsang pernapasan dengan bekerja pada ujung saraf
sensorik sinus  racun yang dihirup semakin banyak
• Hal-hal diatas dapat menyebabkan proses oksidasi reduksi tidak dapat berlangsung d
an oksi-Hb tidak dapat berdisosiasi sehingga menyebabkan anoksia jaringan

Budiyanti A, Widiatmaka W, Sudiono S, et al. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia bagian Kedokteran Forensik, 1997. hal. 87-129.
Sianida
• Keracunan akut dapat menyebabkan kegagalan
pernapasan dan kematian dapat timbul beberap
a menit
• keracunan kronik berupa pucat, berkeringat din
gin, pusing, rasa tidak enak di perut, mual, kolik,
rasa tertekan pada dada dan sesak napas
• Nilai ambang batas adalah 11 mg/m3 untuk gas
HCN
• Nilai ambang batas debu sianida adalah 5 g/ m3
• Takaran toksik HCN peroral 60-90 mg, sedangk
an untuk KCN atau NaCN adalah 200 mg.
Budiyanti A, Widiatmaka W, Sudiono S, et al. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia bagian Kedokteran Forensik, 1997. hal. 87-129.
Gejala: Sianida
• Rasa terbakar • Tinnitus
pada kerongko • Pusing
ngan dan lidah • Kelelahan
• Sesak napas • Sianosis pada muka
• Pupil dilatasi
• Hipersalivasi • Reflex melambat
• Mual, muntah • Timbul kedut otot kemudian
bisa kejang dengan inkontin
• Sakit kepala ensia
• Vertigo • Kolaps, koma dan meninggal
• Fotofobia
Budiyanti A, Widiatmaka W, Sudiono S, et al. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia bagian Kedokteran Forensik, 1997. hal. 87-129.
PEMERIKSAAN KEDOKTERAN
FORENSIK
• Sianosis pada wajah dan bibir, busa keluar dari mulut
• Lebam mayat berwarna merah terang dapat pula ber
warna biru-kemerahan, livid. Tergantung derajat kerac
unan.
• Dapat tercium bau amandel yang khas pada waktu m
embuka mulut, hidung, rongga dada, perut dan otak
serta lambung
• Tanda-tanda asfiksia pada organ-organ tubuh
Budiyanti A, Widiatmaka W, Sudiono S, et al. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia bagian Kedokteran Forensik, 1997. hal. 87-129.
Dasar Hukum Otopsi
Dasar Hukum Otopsi Forensik
KUHP pasal 222

• Barangsiapa dengan sengaja mencegah, menghal


ang-halangi atau menggagalkan pemeriksaan may
at untuk pengadilan, diancam dengan pidana penja
ra paling lama sembilan bulan atau pidana denda p
aling banyak empat ribu lima ratus rupiah
Instruksi Kapolri nomor INS/E/
20/IX/1975
• TATA CARA PERMOHONAN/ PENCAB
UTAN VISUM et REPERTUM
Dasar Hukum Otopsi Klinik
UU RI nomor 23 tahun 1992 T
entang Kesehatan
• Pasal 70
(1)Dalam melaksanakan penelitian dan pengembangan dapat dilak
ukan bedah mayat untuk penyelidikan sebab penyakit dan atau seb
ab kematian serta pendidikan tenaga keschatan.
(2)Bedah mayat hanya dapat dilakukan koleh tenaga kesehatan ya
ng mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dengan me
mperhatikan norma yang berlaku dalam masyarakat.
(3)Ketentuan mengenai bedah mayat sebagaimana dimaksud dala
m ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Dasar Hukum Otopsi Anatomi
UU RI nomor 23 tahun 1992 Tentang Kesehatan
• Pasal 70
(1)Dalam melaksanakan penelitian dan pengembangan dapat dilak
ukan bedah mayat untuk penyelidikan sebab penyakit dan atau seb
ab kematian serta pendidikan tenaga keschatan.
(2)Bedah mayat hanya dapat dilakukan koleh tenaga kesehatan ya
ng mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dengan me
mperhatikan norma yang berlaku dalam masyarakat.
(3)Ketentuan mengenai bedah mayat sebagaimana dimaksud dala
m ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Hamzah A., KUHP dan KUHAP, Edisi digabungkan dalam satru buku, Penerbit Rineka Cipta
, jakarta, 1992
Thanks you

Anda mungkin juga menyukai