Yang menyatakan “seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang di tentukan
karena takut akan ketahuan bahwa ia akan melahirkan anak pada saat anak
dilahirkan atau tidak lama kemudian merampas nyawa anaknya, diancam karena
melakukan pembunuhan anak sendiri sengan rencana, dengan pidana penjara
paling lama sembilan tahun”.
Tindakan merampas nyawa bayi baru lahir yang bersifat khusus (kindermoord atau
kinderdoodslag) harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
KUHP Pasal 342 PAS KUHP Pasal 341 menyebutkan bahwa Pasal 338 dan 340 KUH
dengan rencana seorang ibu karena takut akan ketahu P
an melahirkan anak pada saat anak dil
ahirkan atau tidak lama kemudian, den
gan sengaja merampas nyawa anakny
a, diancam karena membunuh anak s
endiri, dengan pidana penjara paling la
ma 7 tahun.
Hamzah A., KUHP dan KUHAP, Edisi digabungkan dalam satru buku, Penerbit Rineka Cipta
, jakarta, 1992
Kriteria yang harus dipenuhi :
• Pelaku harus ibu kandung
• Korban harus bayi atau anak kandung sendiri
• Pembunuhan harus dilakukan pada saat dilahirkan atau tidak lama
kemudian
• Motifnya karena takut ketahuan telah melahirkan anak
Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.1997
Beberapa temuan yang harus disampaikan
dokter untuk menyelesaikan perkara :
• Bayi viabel atau tidak
• Bayi lahir hidup atau lahir mati
• Sebab kematian bayi
• Lama bayi sempat hidup diluar kandungan
Positif palsu jika paru sudah terjadi pembusukan dan perna dilakukan upaya resusitasi.
• Tanda sistem pencernaan yaitu ditemukan makanan dan bakteri
didalam usus .
• Tanda tali pusat dimana ditemukan pelepasan tunggul tali pusat
dimulai dari pengeringan dan pelisutan pada hari ke-2 kemudian
terbentuk garis pemisa berwarna meah dan pada hari keempat
sampai keenam terjadi pemisahan sempurna tali pusat.
• Tanda kardiovaskular dimana terjadi perubahan aliran darah
akibat berfungsinya paru paru sehingga foramen ovale menutup
Sebab kematian
Kematian wajar Kematian tidak wajar
( natural neonatal death ) ( unatural neonatal death )
Kecelakaan
Jatuh dari gendongan
Melahirkan ditolet atau disungai
Lama Hidup di luar Kandungan
• Kondisi bayi masih kotor atau sudah dirawat
• Meconium, biasanya setelah 2 hari sudah tidak ada lagi
• Tinggat proses pelepasan tali pusat
• Ikterus, yang biasanya terlihat pada hari ke empat sampai sampai
sepuluh
• Foramen ovale, biasanya tertutup dalam beberapa minggu
• Pembuluh darah umbilical mengalami obiliterasi sesudah beberapa
minggu
Racun adalah
01 suatu zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorpsi, menempel pada kulit, atau
dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relatif kecil dapat mengakibatkan
cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia.
Racun adalah
02 substansi yang bekerja dalam tubuh manusia secara kimiawi ataupun fisiologik,
yang dalam dosis tertentu (toksik) menyebabkan gangguan kesehatan atau
bahkan meninggal dunia
Racun
03 Dalam KUHP, sebutan yang digunakan “barang sesuatu yang membahayakan”
Racun
04 dapat diserap melalui pencernaan, hisapan, intravena, kulit, atau melalui rute lain
. Reaksi dari racun dapat seketika itu juga, cepat, lambat atau secara kumulatif
Dahlan, S.,Trisnadi, S.,Ilmu Kedokteran Forensik, Fakultas Kedokteran Unissula, 2019.
13
(Aida)
Sebutkan macam – macam otopsi serta jelaskan tujuan masing – masing
Otopsi
Forensik : Kepentingan
Peradilan
Idries, AM.Prosedur Khusus. Dalam: Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik.Edisi Pertama. Binarupa Aksara. Jakarta. 1997 : 354-61
Hamdani, Njowito. Autopsi.
1. Teknik Virchow
Idries, AM.Prosedur Khusus. Dalam: Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik.Edisi Pertama. Binarupa Aksara. Jakarta. 1997 : 354-61
Hamdani, Njowito. Autopsi.
2. Teknik Rokitansky
Idries, AM.Prosedur Khusus. Dalam: Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik.Edisi Pertama. Binarupa Aksara. Jakarta. 1997 : 354-61
Hamdani, Njowito. Autopsi.
3. Teknik Letulle
Idries, AM.Prosedur Khusus. Dalam: Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik.Edisi Pertama. Binarupa Aksara. Jakarta. 1997 : 354-61
Hamdani, Njowito. Autopsi.
• Aorta di putus diatas muara arteri renalis.
• Rectum di pisahkan dari sigmoid
• Organ urogenital dipisahkan dengan organ lain.
• Bagian proximal jejunumdiikat pada dua tempat kemudian diputus
antara dua ikatan tersebut lalu usus dapat dilepaskan.
• Esofagus dilepaskan dari trakea tetapi hubungan dengan lambung
tetap dipertahankan.
• Vena cava inferior serta aorta diputus di atas diafragma dengan
demikian organ leher dan dada dapat dilepas dari organ perut.
Idries, AM.Prosedur Khusus. Dalam: Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik.Edisi Pertama. Binarupa Aksara. Jakarta. 1997 : 354-61
Hamdani, Njowito. Autopsi.
hubungan antar organ tetap dipertahankan setelah seluruh
organ dikeluarkan dari tubuh.
- sukar dilakukan tanpa pembantu
- sukar dalam menangani kumpulan organ yang dikeluarkan
sekaligus.
Idries, AM.Prosedur Khusus. Dalam: Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik.Edisi Pertama. Binarupa Aksara. Jakarta. 1997 : 354-61
Hamdani, Njowito. Autopsi.
4. Teknik Ghon
Idries, AM.Prosedur Khusus. Dalam: Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik.Edisi Pertama. Binarupa Aksara. Jakarta. 1997 : 354-61
Hamdani, Njowito. Autopsi.
15
(Hanadha)
Sebut dan jelaskan teknik irisan kulit pada otopsi
“Incise huruf I” “Incise huruf Y”
“incise huruf I”
“incise huruf Y” Keuntungan teknik ini adalah mudah
01 dikerjakan dan daerah leher dapat
diperiksa lapis demi lapis sehingga
Keuntungan teknik “incisi huruf Y” ialah
menggunakan teknik
“incise huruf I” atau “incise 02 keburukannya ialah dari segi estetika
karena ada irisan pada daerah leher. teknik ini agak sulit dan memerlukan ke
huruf Y”
02 trampilan tinggi.
Alasan yang sah itu adalah alasan yang menyebabkan dokter tidak dapat didengar
keterangannya dan dapat mengundurkan diri dari kewajiban memberikan bantuan
BOLEH disebabkan dokter merupakan
• Keluarga sedarah atau semenda dalam garis lurus ke atas atau ke bawah sampai
Pasal 179 KUHAP derajat ketiga dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai terdakwa
“ setiap orang yang diminta
pendapatnya sebagai ahli • Saudara dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai terdakwa, saudara ibu atau
kedokteran kehakiman atau bapak, juga mereka yang mempunyai hubungan karena perkawinan dan anak-anak
dokter atau ahli lainnya wajib saudara terdakwa sampai derajat ketiga; atau
memberikan keterangannya”
• Suami atau istri terdakwa meskipun sudah bercerai atau yang bersama-sama sebagai
terdakwa Dahlan, S.,Trisnadi, S.,Ilmu Kedokteran Forensik, Fakultas Kedokteran Unissula, 2019.
PR KELOMPOK 1
Aan Haries Pranowo
Afifah Nur Aliyyah
Aida Tazkiyyatun Nufus
UJI LAMBUNG – USUS (UJI BRESLAU)
Udara dalam lambung dan usus dapat terjadi akibat pernapasan wajar
, pernapasan buatan, atau tertelan.
CARA MELAKUKAN :
Gara pemeriksaan yaitu esophagus diikat, dikeluarkan bersama lambung yang
diikat pada jejunum lekuk pertama, kemudian dimasukkan kedalam air. makin j
auh udara usus masuk dalam usus, makin kuat dugaan adanya pernapasan 2
4-48 jam post mortem, mekonium sudah keluar semua seluruhnya dari usus b
esar
Doudenum di dekat Pilorus, Usus halus di daerah valvula Bauhini dan Usus besar di daer
ah rekto – sigmoid diikat dengan tali rami
Seluruh alat pencernaan dimasukan kedalam air
Alat pencernaan terapung POSITIF
Alat pencernaan tidak terapung NEGATIF
NOTE : bila tidak seluruhnya terapung perhatikan mana yang tidak terapung, di uji sendir
i – sendiri dg cara sama dengan diatas
LAMA HIDUP DI LUAR KANDUNGAN
• Kondisi bayi masih kotor atau sudah dirawat
– Tali Pusat
– Verniks Caseosa
– Pakaian
• Mekonium
• Ikterus
• Foramen ovale
Budiyanti A, Widiatmaka W, Sudiono S, et al. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia bagian Kedokteran Forensik, 1997. hal. 87-129
.
Karbon monoksida
• 50 ppm (0,005%) adalah nilai ambang batas gas CO (inhal
asi selama 8 jam setiap hari dan 5 hari setiap minggu untu
k jumlah tahun yang tak terbatas)
• 200 ppm (0,02%) inhalasi 1-3 jam akan mengakibatkan C
OHb mencapai 15-20% dan gejala mulai timbul
• 1000 ppm (0,1%) inhalasi 3 jam dapat menyebabkan kema
tian
• 3000 ppm (0,3%) inhalasi 2 jam dapat menyebabkan kema
tian
• 10.000 ppm (1%) inhalasi 15 menit dapat mnyebabkan keh
ilangan kesadaran dengan COHb 50% saturasi, sedangka
n inhalasi 20 menit dapat menyebabkan kematian dengan
80% saturasi
Budiyanti A, Widiatmaka W, Sudiono S, et al. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia bagian Kedokteran Forensik, 1997. hal. 87-129
.
% saturasi COHb Gejala-gejala
10 Tidak ada
Rasa berat pada kening, sakit kepala ringan, pelebaran pembuluh darah subkutan, dispneu,
10-20
gangguan koordinasi.
30-40 Sakit kepala keras, lemas, pusing, penglihatan buram, mual dan muntah, kolaps.
Sama seperti diatas dengan kemungkinan kollaps lebih besar, pernapasan dan nadi bertamb
40-50
ah cepat, ataksia.
Sinkop, pernapasan dan nadi bertambah cepat, koma dengan kejang intermiten, pernapasan
50-60
Cheyne Stokes
60-70 Koma dengan kejang, depresi jantung dan pernapasan, mungkin kematian
Budiyanti A, Widiatmaka W, Sudiono S, et al. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia bagian Kedokteran Forensik, 1997. hal. 87-129.
Sianida
• Keracunan akut dapat menyebabkan kegagalan
pernapasan dan kematian dapat timbul beberap
a menit
• keracunan kronik berupa pucat, berkeringat din
gin, pusing, rasa tidak enak di perut, mual, kolik,
rasa tertekan pada dada dan sesak napas
• Nilai ambang batas adalah 11 mg/m3 untuk gas
HCN
• Nilai ambang batas debu sianida adalah 5 g/ m3
• Takaran toksik HCN peroral 60-90 mg, sedangk
an untuk KCN atau NaCN adalah 200 mg.
Budiyanti A, Widiatmaka W, Sudiono S, et al. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia bagian Kedokteran Forensik, 1997. hal. 87-129.
Gejala: Sianida
• Rasa terbakar • Tinnitus
pada kerongko • Pusing
ngan dan lidah • Kelelahan
• Sesak napas • Sianosis pada muka
• Pupil dilatasi
• Hipersalivasi • Reflex melambat
• Mual, muntah • Timbul kedut otot kemudian
bisa kejang dengan inkontin
• Sakit kepala ensia
• Vertigo • Kolaps, koma dan meninggal
• Fotofobia
Budiyanti A, Widiatmaka W, Sudiono S, et al. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia bagian Kedokteran Forensik, 1997. hal. 87-129.
PEMERIKSAAN KEDOKTERAN
FORENSIK
• Sianosis pada wajah dan bibir, busa keluar dari mulut
• Lebam mayat berwarna merah terang dapat pula ber
warna biru-kemerahan, livid. Tergantung derajat kerac
unan.
• Dapat tercium bau amandel yang khas pada waktu m
embuka mulut, hidung, rongga dada, perut dan otak
serta lambung
• Tanda-tanda asfiksia pada organ-organ tubuh
Budiyanti A, Widiatmaka W, Sudiono S, et al. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia bagian Kedokteran Forensik, 1997. hal. 87-129.
Dasar Hukum Otopsi
Dasar Hukum Otopsi Forensik
KUHP pasal 222
Hamzah A., KUHP dan KUHAP, Edisi digabungkan dalam satru buku, Penerbit Rineka Cipta
, jakarta, 1992
Thanks you