Anda di halaman 1dari 13

Eksantema unilateral laterothorakalis

Eksantema atau disebut juga “Raseola infantum” berasal dari


bahasa Yunani, dari kata exanthema, yang berarti pecah atau
pisah, dan anthos, yang berarti bunga yang sedang berkembang.
Penyakit eksantema adalah suatu penyakit yang bermanifestasi
sebagai erupsi difus pada kulit yang berhubungan dengan penyakit
sistemik yang biasanya disebabkan oleh infeksi. Penyebab penyakit
eksantema sebagian besar adalah virus dan bentuk morfologik
yang mirip satu sama lain membuat sulit menentukan etiologi
berdasarkan klinis
Eksantema adalah erupsi kulit yang timbul
sebagai tanda dari sebuah infeksi akut yang
disebabkan oleh virus. Viral eksantema pada
umumnya berkaitan dengan penyakit yang
dapat sembuh dengan sendirinya. Terdapat
banyak virus yang dikatakan dapat
menyebabkan eksantema, baik yang diketahui
maupun yang belum diketahui.
Terdapat beberapa patogen dominan yang
sering menyebabkan penyakit eksantema,
diantaranya adalah measles, rubella, non-
polio enteroviruses, EpsteinBarr virus, HHV-6
and HHV-7 viruses, dan parvovirus B19,
Gianotti-Crosti, Human Cytomegalovirus,
Rotavirus
Gejala klinik
Zoster tampak sebagai proses unilateral melibatkan satu
sampai tiga dermatom yang berdekatan. Beberapa lesi
yang mungkin terdapat agak jauh dari dermaton yang
terkena dapat juga terlihat. Dermatom torakal adalah
yang paling sering terkena, disusul oleh nervus cranial
dan daerah lombosakral. Lesi pertama kali muncul
sebagai eritema, yang kemudian berubah menjadi
sekumpulan vesikel. Nyeri dan parestesi pada
dermatom yang terkena mendahului timbulnya vesikel.
Erupsi terjadi sekitar 3-5 hari kemudian mengering dan
menjadi krusta dalam 2 minggu. Nyeri preerupsi
torakal dapat disalah artikan sebagai angina pectoris.
Diagnosis Banding
• Diagnosis Banding: Zosteriform Herpes
Simplex,dermatitis kontak,Insect bite
• Dapat dipertimbangkan:Urtikaria
papular,erithema multiform,erupsi obat
Pemeriksaan penunjang
• Kultul dan cairan vesikel dan tes antibody:
digunakan untuk membedakan diagnostic
herpes virus
• Immunoflourorescent mengindentifikasi
varicella di sel kulit
• Kultul virus
• Uji serologi yang sering digunakan untuk
mendeteksi herpes zoster adalah ELISA
Komplikasi
yang dapat terjadi diantaranya adalah infeksi
sekunder oleh bakteri biasanya disebabkan oleh
kokus gram positif, paralysis nervus motorik atau
kranialis, ensefalitis biasanya menyebabkan
kejang dan gejala kelainan serebelar, keratitis,
disseminata pada pasien immunokompromis, dan
post herpetik neuralgia. Post herpetik neuralgia
ini menyebabkan nyeri berat persisten pada
dermatom yang terkena setelah lesi kulit
menghilang.
Pengobatan
• Pada anak sehat, biasanya ringan dan dapat sembuh
sendiri. Lotio calamine dapat diberikan pada lesi kulit
lokal, dan untuk menghilangkan gatal diberikan
antihistamin. Penggunaan kortikosteriod tidak
dianjurkan. Karena Kuku sebaiknya dipotong dan
dibersihkan agar tidak terjadi infeksi sekunder saat
anak menggaruk lesi karena merasa gatal. Jika terjadi
infeksi sekunder, antibiotik dapat diberikan. Pada
pasien dengan penyulit neurologis seperti ataksia
serebelar, ensefalitis, meningoensefalitis, dan mielitis
dapat diberikan obat anti virus. Jika terjadi perdarahan,
dapat diatasi sesuai dengan hasil pemeriksaan sistem
pembekuan dan pemeriksaan sumsum tulang.
Pasien dengan immunodefisiensi seperti pada leukemia,
keganasan, bayi baru lahir, penyakit kolagen, sindrom
nefrotik, dan penderita dengan immunosupresan oleh
obat-obat sitostatik atau kortikosteroid, radioterapi
mendapatkan obat antivirus secepat mungkin.
Obat anti VZV yang lazim diberikan adalah asiklovir, baik untuk
mengobati varisela maupun herpes zoster. Asiklovir yang
diberikan 1-2 hari setelah timbulnya ruam terbukti dapat
berguna untuk menurunkan panas dan menghambat
timbulnya lesi varisela. Pada pasien dengan
immunosupresi, asiklovir telah menunjukaan efisiensi
dalam menurunkan kejadian diseminata. Terapi dengan
asiklovir harus dimulai pada 3 hari setelah onset zoster.
Pemberian asiklovir tdak dianjurkan untuk anak-anak
berusia dibawah 12 tahun, Dosis asiklovir yang umum
diberikan adalah 500 mg/m2, i.v, setiap 8 jam selama 5
hari. Dosis parenteral ini terutama diberikan pada anak
immunokompromis yang terkena herpes zoster.
Asiklovir oral dengan dosis 80 mg.KbBB/hari dibagi
dalam 4 dosis, terbaik digunakan 1-2 hari sebelum
timbulnya ruam kulit. Asiklovir oral umumnya
digunakan untuk anak-anak dengan status imun yang
baik. Selain itu Valacylovir 500 mg setiap 8 jam dan
Famciclovir 1 gr/hr dalam 3 dosis termasuk golongan
antiviral yang lebih baik absorpsinya.
Prognosa
• Pada anak-anak sehat, prognosis lebih baik
dibandingkan orang dewasa. Pada neonatus
dan anak yang menderita leukemia,
imunodefisiensi, sering menimbulkan
komplikasi sehingga angka kematian
meningkat.

Anda mungkin juga menyukai