Anda di halaman 1dari 58

Penatalaksanaan Obstetri

untuk Ibu Hamil dengan HIV

• DEVI
• DYAH
• EVAN
• RAFIDA
• RATNANINGTYAS
• TRI HARDANI
Kelompok 6
Modul 4, Halaman 1
Gambaran Estimasi Prevalensi HIV di Indonesia
Menurut Propinsi – Tahun 2012

Estimasi Jumlah ODHA 591.823

2
10 Provinsi dengan HIV terbanyak
sd Juni 2013

30000

24807
25000

20000

15000 14285
11871
10000 8161
7078 7073
5406
5000 3760 3200 3178

0
Kumulatif kasus AIDS di Indonesia dalam
10 tahun terakhir, sampai Maret 2010
30000

25000
24.482
24131 24482

20000 19973
16110

15000
11141

10000
8194
4969
5321 3863 4158
5000 2638 2873 2947
1195 2683
94 255 219 345 1172 316 1488 351
353 608 827
0

AIDS KumAIDS

DIT J EN PP dan PL, KEMENTERIAN KESEHATAN RI, 2011


Pokok Bahasan :
1. Penatalaksanaan antenatal bagi ibu
dengan HIV dan ibu yang belum diketahui
status HIV nya.
2. Penatalaksanaan persalinan bagi ibu dengan
HIV dan ibu yang belum diketahui status HIV
nya.
3. Penatalaksanaan nifas bagi ibu dengan HIV
dan ibu berisiko yang status HIV nya belum
diketahui.
4 Kontrasepsi yang dapat dipilih oleh ibu dengan
HIV
Modul 4, Halaman 5
Topik:
• Tujuan penatalaksanaan obstetri
• Risiko penularan HIV selama proses persalinan
• Penatalaksanaan Antenatal
• Penatalaksanaan Persalinan
• Penatalaksanaan Pascanatal
• Kontrasepsi

Modul 4, Halaman 6
Mengapa PPIA ?
 Infeksi HIV dari ibu ke anak mengganggu
kesehatan anak
 Penularan dapat ditekan sampai 50%
melalui intervensi feasible, affordable
 Memungkinkan dilakukannya pencegahan
primer kepada pasangan, perawatan dan
pengobatan keluarga
Pentingnya PPIA
 Sebagian ODHA perempuan : usia subur,
 90% penularan terjadi pada waktu
perinatal,
 Anak akan menjadi yatim piatu,
 Anak dengan HIV (+) : gangguan tumbuh
kembang,
 Stigma sosial bagi anak dengan HIV.
Kegiatan Komprehensif
1. Mencegah terjadinya penularan HIV pada
perempuan usia reproduksi
2. Mencegah kehamilan yang tidak direncanakan
pada ibu dengan HIV
3. Mencegah terjadinya penularan HIV dari ibu
hamil dengan HIV ke bayi yang dikandungnya
4. Memberikan dukungan psikologis, sosial dan
perawatan kepada ibu dengan HIV beserta bayi
& keluarganya
WHO
1 2 3

4
Risiko penularan HIV dari ibu ke bayi
tanpa intervensi PPIA
Periode transmisi Risiko
•Kehamilan 5 - 10 %
•Persalinan 10 - 20 %
•Menyusui 10 - 15 %
Total 25 - 45 %

Risiko tertinggi

Sumber: de Cock dkk, 2000


Modul 4, Halaman 10
Mazami Enterprise © 2009
Penatalaksanaan Antenatal 1/4
Asuhan Antenatal seperti biasanya
Ukur Tinggi Badan, Berat Badan, Tinggi Fundus
Uteri, Tekanan Darah, Status Tetanus Toksoid
Laboratorium: DL, UL, GD puasa, Golongan darah,
HIV, HBsAg, Thallasemia (bila ada faktor risiko), vag
swab.
Pelihara kesehatan secara umum
Pola hidup sehat (diit seimbang, tidak merokok,
tidak minum alkohol, olahraga teratur, istirahat
cukup)
Minum roboransia

Modul 4, Halaman 11
Mazami Enterprise © 2009
Penatalaksanaan Antenatal 2/4

Kurangi jumlah virus (Viral Load)


Minum ARV secara teratur, sedini mungkin

Deteksi dini dan terapi faktor penyulit


Infeksi Menular Seksual (Sifilis, Gonore, Kondiloma
akuminata, Hepatitis B & C dll),
Malaria
Tuberkulosis
Ketergantungan narkoba

Modul 4, Halaman 12
Mazami Enterprise © 2009
Penatalaksanaan Antenatal 3/4

Hindari penularan ke pasangan


Selalu menggunakan kondom
Periksa status serologis HIV pasangan seksual

Konseling persiapan persalinan


Perlu dilakukan konseling kepada ibu, pasangan
dan keluarga mengenai manfaat dan risiko
persalinan pervaginam dan persalinan dengan
seksio sesarea berencana
Cara persalinan: Seksio sesarea/ pervaginam
Tempat persalinan dianjurkan di RS/Puskesmas
yang tersedia pelayanan PPIA
Modul 4, Halaman 13
Mazami Enterprise © 2009
Penatalaksanaan Antenatal 4/4

Konseling pemberian makanan bayi


Perlu dilakukan konseling kepada ibu, pasangan
dan keluarga mengenai manfaat dan risiko
pemberian ASI Eksklusif dan Susu Formula
Eksklusif
Perlu diberikan dukungan terhadap ibu mengenai
keputusan terhadap pilihan pemberian makanan
bayi.
Apabila pilihan adalah ASI Eksklusif maka dijelaskan
mengenai manajemen laktasi.
Apabila pilihan adalah Susu Formula Eksklusif maka
dijelaskan mengenai syarat AFASS dan cara
mencapainya.

Modul 4, Halaman 14
Mazami Enterprise © 2009
WHO 2013
5C
1. Consent
2. Confidentiality
3. Counselling
4. Correct test results
5. Connections to care, treatment and
preventions services

Modul 4, Halaman 15
Permenkes (no21/2013 tentang
penganggulangan HIV/AIDS) tanggal 30 APRIL
2013 yang menyebutkan :
1. Tes HIV pada PPIA wajib ditawarkan pada semua ibu hamil dan
termasuk dalam pelayanan rutin di KIA pada daerah epidemi
meluas dan terkonsentrasi. Bila ada infeksi TB dan IMS pada
daerah epidemi rendah

2. Tes dilakukan atas persetujuan pasien, namun bila pasien menolak


harus dengan pernyataan tertulis

3. Syarat dan ketentuan tes HIV berlaku…


STATUS EPIDEMI
KONDISI CAKUPAN: POPULASI POPULASI STATUS EPIDEMI
UMUM atau RISIKO
Laporan Tes HIV RDT serial strategi 3 : IBU HAMIL TINGGI
RS, Puskesmas, klinik/fasyankes/services
(PITC &VCT, integrasi IMS, TB, ANC Bumil, < 1% < 5% RENDAH
Layanan lain ~patofisiologi infeksi HIV)
Jumlah perawatan AIDS < 1% > 5% TERKONSENTRASI
Jumlah Yandas populasi kunci
Jumlah survei populasi kunci (strategi 2)
telah konfirm RDT ketiga (link-confidential) > 1% tdk perlu LUAS
Jumlah skrining HIV pedonor darah
(reaktif konfirmasi Konseling)

Makin sedikit yang diperiksa, makin mengkhawatirkan;


makin banyak yang diperiksa makin melegakan
3jk-2013
Paragraf 4
Pencegahan Penularan dari Ibu ke Anak
Pasal 16
Pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak dilaksanakan melalui
4 (empat) kegiatan yang meliputi :

a) pencegahan penularan HIV pada perempuan usia reproduktif;


b) pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan pada
perempuan dengan HIV;
c) pencegahan penularan HIV dari ibu hamil dengan HIV ke bayi
yang dikandungnya; dan
d) pemberian dukungan psikologis, sosial dan perawatan kepada
ibu dengan HIV beserta anak dan keluarganya.
Pasal 17
1. Terhadap ibu hamil yang memeriksakan kehamilan harus dilakukan
promosi dan pencegahan HIV-AIDS.
2. Pencegahan HIV-AIDS terhadap ibu hamil sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat dilakukan Tes dan Konseling.
3. Tes dan Konseling sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditawarkan
secara inklusif pada pemeriksaan laboratorium rutin :
a) saat pemeriksaan asuhan antenatal atau menjelang persalinan
pada semua ibu hamil yang tinggal di daerah dengan epidemi
meluas dan terkonsentrasi; atau
b) saat pemeriksaan asuhan antenatal atau menjelang persalinan
pada ibu hamil dengan keluhan keluhan IMS dan TB di daerah
epidemi rendah.
Pasal 22
Pemeriksaan Diagnosis Dini HIV harus dilakukan dengan
persetujuan pasien.
………………………

Pasal 24
1). ……………
2). TIPK tidak dilakukan dalam hal pasien menyatakan tidak
bersedia secara tertulis.
3). dst
Turunkan Viral Load serendah-rendahnya
Sikap:
Minum ARV teratur (bila eligible dan hamil)
Penggunaan ARV selama kehamilan akan
menurunkan jumlah virus dalam darah ibu

Menurunkan kemungkinan bayinya terpajan HIV

Semua ibu hamil dengan HIV yang tidak memenuhi


syarat secara medis untuk ARV Terapi (ART)
diberi ARV untuk PPIA segera setelah diketahui hamil
dan akan diteruskan seumur hidupnya
Memulai ARV pada kehamilan
secepatnya
Menunda untuk memulai ARV
• Ibu sering mengalami mual dan muntah
berlebihan (hiperemesis)
• Berada pada Trimester 1 dan ibu sangat
khawatir tentang risiko ARV terhadap janinnya
Tetapi
Jika status klinis atau status imun ibu dalam
keadaan SAKIT BERAT, maka manfaat ARV terapi
DINI lebih baik dibanding risiko terhadap janinnya
Penurunan CD4 & komplikasi HIV

ART

Pemakaian ART akan mencegah terjadinya komplikasi


infeksi oportunistik pada pasien dengan HIV
HAART= Highly Active Anti Retroviral Therapy Modul 3a, Halaman 24
Pemberian ARV pada Ibu Hamil
Pedoman ARV 2007 Pedoman PPIA Panel Ahli tahun
tahun 2012 2013
• stadium klinis 1 dan • mulai terapi ≥ 14 Mulai Terapi ARV
2 apabila CD4 < 200 minggu kehamilan sedini mungkin,
sel/mm3 pada ibu hamil HIV tanpa
•Stadium klinis 3 dengan stadium memandang
apabila CD4 < 350 klinis 1 atau CD4 umur kehamilan,
sel/mm3 >350 sel/mm3 stadium klinis dan
•Stadium klinis 4 • pada ibu hamil ≤ jumlah CD4
berapapun nila CD4 14 minggu
nya kehamilan dengan
stadium klinis 2,3,4
atau CD4 < 350
NO SITUASI KLINIS REKOMENDASI PENGOBATAN
1 ODHA hamil segera terapi ARV TDF (1X300 mg) + 3TC (atau FTC) (1X300 mg) + EFV
(1X600 mg)
Alternatif:
Datang pd saat persalinan dan  AZT (2x300mg) + 3TC (2x150mg) + EFV*
belum TX ARV,  Tes reaktif  (1x600mg)
ARV
 TDF(1x300mg) + 3TC (atau FTC) (1x300mg) + EFV
(1x600mg)
2 ODHA sedang menggunakan Lanjutkan dengan ARV yang sama selama dan
ARV dan kemudian hamil sesudah persalinan

3 ODHA hamil dengan hepatitis B  TDF (1x300mg) + 3TC (atau FTC) (2x150mg) +
yang memerlukan terapi NVP (2x200mg) atau
 TDF (1x300mg) + 3TC (atau FTC) (1x300mg) +
EFV (1x600mg)

4 ODHA hamil dengan Bila OAT sudah diberikan, maka dilanjutkan. Bila
tuberkulosis aktif OAT belum, maka diberikan terlebih dahulu
sebelum ARV. Rejimen untuk ibu: Bila OAT sdh
diberikan dan TB telah stabil: AZT (d4T) + 3TC + EFV
Lanjutan…

• Pengobatan pencegahan kotrimoksasol (PPK) pada ibu


hamil hanya diberikan apabila ibu hamil berada pada
stadium klinis 2 , 3 atau 4

• PPK tersebut diberikan selama 2 minggu, dilanjutkan


dengan terapi ARV. Bila kondisi klinis baik, maka ibu
hamil dapat langsung diberikan ARV.
Keamanan obat ARV untuk kehamilan

• Semua obat ARV mempunyai efek toksik


• Risiko toksisitas pada ibu dan janin bervariasi
tergantung pada
• Usia Kehamilan
• Lama terapi
• Jumlah obat yang digunakan
• Obat ARV dapat digunakan selama kehamilan

• Sebagai terapi kombinasi yang poten untuk ibu hamil


• Sebagai profilaksis tidak ada lagi
Tujuan Penatalaksanaan Obstetri

Persalinan yang aman


Kondisi ibu baik
Tidak terjadi penularan
Ke Bayi
Ke Tim Penolong
Ke Pasien lainnya
Tindakan efektif dan efisien
Modul 4, Halaman 29
Risiko penularan masa persalinan

His  tekanan pada plasenta meningkat


Terjadi sedikit pencampuran antara darah ibu
dengan darah bayi
Lebih sering terjadi jika plasenta meradang/
terinfeksi

Bayi terpapar darah dan lendir serviks


pada saat melewati jalan lahir
Bayi kemungkinan terinfeksi karena
menelan darah dan lendir serviks pada
saat resusitasi
Modul 4, Halaman 30
Mazami Enterprise © 2009
Meminimalkan paparan janin/bayi dengan
cairan tubuh ibu HIV positif
1. Persalinan:
• Seksio sesarea
• Pervaginam BILA ARV teratur minimal 6 bulan, viral
load tidak terdeteksi.
• Hindari vacum, forseps extraksi, bila terpaksa pilih
forceps.
• Hindari amniotomi dan episiotomy.
• Hati2 melakukan suction.

2. Laktasi:
• Susu Formula Eksklusif (bila memenuhi syarat AFASS)
• ASI Eksklusif (max 6 bln) dgn ARV bagi ibu dan bayi
Tidak boleh MakananModul
Campuran
2, (Mix Feeding) !!!
Penatalaksanaan Persalinan

Pemilihan rute persalinan tergantung


Indikasi obstetri
Status PPIA: ARV & viral load
Kesiapan petugas medis: Kewaspadaan
universal, SDM, sarana medis & non
medis
Persyaratan untuk persalinan pervaginam
Ibu minum ARV teratur lebih dari 6 bulan,
dan/atau
Muatan virus/ viral load tidak terdeteksi
Penatalaksanaan Persalinan 2/4

Kewaspadaan standar
Dilakukan pada SEMUA penatalaksanaan
persalinan baik per vaginam maupun seksio sesaria

Prinsip kewaspadaan standar


Cuci tangan
Penggunaan alat pelindung diri (topi, kacamata,
masker, apron, sarung tangan, sepatu) untuk
mencegah transmisi infeksi melalui cairan
Penanganan alat medis tajam, baik dalam
penggunaan, serah terima, penyimpanan maupun
pembuangan sebagai limbah medis
Penerapan budaya aman dalam kamar operasi dan
kamar bersalin
Modul 4, Halaman 33
Mazami Enterprise © 2009
Penatalaksanaan Persalinan 3/4

Seksio sesarea elektif


Merupakan cara persalinan yang
memiliki risiko transmisi terkecil
Akan mengurangi risiko penularan
HIV dari ibu ke bayi sebesar 50-66%

Persalinan pervaginam
Risiko penularan meningkat apabila
terjadi Proses Persalinan (inpartu)
dan Ketuban Pecah Dini
Bila terjadi KPD 4 jam atau lebih,
pertimbangkan percepat persalinan

Modul 4, Halaman 34
Mazami Enterprise © 2009
BLOODLESS CESAREAN SECTION

• Elective Cesarean Section (ECS) dan sebelum


ruptured membrans dianjurkan untuk mencegah
MTCT dari ibu dgn HIV yg tidak minum obat ARV
atau hanya minum Zidovudine
• Journal AJOG th 2008 melaporkan terdapat
pengurangan yg signifikan terhadap transmisi
terhadap neonatus yg dilakukan sc dg teknik
Bloodless CS sebanyak 4,8% jika dibandingkan dg
teknik SC yg biasa dilakukan.
Teknik Bloodless Caesarean Section
• Blodless digunakan untuk menggambarkan
paparan minimal bahkan hampir tidak ada cairan
yang keluar dari ibu saat persalinan terhadap
bayinya
• Teknik ini hampir sama seperti SC pd umumnya
sampai pada level sebelum insisi uterus
• Bloodless C- Section dikembangkan sejak th 1987
• Luka diirigasi, semua sumber perdarahan
dikauterisasi
Teknik Bloodless Cesarean Section
• Sebelum insisi uterus, lapangan operasi harus
kering dan bersih
• Sarung tangan operator hrs dicuci atau baru
• Insisi SBR scr transversal ± 3 cm, dibuka dg
hati2 agar Kulit Ketuban tidak pecah
• Allis klem dipasang pada insisi uterus atas dan
bawah sbg traksi
Teknik Bloodless Caesarean Section

• Janin dilahirkan dg Kulit Ketuban diusahakan tetap


utuh, sambil asisten terus mengirigasi janin dan
lapangan operasi dgn cairan salin steril dan
hangat.
• Kekurangan dari teknik Bloodless adalah waktu
pengerjaan yg lebih lama.
PREMIUM POLY CS™-57
SINGLE USE SURGICAL STAPLER
Penatalaksanaan Pascanatal 1/2

Perawatan nifas umum


Pemeriksaan tanda vital, involusi uterus
Higiene genitalia dan payudara
Nutrisi cukup, istirahat cukup

Perawatan nifas khusus


Pastikan ibu telah menentukan pilihan pemberian
makanan untuk bayi
Supresi laktasi apabila ibu memilih untuk tidak
menyusui

Modul 4, Halaman 40
Mazami Enterprise © 2009
Penatalaksanaan Pascanatal 2/2

Perawatan berkelanjutan pasca nifas


Hasil pemeriksaan/tes HIV pada bayi diinformasikan
kepada dokter spesialis obsgin yang merawat ibu,
sebagai bagian penilaian keberhasilan penerapan
PMTCT dalam institusi kesehatan, serta
memperkuat kinerja Tim PMTCT
Perawatan, Dukungan dan Pengobatan (CST)
lanjutan bagi Odha, termasuk penatalaksanaan
infeksi oportunistik
Pemeriksaan ginekologi rutin, Inspeksi Visual Asam
asetat (IVA) dan Pap smear (bila memungkinkan)

Modul 4, Halaman 41
Mazami Enterprise © 2009
BIHA DENGAN PPIA DI RS SANGLAH 2010-
2012
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 TOTAL

LAHIR 3 4 16 13 20 33 36 33 158

DI TES 1 3 1 6 11 5 16 25 68

NON-REAKTIF 1 3 1 6 11 5 16 25 68

REAKTIF - - - - - - - - -

MENINGGAL - 1 1 1 2 2 5 1 13

PINDAH - - 2 - - - - 2

LOST TO FOLLOW- - - - 2 2 3 11 12 30
UP
1. Mencegah terjadinya penularan HIV pada
perempuan usia reproduksi

A bsen seks A bstinence


B ersikap saling setia B e Faithful
C egah dengan kondom C ondom
D ilarang menggunakan napza D rug No
Kegiatan Pencegahan Primer kepada
PUS sebelum terjadinya infeksi
•Penyebar luasan Informasi
•Penyuluhan berkelompok
•Konseling
•Mobilisasi masyarakat
•Layanan bersahabat untuk pria 1
Kurangi jumlah ibu hamil dengan HIV positif
Sikap:
1. Cegah HIV pada seluruh wanita usia reproduksi
2. Cegah kehamilan yang tidak direncanakan pada
wanita usia reproduksi terinfeksi HIV
Keputusan untuk hamil:
• Pasangan
• Konseling • Dukungan Keluarga
• Pengobatan
• Pemantauan Pertimbangan dokter:
• CD4 > 350
• Viral load tidak terdeteksi
• Minum ARV teratur 6bln
Modul 2, Halaman 45
Perencanaan kehamilan
Kehamilan perlu direncanakan dengan matang.

Aspek medis meliputi hal-hal sebagai berikut :

1.Viral load tidak terdeteksi:


- penularan HIV dari ibu ke bayi rendah.

2.Kadar CD4 lebih dari 350 sel/mm3:


- Kekebalan tubuh ibu cukup baik dan layak untuk hamil.
- Bila kadar CD4 kurang dari 350 sel/mm3 maka ibu akan
rentan terhadap infeksi sekunder yang akan
membahayakan ibu dan dan janin di masa kehamilannya.
Perencanaan kehamilan

Aspek sosial mencakup hal-hal di bawah ini :

1.Perencanaan kehamilan oleh pasangan:


Kedua belah pihak (laki-laki dan perempuan) benar-
benar memahami risiko dan konsekuensi kehamilan,
persalinan dan aspek pengasuhan anak.

2. Kesepakatan/persetujuan dari keluarga:


Untuk menghindari penelantaran pengasuhan anak di
kemudian hari akibat keterbatasan orang tua yang
menderita HIV, perlu dipertimbangkan adanya
persetujuan keluarga agar bersedia mengasuh anak
tersebut apabila terjadi kendala pada orang tuanya.
Perencanaan kehamilan
Persiapan pasangan dari perempuan dengan HIV yang ingin
hamil :
1. Bila dipastikan serologis HIV non-reaktif (negatif), maka kapan
pun boleh sanggama tanpa kondom, setelah pihak perempuan
dipastikan layak untuk hamil.
2. Apabila serologis reaktif (positif), perlu dilakukan pemeriksaan
viral load, untuk mengetahui risiko penularan.
3. Apabila VL tidak terdeteksi sanggama tanpa kontrasepsi dapat
dilakukan pada masa subur pasangan.
4. Apabila VL masih terdeteksi atau kadar CD4 kurang dari 350
sel/mm3, maka sebaiknya rencana kehamilan ditunda dulu.
PRINSIP KONTRASEPSI
1. Setiap perempuan dengan HIV diberikan
konseling mengenai risiko penularan HIV
terhadap bayi yang dikandungnya
2. Tundalah kehamilan sampai kesehatan secara
umum baik
3. Sebaiknya perempuan dengan HIV tidak
hamil lagi, kontrasepsi mantap dianjurkan

Modul 4, Halaman 49
Pencegahan dan penundaan kehamilan pada ibu
dengan HIV

Pilihan kontrasepsi berdasarkan urutan prioritas untuk ibu


dengan HIV :

1. Kontrasepsi mantap atau sterilisasi: dengan adanya risiko


penularan HIV ke bayi, bila ibu dengan HIV sudah memiliki
jumlah anak yang cukup, dipertimbangkan kontrasepsi mantap.
Pencegahan dan penundaan kehamilan pada ibu
dengan HIV

2. Kontrasepsi jangka panjang:


a. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR): metoda ini
disarankan bila risiko IMS rendah dan pasangannya tidak
berisiko IMS. Sebaiknya pemasangan dilakukan segera
setelah plasenta lahir, walaupun tidak tertutup
kemungkinan dipasang pada fase interval. Syarat-syarat
pemasangan AKDR mengikuti standar yang berlaku. Perlu
perhatian khusus bila ada keluhan efek samping, seperti
nyeri dan perdarahan.
Pencegahan dan penundaan kehamilan pada ibu
dengan HIV
2. Kontrasepsi jangka panjang:
a. Hormonal (lihat Tabel 6):
i. Pil KB kombinasi: aman dan efektif untuk perempuan
dengan HIV yang tidak dalam terapi obat ARV dan obat
lain yang dapat meningkatkan enzim hati. ARV dapat
menurunkan efektivitas pil KB kombinasi.
ii.Pil progesteron: direkomendasikan bagi perempuan
dengan HIV yang tidak dalam terapi obat ARV, karena
ARV menurunkan efektivitas pil progesteron.
Pencegahan dan penundaan kehamilan pada ibu
dengan HIV

2. Kontrasepsi jangka panjang:


a. Hormonal (lihat Tabel 6):
iii. Suntik progesteron jangka panjang: DMPA dapat
digunakan bagi perempuan dengan HIV yang diberi
ART tanpa kehilangan efektivitas kontrasepsi.
Metabolisme DMPA tidak dipengaruhi oleh obat ARV
dan tetap dapat diberikan dengan interval 12 minggu.
iv. Implan progesteron: implan etonorgestrel adalah
kontrasepsi yang amat efektif dan aman pada
perempuan dengan HIV yang tidak dalam terapi obat
ARV.
Pilihan Kontrasepsi Berdasarkan urutan Prioritas

Perempuan HIV
Kontrasepsi hormonal
Dalam terapi ARV Tidak dalam terapi
ARV
Pil KB kombinasi √

Pil progesteron √

Suntik progesteron jangka panjang √ √


(DMPA)
Implan progesteron √

Hormon estrogen mempunyai efek menurunkan efektivitas ARV. Progesteron


mempunyai efek sedikit meningkatkan efektivitas ARV. Namun, sebaiknya tetap
diperhatikan pada penggunaan polifarmasi (misalnya perempuan HIV dengan
tuberkulosis), karena semua kontrasepsi hormonal dimetabolisme di hati, demikian
juga ARV. Penggunaan keduanya dalam jangka panjang memperberat fungsi hati.
Karena adanya risiko MTCT, maka pada
dasarnya Odha perempuan tidak
dianjurkan untuk hamil lagi

HANYA UNTUK PENCEGAHAN IMS

1 2
Ringkasan
Semua ibu hamil harus ditawarkan pemeriksaaan HIV
Pada perempuan hamil dengan HIV positiv pemberian
ARV penting untuk mencegah tranmisi infeksi ke bayi
Masa persalinan mempunyai risiko tertinggi dalam
penularan HIV dari Ibu ke Bayi dibanding masa kehamilan
dan nifas
Pada dasarnya persalinan ibu dengan HIV dapat
dilaksanakan di semua fasilitas kesehatan, dengan
menerapkan kewaspadaan universal standar
Partus pervaginam tidak menjadi masalah asalkan ibu
sudah minum ARV minimal 6 bulan. Seksio sesarea
berencana merupakan pilihan apabila fasilitas memadai
Kondom tetap digunakan, namun hanya merupakan
proteksi untuk pencegahan
Modulinfeksi
4, Halaman 57
Terima kasih

Perlindungan menyeluruh dan dinamis terhadap penularan HIV dari ibu ke bayi
Modul 4, Halaman 58

Anda mungkin juga menyukai