Anamnesis Pemeriksaan Fisik Dan Status Neurologis
Anamnesis Pemeriksaan Fisik Dan Status Neurologis
STATUS NEUROLOGI
Pembimbing:
dr. Lely, Sp. S
1
Pemeriksaan
Fisik
Pemeriksaan
Anamnesis
Penunjang
DIAGNOSIS
2
ANAMNESIS
• Keluhan utama keluhan yang mendorong pasien untuk berobat ke dokter
• Riwayat penyakit sekarang
Sejak kapan mulai timbulnya
Sifat atau beratnya
Lokasi keluhan serta penjalarannya
Kronologi timbulnya gejala
Keluhan lain yang ada hubungannya dengan keluhan tersebut
Pengobatan sebelumnya dan bagaimana hasilnya
Faktor-faktor apakah yang meringankan atau memperberat keluhan,gejala
atau kelainan
Perjalanan keluhan, apakah menetap, bertambah berat,datang dalam bentuk
serangan?
• Riwayat penyakit dahulu
• Riwayat pengobatan
• Riwayat penyakit keluarga
• Keadaan psikososial
3
Pemeriksaan fisik
Status Generalis
Vital sign: TD, HR, RR, suhu
Kulit : tanda trauma, perdarahan, tanda-tanda syok, kulit
kering
Kepala – leher : tanda trauma, hematoma, perdarahan di
sekitar telinga-hidung, anemis, ikterik, cyanosis
Thorax (jantung-paru)
Abdomen
Ekstremitas
4
STATUS NEUROLOGI
KUALITATIF
KESADARAN
KUANTITATIF
5
Kesadaran Kualitatif
6
KESADARAN
KUANTITATIF
(GCS)
7
Pemeriksaan Rangsang Meningeal
Kaku kuduk
Kernig sign
Meningeal
sign
Brudzinski
Lasegue
14
Kaku kuduk
• Cara:
Tangan pemeriksa ditempatkan dibawah kepala pasien yang sedang
berbaring, kemudian kepala ditekukan (fleksi) dan diusahakan agar dagu
mencapai dada. Selama penekukan diperhatikan adanya tahanan. Bila
terdapat kaku kuduk kita dapatkan tahanan dan dagu tidak dapat
mencapai dada. Kaku kuduk dapat bersifat ringan atau berat
15
Kernig sign
• Cara:
Pada pemeriksaan ini , pasien yang sedang berbaring difleksikan pahanya
pada persendian panggul sampai membuat sudut 90 derajat. Setelah itu
tungkai bawah diekstensikan pada persendian lutut sampai membentuk
sudut lebih dari 135 derajat terhadap paha. Bila teradapat tahanan dan
rasa nyeri sebelum atau kurang dari sudut 135 derajat , maka dikatakan
kernig sign positif.
16
Brudzinski I
(neck sign)
Brudzinski II
(resiprocal leg sign) 18
Laseque test
Px berbaring, ekstensikan kedua kaki fleksikan sendi panggul salah satu
kaki dan kaki lain tetap ekstensi
N : mencapai 70 derajad sblm timbul rasa sakit pd or tua hanya 60
derajad
(+) pada pasien dengan rangsangan selaput otak, Iritasi plexus
lumbosakral (HNP lumbalis
12
Pemeriksaan Nervus Cranialis
N. OLFAKTORIUS [N. I]
Syarat :
a. jalan nafas bebas, atrofi (-), GCS 4-5-6
b. Bahan yg digunakan dikenal penderita, tidak iritatif (mis:amoniak)
dpt merangsang n.V, menimbulkan sekresi kelenjar hidung buntu
ggx pemeriksaan
c. Bahan tdk menimbulkan sensasi isis (mis:mentol) bisa salah
persepsi
d. Bahan : tembakau, kopi, vanili, teh, jeruk, sabun, tembakau
13
N. OPTIKUS [N. II]
• PEMERIKSAAN TAJAM PENGLIHATAN
penglihatan jauh kartu snellen, bila tidak bisa dilakukan hitung jari,
lambaian tangan, cahaya lampu
penglihatan dekat rosenbaum pocked eye chart
• PEMERIKSAAN WARNA
test ishihara atau benang wol berwarna
• PEMERIKSAAN FUNDUSKOPI
dapat menentukan secara kasar adanya miopi, hipermetropia,
emetropia, kondisi retina, dan papil nervus optikus.
14
l
15
N. OKULOMOTORIUS, TROKLEARIS, & ABDUSENS [III,
IV, VI]
• Pemeriksaan kedudukan bola mata saat diam
bola mata di tengah atau bergeser ke lateral
16
• Pemeriksaan celah mata
ada tidaknya ptosis (lumpuh m.levator palpebra)
• Pemeriksaan exophtalmos
bandingkan kedua bola mata dari samping
• Pemeriksaan pupil
bentuk, lebar, & perbedaan lebar
reaksi cahaya langsung dan konsensuil
reaksi akomodasi dan konvergensi
17
N .TRIGEMINUS [N.V]
1. SENSORIK
• distribusi perifer N V1,V2,V3
• Distribusi segmental biasanya siringobulbi dan terdapat disosiasi
sensibilitas (nyeri, suhu, dan raba)
Cabang sensorik I : di daerah dahi
Cabang sensorik II : di daerah pipi
Cabang sensorik III : di daerah rahang bawah
2. MOTORIK
• Merapatkan gigi raba m.masseter & m.temporalis & bandingkan kiri-
kanan
• Membuka mulut (m.pterygoideus externus) parese : rahang akan deviasi
ke sisi otot yg lesi
• Menggerakkan rahang dari sisi ke sisi melawan tahanan parese n.V satu
sisi, px dapat menggerakkan rahang ke sisi yg parese tapi tdk bisa ke sisi
sehat.
• Menonjolkan rahang & menariknya deviasi ke sisi yg parese
• Menggigit tongue spatel kayu dgn gigi geraham (m.masseter
&m.temporalis) membandingkan kedalaman bekas gigitan kiri/kanan.
18
Reflek Kornea
• Langsung
• Sediakanlah kapas yang digulung menjadi bentuk silinder halus. Pasien
diminta menggerakkan bola mata ke lateral yaitu dengan melihat ke salah
satu sisi tanpa menggerakkan kepala. Sentuhlah dengan hati-hati sisi
kontralateral kornea dengan kapas. Respon normal berupa kedipan mata
secara cepat.
• Konsensuil
• Serupa dengan diatas, normalnya terdapat reflek berkedip serupa pada mata
kontralateral.
19
19
N. FASIALIS [N.VII]
1. MOTORIK
kondisi DIAM
bandingkan asimetri pd lipatan dahi, tinggi
alis, sudut mata, lipatan nasolabial
kondisi BERGERAK
bandingkan asimetri saat mengerutkan dahi,
menutup mata, mecucu bersiul, memperlihatkan
gigi, dll
2. SENSORIK
a. Lakrimasi
Tes Schirmer untuk memeriksa sekresi air mata
• Dites rasa pada lidah, dengan menggunakan rasa manis, asin, asam, dan pahit
dalam bentuk larutan dalam jumlah sedikit setiap larutan diletakkan disisi lidah
yang dijulurkan. Pasien diminta menunjukkan kata-kata manis, asin, asam, dan
pahit yang tercantum pada sehelai kertas.
• Bahan perangsang terdiri dari larutan glukosa 5%, larutan NaCl 2,5%, larutan
asam sitrat 1%, dan larutan Quinin HCl 0,075%. Tes dengan larutan Quinin yang
pahit harus dilakukan paling terakhir. Setelah setiap jenis citarasa diperiksa,
pasien disuruh untuk kumur sampai citarasa yang telah itu tidak meninggalkan
rasa bekas lagi
• Bila daya pengecapan hilang atau berkurang disebut ageusia dan hipogeusia.
Bila rasa asin dirasakan sebagai manis dan sebagainya (salah), maka disebut
parageusia.
21
Pemeriksaan sekresi air mata (Schirmer test)
• Kertas hisap atau lakmus lebar 0,5 cm, panjang 5-10 cm diletakkan
pada dasar konjungtiva
• Tunggu 5 menit untuk menstimulir sekresi air mata dan
mengeluarkan sisa-sisa air mata yang terdapat pada sakus lakrimalis.
Jumlah yang tertera pada kertas tersebut diukur panjangnya.
• Dilakukan lagi pemasangan kertas hisap seperti pertama, tetapi
kemudian dirangsang dengan bersin atau bahan lain untuk
menimbulkan nasolakrimal reflex. Jumlah yang tertera pada kertas
tersebut diukur panjangnya (kanan-kiri). Bila beda kanan-kiri > 50%,
dianggap patologis.
22
N.VIII ( NERVUS KOKHLEARIS, NERVUS
VESTIBULARIS)
PEMERIKSAAN PENDENGARAN
Menilai ada tidaknya tuli konduksi atau persepsi
Pemeriksaan meliputi:
suara bisik
arloji
garpu tala [weber,schawbach,rinne]
PEMERIKSAAN KESEIMBANGAN
Vertigo hallpike manuver
Tinitus keluhan telinga berdengung
Tes kalori rangsang dingin dg suhu 30 derajat sedangkan untuk rangsang
hangat dengan suhu 42 derajat
23
Tes Kalori
24
Dix-Hallpike Manuver
25
26
Tes Pendengaran
27
Tes Rinne
28
Tes Weber
Bilamana telinga kedua sisi baik, maka
garpu tala yang ditempatkan di verteks
akan terdengar sama kerasnya, baik untuk
telinga kiri maupu untuk telinga kanan.
Bila salah satu telinga tuli, maka bunyi
garpu tala akan terdengar lebih keras oleh
salah satu telinga. Fenomen ini dikenal
sebagai lateralisasi (pendengaran).
29
N.GLOSSOPHARINGEUS & N. VAGUS [ IX, X ]
Terdiri dari:
1. Inspeksi oropharing dalam keadaan istirahat
2. Inspeksi oropharing saat berfonasi
3. Refleks:
refleks muntah/batuk
refleks okulo-kardiac
refleks carotico-cardiac
4. Sensorik khusus pengecapan 1/3 belakang lidah
5. Suara serak/parau gangguan murni di N.X
6. Menelan sukar menelan cair daripada padat [ggg oesph]
7. Detak jantung & bising usus
30
• Refleks muntah/batuk/ refleks pharing dengan menekan dinding belakang
pharing.
31
N. ACCESORIUS [ XI ]
Pemeriksaan kekuatan m.trapezius
cara:
px mengangkat bahu & tangan pemeriksa menahannya
32
N. HIPOGLOSSUS [N.XII]
33
• Kelumpuhan N.XII dapat berupa:
34
PEMERIKSAAN EKSTREMITAS SUPERIOR
• Inspeksi : atrofi/edema/asimetri
• Palpasi : konsistensi → N: kenyal
• Perkusi : N: tampak cekung 1-2 detik
myotoni : tampak cekung > 2 detik
myoedema : tampak penimbulan sejenak
35
• MOTORIK
• Kekuatan Otot
Penilaian
+5 bila dapat melawan tahanan kita(normal)
+4 bila dapat melawan tahanan ringan
+3 bila dapat melakukan gerakan gravitasi, tapi tidak
dapat melawan tahanan ringan
+2 bila dapat melakukan gerakan kesamping, tidak
dapat melakukan gerakan melawan gravitasi
+1 bila hanya kontraksi saja
36
MUSCLE NERVE ROOT
37
• TONUS
dilakukan pada otot bicep/ tricep
Hasil pemeriksaan tonus berupa normal, hipotoni, hipertoni
Hipertoni:
CLASP-KNIFE: tahanan dirasakan pada awal gerakan (lesi UMN)
LEAD-PIPE: tahanan terus menerus sepanjang gerakan (lesi
extrapyramidal)
COG-WHEEL: tahanan dirasakan seperti roda bergerigi (lesi
extrapyramidal)
38
REFLEKS FISIOLOGIS
Meliputi:
• BPR
• TPR
• REFLEKS PATOLOGIS
• Hoffman → goresan pada kuku jari tengah (jari III) pasien
(+ bila fleksi ibu jari tangan diikuti jari-jari lainnya)
• Trommer → colekan pada ujung jari tengah (jari III) pasien
(+ bila fleksi ibu jari tangan diikuti jari-jari lainnya)
39
• SENSORIK
1. EKSTEROSEPTIK/PROTOPATIK
Nyeri jarum bundel [di pegang spt pensil]
Panas air suhu 40-45 derajat
Dingin air suhu 10-15 derajat
Raba halus ujung-ujung kapas
Cara : mulai dari daerah yang mengalami gangguan sensibilitas ke daerah
normal, dan sebaliknya, titik temu keduanya merupakan batas kelainannya.
2. PROPRIOSEPTIK
gerak/posisi, getar, tekan
Reseptor : pacini
Pemeriksaan getar : garputala 128 Hz
Pemeriksaan gerak : memegang sisi lateral jari pasien
→digerakkan ke atas/bawah (pasien harus
menutup mata)
Pemeriksaan tekan: menekan sternum, dll.
40
3. ENTEROSEPTIF (Nyeri Rujukan/refered pain)
→ pada daerah yang nyeri dilakukan penekanan, gerakan aktif/pasif & gerakan
isometrik.
→ Nyeri rujukan (+), bila pasien tidak merasa nyeri di tempat yang dilakukan
manipulasi.
4. KOMBINASI :
* Stereognosis (membedakan bentuk benda)
* Barognosis (membandingkan berat)
* Graphestesia (menentukan huruf yg digoreskan pada tangan pasien)
* Two point tactile discrimination
dilakukan penusukan pada 2 tempat pada saat yang sama
* Sensori extinction (rangsangan pada 2 tubuh yg sepadan)
positif jika pasien hanya merasakan 1 bagian tubuhnya
* Loss body image (pengabaian salah satu bagian tubuh)
41
42
PEMERIKSAAN EKSTREMITAS INFERIOR
• Inspeksi : atrofi/edema/asimetri
• Palpasi : konsistensi → N: kenyal
• Perkusi : N: tampak cekung 1-2 detik
myotoni : tampak cekung > 2 detik
myoedema : tampak penimbulan sejenak
43
• MOTORIK
• Kekuatan Otot
Penilaian
+5 bila dapat melawan tahanan kita(normal)
+4 bila dapat melawan tahanan ringan
+3 bila dapat melakukan gerakan gravitasi, tapi tidak
dapat melawan tahanan ringan
+2 bila dapat melakukan gerakan kesamping, tidak
dapat melakukan gerakan melawan gravitasi
+1 bila hanya kontraksi saja
44
MUSCLE NERVE ROOT
45
• TONUS
Cara memeriksa:
46
REFLEKS FISIOLOGIS
Penilaian
0 tidak ada gerakan sendi
+1 hanya terdapat kontraksi
+2 kontraksi dan gerakan sendi
+3 respon sama dengan +2 tetapi lebih kuat dan ada perluasan
+4 sama dengan +3 ditambah klonus
47
Refleks Patologis
48
• SENSORIK
1. EKSTEROSEPTIK/PROTOPATIK
Nyeri jarum bundel [di pegang spt pensil]
Panas air suhu 40-45 derajat
Dingin air suhu 10-15 derajat
Raba halus ujung-ujung kapas
Cara : mulai dari daerah yang mengalami gangguan sensibilitas ke daerah
normal, dan sebaliknya, titik temu keduanya merupakan batas kelainannya.
2. PROPRIOSEPTIK
gerak/posisi, getar, tekan
Reseptor : pacini
Pemeriksaan getar : dengan garputala 128 Hz pada malleolus, caput
fibularis atau krista iliaca superior anterior
Pemeriksaan gerak : memegang sisi lateral jari pasien
→digerakkan ke atas/bawah (pasien harus
menutup mata)
Pemeriksaan tekan: menekan betis, dll.
49
3. ENTEROSEPTIF
refered pain: dengan mengetuk vertebrae lumbosacral
4. KOMBINASI :
* Stereognosis (membedakan bentuk benda)
* Barognosis (membandingkan berat)
* Graphestesia ( menentukan huruf yg digoreskan pada kaki pasien)
* Two point tactile discrimination dilakukan penusukan pada tempat pada
saat yang sama
* Sensori extinction (rangsangan pada 2 tubuh yg sepadan)
positif jika pasien hanya merasakan 1 bagian tubuhnya
* Loss body image (pengabaian salah satu bagian tubuh)
5. Pemeriksaan Sensibilitas
50
PEMERIKSAAN BADAN
51
• Motorik:
• Gerakan cervical vertebrae: fleksi, ekstensi, rotasi, lateral deviation
• Gerakan dari tubuh: membungkuk, ekstensi, lateral deviation
• Refleks-refleks:
• Refleks dinding abdomen:
• Goresan pada daerah epigastrik, supraumbilical, umbilical, infra umbilical
dari lateral ke medial
• Respon: kontraksi umbilikus
• Refleks cremaster:
• Goresan/pemijatan pada sisi medial paha dari atas ke bawah
• Respon: kontraksi (elevasi) testis ipsilateral
• Goresan di daerah gluteus
• Respon: kontraksi m. gluteus
• Refleks anal :
• Goresan pada perianal
• Respon: kontraksi otot sphincter ani
52
GAIT DAN KESEIMBANGAN
• Tandem Walking
→ berjalan lurus ke depan dengan satu kaki ditempatkan di depan jari-jari
kaki lainnya
• Berjalan memutari kursi atau meja
• Berjalan maju mundur
• Romberg test → jatuh ke sisi lesi
53
PEMERIKSAAN FUNGSI LUHUR
Syarat:
Px dalam kondisi kesadaran penuh [GCS 4-5-6]
• APHASIA
APHASIA MOTORIK [BROCA]
Pemahaman auditorik baik
Bicara spontan tidak lancar
Modalitas bahasa lainnya terganggu
Lesi di posterior girus frontalis/area broca/area 44,45 broadmann kiri
54
APHASIA SENSORIK [WERNICKE]
Pemahaman sangat terganggu
Bicara spontan lancar
Kata-kata tdk dapat dimengerti/neologisme
Modalitas bahasa lainnya terganggu
Lesi di regio temporalis sup sinistra sbg area auditorik [area 22 broadmann]
APHASIA KONDUKSI
Modalitas bahasa lainnya terganggu
Pengulangan sangat terganggu
Pemahaman baik
Bicara lancar tetapi kadang agak ragu
Lesi di Fasikulus Arkuatus Sinistra dibedakan jadi 2:
lesi lebih ke frontal bicara kurang lancar
lesi lebih ke posterior bicara lancar
55
APHASIA TRANSKORTIKALIS
Kemampuan pengulangan relatif baik
Bicara spontan lancar tetapi kata-katanya tidak dapat dimengerti
Modalitas bahasa lainnya terganggu
Lesi di daerah perisylvii dibedakan jadi 2:
Transkortikalis motorik
transkortikalis sensorik
APHASIA ANOMIK/AMNESTIK/NOMINAL
Penamaan jelek
Modalitas bahasa lainnya baik
Mungkin merup sisa gx dr salah satu jenis aphasia yg sdh membaik
Lesi di Girus Angularis Kiri
APHASIA GLOBAL
Semua modalitas bahasa terganggu
Lesi di daerah sylvian dan sekitar hemisfer kiri
56
ALEKSIA
Tdk dapat membaca
AGRAPHIA
Tidak dapat menulis
AKALKULIA
Tidak dapat melakukan perhitungan aritmatika sederhana
FINGERAGNOSIA
Px tdk dapat mengenali baik jari-jarinya sendiri maupun jari pemeriksa
57
PEMERIKSAAN REFLEKS PRIMITIF
SUCKING REFLEKS
Sentuhan pd bibir
Respon: gerakan bibir, lidah, & rahang seolah-olah
menyusu
58
SNOUT REFLEKS
Ketukan pd bibir atas
Respon: kontraksi otot-otot disekitar bibir/dibawah
hidung
59
GRASP REFLEKS
Penekanan jari pemeriksa pd telapak tangan px
Respon: tangan px mengepal
60
PALMO-MENTAL REFLEKS
Goresan ujung pena/ibu jari tangan pemeriksa terhadap
kulit telapak tangan bagian thenar px
Respon: kontraksi otot mentalis & orbicularis oris ipsilateral
61
TERIMAKASIH
62