Kel. 7
Kel. 7
Dosen Tutor :
drg. Isnur Hatta, MAP
Kelompok 7
(Troeltzsch M, 2015)
Port the enter infeksi odontogenik
Ada 3 pintu masuk dalam proses infeksi RM, yakni:
1. Proses Karies
2. Keradangan Periodontal
- kalkulus
- tumpatan overhanging
- gigi tipping
3. Pericoronitis/Pericoronal.
(Troeltzsch M, 2015)
Faktor yang mempengaruhi
penyebaran infeksi odontogenik
• Merokok, alkohol, penyakit sistemik, kebersihan
rongga mulut, flora normal dalam mulut, jenis kelamin
& usia (Bakathir et al, 2009).
Virulensi &
• Faktor penyebaran kuantitas
(Toppo S, 2014). Pertahanan tubuh
lokal
(Suardi, 2014)
Jenis-Jenis Abses Odontogenik
Berdasarkan Proses Penyebaran
A. Abses alveolar/periapikal
Berasal dari nekrosid pulpa hingga terjadi invasi
bakteri dan perlu ada proses infeksi ke daerah
periapikal. pada tahap akut terass sakit,
onsetcepatdan pada tahap kronis ada pus
B. Abses subperiosteal
Selulitis jaringan lunak mulut dan daerah maksilofasial,
pembengkakan merah pada daerah gigi dan
penyebab sakit yang hebat
(Fragiskos, 2007)
...
C. Abses submucose
Terdapat pada submukosa baik di vestibulum oris,
palatinal, lingual dan gingiva
D. Abses subkutan
Terdapat di subkutan atau dibawah kulit
(Fragiskos, 2007)
Berdasarkan spasium yg terkena
A. Abses Subperiosteal
• Gejala klinis: selulitis jaringan lunak mulut dan daerah
maksilofasial. Pembengkakan yang menyebar ke ekstra oral,
warna kulit sedikit merah pada daerah gigi penyebab. Penderita
merasakan sakit yang hebat, berdenyut dan dalam serta tidak
terlokalisir. Pada rahang bawah bila berasal dari gigi premolar
atau molar pembengkakan dapat meluas dari pipi sampai
pinggir mandibula, tetapi masih dapat diraba. Gigi penyebab
sensitif pada sentuhan atau tekanan.
B. Abses fosa kanina
• Fosa kanina sering merupakan tempat infeksi yang bersal dari
gigi rahang atas pada regio ini terdapat jaringan ikat dan
lemak, serta memudahkan terjadinya akumulasi cairan
jaringan.
• Gejala klinis: pembengkakan pada muka, kehilangan sulkus
nasolabialis dan edema pelupuk mata bawah sehingga
tampak tertutup. Bibir atas bengkak, seluruh muka terasa sakit
disertai kulit yang tegang berwarna merah.
(Fragiskos, 2007)
C. Abses bukal
• Abses spasium bukal berada diantara m. masseter, m.
pterigoidus interna dan m. Buccinator. Berisi jaringan lemak yang
meluas ke atas ke dalam diantara otot pengunyah, menutupi
fosa retrozigomatik dan spasium infratemporal. Abses dapat
berasal dari gigi M2/M3 rahang atas masuk ke dalam spasium
bukal.
• Gejala klinis: terbentuk di bawah mukosa bukal dan menonjol ke
arah rongga mulut. Pada perabaan tidak jelas ada proses
supuratif, fluktuasi negatif dan gigi penyebab kadang-kadang
tidak jelas. Masa infeksi/pus dapat turun ke spasium terdekat
lainnya. Pada pemeriksaan estraoral tampak pembengkakan
difus.
(Fragiskos, 2007)
D. Abses infratemporal
• Abses ini jarang terjadi, tetapi bila terjadi sangat berbahaya
dan sering menimbulkan komplikasi yang fatal. Abses
infratemporal terletak di bawah 21 dataran horisontal arkus-
zigomatikus dan bagian lateral di batasi oleh ramus
mandibula dan bagian dalam oleh m.pterigoid interna.
Bagian atas dibatasi oleh m.pterigoid eksternus. Spasium ini
dilalui a.maksilaris interna dan n.mandibula, milohioid, lingual,
businator dan n.chorda timpani. Berisi pleksus venus pterigoid
dan juga berdekatan dengan pleksus faringeal.
(Fragiskos, 2007)
E. Abses submasseter
• Abses submasseter berjalan ke bawah dan ke depan diantara
insersi otot masseter bagian superfisialis dan bagian dalam.
Infeksi pada spasium ini berasal dari gigi M3 rahang bawah,
berjalan melalui permukaan lateral ramus ke atas spasium ini.
• Gejala klinis: sakit berdenyut diregio ramus mandibula bagian
dalam, pembengkakan jaringan lunak muka disertai trismus yang
berjalan cepat, toksik dan delirium. Bagian posterior ramus
mempunyai daerah tegangan besar dan sakit pada penekanan.
(Fragiskos, 2007)
F. Abses submandibula
• Spasium ini terletak dibagian bawah m.mylohioid yang
memisahkannya dari spasium sublingual. Lokasi ini di bawah dan
medial bagian belakang mandibula. Dibatasi oleh m.hyoglosus
dan m.digastrikus dan bagian posterior oleh m.pterigoid
eksternus. Berisi kelenjar ludah submandibula dan kelenjar limfe
submaksila. Pada bagian luar ditutup oleh fasia superfisial yang
tipis dan ditembus oleh arteri submaksilaris eksterna.
• Infeksi pada spasium ini dapat berasal dari abses dentoalveolar,
abses periodontal dan perikoronitis yang berasal dari gigi
premolar atau molar mandibula.
(Fragiskos, 2007)
G. Abses sublingual
• Spasium sublingual dari garis median oleh fasia yang tebal,
terletak diatas m.milohioid dan bagian medial dibatasi oleh
m.genioglosus dan lateral oleh permukaan lingual mandibula.
• Gejala klinis: pembengkakan dasar mulut dan lidah terangkat,
bergerser ke sisi yang normal. Kelenjar sublingual yang tampak
menonjol karena terdesak oleh akumulasi pus di bawahnya.
Penderita akan mengalami kesulitan menelan dan terasa sakit.
(Fragiskos, 2007)
H. Abses submental
• Terletak diantara m.milohioid dan m.plastima. di depannya
melintang m.digastrikus, berisi kelenjar limfe submental.
Perjalanan abses kebelakang dapat meluas ke spasium
mandibula dan sebaliknya infeksi dapat berasal dari spasium
submandibula. Gigi penyebab biasanya gigi anterior/premolar.
• Gejala klinis: selulitis pada regio submental. Tahap akhir akan
terjadi supuratif dan pada perabaan fluktuatif positif. Pada
pemeriksaan intra oral tidak tampak adanya pembengkakan.
Kadang-kadang gusi disekitar gigi penyebab lebih merah dari
jaringan sekitarnya. Pada tahap lanjut infeksi dapat menyebar
juga kearah spasium yang terdekat terutama kearah belakang.
(Fragiskos, 2007)
Etiologi abses odontogenik
• Infeksi odontogenik dimulai dengan terjadinya kematian pulpa.
Invasi bakteri dan perluasan invasi ke arah periapikal. Kerusakan
ligamen periodontal bila memungkinkan masuknya bakteri.
Apabila gigi yang tidak erupsi sempurna mukosa yang menutupi
sebagian gigi mengakibatkan terperangkap dan terkumpulnya
bakteri dan debris.
• Abses merupakan suatu lubang berisi kumpulan pus yang
terlokalisir akibat proses supurasi pada suatu jaringan yang
disebabkan oleh bakteri piogenik.
(Balaji, 2013)
...
• Virulensi/Resistensi
(Fragiskos, 2007)
Ekstra oral
• Pembengkakan berwarna merah dan mengkilat
• Konsistensi pembengkakan lunak serta fluktuasi
• Nyeri saat palpasi dan tekanan (nyeri lebih ringan
dibandingkan subperiosteal abses)
• Pembengkakan terlokalisir Punctate (red dark spot) mata
nanah : ciri khas abses subkutan
Intra oral
• Kelanjutan dari periapikal dan subperiosteal abses dengan
tingkat yang lebih ringan
• Tidak ada benjolan/pembengkakan intraoral
(Mardiantoro, 2017)
Penatalaksanaan pada Pasien
Abses Odontogenik
Tujuan Utama dilakukan Pembedahan
• Menghilangkan penyebab infeksi,
• Membuat jalan keluar/drainase bagi nanah & debris nekrotik yg
terakumulasi,
• Mencegah komplikasi yg lbh berat berupa selulitis (ludwig’s angina),
thrombosis sinus kavernosus, dan penyebaran infeksi ke daerah
mediastinum
(Dahong, 2009)
...
Prinsip Utama
• Proteksi dan kontrol jalan napas
• Pemberian antibiotik yang adekuat
• Insisi dan drainase abses
• Hidrasi dan nutrisi yang adekuat
• Membuat drainase melalui pembedahan dan
menghilangkan penyebab infeksi, bisa berupa tindakan
sederhana seperti pembukaan rongga pulpa gigi &
ekstirpasi pulpa gigi nekrotik, sampai tindakan kompleks
seperti membuat insisi yg luas utk kasus infeksi yg parah
(Lopez, 2007)
...
Terapi Antibiotik
• Antibiotik yg paling banyak digunakan dan efektif :
penisilin, amoksisilin, clindamycin, azitromisin,
metronidazole, moksifloksasin
• Sebaiknya digunakan antibiotic dengan spectrum
tersempit yg efektif melawan organisme yg terlibat dlm
infeksi
• Antibiotik spectrum luas dihindari : ok ↑ resiko
pengembangan strain mikroba resisten dan juga ↑ resiko
superinfeksi, dengan menghilangkan flora normal di tubuh
dan memungkinkan bakteri non-pathogen u/ berkembang
biak dan menyebabkan penyakit
(A Textbook of Advanced Oral and Maxillofacial
Surgery Onur Gonul. 2013)
...
(Holmes, 2016)
...
Terapi Penunjang
• Meningkatkan kualitas nutrisis dengan diet TKTP.
• Pemberian multivitamin
• Mempertahankan keseimbangan cairan tubuh.
• Bed rest
• Pemberian analgetik sebagai terapi penunjang untuk
membantu mengurangi rasa nyeri yg ditimbulkan oleh
karena tindakan insisi dan drainase abses.
(Mardiantoro, 2017)
Definisi punctate pada
skenario
• Punctate (red dark spot) adalah berupa mata nanah.
• Punctate menyerupai atau ditandai dengan titik titik.
• Pertahanan Seluler/Keradangan
Respon lokal dari hospes adalah keradangan.
Proses ini diawali dengan dilatasi kapiler,
terkumpulnya cairan edema, penyumbatan
limfatik olehg fibrin. Didukung oleh kemotaksis
akan terjadi fagosintesis
(Pedersen, 2013)
...
• Pertahanan Humoral
Respon sistemik hospes adalah pertahanan
humoral yaitu rekasi Ag-Ab. Antibodi ini akan
menetralkan toksin bakteri, mencegah perlekatan
dan mengaktifkan komplemen. Komplemen
berperan dalam pengenalan hospes terhadap
bakteri dan memacu proses fagositosis.
(Pedersen, 2013)
DAFTAR PUSTAKA
• Dahong F. 2009. Abses Dentogen Subkutan. Dentofasial. 8(2): 69-73.
• Karasutisna, et al. 2001. Buku Ajar Ilmu Bedah Mulut Infeksi Odontogenik. Bandung:
FKG Universitas Padjadjaran.
• López-Píriz R, Aguilar L, Giménez MJ. 2007. Management of Odontogenic Infection of
Pulpal and Periodontal Origin. Med Oral Patol Oral Cir Bucal. 12: 154.
• A Textbook of Advanced Oral and Maxillofacial Surgery Onur Gonul. 2013
• Mardiantoro, F. 2017. Penyebaran infeksi Odontogen dan Tatalaksana. UB Press:
Malang
• Balaji S. Textbook of Oral and Maxillofacial Surgery 2nd Ed. New Delhi: 2013; Elsevier.
• Woo SB. Oral Pathology A Comprehensive Atlas and Text. Philadelphia: Elsevier; 2012.
• Zamiri B, et al. Prevalence of Odontogenic Deep Head and Neck Spaces Infection and
Its Correlation With Length of Hospital Stay. Shiraz University of Dentistry: 2011.
• Ogura, et al. 2017. Spread of Odontogenic Infections in The Elderly: Prevalence and
Characteristic Multidetector CT Findings. International Journal of Diagnostic Imaging: 4
(1).
• Holmes CJ, Pellecchia R. 2016. Antimicrobial Therapy in Management of Odontogenic
Infections in General Dentistry. Dent Clin N Am: 60; 502.
• Ariji, et al. 2008. Odontogenic Infection Pathway to The Submandibular Space.
• Abbas AK, Lichtman AH, Pillai S. Basic immunology: Functions And Disorders Of
The Immune System Fifth Edition. Missouri: Elsevier; 2016.
...
• Suardi HN. 2014. Antibiotik dalam Dunia Kedokteran Gigi. Cakradonya Dent J. 6(2):
695.
• Troeltzsch M et al. A Review of Pathogenesis, diagnosis, treatment options, and
differential diagnosis of odontogenic infections. Quintessence International. 2015 April;
46(4):351-353
• Wazir S, Khan M, Mansoor N, Wazir A. Odontogenic fascial space infections in
pregnancy - a study. Pakistan Oral & Dental Journal 2013: 33(1); p.17-22
• Toppo S, Chanda H, Tajrin A, Sulastri. Abses Spasium Temporal akibat Infeksi
Odontogenik. Makassar Dental Journal. Agustus 2014; 3(4)
• Bakathir AA, Moos KF, Ayoub AF, Bagg J. Factors Contributing to The Spread of
Odontogenic Infection. Sultan Qaboos University Medial Journal: 2009.
• Ireland R. 2014. Kamus Kedokteran Gigi. Jakarta; EGC.
• Fragiskos FD. Oral Surgery. 2007. German: Springer.
• Pedersen GW. 2013. Buku Ajar Praktis : Bedah Mulut. Jakarta; EGC.