Presentasi Kel 4
Presentasi Kel 4
Oleh
Daniel Saut R. Hutagalung (1415041010)
Fadhlan Pratama Mandala (1415041016)
Guntur Arya Perdana (1415041023)
Muhammad Aswan (1415041034)
Okta Dwi A. Kurniawan (1415041044)
Yosua Lumadi (1415041068)
Peta Bahasan
Makalah
Prosese
Tujuan Cara Kerja Saran
Pengomposan
Faktor yang
Manfaat Mempengaruhi
Pengomposan
Bahan Baku
Karakteristik
kompos yang
Matang
Pendahuluan
Latar Belakang Sampah organik seperti dedaunan
yang berasal dari taman, jerami,
rerumputan, dan sisa-sisa sayur, buah,
yang berasal dari aktivitas rumah
tangga dan pasar (sampah domestik)
memang sering menimbulkan
berbagai masalah. Salah satu cara yang
dapat digunakan untuk
meminimalkan dampak negatif yang
ditimbulkan sampah organik domestik
adalah mengolah sampah tersebut
menjadi kompos secara konvensional
dengan penambahan organik agen
(serbuk gergaji) dan bakteri yang
berfungsi mendegradasi sampah-
sampah organik dan manambah unsur
hara dalam kompos sehingga
menghasilkan produk yang bernilai
lebih, baik dari segi nilai ekonomi
yaitu memiliki suplemen bagi
tanaman.
Tujuan Manfaat
Mikroflora
Mikrofauna
Makroflaura Makrofauna
Keseimbangan
Nutrien
Derajat
Bahan
Keasaman
Berbahaya
(pH)
Kandungan
Temperatur
Hara
Faktor yang
Mempengaruhi
Pengomposan
Lama
Aerasi
Pengomposan
Homogenitas Ukuran
Campuran Partikel
Sampah Sampah
Kelembaban
Udara
Keseimbangan Nutrien
Parameter nutrien yang paling penting dalam proses pembuatan kompos adalah unsur
karbon dan nitrogen. Dalam proses pengurai terjadi reaksi antara karbon dan oksigen
sehingga menimbulkan panas (CO2). Nitrogen akan ditangkap oleh mikroorganisme
sebagai sumber makanan. Apabila mikroorganisme tersebut mati, maka nitrogen akan
tetap tinggal dalam kompos sebagai sumber nutrisi bagi makanan. Besarnya
perbandingan antara unsur karbon dengan nitrogen tergantung pada jenis sampah
sebagai bahan baku. Perbandingan C dan N yang ideal dalam proses pengomposan
yang optimum berkisar antara 20 : 1 sampai dengan 40: 1, dengan rasio terbaik adalah
30 : 1.
Derajat Keasaman
Pengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondisi yang cukup oksigen(aerob).
Aerasi secara alami akan terjadi pada saat terjadi peningkatan suhu yang
menyebabkan udara hangat keluar dan udara yang lebih dingin masuk ke dalam
tumpukan kompos. Aerasi ditentukan oleh posiritas dan kandungan air
bahan(kelembaban). Apabila aerasi terhambat, maka akan terjadi proses anaerob yang
akan menghasilkan bau yang tidak sedap. Aerasi dapat ditingkatkan dengan
melakukan pembalikan atau mengalirkan udara di dalam tumpukan kompos.
Porositas Ukuran Partikel Sampah
Porositas adalah ruang di antara partikel di Ukuran partikel sampah yang digunakan
dalam tumpukan kompos. Porositas sebagai bahan baku pembuatan kompos
dihitung dengan mengukur volume rongga harus sekecil mungkin untuk mencapai
dibagi dengan volume total. Ronggarongga efisiensi aerasi dan supaya lebih mudah
ini akan diisi oleh air dan udara. Udara akan
dicerna atau diuraikan oleh
mensuplly oksigen untuk proses
pengomposan. Apabila rongga dijenuhi oleh mikroorganisme. Semakin kecil partikel,
air, maka pasokan oksigen akan berkurang semakin luas permukaan yang dicerna
dan proses pengomposan juga akan sehingga pengurai dapat berlangsung
terganggu dengan cepat.
Kelembaban Udara
Kandungan kelembaban udara optimum sangat diperlukan dalam proses pengomposan. Kisaran
kelembaban yang ideal adalah (40 – 60) % dengan nilai yang paling baik adalah 50 %. Kelembaban yang
optimum harus terus dijaga untuk memperoleh jumlah mikroorganisme yang maksimal sehingga proses
pengomposan dapat berjalan dengan cepat. Apabila kondisi tumpukan terlalu lembab, tentu dapat
menghambat pertumbuhan mikroorganisme karena molekul air akan mengisi rongga udara sehingga
terjadi kondisi anaerobik yang akan menimbulkan bau. Bila tumpukan terlalu kering (kelembaban kurang
dari 40%), dapat mengakibatkan berkurangnya populasi mikroorganisme pengurai karena terbatasnya
habitat yang ada.
Kandungan Hara
1. Dibaui
Kompos yang sudah matang berbau seperti tanah dan harum, meskipun
kompos dari sampah kota. Apabila kompos tercium bau yang tidak sedap,
berarti terjadi fermentasi anaerobik dan menghasilkan senyawa-senyawa
berbau yang mungkin berbahaya bagi tanaman. Apabila kompos masih
berbau seperti bahan mentahnya berarti kompos masih belum matang
Karakteristik Kompos
yang matang
2. Kekerasan
Bahan
Kompos yang telah matang akan terasa lunak ketika dihancurkan. Bentuk
kompos mungkin masih menyerupai bahan asalnya, tetapi ketika diremas-
remas akan mudah hancur
Karakteristik Kompos
yang matang
3. Warna
Kompos
4. Penyusutan
5. Suhu
Alat
• Sarung Tangan
• Masker
• Termometer
• pH Meter
• Penggaris
• Sekop
• Ember
• Ayakan
• Parang
• Penggilingan
• Spidol
Bahan
Tambahkann Hancurkan
Tambahkan
Sampah hijau sampah- Siapkan terpal
Tambahkan mikroba Masukan
dan cokelat sampah tadi untuk alas Aduk Sampah
serbuk pengurai kedalam
dengan hingga mengaduk hingga merata
gergajii. dalam komposter
perbandingan menjadi sampah
campuran
1:2 potongan kecil
Kompos yang
Tambahkan telah di
Aduk selama pH kompos
Timbang 5 gr aquades shaker
15 menit diukur
kompos di sampai disaring ke
dengan 120 dengan alat
erlenmayer volume 100 dalam 3
rpm pH meter.
ml erlenmayer
yang berbeda
Pengukuran Ketinggian kompos
Diukur ketinggian
Tutup komposer
kompos dengan Pengukuran Setelah ketinggian
dibuka untuk
mengukur ketinggian kompos diukur,
mengukur
ketinggian pada dilakukan di tiga composer ditutup
ketinggian
pipa yang telah titik kembali
kompos
diberi tanda
Pembahasan atau Isi
Hasil Pengamatan Kompos
Pengukuran pH
8.1
8.043
8
7.9
7.8
pH
7.7
7.63
7.6
7.566
7.5
7.4
7.3
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3
Hasil Pengamatan Kompos
Pengukuran Suhu
32
31.7
31.5 31.5
31
Suhu O C
30.5
30 30
29.5
29
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3
Hasil Pengamatan Kompos
Pengukuran Tinggi
60
50 50.893
47.23
40
Ketinggian (Cm)
30 31.5
20
10
0
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3
Penutup
Kesimpulan dan Saran
▪ Kompos adalah hasil penguraian parsial campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat
secara artificial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan tertentu
(hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik). Membuat kompos adalah mengatur dan
mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi
membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, pengaturan aerasi, dan
penambahan aktivator pengomposan.
▪ Dari praktikum pembuatan kompos yang dilakukan diperoleh hasil akhir yaitu kompos yang
diperoleh dengan volume yang tetap dari proses awal dilakukannya pengomposan atau gagal
panen. hal ini dikarenakan terjadinya proses pembusukan yangkurang sempurna dalam
penyusutan bahan. Ciri kompos yang sudah matang adalah bentuknya sudah berubah menjadi
lebih lunak, warnanya coklat kehitaman, tidak berbau menyengat, dan mudah dihancurkan.
Pupuk-pupuk organik (kompos) yang kaya akan humus ini menggantikan peran dari pupuk-
pupuk sintesis dalam menjaga kualitas tanah. Waktu yang diperlukan untuk memperoleh hasil
kompos yang optimal yaitu membutuhkan waktu yang relatif lama dibanding pupuk kimia,
namun pupuk ini tidak berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan. Sehingga tanaman yang
dihasilkan termasuk tanaman organik yang bebas dari paparan bahan kimia.