Anda di halaman 1dari 40

Pupuk Organik Kompos

Oleh
Daniel Saut R. Hutagalung (1415041010)
Fadhlan Pratama Mandala (1415041016)
Guntur Arya Perdana (1415041023)
Muhammad Aswan (1415041034)
Okta Dwi A. Kurniawan (1415041044)
Yosua Lumadi (1415041068)
Peta Bahasan
Makalah

Tinjauan Tata Cara Pembahasan


Pendahuluan Penutup
Pustaka Pembuatan atau Isi

Latar Belakang Definisi Kompos Alat dan Bahan Kesimpulan

Prosese
Tujuan Cara Kerja Saran
Pengomposan

Faktor yang
Manfaat Mempengaruhi
Pengomposan

Bahan Baku

Karakteristik
kompos yang
Matang
Pendahuluan
Latar Belakang Sampah organik seperti dedaunan
yang berasal dari taman, jerami,
rerumputan, dan sisa-sisa sayur, buah,
yang berasal dari aktivitas rumah
tangga dan pasar (sampah domestik)
memang sering menimbulkan
berbagai masalah. Salah satu cara yang
dapat digunakan untuk
meminimalkan dampak negatif yang
ditimbulkan sampah organik domestik
adalah mengolah sampah tersebut
menjadi kompos secara konvensional
dengan penambahan organik agen
(serbuk gergaji) dan bakteri yang
berfungsi mendegradasi sampah-
sampah organik dan manambah unsur
hara dalam kompos sehingga
menghasilkan produk yang bernilai
lebih, baik dari segi nilai ekonomi
yaitu memiliki suplemen bagi
tanaman.
Tujuan Manfaat

1. Mengurangi permasalahan lingkungan akibat


sampah organik yang dihasilkan terutama dari
Tujuan pembuatan kegiatan ini adalah aktivitas manusia
melakukan kegiatan komposting atau membuat 2. Berkurangnya jumlah limbah berupa sampah
kompos secara konvensional dari sampah organik domestik sehingga tercipta kenyamanan
dan kebersihan di lingkungan pribadi, keluarga,
organik domestik sehingga mampu maupun masyarakat
menciptakan inovasi baru yang dapat 3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
memberikan nilai tambah bagi masyarakat pembuatan kompos
maupun pemerintah. 4. Menghasilkan suatu produk (kompos) yang
memiliki nilai tambah bagi masyarakat maupun
pemerintah
Tinjauan Pustaka
Definisi Kompos

Kompos adalah hasil pembusukan dari bahan-


bahan organik yang membusuk dan hancur
yang menumpuk dan menghasilkan tanah
yang baru yang mengandung unsur hara yang
tinggi yang baik untuk pertumbuhan
tanaman, di mana unsur-unsur tersebut
adalah unsur-unsur yang dibutuhkan oleh
tanaman. Kompos berasal dari daun, kotoran /
tinja hewan, dan bahan-bahan alam yang lain
seperti pembusukan hewan-hewan kecil.
(Agromedia, 2007)
Proses Pengomposan

Proses pengomposan akan segera


berlangsung setelah bahan-bahan
mentah dicampur. Proses
pengomposan secara sederhana
dapat dibagi menjadi dua tahap,
yaitu tahap aktif dan tahap
pematangan. Selama tahap-tahap
awal proses, oksigen dan senyawa-
senyawa yang mudah terdegradasi
akan segera dimanfaatkan oleh
mikroba mesofilik. Suhu tumpukan
kompos akan meningkat dengan
cepat. Demikian pula akan diikuti
dengan peningkatan pH kompos.
Suhu akan meningkat hingga di atas
(50-70)̊ C. Suhu akan tetap tinggi
selama waktu tertentu.
Perubahan Suhu dan Jumlah Mikroba
Selama Proses Pengomposan
Kelompok Organisme yang terlibat dalam proses pengomposan

Mikroflora
Mikrofauna

Bakteri Aktinomicetes Kapang


(108-109)/gr (105-108)/gr (104-105)/gr
kompos kompos kompos Paramecium Amoeba

Makroflaura Makrofauna
Keseimbangan
Nutrien

Derajat
Bahan
Keasaman
Berbahaya
(pH)

Kandungan
Temperatur
Hara

Faktor yang
Mempengaruhi
Pengomposan

Lama
Aerasi
Pengomposan

Homogenitas Ukuran
Campuran Partikel
Sampah Sampah

Kelembaban
Udara
Keseimbangan Nutrien

Parameter nutrien yang paling penting dalam proses pembuatan kompos adalah unsur
karbon dan nitrogen. Dalam proses pengurai terjadi reaksi antara karbon dan oksigen
sehingga menimbulkan panas (CO2). Nitrogen akan ditangkap oleh mikroorganisme
sebagai sumber makanan. Apabila mikroorganisme tersebut mati, maka nitrogen akan
tetap tinggal dalam kompos sebagai sumber nutrisi bagi makanan. Besarnya
perbandingan antara unsur karbon dengan nitrogen tergantung pada jenis sampah
sebagai bahan baku. Perbandingan C dan N yang ideal dalam proses pengomposan
yang optimum berkisar antara 20 : 1 sampai dengan 40: 1, dengan rasio terbaik adalah
30 : 1.
Derajat Keasaman

Derajat keasaman (pH) ideal dalam proses pembuatan kompos secara


aerobik berkisar pada pH netral (6 – 8,5), sesuai dengan pH yang
dibutuhkan tanaman. Pada proses awal, sejumlah mikroorganisme akan
mengubah sampah organik menjadi asam-asam organik, sehingga derajat
keasaman akan selalu menurun. Pada proses selanjutnya derajat keasaman
akan meningkat secara bertahap yaitu pada masa pematangan, karena
beberapa jenis mikroorganisme memakan asam-asam organik yang
terbentuk tersebut. Derajat keasaman dapat menjadi faktor penghambat
dalam proses pembuatan kompos, yaitu dapat terjadi apabila :
1. pH terlalu tinggi (di atas 8) , unsur N akan menguap menjadi NH3.
NH3 yang terbentuk akan sangat mengganggu proses karena bau
yang menyengat. Senyawa ini dalam kadar yang berlebihan dapat
memusnahkan mikroorganisme.
2. pH terlalu rendah (di bawah 6), kondisi menjadi asam dan dapat
menyebabkan kematian jasad renik.
Temperatur

Proses biokimia dalam proses pengomposan menghasilkan panas yang sangat


penting bagi mengoptimumkan laju penguraian dan dalam menghasilkan produk
yang secara mikroorganisme aman digunakan. Pola perubahan temperatur dalam
tumpukan sampah bervariasi sesuai dengan tipe dan jenis mikroorganisme. Pada
awal pengomposan, temperatur mesofilik, yaitu antara (25 – 45) ̊ C akan terjadi
dan segera diikuti oleh temperatur termofilik antara (50 – 65) ̊ C. Temperatur
termofilik dapat berfungsi untuk :
1. Mematikan bakteri/bibit penyakit baik patogen maupun bibit vektor penyakit
seperti lalat;
2. Mematikan bibit gulma. Kondisi termofilik, kemudian berangsur-angsur
akan menurun mendekati tingkat ambien
Aerasi

Pengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondisi yang cukup oksigen(aerob).
Aerasi secara alami akan terjadi pada saat terjadi peningkatan suhu yang
menyebabkan udara hangat keluar dan udara yang lebih dingin masuk ke dalam
tumpukan kompos. Aerasi ditentukan oleh posiritas dan kandungan air
bahan(kelembaban). Apabila aerasi terhambat, maka akan terjadi proses anaerob yang
akan menghasilkan bau yang tidak sedap. Aerasi dapat ditingkatkan dengan
melakukan pembalikan atau mengalirkan udara di dalam tumpukan kompos.
Porositas Ukuran Partikel Sampah

Porositas adalah ruang di antara partikel di Ukuran partikel sampah yang digunakan
dalam tumpukan kompos. Porositas sebagai bahan baku pembuatan kompos
dihitung dengan mengukur volume rongga harus sekecil mungkin untuk mencapai
dibagi dengan volume total. Ronggarongga efisiensi aerasi dan supaya lebih mudah
ini akan diisi oleh air dan udara. Udara akan
dicerna atau diuraikan oleh
mensuplly oksigen untuk proses
pengomposan. Apabila rongga dijenuhi oleh mikroorganisme. Semakin kecil partikel,
air, maka pasokan oksigen akan berkurang semakin luas permukaan yang dicerna
dan proses pengomposan juga akan sehingga pengurai dapat berlangsung
terganggu dengan cepat.
Kelembaban Udara

Kandungan kelembaban udara optimum sangat diperlukan dalam proses pengomposan. Kisaran
kelembaban yang ideal adalah (40 – 60) % dengan nilai yang paling baik adalah 50 %. Kelembaban yang
optimum harus terus dijaga untuk memperoleh jumlah mikroorganisme yang maksimal sehingga proses
pengomposan dapat berjalan dengan cepat. Apabila kondisi tumpukan terlalu lembab, tentu dapat
menghambat pertumbuhan mikroorganisme karena molekul air akan mengisi rongga udara sehingga
terjadi kondisi anaerobik yang akan menimbulkan bau. Bila tumpukan terlalu kering (kelembaban kurang
dari 40%), dapat mengakibatkan berkurangnya populasi mikroorganisme pengurai karena terbatasnya
habitat yang ada.
Kandungan Hara

Kandungan P dan K juga penting dalam


proses pengomposan dan bisanya
terdapat di dalam kompos-kompos dari
peternakan. Hara ini akan dimanfaatkan
oleh mikroba selama proses
pengomposan.
Kandungan Bahan
Berbahaya

Beberapa bahan organik mungkin


mengandung bahan-bahan yang berbahaya
bagi kehidupan mikroba. Logam-logam
berat seperti Mg, Cu, Zn, Nickel, Cr adalah
beberapa bahan yang termasuk kategori ini.
Logam-logam berat akan mengalami
imobilisasi selama proses pengomposan
Kondisi Optimal untuk Mempercepat
proses pengomposan
Bahan Baku Kompos
Karakteristik Kompos
yang matang

1. Dibaui

Kompos yang sudah matang berbau seperti tanah dan harum, meskipun
kompos dari sampah kota. Apabila kompos tercium bau yang tidak sedap,
berarti terjadi fermentasi anaerobik dan menghasilkan senyawa-senyawa
berbau yang mungkin berbahaya bagi tanaman. Apabila kompos masih
berbau seperti bahan mentahnya berarti kompos masih belum matang
Karakteristik Kompos
yang matang

2. Kekerasan
Bahan

Kompos yang telah matang akan terasa lunak ketika dihancurkan. Bentuk
kompos mungkin masih menyerupai bahan asalnya, tetapi ketika diremas-
remas akan mudah hancur
Karakteristik Kompos
yang matang

3. Warna
Kompos

Warna kompos yang sudah matang adalah coklat kehitam-hitaman. Apabila


kompos masih berwarna hijau atau warnanya mirip dengan bahan mentahnya
berarti kompos tersebut belum matang. Selama proses pengomposan pada
permukaan kompos seringkali juga terlihat miselium jamur yang berwarna
putih
Karakteristik Kompos
yang matang

4. Penyusutan

Terjadi penyusutan volume/bobot kompos seiring dengan kematangan


kompos. Besarnya penyusutan tergantung pada karakteristik bahan mentah
dan tingkat kematangan kompos. Penyusutan berkisar antara 20 – 40 %.
Apabila penyusutannya masih kecil/sedikit, kemungkinan proses
pengomposan belum selesai dan kompos belum matang.
Karakteristik Kompos
yang matang

5. Suhu

Suhu kompos yang sudah matang mendekati dengan suhu awal


pengomposan. Suhu kompos yang masih tinggi, atau di atas 50oC, berarti
proses pengomposan masih berlangsung aktif dan kompos belum cukup
matang.
Tata Cara Pembuatan
Alat dan Bahan

Alat

• Sarung Tangan
• Masker
• Termometer
• pH Meter
• Penggaris
• Sekop
• Ember
• Ayakan
• Parang
• Penggilingan
• Spidol
Bahan

• Sampah hijau dan


sampah coklat
dengan
perbandingan (1 : 2)
sebanyak 1,5 kg
sampah hijau dan 3
kg sampah coklat
• Aktivator, yakni
bakteri promi
• Air secukupnya
• Serbuk kayu
(gergaji)
Cara Pembuatan Pupuk Kompos

Tambahkann Hancurkan
Tambahkan
Sampah hijau sampah- Siapkan terpal
Tambahkan mikroba Masukan
dan cokelat sampah tadi untuk alas Aduk Sampah
serbuk pengurai kedalam
dengan hingga mengaduk hingga merata
gergajii. dalam komposter
perbandingan menjadi sampah
campuran
1:2 potongan kecil

Ayak kompos Kompos


Kompos Siap dikeluarkan Kompos Komposer
agar Periksa
dikemas dan dari komposer dipanen Cek setiap 4 ditutup rapat
mendapat Ketinggian
siap dan dijemur setelah 4 Minggu terjadi proses
kompos yang awal lalu catat
digunakan dibawah minggu pembusukan
kecil
matahari
Pengukuran pH

Kompos yang
Tambahkan telah di
Aduk selama pH kompos
Timbang 5 gr aquades shaker
15 menit diukur
kompos di sampai disaring ke
dengan 120 dengan alat
erlenmayer volume 100 dalam 3
rpm pH meter.
ml erlenmayer
yang berbeda
Pengukuran Ketinggian kompos

Diukur ketinggian
Tutup komposer
kompos dengan Pengukuran Setelah ketinggian
dibuka untuk
mengukur ketinggian kompos diukur,
mengukur
ketinggian pada dilakukan di tiga composer ditutup
ketinggian
pipa yang telah titik kembali
kompos
diberi tanda
Pembahasan atau Isi
Hasil Pengamatan Kompos
Pengukuran pH
8.1
8.043
8

7.9

7.8
pH

7.7

7.63
7.6
7.566
7.5

7.4

7.3
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3
Hasil Pengamatan Kompos
Pengukuran Suhu
32

31.7
31.5 31.5

31
Suhu O C

30.5

30 30

29.5

29
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3
Hasil Pengamatan Kompos
Pengukuran Tinggi
60

50 50.893
47.23

40
Ketinggian (Cm)

30 31.5

20

10

0
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3
Penutup
Kesimpulan dan Saran
▪ Kompos adalah hasil penguraian parsial campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat
secara artificial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan tertentu
(hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik). Membuat kompos adalah mengatur dan
mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi
membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, pengaturan aerasi, dan
penambahan aktivator pengomposan.
▪ Dari praktikum pembuatan kompos yang dilakukan diperoleh hasil akhir yaitu kompos yang
diperoleh dengan volume yang tetap dari proses awal dilakukannya pengomposan atau gagal
panen. hal ini dikarenakan terjadinya proses pembusukan yangkurang sempurna dalam
penyusutan bahan. Ciri kompos yang sudah matang adalah bentuknya sudah berubah menjadi
lebih lunak, warnanya coklat kehitaman, tidak berbau menyengat, dan mudah dihancurkan.
Pupuk-pupuk organik (kompos) yang kaya akan humus ini menggantikan peran dari pupuk-
pupuk sintesis dalam menjaga kualitas tanah. Waktu yang diperlukan untuk memperoleh hasil
kompos yang optimal yaitu membutuhkan waktu yang relatif lama dibanding pupuk kimia,
namun pupuk ini tidak berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan. Sehingga tanaman yang
dihasilkan termasuk tanaman organik yang bebas dari paparan bahan kimia.

Anda mungkin juga menyukai