Anda di halaman 1dari 58

MODUL 5

PENYAKIT DEGENERATIF DAN NEOPLASMA


SISTEM UROGENITAL

23/5/2019 1
Kelompok 6:
• Fikri barliansyah lubis
• Dara fitri shafira
• Dara ayu ramadhani
• Sarah safira
• Surya gunawan
• Ratna sukmawati
• Misbahul jannah
• Laila syifa rahmi
• Sartika dwi ananda
• Nouva
Tutor : dr. Julia fitriany M.ked(ped) sp.A

23/5/2019 2
SKENAROI 5: OPERASI, SAKIT KAH??
Tn.usman 77 tahun, datang ke dokter puskesmas
dengan keluhan kencing tidak keluar sejak dua hari yang
lalu. Dari anamnesis didapatkan bahwa sejak tiga bulan
yang lalu, tn. Usman sudah mengalami masalah dengan
kencingnya, antara lain rasa tidak puas setelah kencing,
pancaran kencing sudah melemah dan akhir-akhir ini
kencingnya sering menetes saja.

23/5/2019 3
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum lemah,
gizi sedang, tampak kesakitan. Vital sign dalam batas normal.
Pemeriksaan abdomen, teraba masa di supra simfisis, lebih
kurang sebesar kepalan tangan, lunak. Pada pemeriksaan rectal
toucher teraba anus tenang, mucosa licin, prostat membesar,
kenyal, permukaan rata dan tidak nyeri tekan. Dokter
menerangkan pada Tn. Usman tentang penyakitnya dan minta
persetujuan untuk dipasang kateter. Setelah kateter dipasang,
keluar urin lebih kurang 1500 cc.
Dokter menganjurkan pada Tn. Usman untuk dirujuk ke RS
untuk pemeriksaan lebih lanjut seperti PSA dan kemungkinan
operasi. Tn. Usman meminta waktu kepada dokter untuk
berdiskusi dengan keluarganya karena yang diketahuinya bahwa
operasi itu sakit,
Bagaimana anda menjelaskan apa yang terjadi pada Tn. Usman?

23/5/2019 4
JUMP 1:
TERMINOLOGI
• PSA(prostat spesifik antigen): enzim protiolitik yang
dihasilkan epotel prostat dikeluarkan bersama cairan
semen.normal 4 mg/dl.
• Penyakit degeneratif: penyakit yang menyebabkan
terjadinya kerusakan atau penghancuran terhadap
jaringan atau organ tubuh.
• Prostat: kelenjar pada pria yang menghasilkan cairan
semen.

23/5/2019 5
JUMP 2&3
RUMUSAN MASALAH DAN HIPOTESA
1. Apa yang penyebab Tn. Usaman tidak keluar kencing
selama 2 hari?
Jawab:
-obstruksi pada saluran kemih atas dan bawah
-lobus medial menbesar
-vesika urinaria berkontraksi terus menerus

23/5/2019 6
2. Apa yang menyebabkan Tn. Usman mengalami masalah
kencing sejak 3 bulan yang lalu berhubungan dengan keluhan
tidak kencing 2 hari yang lalu?
Jawab:
- gejala pembesaran prostat terjadi perubahan hormon DTH pada
suatu jaringan kel.prostat dengan meningkatnya usia, sehingga
menyebabkan pencekikan pada lumen uretra yang akhirnya terjadi
obstruksi total sehingga tidak dapat berkemih.
- bisa juga karna otot detrusor yang sudah kelelahan

3.Apakah ada hubungan usian,jenis kelamin, faktor resiko lain?


Jawab:
- laki: punya kel.prostat - ketidak seimbangan
- usia:> 50 tahun beresiko testosteronn dan estrogen
- DTH meningkat
- pembesaran prostat fungsional
- proliferasi sel-sel prostat
- meningkatnya sensitifitas sel prostat
23/5/2019 7
4.Apa interpretasi dari pemeriksaan fisik Tn. Usman?
Jawab:
- tampak kesakitan: karena obstruksi sehingga terjadi iritasi pada
buli, karena butuh miksi(rangsangan buli-buli yang penuh dengan
saraf) tapi terjadi obstruksi maka urin sulit keluar sehingga timbul
rasa sakit
- massa teraba di supra simfisis: vesica urinaria penuh oleh urin
- RT: anus tenang, mucosa licin, membesar, kental, permukaan rata,
ini merupakan BPH
- Bernodul dan keras: dicurigai tumor keganasan
5. Apa klomplikasi dari kasus Tn. Usman?
Jawab:
- Hematuria
- sakit saat ejakulasi
- disfungsi ereksi
- Jika kanker bisa metastasi ke tulang
23/5/2019 8
6. Mengapam dokter minta untuk memasang kateter?
Jawab: Karena pungsi suprapubik dapat mengeluarkan urin
yang tadinya tidak bisa keluar

7. Kenapa urinnya banyak >1500?


Jawab: Normalnya ketika vesika urinaria telah mencapai volume 300-
500 ml kita akan terangsang ingin miksi, karna terjadi obstruksi maka
vesika urinarianya mengalami dilatasi sehingga volumenya banyak karna
tidak bisa di keluarkan .

23/5/2019 9
JUMP 4
SKEMA

GANGGUAN SISTEM
UROGENITALIA

PENYAKIT
NEOPLASMA
DEGENERATIF

23/5/2019 10
JUMP 5
LEARNING OBJECTIVE
MAHASISWA MAMPU MEMAHAMI DAN MENJELASKAN
1. NEOPLASMA PADA SISTEM UROGENITALIA
2. PENYAKIT DEGENERATIF SISTEM UROGENITALIA

23/5/2019 11
JUMP 7
LEARNING OBJECTIVE

23/5/2019 12
Neoplasma Urogenital
2. Tumor Ginjal
Hematoma ginjal
• Tumor jinak ginjal yang terdiri atas komponen lemak,
pembuluh darah dan otot polos
• 50% dari hamartoma ginjal adalah pasien tuberous sklerosis
atau penyakit bournville

23/5/2019 13
Gambaran Klinis
• Tanpa bersama penyakit tuberous sklerosis  tidak ada gejala
dan ditemukan secara tidak sengaja pada USG abdomen
• Nyeri pinggang, hematuria, gejala obstruksi saluran kemih
bagian atas dan kadang terdapat gejala perdarahan rongga
retroperitoneal
Pencitraan
• USG : gambaran hiperekoik
• CT Scan : tampak area yang menunjukkan densitas negatif

Terapi
• Tumor kecil dan tanpa keluhan : tidak perlu diobati, hanya
memerlukan evaluasi berkala
• Tumor besar disertai keluhan : pertimbangkan tindakan
nefrektomi

23/5/2019 14
Adenokarsinoma Ginjal
• Tumor ganas parenkim ginjal, berasal dari tubulus proksimalis
ginjal
• Nama lain : tumor Grawitz, hipernefroma, karsinoma sel
ginjal, internist tumor

Etiologi
• Penyebab utama belum diketahui secara jelas
• Diduga faktor resiko : merokok, konsumsi kopi, obat-obatan
jenis analgetika, pemberian estrogen

23/5/2019 15
Patologi
• Tumor berasal dari tubulus proksimalis ginjal di dalam korteks
ginjal  menembus kapsul ginjal
• Tumor disertai pseudokapsul : parenkim gijal yang tertekan
oleh jaringan tumor dan jaringan fibrosa
Gejala dan Tanda Klinis
• 3 trias tanda klasik : nyeri pinggang, hematuria, dan massa
pada pinggang  tanda stadium lanjut
• Febris, disebabkan karena nekrosis tumor
• Hipertensi
• Anemia
• Varikokel akut yang tidak mengecil dengan posisi tidur
• Tanda-tanda metastasis ke paru atau hepar
• Kadang di dapatkan sindroma paraneoplastik

23/5/2019 16
Pencitraan
• USG : menerangkan massa solid atau kistik
• CT Scan : akurasi tinggi, dapat mengetahui adanya penyebaran
tumor pada vena renalis,vena cava, ekstensi perirenal,
metastasis pada kelenjar limfe retroperitoneal
• IVU : indikasi hematuria
• MRI
Terapi
• Nefrektomi
• Embolisasi
• Hormonal
• Imunoterapi
• Radiasi eksterna
• Inhibitor angiogenesis
23/5/2019 17
Nefroblastoma
• Tumor ginjal yang banyak menyerang anak berusia < 10 tahun,
paling sering umur 3,5 tahun
• Nama lain tumor Wilm atau karsinoma sel embrional
• Sering diikuti dengan kelainan bawaan berupa anridia,
hemihipertrofi, dan anomali urogenitalia

Patologi
• Tumor berasal dari blastema metanefrik dan terdiri atas
blastema, stroma, dan epitel

23/5/2019 18
Stadium
Berdasarkan NWTS (National Wilm’s Tumor Study)
I. Tumor berbatas pada ginjal dan dapat dieksisi sempurna
II. Tumor meluas keluar ginjal dan dapat dieksisi sempurna
III. Ada sisa sel tumor di abdomen yang mungkin berasal
dari : biopsi atau ruptur saat sebelum/selama operasi
IV. Metastasis hematogen
V. Tumor bilateral

23/5/2019 19
Gambaran Klinis
• Keluhan : perut membuncit, ada benjolan di perut sebelah
atas, kencing berdarah
• Hipertensi

Pemeriksaan Penunjang
• USG abdomen : terdapat massa padat pada perut sebelah atas
• IVU : distorsi sistem pelvikalises atau mungkin didapatkan
ginjal non visualized

23/5/2019 20
Penatalaksanaan
• Bila tumor masih dalam stadium dini dan ginjal sebelah
kontralateral normal  nefrektomi radikal. Kadang kala diawali
dengan :
– Sitostatika : kombinasi Actinomisin D dengan Vincristine
– Radiasi eksterna : diberikan sebelum atau setelah operasi, dan
terkadang berselingan dengan sitostatika sebagai terapi sandwich

23/5/2019 21
2. Tumor Vesica Urinaria
oKarsinoma buli adalah proses keganasan yang terjadi pada
kandung kemih (buli).
oUntuk kepentingan terapeutik, karsinoma buli dikategorikan
menjadi karsinoma buli superfisial (non-muscle invasive
bladder cancer) dan karsinoma buli invasif (muscle invasive
bladder cancer).
oDisebut karsinoma buli superfisial, bila proses keganasan
terjadi hanya sebatas lapisan subepitelial atau submukosa
dan belum mencapai lapisan otot dari buli.
oBila sudah mencapai otot, disebut sebagai karsinoma buli
invasif.

23/5/2019 22
Faktor Risiko
•Aromatic amines, yang banyak digunakan oleh industri
percetakan, besi, aluminium, cat, gas dan pengolahan tar.
•Rokok
•Kopi
•Pemanis buatan
•Infeksi kronis (bakteri, virus, jamur ataupun parasit)
•Analgesik yang berlebihan (phenacetin)
•Radiasi pelvis
•Regimen kemoterapi intravesikal (siklofosfamid)
•Genetik
23/5/2019 23
Manifestasi Klinik

•Gejala yang sering dikeluhkan oleh penderita karsinoma buli


adalah hematuria tanpa rasa nyeri (painless haematuria).
•Pada penderita karsinoma buli TaT1Tis, jarang mengeluh adanya
nyeri pada kandung kemih, iritasi buli, disuria atau urgency. Bila
keluhan tersebut tidak ada, Tis perlu dicurigai.
•Pada beberapa penderita karsinoma buli invasif, bisa didapatkan
keluhan disuria, frekuensi, nyeri pelvis dan urgency.

23/5/2019 24
•Gejala obstruksi saluran kemih biasanya didapatkan pada
penderita stadium lanjut.
•Pada karsinoma buli superfisial, biasanya tidak didapatkan tanda
khusus saat pemeriksaan fisik.
•Sedangkan pada karsinoma buli invasif yang locally advanced,
dapat diraba adanya massa pada pelvis.

23/5/2019 25
Pemeriksaan
•Darah lengkap dan urin lengkap •IVP : Akan tampak adanya filling
defect bila terdapat massa di dalam
•Kadar hemoglobin dapat rendah buli
akibat hematuria. Sedangkan pada
•Sitologi urin : Merupakan marker
•Pemeriksaan urinalysis, didapatkan dengan spesifisitas yang tinggi untuk
kadar eritrosit yang banyak karsinoma buli. Sensitivitasnya sekitar
•Foto polos abdomen : Bila 80% untuk karsinoma buli jenis high
dikombinasikan dengan USG, dapat grade dan Tis, namun sangat rendah
digunakan untuk diagnosis etiologi untuk jenis low grade.
dari hematuria. •Reseksi transurethral pada buli perlu
•USG : Dapat mendeteksi adanya dilakukan untuk menentukan staging.
massa bila cukup besar, baik di dalam
buli maupun sepanjang traktus
urinarius bagian atas.

23/5/2019 26
Tatalaksana
A. Terapi karsinoma buli invasif
1. Radical cystectomy
2. Radioterapi
3. Kemoterapi

B. Terapi karsinoma buli superfisial


1. TUR Buli
2. Instilasi kemoterapi tunggal pasca TUR Buli
Instilasi yang diberikan segera setelah TUR Buli dilakukan, dapat mengurangi
angka kekambuhan sebesar 40%. Regimen yang biasa diberikan adalah
Mitomycin-C dengan dosis 1 x 40 mg, setiap minggu selama 6-7 minggu.
3. Imunoterapi menggunakan instilasi BCG

23/5/2019 27
3. Tumor Penis & Ureter
Tumor Penis
Klassifikasi
•Karsinoma sel basal
•Melanoma
•Tumor mesenkim
•Dan yang paling banyak adalah Ca sel squamosa yang berasal
dari kulit preputium

Etiologi
•Higienis penis yang kurang bersih
•Tidak disirkumsisi
23/5/2019 28
Stadium
•Tumor terbatas pd glans penis/preputium
•Tumor sudah mengenai batang penis
•Tumor terbatas pada batang penis tetapi sudah didapatkan
metastasis pada kelenjar limfe ingiunal
•Tumor sudah melampaui batang penis dan kelenjar limfe
inguinal sudah tidak dapat dioperasi/telah terjadi metastasis
jauh

Manifestasi Klinis
•Didapatkan pembesaran limfe inguinal yang nyeri karena
infeksi
•Pembesaran limfe subklavikula

23/5/2019 29
Terapi
•Sirkumsisi
•Penektomi parsial
•Penektomi total dan uretrostomi perineal

23/5/2019 30
Tumor Ureter
Angka kejadian tumor ureter ini sangat jarang, yaitu kurang
dari 1% dari seluruh tumor urogenitalia. Dua puluh lima
persen merupakan tumor benigna dan 75% merupakan tumor
maligna.

Gejala Klinis
•Nyeri pinggang
•Hematuria kambuhan, atau
•Gejala akibat obstruksi oleh tumor
•Dalam pemeriksaan IVU didaptkan filling defectdi dalam
lumen ureter, kadang2 terdapat hidronefrosis atau ginjal non
vizualised

23/5/2019 31
Terapi
Terapi yang dipilih adalah nefroureterektomi yaitu
mengangkat ginjal, ureter beserta cuff buli-buli sebanyak 2 cm
di sekililing muara ureter

23/5/2019 32
4. CA Prostat

23/5/2019 33
Bentuk keganasan prostat
yang tersering adalah
Adenokarsinoma prostat
bentuk lain yang jarang
adalah:
◦ sarkoma (0,1-0,2%),
◦ karsinoma sel transisional (1-4%),
◦ limfoma
◦ leukemia.

23/5/2019 34
Epidemiologi
•Di seluruh dunia, lebih dari 670.000 pria per tahun didiagnosis
Kanker prostat
•Di Indonesia Dari data Indonesian Society of Urologic Oncology
(ISUO) 2011 selama periode 2006-2010 terdapat 971 penderita
Kanker prostat.
•Usia rerata 68.3 tahun, terbanyak pada selang usia 70-79 tahun
sebesar 37.6%

23/5/2019 35
Langkah Diagnostik
Kanker prostat stadium awal hampir selalu tanpa gejala.
Kecurigaan akan meningkat dengan adanya gejala lain seperti:
◦ nyeri tulang,
◦ fraktur patologis
◦ penekanan sumsum tulang.

dianjurkan pemeriksaan PSA usia 50 tahun


mempunyai riwayat keluarga  dianjurkan untuk pemeriksaan
PSA lebih awal yaitu 40 tahun.

Source: Panduan Nasional Penanganan Kanker Prostat 2015

23/5/2019 36
Pemeriksaan Utama
•Anamnesis perjalanan penyakit
•pemeriksaan colok dubur  nodul keras,
•asimetrik, berbenjol-benjol
•PSA serum  Nilai baku PSA di Indonesia saat ini yang dipakai
adalah 4ng/ml
•ultrasonografi transrektal/ transabdominal.

•Diagnosa pasti didapatkan dari hasil biopsi prostat


atau spesimen operasi berupa adenokarsinoma.
•Pemeriksaan histopatologis akan menentukan
derajat dan penyebaran tumor.

23/5/2019 37
Derajat Keganasan dengan sistem Skor Gleason
Skor Gleason adalah penjumlahan dari derajat Gleason (Gleason
grade) yang paling dominan dan kedua yang paling dominan.
Pengelompokan skor Gleason:
◦ Diferensiasi baik ≤6,
◦ sedang/moderat 7
◦ buruk (8-10)

23/5/2019 38
23/5/2019 39
23/5/2019 40
23/5/2019 41
Penatalaksanaan
Pengobatan Kanker prostat ditentukan berdasarkan beberapa
faktor yaitu:
◦ grading tumor,
◦ staging,
◦ ko-morbiditas,
◦ preferensi penderita,
◦ usia harapan hidup saat diagnosis

23/5/2019 42
23/5/2019 Source: Panduan Nasional Penanganan Kanker Prostat 2015
43
Penyakit Degeneratif Sistem
Urogenital
1. BPH
• Hiperplasia prostat adalah pembesanan prostat yang jinak
bervariasi berupa hiperplasia kelenjar atauhiperplasia
fibromuskular. Namun orang sering menyebutnya dengan
hipertropi prostat namun secarahistologi yang dominan
adalah hyperplasia (Long, 2006).
• Hiperplasia prostat jinak adalah pembesaran kelenjar
prostat nonkanker (Basuki, 2000).

23/5/2019 44
• Hiperplasia prostat jinak (BPH) adalah penyakit yang
disebabkan oleh penuaan (Soeparman, 2000).
• Hiperplasi prostat adalah pembesaran progresif dari kelenjar
prostat (secara umum pada pria > 50 tahun) yang
menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretra
(Hardjowidjoto, 2000).
• BPH adalah suatu keadaan dimana prostat mengalami
pembesaran memanjang keatas kedalam kandungkemih dan
menyumbat aliran urin dengan cara menutupi orifisium
uretra. (Schwartz, 2000).

23/5/2019 45
ETIOLOGI
Penyebab pasti belum diketahui, ada beberapa fakta menunjukan berasal
dari proses yang rumit dari androgen dan estrogen. Dehidrotestosteron yang
berasal dan testosteron dengan bantuan enzim 5α-reduktase diperkirakan
sebagai mediator utama pertumbuhan prostat. Dalam sitoplasma sel prostat
ditemukan reseptor untuk dehidrotestosteron (DHT). Reseptor ini jumlahnya
akan meningkat dengan bantuan estrogen. DHT yang dibentuk kemudian
akan berikatan dengan reseptor membentuk DHT-Reseptor komplek.
Kemudian masuk ke inti sel dan mempengaruhi RNA untuk menyebabkan
sintesis protein sehingga terjadi protiferasi sel. Adanya anggapan bahwa
sebagai dasar adanya gangguan keseimbangan hormon androgen dan
estrogen, dengan bertambahnya umur diketahui bahwa jumlah androgen
berkurang sehingga terjadi peninggian estrogen secara retatif. Diketahui
estrogen mempengaruhi prostat bagian dalam (bagian tengah, lobus lateralis
dan lobus medius) hingga pada hiperestrinisme, bagian inilah yang
mengalami hiperplasia (Hardjowidjoto,2000).

23/5/2019 46
Derajat berat BPH menurut Sjamsuhidajat (2005) dibedakan menjadi 4
stadium:
Stadium I
Ada obstruktif tapi kandung kemih masih mampu mengeluarkan urine
sampai habis.
Stadium II
Ada retensi urine tetapi kandung kemih mampu mengeluarkan urine
walaupun tidak sampai habis, masih tersisa kira-kira 60-150 cc. Ada rasa
ridak enak BAK atau disuria dan menjadi nocturia.
Stadium III
Setiap BAK urine tersisa kira-kira 150 cc.
Stadium IV
Retensi urine total, buli-buli penuh pasien tampak kesakitan, urine menetes
secara periodik (over flowin kontinen).

23/5/2019 47
Banyaknya sisa urine diukur tiap pagi hari setelah bangun tidur,
disuruh kencing dahulu kemudian dipasang kateter.
– Normal : Tidak ada sisa
– Grade I : sisa 0-50 cc
– Grade II : sisa 50-150 cc
– Grade III : sisa > 150 cc
– Grade IV : pasien sama sekali tidak bisa kencing

23/5/2019 48
Penatalaksanaan
Menurut Sjamsuhidjat (2005) dalam penatalaksanaan pasien dengan BPH
tergantung pada stadium-stadium dari gambaran klinisa.
Stadium I
Pada stadium ini biasanya belum memerlukan tindakan bedah, diberikan
pengobatan konservatif, misalnya menghambat adrenoresptor alfa, seperti
alfazosin dan terazosin. Keuntungan obat ini adalah efek positif segera
terhadap keluhan, tetapi tidak mempengaruhi proses hiperplasi prostat.
Sedikitpun kekurangannya adalah obat ini tidak dianjurkan untuk pemakaian
lama.
Stadium II
Pada stadium II merupakan indikasi untuk melakukan pembedahan biasanya
dianjurkan reseksiendoskopi melalui uretra (trans uretra).

23/5/2019 49
Stadium III
Pada stadium II reseksi endoskopi dapat dikerjakan dan apabila diperkirakan
prostat sudah cukup besar, sehinga reseksi tidak akan selesai dalam 1 jam.
Sebaiknya dilakukan pembedahan terbuka.Pembedahan terbuka dapat
dilakukan melalui trans vesika, retropubik dan perineal.
Stadium IV
Pada stadium IV yang harus dilakukan adalah membebaskan penderita dari
retensi urin total dengan memasang kateter atau sistotomi. Setelah itu,
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut amok melengkapi diagnosis, kemudian
terapi definitive dengan TUR atau pembedahan terbuka. Pada penderita
yang keadaan umumnya tidak memungkinkan dilakukan pembedahan dapat
dilakukan pengobatan konservatif dengan memberikan obat penghambat
adrenoreseptor alfa. Pengobatan konservatif adalah dengan memberikan
obat anti androgen yang menekan produksi LH.

23/5/2019 50
4. Inkontinensia Urin

Inkontinensia urin (IU) oleh International Continence Society


(ICS) didefinisikan sebagai keluarnya urin yang tidak dapat
dikendalikan atau dikontrol; secara objektif dapat diperlihatkan
dan merupakan suatu masalah sosial atau higienis

23/5/2019 51
Berdasarkan sifat reversibilitasnya inkontinensia urin dapat dikelompokkan
menjadi 2 yaitu :

1. Inkontinensia urin akut ( Transient incontinence ) : Inkontinensia urin ini


terjadi secara mendadak, terjadi kurang dari 6 bulan dan biasanya berkaitan
dengan kondisi sakit akut atau problem iatrogenic dimana menghilang jika
kondisi akut teratasi.

Penyebabnya dikenal dengan akronim DIAPPERS yaitu : delirium, infeksi dan


inflamasi, atrophic vaginitis, psikologi dan pharmacology, excessive urin
production (produksi urin yang berlebihan), restriksi mobilitas dan stool
impaction (impaksi feses).

23/5/2019 52
2. Inkontinensia urin kronik ( Persisten ) : Inkontinensia urin ini tidak
berkaitan dengan kondisi akut dan berlangsung lama ( lebih dari 6 bulan ).

Ada 2 penyebab kelainan mendasar yang melatar belakangi Inkontinensia


urin kronik (persisten) yaitu : menurunnya kapasitas kandung kemih akibat
hiperaktif dan karena kegagalan pengosongan kandung kemih akibat
lemahnya kontraksi otot detrusor.

23/5/2019 53
Faktor resiko yang berperan memicu inkontinensia urin pada wanita adalah :

1. Faktor kehamilan dan persalinan


- Efek kehamilan pada inkontinensia urin tampaknya bukan sekedar proses
mekanik inkontinensia urin pada perempuan hamil dapat terjadi dari awal
kehamilan hingga masa nifas, jadi tidak berhubungan dengan penekanan
kandung kemih oleh uterus.
- Prevalensi inkontinensia urin meningkat selama kehamilan dan beberapa
minggu setelah persalinan.
- Tingginya usia, paritas dan berat badan bayi tampaknya berhubungan dengan
inkontinensia urin.

2. Wanita dengan indeks masa tubuh lebih tinggi akan cenderung lebih banyak
mengalami inkontinensia urin

23/5/2019 54
Manifestasi klinik inkontinensia yang timbul akan bervariasi
tergantung pada intensitas dan kombinasi kelainan urodinamik yang
ditemukan, ringkasnya buli-buli bisa normal atau kapasitasnya kecil, otot
detrusor bisa akontraktil atau kontraktil (biasanya hiperrefleksia), leher buli-
buli bisa kompeten atau inkompeten, mekanisme sfingter distal dapat
normal, inkompeten atau obstruktif (disinergia detrusor- sfingter atau
obstruktif statik sfingter distal)

23/5/2019 55
Inkontinensia fungsional di dalam ICD-10 diklasifikasikan sebagai enuresis of
nonorganic origin, dengan kode ICD F98.0. Antara lain:

1. Inkontinensia desakan (urge syndrome/incontinence) Akibat kontraksi


detrusor yang tidak dapat dihambat pada fase pengisian buli-buli, atau pada
saat yang bersamaan dilawan oleh kontraksi otot- otot dasar panggul secara
volunter untuk mencegah/mengurangi mengompol namun biasanya masih
terjadi juga pengeluaran sedikit urin. Perlu dipikirkan pada kasus refluks-
vesiko-ureter (RVU) dengan infeksi saluran kemih berulang, dapat dicetuskan
oleh peninggian tekanan intra abdomen misalnya pada saat melompat atau
bila tertawa. Salah satu contohnya adalah giggle incontinence, biasanya
penderita akan menghindari tertawa agar tidak mengompol.

2. Dysfunctional/dyssynergic voiding Ditandai dengan berkemih yang tiba-


tiba berhenti secara periodik akibat kontraksi otot- otot dasar panggul secara
ritmik, kelainan ini analog dengan disinergia detrusor- sfingter pada disfungsi
bulibuli neurogenik.

23/5/2019 56
3. Incomplete/fractionated voiding Akibat kurangnya aktivitas otot detrusor,
pancaran urin sangat ireguler, penderita sering mengedan untuk
memperlancar aliran urin. Biasanya kapasitas buli- buli menjadi besar dan
kencing tidak lampias.

4. Lazy bladder syndrome Merupakan kelanjutan dari


incomplete/fractionated voiding, akibat jangka lama kurangnya aktivitas otot
detrusor menyebabkan buli-buli makin membesar dan berdilatasi sampai
akhirnya otot detrusor tidak mampu berkontraksi lagi. Satu-satunya upaya
untuk berkemih hanya mengandalkan tekanan abdomen, akhirnya residu
urin makin meningkat dan infkesi makin sering terjadi. Buli-buli seperti malas
berkontraksi, miksi makin jarang dan akhirnya timbul inkontinensia karena
buli-buli sudah sangat penuh.

23/5/2019 57
23/5/2019 58

Anda mungkin juga menyukai