Anda di halaman 1dari 45

PERSENTASI KASUS

‘ABSES DORSUM NASAL PADA PASIEN DM


TIPE II’
Pembimbing:
dr. Arfan Noer, Sp.THT-KL (K)

dIisusun oleh:
Eva Herencia Purba 1710221091
Zenia Ladia 171022101
Titik Fadhilah 1810211003

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN THT-KL


RSUP PERSAHABATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UPN ‘VETERAN’ JAKARTA
PENDAHULUAN

Nasal vestibulitis merupakan peradangan pada bagian


vestibulum nasal.

Hasil kultur dalam penelitian menunjukkan sebagian


besar hasil positif sebagai Kolonisasi S.aureus memiliki
hubungan dengan kasus nasal vestibulitis selain
disebabkan dari trauma hidung bagian dalam (vs. luar).
Sedangkan kolonisasi hidung S. aureus telah terjadi
diperkirakan 30% pada individu yang sehat (17,2% dari
3.373 individu diskrining).

Dari penelitian dilaporkan 8,47% dengan vestibulitis


nasal, disebabkan karena kebiasan mengorek-ngorek
hidung, 10% nya terjadi pada pasien diabetes dan
immunocompremised lainnya

Lipschitz Noga, Yakirevitch Arkadi, Sagiv Doron, Migirov Lela, Talmi Yoav P, Wolf Michael, Alon Eran E., Nasal vestibulitis: etiology, risk factors and
clinical characteristics A retrospective study of 118 cases, Diagnostic Microbiology and Infectious Disease (2017), doi: 10.1016/j.diagmicrobio.2017.06.007
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A. S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir : 23 Oktober 1966
No. RM : 010822xx
Alamat : Pulo Gadung
Pekerjaan : Pensiunan
Tanggal Berobat : 21 April 2019
ANAMNESIS

• Anamnesis dilakukan tanggal 26


April 2019 di ruang Cempaka Atas
RSUP Persahabtan pukul 16.00
WIB. Anamnesis dilakukan secara
autoanamnesis dan aloanamnesis.
ANAMNESIS

Keluhan Utama

• Bengkak pada hidung, pipi dan daerah sekitar mata sejak 7 hari
SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang

• Pasien rawat inap bangsal Cempaka Atas RSUP Persahabatan


dengan keluhan bengkak pada hidung, pipi, dan daerah sekitar
matanya sejak 7 hari SMRS. Awalnya sebelum keluhan terjadi,
pasien mengaku hidungnya sempat terbentur tembok saat
sedang bermain dengan anak tetangganya. Kemudian setelah
itu, muncul benjolan seperti jerawat pada tepi lubang hidung
sebelah kirinya.
ANAMNESIS

Riwayat Penyakit Sekarang

• Hal tersebut membuat pasien merasa tidak nyaman,


sehingga ia mencoba untuk memecahkan jerawat
tersebut dengan memencet-mencetnya menggunakan
tangan dan cotton bud. Beberapa hari kemudian pasien
merasa hidungnya mulai merah, bengkak, dan terasa
nyeri. Pasien sempat berobat ke Puskesmas dan diberi
obat minum berupa antibiotik dan paracetamol, tetapi
keluhan masih dirasakan olehnya, dan bengkak pada
hidung semakin hari semakin bertambah diikuti dengan
bengkak pada pipi dan mata pasien.
ANAMNESIS

Riwayat Penyakit Sekarang

• Dan beberapa hari setelahnya, pasien mengaku mulai keluar cairan


berwarna putih kental dari luka jerawat pada hidung dan tepi pangkal
kedua hidungnya. Selain nyeri pada bagian yang bengkak, pasien juga
mengeluh nyeri kepala. Keluhan hidung tersumbat diakui oleh pasien.
• Riwayat mengorek-ngorek hidung sebelumnya diakui oleh paisen.
Riwayat mencabut bulu hidung disangkal. Keluhan keluar cairan
berupa ingus atau darah dari hidung dan ingus yang mengalir ke
tenggorokan disangkal oleh pasien. Keluhan gangguan penciuman
disangkal oleh pasien. Riwayat bersin-bersin >5 kali jika terpapar debu
atau udara dingin disangkal oleh pasien. Keluhan Demam, batuk, dan
pilek disangkal oleh pasien. Riwayat kejang atau penurunan kesadaran
disangkal oleh pasien.
• Keluhan penurunan tajam penglihatan juga disangkal oleh pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu

• Riwayat keluhan serupa seblumnya disangkal oleh pasien


• Riwayat DM : diakui oleh pasien, sejak tahun 2010 dan secara
rutin meminum obat metformin dan glibenklamid, dan menurut
penuturan pasien, kadar gula darahnya biasanya mencapi 300
mg/dl.
• Riwayat Hipertensi : Diakui oleh pasien

Riwayat Penyakit Keluarga

• RiwRiwayat penyakit serupa dikeluarga : disangkal oleh pasien


• Riwayat DM : Diakui oleh pasien
• Riwayat Hipertenssi : Disangkal oleh pasien
PEMERIKSAAN FISIK
• Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
• Kesadaran : Compos mentis
• Tekana darah : 126/90 mmHg
• Nadi : 105 x/menit
• Suhu : 36.5 °C
• Pernapasan : 20 x/menit
• Berat Badan : 55 kg
• Tinggi Badan : 165 cm
• BMI : 20.2 kg/m 2 (normoweight)
• Kepala : Normocephal
• Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks pupil (+/+)
pupil bulat isokor, paplpebra superior (edema (+/+)), palpebra inferior (edema (+/+))
• Telinga : Lihat status lokalis
• Hidung : Edema (+), hiperemis (+), fluktuasi (+), Pus (+), Nyeri Tekan (+)
• Mulut : Mukosa bibir lembab, gusi berdarah (-), gigi ada karies (-)
• Tenggorok : Lihat status lokalis
• Leher : Lihat status lokalis
• Ekstremitas : Akral hangat, udem (-/-), CRT < 2 detik

Ins : Bentuk dan pergerakan dada simetris


Ins : Ictus cordis tak tampak
Pal : Fremitus taktil kanan = kiri, nyeri tekan (-)
Pal : Ictus cordiskuat angkat
Per : Sonor di seluruh lapangan paru
Per : konfigurasi jantung dalam batas normal
Ausk : Suara dasar vesikuler, ronki -/-, wheezing -
Ausk : Suara jantung I-II regular, M(-), G(-)
/-

Ins : Perut cembung, supel, distensi (-)


Edema (-/-)
Ausk : Bising usus (+) normal
Akral dingin (-/-)
Pal : Hepar & lien tidak m’besar, nyeri tekan (-)
Sianosis (-/-)
Per : Timpani
GAMBARAN KLINIS PASIEN
Pemeriksaan Kelenjar Tiroid dan KGB
Kanan Kiri

Pembesaran (-) Tiroid Pembesaran (-)

Pembesaran (-) Kelenjar submental Pembesaran (-)

Pembesaran (-) Kelenjar submandibula Pembesaran (-)

Pembesaran (-) Kelenjar jugularis superior Pembesaran (-)

Pembesaran (-) Kelenjar jugularis media Pembesaran (-)

Pembesaran (-) Kelenjar jugularis inferior Pembesaran (-)

Pembesaran (-) Kelenjar suprasternal Pembesaran (-)

Pembesaran (-) Kelenjar supraklavikularis Pembesaran (-)


NAMA TES HASIL UNIT NILAI
RUJUKAN
HEMATOLOGI
Hemoglobin 13.8 g/dl 13 – 16.0
Hematokrit 35.9 (L) % 40 - 48
Eritrosit 4.39 (L) 10^6/µL 4.50 – 5.50
5.00 – 10.00
PEMERIKSAAN PENUNJANG Trombosit
Leukosit 25.71 (H) 10^3/µL
634 (H) 10^3/µL 150 - 400

LABORATORIUM Basofil 0.2 % 0-1


Eosinofil 0.0 (L) % 1-3
21 APRIL 2019 Neutrofil 88.7 (H) % 52.0-76.0
Limfosit 8.8 (L) % 20-40
Monosit 5.3 % 2-8
RDW-CV 11.3 (L) 11.5-14.5
HEMOSTASIS
PT 10.7 detik 9.8-11.2
APTT 31.5 detik 31.0-47.0
KIMIA KLINIK
SGOT 41 H U/L 5-34
SGPT 95 H U/L 0-55
Ureum 19 mg/dL 19-44
Kreatinin 1.0 mg/dL 0.6-1.2
GDS 70 mg/dL 70-200
ELEKTROLIT
Natrium 137 Meq/L 135-145
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
CT SCAN SPN NONKONTRAS (23/04/2019)

Kesan :
Penebalan mukosa sinus maksilaris dextra disertai
deviasi septum nasi
Sugestif mastoiditis sinistra
Swelling jaringan lunak frontomkasila dan palpebra
bilateral DD/Selulitis
• Abses dorsum nasi + Selulitis palpebra

Diagnosis Kerja •
DM Tipe 2 on insulin
Inbalance elektrolit
• Hipoalbuminemia

• Pycin 4x1.5 gram IV


• Novorapid 3x6 unit

Medikamentosa •
Amlodipin 1x5 mg
Dompridon 3x10 mg
• Omeprazol 1x20 mg
• Paracetamol 3x1000 mg

Non • Insisi drainage abses


medikamentosa; • GV Luka/hari
• Makan tinggi protein, seperti telur, ikan dan
Operatif daging
PROGNOSIS
ad vitam : ad bonam
ad functionam : ad bonam
ad sanationam : ad bonam
FOLLOW UP
23 APRIL 2019 (PRE-OP)
S O A P

Pasien KU/Kesadaran : tampak sakit sedang Selulitis + Konsul Cito Ts Mata,


mengeluh ,Compos Mentis Abses Ts Anestesi, Ts
nyeri pada TTV : TD:110/80 mmHg , Dorsum Nasal IPD pro Insisi
hidung VAS N 87 x/m , RR 18 x/m , T 36,5 C, Drainase Abses
SaO2 90 %,
3,
Penurunan St. Lokalis Dorsum Nasi: edem,

pendengara hiperemis, fluktuatif (+), pus (+).

n disangkal
pasien.
FOLLOW UP
24 APRIL 2019 (OP)
S O A P

Pasien KU/Kesadaran : tampak sakit sedang Selulitis + Pro Insisi Drainase

mengeluh , GCS Compos Mentis Abses Abses.

nyeri pada TTV : TD:122/83 mmgHg , N 88 x/m Dorsum Nasal Post op : observasi
, RR 18 x/m , T 36,7 C, SaO2 98 %, keadaan umum dan tanda
hidung VAS
St. Lokalis : edem, hiperemis, vital,ketorolac 3x30 mg
6
iv ,gentamicin
fluktuatif (+), pus (+)
FOLLOW UP
25 APRIL 2019 (POST-OP)
S O A P

Pasien KU/Kesadaran : tampak sakit Pasca insisi Post op Insisi


mengeluh sedang , GCS Compos Mentis drainase ec Drainase Abses.
nyeri pada TTV : TD:122/83 mmgHg , N 88 abses dorsum observasi keadaan
hidung VAS x/m , RR 18 x/m , T 36,7 C, nasi umum dan tanda
4 SaO2 98 %, vital,ketorolac 3x30

St. Lokalis : lubang ulcus, pus (+) mg iv ,gentamicin


FOLLOW UP
26 APRIL 2019
S O A P

Pasien KU/Kesadaran : tampak sakit Pasca insisi GV /hari +


mengeluh sedang , GCS Compos Mentis drainase ec gentamicin
nyeri bekas TTV : TD:122/83 mmgHg , N 88 abses dorsum
Aff drain catheter,
OP VAS 3 x/m , RR 18 x/m , T 36,7 C, nasi

SaO2 98 %,

St. Lokalis : lubang ulcus, pus (+)


FOLLOW UP
27 APRIL 2019
S O A P

Pasien KU/Kesadaran : tampak sakit Pasca insisi GV /hari + gentamicin


mengeluh sedang , GCS Compos Mentis drainase ec
nyeri pada TTV : TD:122/83 mmgHg , N 88 abses dorsum
hidung VAS x/m , RR 18 x/m , T 36,7 C, nasi
3 SaO2 98 %,

St. Lokalis : lubang ulcus, pus (+)


FOLLOW UP
28 APRIL 2019
S O A P

Pasien KU/Kesadaran : tampak sakit Pasca insisi GV /hari +


mengeluh sedang , GCS Compos Mentis drainase ec gentamicin
nyeri bekas TTV : TD:122/83 mmgHg , N 88 abses dorsum
OP VAS 3 x/m , RR 18 x/m , T 36,7 C, nasi

SaO2 98 %,

St. Lokalis : lubang ulcus, pus (+)


FOLLOW UP
29 APRIL 2019
S O A P

Keluhan KU/Kesadaran : tampak sakit sedang Pasca insisi Terapi lanjut, cek DPL
tidak ada , GCS Compos Mentis drainase ec ulang
TTV : TD:114/80 mmgHg , N 80 x/m abses dorsum
, RR 18 x/m , T 36,5 C, SaO2 95 %,
nasi
St. Lokalis : lubang ulcus, pus kiri(+),
pus kanan (-), drain continue(+)
FOLLOW UP
30 APRIL 2019
S O A P

Keluhan KU/Kesadaran : tampak sakit sedang Pasca insisi Terapi lanjut


tidak ada , GCS Compos Mentis drainase ec
TTV : TD:120/80 mmgHg , N 85 x/m abses dorsum
, RR 18 x/m , T 36,5 C, SaO2 95 %,
nasi
St. Lokalis : lubang ulcus, pus kiri(+),
pus kanan (-), drain continue(+)

Leukosit 12.650
FOLLOW UP
1 MEI 2019
S O A P

Keluhan KU/Kesadaran : tampak sakit sedang Pasca insisi Terapi lanjut


tidak ada , GCS Compos Mentis drainase ec
TTV : TD:120/78 mmgHg , N 85 x/m abses dorsum
, RR 18 x/m , T 36,5 C, SaO2 95 %,
nasi
St. Lokalis : udem berkurang , pus
kiri minimal (+), pus kanan (-), tidak
terpasang drain (+)
FOLLOW UP
2 MEI 2019
S O A P

Keluhan KU/Kesadaran : tampak sakit sedang Pasca insisi GV / hari + gentamicin,

tidak ada , GCS Compos Mentis drainase ec THT pro rawat jalan

TTV : TD:120/80 mmgHg , N 80 x/m untuk acc terapi sesuai TS


abses dorsum
, RR 18 x/m , T 36,6 C, SaO2 98 %, IPD.
nasi
St. Lokalis : udem berkurang , pus kiri Obat pulang dari THT:
minimal (+) 0,5 cm, pus kanan (-), tidak clindamicyn 2x30 mg ,
ter pasang drain (+) konsul 1 minggu, edukasi
pasien kompre NaCl,
Kasa di rumah.
ANATOMI
HISTOLOGI
VESTIBULITIS
Vestibulitis adalah infeksi akut pada kelenjar sebaceous folikel
rambut vestibulum nasi. Biasanya terjadi karena iritasi dari sekret
dari rongga hidung (rinore) akibat inflamasi mukosa yang
menyebabkan hipersekresi sel goblet dan kelenjar seromusinosa.
Bisa juga akibat trauma karena dikorek- korek. Hal ini
menyebabkan terjadinya infeksi dari kuman Staphylococcus
aureus.

Soepardi, Efienty Arsyad. Dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher.Universitas Indonesia. Jakarta. 2010. Hal 139
ETIOLOGI
Infeksi Bakteri Staphylococcus aureus dan Streptococcus

PATOFISIOLOGI

Soepardi, Efienty Arsyad. Dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher.Universitas Indonesia. Jakarta. 2010. Hal 139
MANIFESTASI KLINIS
Gejala- gejala yang ditemukan antara lain adanya rasa nyeri,
kemerahan, atau benjolan pada lubang hidung bagian depan. Jika
infeksi menyebar, maka kulit bisa menjadi sangat merah,
membengkak, dan panas. Infeksi yang mengenai pembuluh darah
dikepala bisa menyebabkan pembengkakan atau penonjolan mata,
penglihatan ganda, atau penurunan pengelihatan

Soepardi, Efienty Arsyad. Dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher.Universitas Indonesia. Jakarta. 2010. Hal 139
DIAGNOSIS

• keluhan ujung hidung terasa sakit, bengkak, bahkan


Anamnesis demam atau malaise

• Pemeriksaan fisik pada nasal vestibulitis kadangkala


dimulai dengan adanya furunkel, namun biasanya
sudah sering disentuh atau dikorek-korek sehingga
Pemeriksaan fisik terjadi celulitis, oedema yang disertai kemerahan,
indurasi, bintil disekitar folikel rambut hidung, bahkan
bisa juga terdapat supurasi atau krusta. Hidung akan
terlihat hiperemis, mengkilap dan oedem.

Pemeriksaan • X-ray/ CT scan


penunjang • Pemeriksaan Laboraturium

Soepardi, Efienty Arsyad. Dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher.Universitas Indonesia. Jakarta. 2010. Hal 139
DIAGNOSIS BANDING
1. Furunkel pada vestibulum nasi
2. Selulitis
3. Rhinophyma
4. Erisipelas

Soepardi, Efienty Arsyad. Dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher.Universitas Indonesia. Jakarta. 2010. Hal 139
TERAPI
Terapinya berupa :
• Antibiotika adekuat
• Analgetik
• Anti inflamasi
• Drainase pus bila sudah ada fluktuasi (abses)

Soepardi, Efienty Arsyad. Dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher.Universitas Indonesia. Jakarta. 2010. Hal 139
KOMPLIKASI
Komplikasi Pembentukan abses ,Chondritis tulang rawan hidung
dan Cavernous Sinus thrombosis

Soepardi, Efienty Arsyad. Dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher.Universitas Indonesia. Jakarta. 2010. Hal 139
KOMPLIKASI
• Segitiga bahaya wajah terdiri dari area dari sudut mulut ke ujung hidung, termasuk
hidung dan rahang atas. Karena sifat khusus dari suplai darah ke hidung manusia dan
daerah sekitarnya, adalah mungkin (walaupun sangat jarang) infeksi retrograde dari
daerah hidung menyebar ke otak. Ini dimungkinkan karena hubungan vena (melalui
vena ophthalmic) antara vena wajah dan sinus kavernosa. Sinus kavernosa terletak di
dalam rongga kranial, di antara lapisan meninge dan merupakan saluran utama
drainase vena dari otak.
• Tidak seperti vena lain dari sistem sirkulasi, vena kepala tidak mengandung katup satu
arah, oleh karena itu darah dapat mengalir menjauh dari tengkorak dan keluar dari
wajah secara inferior, atau mengalir kembali ke tengkorak untuk dikeringkan melalui
vena jugularis interna. Ini mengkhawatirkan karena infeksi apa pun dalam "segitiga
bahaya," jika memasuki aliran darah, dapat masuk ke otak, sehingga menyebarkan
infeksi. Infeksi, selulitis pada segitiga ini bisa serius. Ini dapat menyebabkan
trombosis sinus kavernosa atau pembekuan darah di daerah itu. Menghentikan aliran
darah di sinus kavernosa akan memutuskan aliran ke bagian otak lainnya.
• Awalnya pasien mengeluh sakit kepala, dan nyeri sampai parestesis nervus trigeminal
yang diikuti oleh neuropati nervus kranial yang lain, menyebabkan ophthalmoplegia.
Pemberian cepat antibiotik intravena dosis tinggi dapat mengurangi hinga 10-27%.

Soepardi, Efienty Arsyad. Dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher.Universitas Indonesia. Jakarta. 2010. Hal 139
KESIMPULAN
• Vestibulitis merupakan infeksi akut pada kelenjar sebaceous
folikel rambut vestibulum nasi. Vestibulitis sering disebabkan
oleh bakteri, kebiasaan mengorek hidung, dan menghembuskan
nafas lewat hidung yang berlebihan. Gejala klinis yang
ditemukan biasanya berupa hiperemis, hidung mengkilat dan
udem.
• Terapi yang digunakan untuk penyakit ini adalah antibiotik dosis
tinggi, dan apabila terlambat penanganannya, maka
komplikasinya akan mengenai sinus kavernosus di otak.
DAFTAR PUSTAKA
• Djuanda A. Pioderma. In : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi kelima. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2010. Hal 60.
• Abdullah, Benny. Furunkulosis In : Dermatologi Pengetahuan Dasar dan kasus di Rumah sakit.
SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSU Haji. Surabaya. 2009. Hal 113-115.
• Soepardi, Efienty Arsyad. Dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan
Leher.Universitas Indonesia. Jakarta. 2010. Hal 139
• Snell, Richard. S. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi 6. EGC. Jakarta. 2006. Hal
803-804
• SusuKolostrum. Data Penyakit Tht, Telinga, Hidung, dan Tenggorok. http:/ /www .susu
kolostrum. com/data-penyakit /penyakit-tht-telinga -hidung-tenggorokan/ vestibulitis. html
• F, Marvin P. Vestibulitis. Merck Manual. 2008
• Emedicine. Vestibulitis Nasal. http:// webmedicine.ca /diagnosis/pcare-6519.php
• Probst R. Gravers G. Irp H. A Step By Step Guide Learning. Basic Otolaryngology. Stugart,
New York: Thiem. 2006
TERIMAKASIH 

Anda mungkin juga menyukai