Anda di halaman 1dari 64

Mini-C-Ex dan Case Base Discussion

CHF

Dita Mauliana Prabiwi


1818012061

Perceptor:
dr. Riana Handayani, Sp.JP

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
Identitas pasien
Nama Pasien : Tn. N

Tempat/Tanggal Lahir : Jogjakarta, 12 September 1960

Status Perkawinan : Menikah

Pekerjaan : Petani

Alamat : Tunggal Warga, Banjar Agung, Tulang Bawang

Jenis Kelamin : Laki-laki

Suku Bangsa : Jawa

Agama : Islam

Pendidikan : SMP
ANAMNESIS
Diambil dari : Autoanamnesis Tanggal : 15 April 2019

• Keluhan Utama :
– Sesak nafas sejak kurang lebih 2 minggu SMRS

• Keluhan Tambahan :
– Batuk, nyeri dada kiri, bengkak pada kaki dan perut sejak 2
minggu SMRS
• Riwayat Penyakit Sekarang
Os datang dengan keluhan sesak nafas sejak 2 minggu sebelum
masuk rumah sakit. Sesak nafas dirasakan memeberat sejak 2 hari
sebelum masuk rumah sakit. Sesak nafas dideskripsikan sebagai
kesulitan untuk menarik nafas dan membuang nafas. Sesak nafas
dirasakan memberat pada malam hari. Os mengatakan sesak nafas
memberat pada posisi berbaring dan berkurang pada posisi duduk.
Os menyangkal adanya bunyi saat mengalami sesak nafas.
Os juga mengeluhkan adanya nyeri dada kiri yang sering muncul
tiba-tiba. Nyeri dada dirasakan menjalar dari sebelah kiri ke dada
kanan, rahang dan lengan kiri. Terkadang os merasakan dada
seperti terhimpit benda dan juga terbakar. Os mengatakan nyeri
dada muncul saat sedang istirahat dan juga saat bekerja.
• Riwayat Penyakit Sekarang (lanj.)
Os juga mengeluhkan perut dan kedua kaki yang membengkak.
Keluhan ini dirasakan sejak kurang lebih 2 minggu SMRS. Os mengatakan
kedua kaki dan perut membengkak secara perlahan. Os menyangkal
adanya rasa panas yang dirasakan pada bagian yang membengkak. Selain
itu, Os juga mengeluhkan adanya batuk kering sejak 2 minggu yang lalu.
Keluhan batuk kering dirasakan setiap hari. Os menyangkal menderita flu
sebelumnya. Os mengatakan batuk berkurang apabila os mengkonsumsi
air hangat.
Os memiliki riwayat penyakit jantung sejak awal tahun 2019. Os
mengaku sering memeriksakan keadaan jantungnya. Os memiliki riwayat
hipertensi sejak kurang lebih 2 tahun yang lalu. Os mengaku
mengkonsumsi rokok sejak SD dan berhentu 1 bulan yang lalu. Os
mengatakan menyukai makanan yang digoreng dan jarang berolahraga.
• Riwayat Penyakit Dahulu
Os mengatakan mengalami riwayat penyakit dengan gejala yang
dikeluhkan seperti sekarang. Os menyangkal memiliki riwayat penyakit ginjal
dan kencing manis, Os mengatakan bahwa dia memiliki riwayat penyakit maag
(+), jantung(+), hipertensi (+) dan influenza (+).

• Riwayat Penyakit Keluarga


Ibu Os memiliki penyakit hipertensi.

• Riwayat Personal
OS sangat menyukai makanan yang diolah dengan digoreng. Os
menyatakan dirinya makan dengan teratur sebelum sakit, namun jarang
berolahraga. Os mengakui mengkonsumsi rokok sejak SD dan berhenti 1 bulan
yang lalu. Os menyangkal pernah mengkonsumsi alcohol dan obat terlarang.
Anamnesis Sistem
ANAMNESIS
Kulit : Keringat Malam (+)
Kepala : Sakit Kepala (+)
Mata : (-)
Telinga : (-)
Hidung : (-)
Mulut : (-)
Tenggorokan : (-)
Leher : (-)
Dada : Nyeri dada kiri (+), Berdebar (+), Sesak nafas (+), Batuk (+)
Abdomen : (-)
Saluran Kemih : (-)
Riwayat Hidup
RIWAYAT HIDUP
Tempat Lahir : Dukun
Imunisasi : (-)
Riwayat Makan :
• Frekuensi • 3x/hari
• Jumlah • 3 porsi/hari
• Variasi • 3 macam/hari
• Nafsu Makan • Baik
Pendidikan : SLTP
Kesulitan : (-)
Pemeriksaan Fisik
Tinggi badan : 158 cm Sianosis : Bibir
Berat badan : 70 Kg Edema umum : Ada
Tekanan darah : 160/80 mmHg Habitus : Normohabitus
Nadi : 93 x/m Cara berjalan : Normal
Suhu : 36,3 C Mobilitas : Aktif
Pernafasan : 24 x/m
Kesadaran : Compos mentis
Status Generalis
1. KULIT
Warna : normal Efloresensi : normal
Jaringan Parut : normal Pigmentasi : normal
Rambut : normal Pembuluh darah : normal
Suhu Raba : normal Lembab/kering : lembab
Keringat : normal Turgor : normal
Lapisan Lemak : normal Ikterus : normal
Lain-lain : Edema : ada
Status Generalis
2. KELENJAR GETAH BENING
Submandibula : normal Leher : normal
Supraklavikula : normal Ketiak : normal
Lipat Paha : normal Pembuluh darah : normal

3. KEPALA
Ekspresi Wajah : normal Simetri Muka : normal
Rambur : normal Pembuluh darah : normal
temporal
Status Generalis
4. MATA
Exophtalmus : tidak ada Enophtalmus : tidak ada
Kelopak : normal Lensa : normal
Konjungtiva : normal Visus : normal
Sklera : normal Gerakan Mata : lembab
Lapangan : normal Tekanan Bola Mata : normal
Penglihatan
Deviatio : tidak ada Nystagmus : tidak ada
Konjungae
Status Generalis
5. TELINGA
Tuli : tidak ada Selaput : normal
Pendengaran
Lubang : normal Penyumbatan : tidak ada
Serumen : normal Perdarahan : tidak ada
Cairan : normal

6. MULUT
Bibir : normal Tonsil : normal
Langit-langit : normal Bau Pernafasan : tidak ada
Gigi geligi : normal Trismus : tidak ada
Faring : normal Lidah : normal
Selaput Lendir : normal
Status Generalis
7. LEHER
Tekanan JVP : 5 + 4 cm
Kelenjar Tiroid : normal
Kelenjar Limfe : normal

8. DADA
Bentuk : normal
Pembuluh darah : normal
Buah dada : normal
PF Paru-paru
• Kutil (+) hemithoraks sinistra, Pergerakan hemithoraks kanan dan
kiri simetris (+), Fremitus taktil hemithoraks kanan dan kiri
simetris(+), Sonor (+), suara nafas vesikuler, ronkhi (+/+)

PF Jantung
• Inspeksi : Lesi (-) Ictus cordis tidak terlihat
• Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIC VI Linea Midclavicula sinistra
• Perkusi :
– Batas Jantung kanan : SIC V Linea Parasternalis dextra
– Batas Jantung kiri : SIC VI Linea Midclavicula sinistra
• Auskultasi : BJ I dan II normal
PF Abdomen
• Inspeksi : Lesi (-), Cembung (+), ascites(+)
• Palpasi : Nyeri tekan pada region epgastrica
– Hati : Hepar tidak teraba
– Limpa : Limpa tidak teraba
– Ginjal : nyeri ketok (-/-)
• Perkusi : Timpani (+), redup (+)
• Auskultasi : Bu (+)
• Refleks dinding perut : Tugor < 3 detik
Status Kejiwaan
Tingkah Laku : Wajar/Tenang
Alam Perasaan : Biasa
Proses piker: Wajar
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium Darah

• Eritrosit : 4.300.000/mm3 • Trombosit : 171.000 /Ul


• Hb, Ht : 13,4 mg/dl, 39% • MCV : 91 fL
• Leukosit : 5.500/Ul • MCH : 31 pg
• Hitung Jenis : 0,0,0,68,19,13 • MCHC : 34 g/dL
• L.E.D : 10 mm/jam
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium Darah

• Bilirubin Total : 2,6 mg/dL • Creatinin : 1,23 mg/dL


• Bilirubin Direk : 0,8 mg/dL • Natrium : 131 mmol/L
• Bil. Indirek : 1,8 mg/dL • Kalium : 3,1 mmol/L
• GDS : 180 mg/dL • Calsium : 7,4 mg/dL
• Ureum : 65 mg/dL • Chlorida : 101 mmol/L
Pemeriksaan Penunjang
EKG
• Gelombang QRS
– Kompleks QRS memanjang
• Segmen ST
– ST elevasi pada V1, V2, V3, V4
• Gelombang T
– Gelombang melebar dan memanjang pada lead I, II

– Kesimpulan:
• Extreme Axis Deviaton
• LBBB
• STEMI Septal-anterior
• Susp. Hiperkalemia
Ringkasan :
Os datang dengan keluhan sesak nafas sejak kurang lebih 2 minggu
sebelum masuk rumah sakit. Os juga mengeluhkan batuk kering, nyeri dad kiri
yang menjalar ke lengan kiri dan dada kanan, nyeri dada seperti terhimpit, dan
pembengkakakn pada perut dan kedua kaki.
Pada pemeriksaan TTV didapatkan keadaan umum sakit ringan, kesadaran
Compos mentis, TD 160/80 mmHg, Nadi 93x/menit, pernafasan regular
24x/menit, suhu 36,3C dan saturasi oksigen 97%.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan rhonki pada auskultasi paru, nyeri
tekan epigastrica,ascites (+) dan edema pada kedua tungkai.
Pada pemeriksaan penunjang, didapatkan hasil Bilirubin Total 2,6 mg/dL,
Bilirubin Direk 0,8 mg/dL, Bil. Indirek 1,8 mg/dL, GDS 180 mg/dL, Ureum 65
mg/dL, Creatinin 1,23 mg/dL, Natrium 131 mmol/L, Kalium 3,1 mmol/L,
Calsium 7,4 mg/dL dan Chlorida 101 mmol/L
Masalah 1 :
CHF
1. Atas dasar :
– Anamnesis : Os mengeluhkan sesak nafas (+) nyeri dada kiri menjalar (+),
ortopneu (+), PND (+), Riwayat hipertensi menahun
– Pemeriksaan fisik : TD: 160/80 mmHg, Edema tungkai (+) ascites (+)
2. Dipikirkan :
– CHF
– Hipertensi Heart Disease
3. Rencana diagnosis : CK-MB, CK-Nac, Troponin, Ekg serial, Rontgen Thoraks, Echo
4. Rencana terapi :
– Furosemid 2 ampl/hari, Ramipril, ISDN, CPG, Statin, Digoxin
Masalah 2 :
Hipertensi
1. Atas dasar :
– Anamnesis : Riwayat hipertensi menahun, batuk kering (+)
– Pemeriksaan fisik : TD: 160/80 mmHg
2. Dipikirkan :
– Hipertensi
3. Rencana diagnosis : TD/hari
4. Rencana terapi :
– Amlodipin 10 mg, 1x1
– Candesartan 8mg, 1x1
Definisi
Chronic Heart Failure

• Gagal jantung kronik adalah keadaan


patofisiologis berupa kelainan fungsi
jantung  sehingga jantung tidak
mampu memompa darah untuk:
• memenuhi kebutuhan
metabolisme jaringan
• kemampuannya hanya ada kalau
disertai peninggian volume
diastolik secara abnormal.
Tanda dan Gejala Gagal Jantung
Gagal jantung merupakan kumpulan gejala klinis pasien dengan tampilan
seperti :
• Sesak nafas saat istrahat atau aktifitas, kelelahan, edema tungkai
• Tanda khas:
– Takikardia, takipnu, ronki paru, efusi pleura, peningkatan tekanan vena
jugularis, edema perifer, hepatomegali.
• Tanda objektf
– Gangguan struktur atau fungsional jantung saat istrahat, kardiomegali,
suara jantung ke tiga, murmur jantung, abnormalitas dalam gambaran
ekokardiografi, kenaikan konsentrasi peptida natriuretik
Etiologi

KELAINAN OTOT JANTUNG ATEROSKLEROSIS KORONER


disfungsi miokardium 
Kelainan otot jantung menurunnya
01 kontraktilitas jantung 02 terganggunya aliran darah ke otot
jantung hipoksia, asidosis, infark
miokardium

HIPERTENSI PERADANGAN DAN PENYAKIT


meningkatkan beban kerja jantung MIOKARDIUM DEGENERATIF
03  hipertrofi serabut otot jantung 04  merusak serabut jantung 
 kontraktilitas menurun
Etiologi

PENYAKIT JANTUNG LAIN


Mekanisme :
• gangguan aliran darah yang masuk jantung (stenosis katup semiluner)
05 • ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah (tamponade, perikardium, perikarditif
konstriktif, atau stenosis AV)
• peningkatan mendadak afterload.

FAKTOR SISTEMIK
Faktor :
• Meningkatnya laju metabolisme (misal: demam)
06 • Hipoksia dan anemia  meningkatkan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan ok
sigen dan menurunkan suplai oksigen ke jantung.
• Asidosis respiratorik/metabolik dan abnormalitas elektrolit menurunkan kontraktili
tas jantung.
Patofisiologi

• Gagal jantung bukanlah suatu keadaan klinis yang hanya melibatkan


satu sistem tubuh melainkan suatu sindroma klinik akibat kelainan
jantung sehingga jantung tidak mampu memompa memenuhi
kebutuhan metabolisme tubuh.

• Gagal jantung ditandai dengan satu respon hemodinamik, ginjal,


syaraf dan hormonal yang nyata serta suatu keadaan patologik
berupa penurunan fungsi jantung.
Manifestasi Klinis
Chronic Heart Failure

Manifestasi klinis gagal jantung bergantung


pada:
• umur pasien
• beratnya gagal jantung
• etiologi penyakit jantung
• ruang-ruang jantung yang terlibat,
• apakah kedua ventrikel mengalami
kegagalan
• serta derajat gangguan penampilan
jantung.
Manifestasi Klinis
Chronic Heart Failure

Pada penderita gagal jantung kongestif, hampir selalu ditemukan:

GEJALA PARU
01 Dyspnea, orthopnea dan paroxysmal

GEJALA SISTEMIK
02 Lemah, cepat lelah, oliguri, nokturi, mual, muntah,
asites, hepatomegali, dan edema perifer.

GEJALA SUSUNAN SARAF PUSAT


03 insomnia, sakit kepala, mimpi buruk sampai delirium.
Klasifikasi
Chronic Heart Failure

Klasifikasi gagal jantung menurut New York Heart Association (NYHA) terbagi
dalam 4 kelas yaitu:
NYHA I
01 Timbul sesak pada aktifitas fisik berat

NYHA II
02 Timbul sesak pada aktifitas fisik sedang

NYHA III
03 Timbul sesak pada aktifitas fisik ringan

NYHA IV
04 Timbul sesak pada aktifitas fisik sangat ringan atau
istirahat
Klasifikasi
Chronic Heart Failure

Klasifikasi Berdasarkan Kelainan Struktural Jantung Klasifikasi Berdasarkan Kapsitas Fungsional (NYHA)

Stadium A Kelas I
Memiliki risiko tinggi untuk berkembang menjadi gagal Tidak terdapat batasan dalam melakukan aktifitas fisik.
jantung. Tidak terdapat gangguan struktural atau Aktifitas fisik sehari-hari tidak menimbulkan kelelahan,
fungsional jantung, tidak terdapat tanda atau gejala palpitasi atau sesak nafas

Stadium B Kelas II
Telah terbentuk penyakit struktur jantung yang Terdapat batasan aktifitas ringan. Tidak terdapat keluhan
berhubungan dengan perkembangan gagal jantung, tidak saat istrahat, namun aktifitas fisik sehari-hari
terdapat tanda atau gejala menimbulkan kelelahan, palpitasi atau sesak nafas
Kelas III
Stadium C
Terdapat batasan aktifitas bermakna. Tidak terdapat
Gagal jantung yang simtomatik berhubungan dengan
keluhan saat istrahat, tetapi aktfitas fisik ringan
penyakit struktural jantung yang mendasari
menyebabkan kelelahan, palpitasi atau sesak

Stadium D Kelas IV
Penyakit jantung struktural lanjut serta gejala gagal Tidak dapat melakukan aktifitasfisik tanpa keluhan.
jantung yang sangat bermakna saat istrahat walaupun Terdapat gejala saat istrahat. Keluhan meningkat saat
sudah mendapat terapi medis maksimal (refrakter) melakukan aktifitas
Skema
Diagnostik
Elektrokardiogram (EKG)
Chronic Heart Failure

• Pemeriksaan elektrokardiogram harus


dikerjakan pada semua pasien diduga gagal
jantung
• Abnormalitas EKG sering dijumpai pada
gagal jantung
• Abnormalitas EKG memiliki nilai prediktif
yang kecil dalam mendiagnosis gagal
jantung, jika EKG normal, diagnosis gagal
jantung khususnya dengan disfungsi
sistolik sangat kecil (< 10%).
Foto Toraks
Chronic Heart Failure

• Merupakan komponen penting dalam


diagnosis gagal jantung
• Rontgen toraks dapat mendeteksi
• kardiomegali, kongesti paru, efusi
pleura
• penyakit atau infeksi paru yang
menyebabkan atau memperberat
sesak nafas
• Kardiomegali dapat tidak ditemukan pada
gagal jantung akut dan kronik.
Echo
Chronic Heart Failure

• Ekokardiografi mempunyai peran penting


dalam mendiagnosis gagal jantung dengan
fraksi ejeksi normal.
• Diagnosis harus memenuhi tiga kriteria:
1. Terdapat tanda dan/atau gejala gagal
jantung
2. Fungsi sistolik ventrikel kiri normal
atau hanya sedikit terganggu (fraksi
ejeksi > 45 - 50%)
3. Terdapat bukti disfungsi diastolik
(relaksasi ventrikel kiri abnormal /
kekakuan diastolik)
Komplikasi

TROMBOEMBOLI

ATRIUM FIBRILASI
01 Resiko terjadinya bekuan pada vena 02

KEGAGALAN POMPA
PROGRESIF
karena penggunaan diuretik
03 dengan dosis tinggi. 04 ARITMIA VENTRIKEL
Penatalaksanaan
Chronic Heart Failure

Dasar penatalaksanaan pasien gagal jantung


adalah:
1. Istirahat untuk mengurangi beban kerja
jantung.
2. Meningkatkan kekuatan dan efisiensi
kontraksi jantung dengan farmakologis.
3. Menghilangkan penimbunan cairan tubuh
berlebihan dengan terapi diuretik diet
dan istirahat
Tatalaksana Farmakologis
ANGIOTENSIN-CONVERTING ENZYME INHIBITORS (ACEI)

• Kecuali kontraindikasi, ACEI harus ACEI dapat menyebabkan menyebabkan:


01 02
diberikan pada semua pasien gagal • Perburukan fungsi ginjal
jantung simtomatik dan fraksi ejeksi • Hiperkalemia
ventrikel kiri ≤ 40 %. • Hipotensi simtomatik
• ACEI : • Batuk
• memperbaiki fungsi ventrikel • Angioedema (jarang)
dan kualitas hidup
• mengurangi perawatan rumah
sakit karena perburukan gagal
jantung
• meningkatkan angka
kelangsungan hidup
Tatalaksana Farmakologis
ANGIOTENSIN-CONVERTING ENZYME INHIBITORS (ACEI)

03 Cara pemberian ACEI pada gagal jantung :


• Periksa fungsi ginjal dan serum elektrolit
• Periksa kembali fungsi ginjal dan serum elektrolit 1 - 2 minggu setelah
terapi ACEI
• Pertimbangkan menaikan dosis secara titrasi setelah 2 - 4 minggu.
• Jangan naikan dosis jika terjadi perburukan fungsi ginjal atau hiperkalemia.
• Periksa fungsi ginjal dan serum elektrolit 3 dan 6 bulan setelah mencapai
dosis target atau yang dapat ditoleransi dan selanjutnya tiap 6 bulan sekali
Tatalaksana Farmakologis
PENYEKAT β

• Kecuali kontraindikasi, penyekat β harus diberikan pada semua


01 pasien gagal jantung simtomatik dan fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40
%.
• Penyekat β:
• memperbaiki fungsi ventrikel dan kualitas hidup
• mengurangi perawatan rumah sakit karena perburukan gagal
jantung
• meningkatkan kelangsungan hidup
Tatalaksana Farmakologis
PENYEKAT β

02 Cara pemberian penyekat β pada gagal jantung


• Inisiasi pemberian penyekat β
• Penyekat β dapat dimulai sebelum pulang dari rumah sakit
pada pasien dekompensasi secara hati-hati.
• Pertimbangkan menaikan dosis secara titrasi setelah 2 - 4
minggu.
• Jangan naikan dosis jika terjadi perburukan gagal jantung,
hipotensi simtomatik atau bradikardi (nadi < 50 x/menit)
• Jika tidak ada masalah diatas, gandakan dosis penyekat β
sampai dosis target atau dosis maksimal yang dapat di
toleransi
Tatalaksana Farmakologis
ANTAGONIS ALDOSTERON

01 • Kecuali kontraindikasi, penambahan obat antagonis


aldosteron dosis kecil harus dipertimbangkan pada semua
pasien dengan fraksi ejeksi ≤ 35 % dan gagal jantung
simtomatik berat (kelas fungsional III - IV NYHA) tanpa
hiperkalemia dan gangguan fungsi ginjal berat.
• Antagonis aldosteron mengurangi perawatan rumah sakit
karena perburukan gagal jantung dan meningkatkan
kelangsungan hidup.
Tatalaksana Farmakologis
ANTAGONIS ALDOSTERON

02 Cara pemberian spironolakton (atau eplerenon) pada gagal


jantung
• Inisiasi pemberian spironolakton
• Periksa fungsi ginjal dan serum elektrolit.
• Pertimbangkan menaikan dosis secara titrasi setelah 4 – 8
Minggu
• Jangan naikan dosis jika terjadi perburukan fungsi ginjal atau
hiperkalemia.
• Periksa kembali fungsi ginjal dan serum elektrolit 1 dan 4
minggu setelah menaikan dosis
Tatalaksana Farmakologis
ANGIOTENSIN RECEPTOR BLOCKERS (ARB)

01 • Kecuali kontraindikasi, ARB direkomendasikan pada pasien


gagal jantung dengan fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40 % yang
tetap simtomatik walaupun sudah diberikan ACEI dan
penyekat β dosis optimal, kecuali juga mendapat antagonis
aldosteron.
• Terapi dengan ARB memperbaiki fungsi ventrikel dan kualitas
hidup, mengurangi angka perawatan rumah sakit karena
perburukan gagal jantung ARB direkomedasikan sebagai
alternatif pada pasien intoleran ACEI.
Tatalaksana Farmakologis
ANGIOTENSIN RECEPTOR BLOCKERS (ARB)

02 Cara pemberian ARB pada gagal jantung


• Periksa fungsi ginjal dan serum elektrolit.
• Pertimbangkan menaikan dosis secara titrasi setelah 2 - 4
minggu.
• Jangan naikan dosis jika terjadi perburukan fungsi ginjal atau
hiperkalemia
• Jika tidak ada masalah diatas, dosis dititrasi naik sampai dosis
target atau dosis maksimal yang dapat ditoleransi
• Periksa fungsi ginjal dan serum elektrolit 3 dan 6 bulan setelah
mencapai dosis target atau yang dapat ditoleransi dan
selanjutnya tiap 6 bulan sekali
Tatalaksana Farmakologis
HYDRALAZINE DAN ISOSORBIDE DINITRATE (H-ISDN)

01 • Pada pasien gagal jantung dengan fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40 %,


kombinasi H-ISDN digunakan sebagai alternatif jika pasien intoleran
terhadap ACEI dan ARB
• Cara pemberian kombinasi H-ISDN pada gagal jantung
• Dosis awal: hydralazine 12,5 mg dan ISDN 10 mg, 2 - 3 x/hari
• Pertimbangkan menaikan dosis secara titrasi setelah 2 – 4
minggu.
• Jangan naikan dosis jika terjadi hipotensi simtomatik
• Jika toleransi baik, dosis dititrasi naik sampai dosis target
(hydralazine 50 mg dan ISDN 20 mg, 3-4 x/hari)
Tatalaksana Farmakologis
DIGOKSIN

01 • Pada pasien gagal jantung dengan fibrilasi atrial, digoksin dapat


digunakan untuk memperlambat laju ventrikel yang cepat,
walaupun obat lain (seperti penyekat beta) lebih diutamakan.
• Pada pasien gagal jantung simtomatik, fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤
40 % dengan irama sinus, digoksin dapat mengurangi gejala,
menurunkan angka perawatan rumah sakit karena perburukan
gagal jantung,tetapi tidak mempunyai efek terhadap
angkakelangsungan hidup
Tatalaksana Farmakologis
DIGOKSIN

02 • Cara pemberian digoksin pada gagal jantung


• Dosis awal: 0,25 mg, 1 x/hari pada pasien dengan fungsi ginjal
normal.
• Pada pasien usia lanjut dan gangguan fungsi ginjal dosis
diturunkan menjadi 0,125 atau 0,0625 mg, 1 x/hari
• Periksa kadar digoksin dalam plasma segera saat terapi kronik.
Kadar terapi digoksin harus antara 0,6 - 1,2 ng/mL
• Beberapa obat dapat menaikan kadar digoksin dalam darah
(amiodaron, diltiazem, verapamil, kuinidin)
Tatalaksana Farmakologis
DIURETIK

01 • Diuretik direkomendasikan pada pasien gagal jantung dengan tanda


klinis atau gejala kongesti
• Tujuan dari pemberian diuretik adalah untuk mencapai status
euvolemia (kering dan hangat) dengan dosis yang serendah
mungkin, yaitu harus diatur sesuai kebutuhan pasien, untuk
menghindari dehidrasi atau reistensi.
• Cara pemberian diuretik pada gagal jantung
• Pada saat inisiasi pemberian diuretik periksa fungsi ginjal dan
serum elektrolit
• Dianjurkan untuk memberikan diuretik pada saat perut kosong
Tatalaksana Farmakologis (ESC)
Tatalaksana Farmakologis (ESC)
Terapi non Farmakologi
Chronic Heart Failure

Penderita dianjurkan untuk membatasi


aktivitas sesuai beratnya keluhan seperti
• diet rendah garam
• mengurangi berat badan
• mengurangi lemak
• mengurangi stress psikis
• menghindari rokok
• olahraga teratur
Terapi non Farmakologi

Ketaatan Pasien Berobat Asupan Cairan


Ketaatan pasien berobat menurunka
01 n morbiditas, mortalitas dan kualitas
hidup pasien
02 Restriksi cairan 1,5 - 2 Liter/hari

Pemantauan Berat Badan Mandiri


Pengurangan Berat Badan
berat badan rutin setap hari,  ken
03 aikan berat badan > 2 kg (3 hari) 
menaikan dosis diuretik
04 Pengurangan berat badan pasien o
besitas (IMT > 30 kg/m2)
Terapi non Farmakologi

Pemantauan Status Nutriasi


• Jika selama 6 bulan terakhir berat badan > 6 % dari berat badan stabil sebelumnya t
05 •
anpa disertai retensi cairan, pasien didefinisikan sebagai kaheksia.
Status nutrisi pasien harus dihitung dengan hati-hati

Latihan Fisik
• Latihan fisik direkomendasikan kepada semua pasien gagal jantung kronik stabil.
06 • Program latihan fisik memberikan efek yang sama baik dikerjakan di rumah sakit
atau di rumah

Anda mungkin juga menyukai