Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN

K E P E R A W ATA N
T B PA R U
SYAHRIR
PENGERTIAN

Tuberkolosis adalah infeksi penyakit menular yang disebabkan oleh


mycobacterium tuberculosis, suatu basil aerobik tahan asam yang
ditularkan melalui udara (airborne) (Niluh dan Christantie, 2003).

ETIOLOGI

Penyebab dari tuberculosis adalah mycobacterium tuberculosis


KLASIFIKASI

• Tuberkulosis Primer
PATHOLOGIS
• Tuberkulosis Sekunder

• AKTIF
AKTVIVTAS RADIOLOGIS
• PASIF
Penyebab tuberculosis paru terjadi karena kuman
dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei
dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam
udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya
sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaman.
Dalam suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan
berhari-hari sampai berbulan-bulan. Partikel infeksi ini
terhisap oleh orang sehat, maka akan menempel pada
jalan nafas atau paru-paru. Kuman akan dihadapi pertama
kali oleh neutrofil, kemudian baru oleh makrofag.
Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh
PATOFISIOLOGI makrofag keluar dari cabang trakea bronchial bersama
gerakan silia dalam sekretnya.
Bila kuman menetap di jaringan paru, maka akan
berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Disini
kuman dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya. Bila,
masuk ke arteri pulmonalis maka terjadi penjalaran ke
seluruh bagian paru menjadi TB milier.
Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah
bening menuju hilus dan juga diikuti pembesaran kelenjar
getah bening virus. Semua proses ini memakan waktu 3-8
minggu.
MANIFESTASI KLINIK

• Batuk lebih dari 3 minggu


• Batuk darah
Gejala respiratorik • Nyeri dada

• Demam
• Gejala sistemik lain:
Gejala sistemik malaise, keringat,
anoreksia dan berat badan
menurun.
PEME
RIKS
AAN

PENU
NJAN
G
PENGOBATAN

Penderita tuberkulosis harus diobati, dan pengobatanya


harus adekuat. Pengobatan tuberkulosis memakan waktu
minimal 6 bulan
Obat anti tuberkulosis dibagi dalam dua golongan besar, yaitu
obat lini pertama dan obat lini kedua.
Yang termasuk obat anti tuberkulosis lini pertama adalah
isoniazid (H), etambutol (E), streptomisin (S), pirazinamid (Z),
rifampisin (R) dan tioasetazon (T). sedangkan yang termasuk
obat lini kedua adalah etionamide, sikloserin, PAS, amikasin,
kanamisin, kapreomisin, siprofloksasin, ofloksasin, klofazimin
dan rifabutin.
MANAJEMEN MEDIS
MANAJEMEN MEDIS
• TB aktif biasanya dimulai degan setidaknya 4 obat: Isoniazid, revamping,
pirazinamid dan etambutol.
KOMPLIKASI
Luluh
Pneumothorax
paru

Batuk Gagal Gagal


darah nafas jantung

Efusi pleura
PENCEGAHAN
Diagnosis dan
pengobatan
Vaksinasi tuberculosis
Terapi
BCG pada pengobatan
pencegahan
bayi dan anak. (+) untuk
mencegah
penularan
ASUHAN
KEPERAWATAN
1. Pengkajian
• Identitas Pasien
Yang terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, agama, dan lain-lain.
• Riwayat Kesehatan
– Keluhan utama
Kebanyakan kasus dijumpai klien masuk dengan keluhan batuk yang
lebih dari 3 minggu.
– Riwayat keluhan utama
Biasanya batuk dialami lebih dari 1 minggu disertai peningkatan suhu
tubuh, penurunan nafsu makan dan kelemahan tubuh.
Kebutuhan Dasar Manusia (Gordon)
– Persepsi Kesehatan dan Manajemen Kesehatan
Pandangan pasien tentang penyakitnya dan cara yang dilakukan pasien
menangani penyakitnya.

– Aktifitas dan latihan


Biasanya pasien mengalami penurunan aktifitas berhubungan dengan kelemahan
tubuh yang dialami.

– Istirahat dan tidur


Istirahat dan tidur sering mengalami gangguan karena batuk yang dialami pada
malam hari.

– Nutrisi metabolic
Kemampuan pasien dalam mengkonsumsi makanan mengalami penurunan
akibat nafsu makan yang kurang / malaise.
– Eliminasi
Pasien dengan TB Paru jarang ditemui mengalami gangguan eliminasi BAB
dan BAK.

– Kognitif Perseptual.
Daya ingat pasien TB Paru kebanyakan dijumpai tidak mengalami
gangguan.

– Konsep Diri
Perasaan menerima dari pasien dengan keadaannya, kebanyakan pasien
tidak mengalami gangguan konsep diri.

– Pola Koping
Mekanisme pertahanan diri yang biasa digunakan oleh pasien adalah
dengan meminta pertolongan orang lain.
–Pola seksual reproduksi
Kemampuan pasien untuk melaksanakan peran sesuai dengan jenis
kelamin. Kebanyakan pasien tidak melakukan hubungan seksual
karena kelemahan tubuh

–Pola peran Hubungan


Perubahan pola peran hubungan dalam tanggung jawab atau
perubahan kapasitas fisik untuk melakukan peran.

–Nilai dan kepercayaan


Agama yang dianut oleh pasien dan ketaatan pasien dalam
melaksanakan ajaran agama biasanya pasien tidak mengalami
gangguan dalam sisitem nilai dan kepercayaan.
DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

Ketidakefektifan Dalam waktu 2x24 1. Kaji fungsi 1. Penurunan bunyi


bersihan jalan napas jam setelah di berikan pernapasan (bunyi napas
berhubungan dengan intervensi, bersihan napas, kecepatan, menunjukkan
sekresi yang jalan napas kembali irama, kedalaman, atelektasis, ronkhi
tertahan/sisa sekresi, efektif. dan penggunaan menunjukkan
mukus dalam jumlah otot bantu napas). akumulasi sekret
berlebihan, eksudat Kriteria hasil : dan
dalam alveoli, materi Klien mampu ketidakefektifan
asing jalan napas melakukan batuk pengeluaran
efektif sekresi yang
Pernapasan klien selanjutnya dapat
normal (16-20x/m) menimbulkan
tanpa ada penggunaan penggunaan otot
otot bantu napas bantu napas dan
peningkatan kerja
pernapasan .
3. Berikan posisi 3. Posisi fowler
fowler/semifowl memaksimalka
er tinggi dan n ekspansi paru
bantu klien dan
berlatih napas menurunkan
dalam dan upaya napas.
batuk efektif. Ventilasi
4. Pertahankan maksimal
intake cairan membuka area
sedikitnya atelektasis dan
2500ml/hari meningktakan
kecuali tidak gerakan sekret
diindikasikan ke jalan napas
besar untuk di
keluarkan.

4. Hidrasi yang
adekuat
memnamtu
mengencerkan
sekret dan
mengefektifkan
pembersihan
jalan napas.
5. Bersihkan sekret 5. Mencegah
dari mulut dan obstruksi dan
trakhea, bila aspirasi. Pengisapan
perlu lakukan diperlukan bila
pengisapan/sucti klien tidak mampu
on. mengeluarkan
6. Kolaborasi sekret.
dengan dokter
dalam 6. Pengobatan
pemberian obat tuberkulosis
sesuai indikasi terbagi menjadi 2
•OAT fase , yaitu fase
•Agen mukolitik intensif (2-3 bulan)
•Bronkodilator dan fase lanjutan
•kortikosteroid (4-7 bulan ). Paduan
obat yang
digunakan terdiri
atas obat utama
dan obat
tambahan. Jenis
obat utama yang
digunakan sesuai
dengan
rekomendasi WHO
adalah Rifampisisn,
INH, Pirazinamid,
Streptomisisn, dan
Etambutol.

•Agen mukolitik
menurunkan
kekentalan dan
perlengketan
sekret paru untuk
memudahkan
pembersihan.

•Bronkodilator
meningkatkan
diameter lumen
percabangan
trakeobronkhial
sehingga
menurunkan
tahanan terhadap
aliran udara.
•Kortikosteroid
berguna dengan
keterlibatan luas
pada hipoksemia
dan bila reaksi
inflamasi
mengancam
kehidupan
DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

Ketidakefektifan pola Dalam waktu 3x24 1. Identifikasi faktor 1. Dengan


napas berhubungan jam setelah di berikan penyebab mengidentifikasi
dengan menurunnya intervensi pola napas 2. Kaji fungsi penyebab, kita
ekspansi paru kembali efektif. pernapasan, catat dapat menetukan
sekunder terhadap kecepatan,pernapa jenis efusi pleura
penumpukan cairan Kriteria hasil : san, dispnea, sehingga dapat
dalam rongga pleura. Klien mampu sianosis, dan mengambil
melakukan batuk perubahan tanda tindakan yang
efektif. vital. tepat.
Irama, frekuensi, dan 2. Distres
kedalam pernapasan pernapasan dan
berada pada batas perubahan tanda
normal, pada vital dapat terjadi
pemeriksaan rontgen sebagai akibat
dada tidak ditemukan stress fisiologi dan
adanya akumulasi nyeri atau dapat
cairan, dan bunyi napas menunjukkan
terdengar jelas. terjadinya syok
akibat hipoksia.
3. Berikan posisi 3. Posisi fowler
fowler/semifowler memaksimalkan
tinggi dan bantu ekspansi paru dan
klien berlatih napas menurunkan upaya
dalam dan batuk napas.Ventilasi
efektif maksimal
membuka area
4. Auskultasi bunyi atelektasis dan
napas meningktakan
gerakan sekret ke
jalan napas besar
untuk di keluarkan.

4.SBunyi napas
dapat menurun/
tak ada pada area
kolaps yang
meliputi satu lobus,
segmen paru, atau
seluruh area paru
(unilateral).
5. Kaji 5. Ekspansi paru
pengembangan menurun pada area
dada dan posisi kolaps. Deviasi
trakhea trakhea kearah sisi
yang sehat pada
6. Kolaborasi untuk tension
tindakan pneumothoraks.
thorakosentesis
atau kalau perlu 6. Bertujuan
WSD. sebagai evakuasi
cairan atau udara
dan memudahkan
ekspansi paru
secara maksimal.
DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

Ketidakseimbangan Dalam waktu 3x24 1. Kaji status nutrisi 1. Memvalidasi dan


nutrisi kurang dari jam setelah diberikan klien, turgor kulit, menetapkan
kebutuhan tubuh tindakan keperawatan berat badan, derajat masalah
berhubungan dengan intake nutrisi klien integritas mukosa untuk menetapkan
ketidakmampuan terpenuhi oral, kemampuan piihan intervensi
menelan makanan, menelan, riwayat yang tepat.
Kriteria hasil : mual/muntah dan 2. Berguna dalam
diare. mengukur
Klien dapat 2. Pantau intake – kefektifan intake
mempertahankan output, timbang gizi dan dukungan
status gizinya dari yang berat badan secara cairan.
semula kurang menjadi periodik (sekali 3. Menurunkan rasa
adekuat. seminggu) tak enak karena
Pernyataan motivasi 3. Lakukan dan sisa makanan, sisa
kuat untuk memenuhi ajarkan perawatan sputum atau obat
kebutuhan nutrisinya mulut sebelum dan sistem pernapasan
sesudah yang dapat
intervensi/pemerik merangsang pusat
saan peroral. muntah.
4.Kolaborasi 4.Merencanakan
dengan ahli gizi diet dengan
untuk menetapkan kandungan gizi
komposisi dan jenis yang cukup untuk
yang tepat  TKTP memnuhi
peningkatan
5.Fasilitasi kebutuhan energi
pemberian diet dan kalori
TKTP, berikan sehubungan dengan
dalam porsi kecil status
tapi sering. hipermetabolik
klien.

5.Memaksimalkan
intake nutrisi tanpa
kelelahan dan
energi besar serta
menurunkan iritasi
saluran cerna.
6. Kolaborasi untuk 6. Menilai kemajuan
pemeriksaan terapi diet dan
laboratorium membantu
khususnya BUN, perencanaan
protein serum dan intervensi
albumin. selanjutnya.

7. Kolaborasi untuk 7. Multivitamin


pemberian bertujuan untuk
multivitamin. memenuhi
kebutuhan vitamin
yang tinggi
sekunder dari
rosres
pemkeberhasilan
peningkatan laju
metabolisme
umum.
DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

Defisiensi Dalam waktu 1x24 1. Kaji kemampuan 1. Keberhasilan


pengetahuan jam klien mampu klien untuk proses
berhubungan dengan melaksanakan apa yang mengikuti pembelajaran
kurang pajanan telah diinformasikan. pembelajaran dipengaruhi oleh
informasi tentang (tingkat kesiapan fisisk,
kondisi, proses Kriteria hasil : kecemasan, emosional, dan
penyakit, aturan kelelahan umum, lingkungan yang
pengobatan. •Klien mampu pengetahuan klien kondusif.
memahami apa yang di sebelumnya, dan
jelaskan perawat suasana yang 2. Meningkatkan
tentang proses tepat). partisipasi klien
penyakit, dan 2. Jelaskan tentang dalam program
pengobatan. dosis obat, pengobatan dan
frekuensi mencegah putus
•Pasien mampu me pemberian, kerja obat karena
njelaskan kembali apa yang diharapkan, membaiknya
yang telah di jelaskan dan alasan kondisi fisik klien
oleh perawat. mengapa sebelum jadwal
pengobatan TB terapi selesai.
berlangsung dalam
waktu lama.
3. Ajarkan dan nilai 3. Dapat
kemampuan klien menunjukkan
untuk pengaktifan ulang
mengidentifikasi proses penyakit dan
gejala/tanda efek obat yang
reaktivasi penyakit memerlukan
(hemoptisis, evaluasi lanjut.
demam, nyeri dad,
kesulitan bernapas, 4. Diet TKTP dan
kehilangan cairan yang
pendengaran dan adekuat memnuhi
vertigo ). peningkatan
kebutuan
4.Tekankan metabolik tubuh.
pentingnya Pendidikan
mempertahankan kesehatan tentang
intake nutrisi yang hal itu akan
mengandung meningkatkan
protein dan kalori kemandirian klien
yang tinggi serta dalam perawatan
intake cairan yang penyakitnya.
cukup setiap hari.
• 4. IMPLEMENTASI

• 5. EVALUASI

Anda mungkin juga menyukai