Anda di halaman 1dari 23

Disusun oleh :

Arnelia Indah Cahyani


Evan Feriandy Sinaga
M. Andre Jersey
Ringga Trigusti Sukmadana
Ulil Hidayat
Pada percobaan ini, James Joule menggunakan dua
buah labu logam yang dimasukkan ke dalam bak air. Satu labu di
isi dengan udara bertekanan 22 atm, dan labu yang lain dibuat
hampa udara. Kemudian, beliau berusaha mengukur perubahan
temperatur air di bak ketika sumbat di buka dan udara memuai ke
ruang hampa, beliau tidak melihat adanya perubahan. James Joule
berpendapat bahwa ia dapat mengukur πT dengan mengamati
perubahan temperatur gas jika gas itu di biarkan memuai ke ruang
hampa udara.
Implikasi termodinamika dari eksperimen ini adalah, dalam
pemuaian ke ruang hampa, tidak ada kerja yang dilakukan
sehingga w = 0. tidak ada kalor yang memasuki atau
meninggalkan sistem (gas) karena temperatur air pada bak tidak
berubah sehingga q=0. Konsekuensinya, dalam ketepatan
eksperimen, ΔU = 0. Dengan demikian, U tidak banyak berubah
jika gas memuai secara isotermal. Kapasitas kalor bak air dan labu
logam sangat besar, sehingga perubahan temperatur gas yang
sesungguhnya ada menjadi terlalu kecil untuk diukur.
ENERGI DALAM
• Energi dalam (E) adalah total energi kinetik (Ek) dan energi potensial (Ep) yang ada
di dalam sistem. Namun karena besar energi kinetik dan energi potensial pada
sebuah sistem tidak dapat diukur, maka besar energi dalam sebuah sistem juga
tidak dapat ditentukan, yang dapat ditentukan adalah besar perubahan energi
dalam suatu sistem.

• Perubahan energi dalam dapat diketahui dengan mengukur kalor (q) dan kerja (w),
yang akan timbul bila suatu sistem bereaksi. Oleh karena itu, perubahan energi
dalam dirumuskan dengan persamaan E = Q + W .
“Perubahan energi dalam ΔU dari sebuah sistem hanya tergantung
pada transfer panas ke dalam sistem (Q) dan kerja yang dilakukan oleh
sistem (W) dan tidak tergantung pada proses yang terjadi.”

ΔU = Q − W

Hukum 1 Termodinamika merupakan hukum kekekalan energi yang


menerapkan percobaan Joule.
Dengan sistem perjanjian :
• Panas ditambahkan ke sistem : (+) Q
• Panas dilepaskan dari sistem : (–) Q
• Kerja dilakukan pada sistem : (–) W
• Kerja dilakukan oleh sistem : (+) W
Contoh Soal
Panas yang ditambahkan
ke sistem sebesar 2500 J, dan
kerja 1800 J dikerjakan pada sistem.
Tentukan perubahan energi dalam
sistem!
Jawab:
Diketahui:
ΔU = Q − W
Q = 2500 J
ΔU = 2500 – (– 1800 J) = 4300 J
W = (–) 1800 J
W bernilai (–) karena kerja
dilakukan pada system.
KESETIMBANGAN ENERGI UNTUK SISTEM
TERTUTUP
Termodinamika adalah cabang ilmu yang mempelajari perubahan energi dari satu
bentuk energi ke bentuk energi lainnya. Kestimbangan energi pada suatu sistem
didasarkan pada prinsip atau hukum kekekalan energi yaitu energi tidak dapat
diciptakan atau dimusnahkan. Kesetimabangan energi akan berkesinambungan
dengan prinsip kesetimbangan massa, sehingga prinsip perhitungan yang digunakan
mirip dengan kesetimbangan massa. Hukum Kesetimbangan Massa menyatakan laju
energi yang masuk ke dalam sistem dikurangi dengan laju energi yang keluar dari
sistem sama dengan laju energi akumulasinya

Ein – Eout= Est


KESETIMBANGAN ENERGI
UNTUK SISTEM TERTUTUP
Dengan:
E in: Energi yang masuk ke sistem
E out : Energi yang keluar dari sistem
E st : Energi yang terakumulasi dalam sistem
Persamaan umum kesetimbangan energi, sebagai berikut:

Energi yang masuk = energy yang keluar + akumulasi di dalam sistem

Dalam termodinamika dikenal 3 sistem yaitu sistem terbuka, sistem tertutup, dan sistem
terisolasi
Sistem tertutup adalah interaksi antara sistem dengan sekeliling yang menyebabkan perpindahan
panas dan perbedaan bentuk kerja. Dengan persamaan :

Dengan:
q : Laju pindah panas (J/s atau watts (W)
Q : Energi termal
c : Kapasitas panas
Keadaan Termodinamika
(Thermodynamics State)
Adalah keadaan termodinamika suatu sistem adalah
kondisinya pada waktu tertentu, yang sepenuhnya
diidentifikasi oleh nilai-nilai dari seperangkat parameter
yang cocok yang dikenal sebagai variabel keadaan,
parameter keadaan atau variabel termodinamika.
Jumlah variabel keadaan yang diperlukan untuk
menentukan keadaan termodinamika tergantung pada
sistem, dan tidak selalu diketahui sebelum percobaan;
biasanya ditemukan dari bukti eksperimental.
Fungsi keadaan termodinamika
Selain variabel termodinamika yang pada awalnya mengidentifikasi keadaan
termodinamika suatu sistem, sistem ini dikarakteristikkan dengan kuantitas lebih
lanjut yang disebut fungsi keadaan, yang juga disebut variabel keadaan, variabel
termodinamika, jumlah keadaan, atau fungsi keadaan.
Misalnya pada gas ideal, variabel termodinamikanya adalah jumlah mol, tekanan,
suhu, dan volume. . Variabel yang tersisa, serta jumlah lain seperti energi internal dan
entropi, akan dinyatakan sebagai fungsi keadaan dari variabel-variabel ini.
Keseimbangan termodinamika
Dalam termodinamika, suatu sistem termodinamik disebut berada dalam
kesetimbangan termodinamik bila sistem tersebut berada dalam keadaan setimbang
mekanis, setimbang termal dan setimbang secara kimia. Dalam kesetimbangan
termodinamik, tidak ada kecenderungan untuk terjadi perubahan keadaan, baik untuk
sistem maupun untuk lingkungannya.
Keseimbangan termodinamika
Jenis-jenis kesetimbangan termodinamika:
1. Kesetimbangan termal, Ketika suhu di seluruh sistem seragam, sistem berada dalam
kesetimbangan termal.
2. Keseimbangan mekanis: Jika pada setiap titik dalam suatu sistem tidak ada perubahan
tekanan dengan waktu, dan tidak ada pergerakan material, sistem berada dalam
keseimbangan mekanis.
3. Keseimbangan kimia: Dalam keseimbangan kimia, komposisi kimia suatu sistem telah
menetap dan tidak berubah seiring waktu.
Aturan fase
Suatu fase adalah sebuah kehomogenan bagian dari bahan. Suatu gas atau campuran dari
beberapa gas, suatu cairan atau larutan cair, dan kristal padat adalah contoh dari fase.
aturan fase memberikan infomasi yang sama untuk besar kecilnya system dan perbedaan relative
jumlah fase sekarang. Selain itu, hanya komposisi fase individu termasuk variasi aturan fase.
Keseluruhan atau total komposisi adalah bukan varioasi aturan fase ketika ada lebih dari satu fase
sekarang.
Dengan kata lain, sebuah sistem dengan p buah fasa dan C buah komponen hanya dijelaskan atau
di terangkan keadaan setimbangnya dengan lengkap apabila diberikan nilai variabel intensif
sebanyak f, dengan definisi :
F=C–p+2 (1)
Aturan fase
Sebagai contoh;
pertimbangkan sebuah sistem yang terdiri dari satu komponen dan satu fasa, dan keadaannya
hanya dinyatakan dengan satu variabel intensif saja, misalnya temperatur 30 oC. hal seperti ini
belum memberikan informasi yang cukup kepada kita tentang keadaan sistem tersebut, karena
temperatur sebesar 30 oC itu bisa saja berada pada tekanan 0.5 atm, 1 psi, 2 atm dab sebagainya.
Agar sistem itu bisa dinyatakan dengan lengkap maka harus ada variabel intensif lain yang harus
diberikan misalkan tekanannya 1 atm. Dengan adanya dua variabel intensif yang diketahui
nilainya, maka sistem tersebut (1 fasa dan 1 komponen) dan telah dijelaskan dengan sempurna
dan memenuhi aturan fasa, yaitu ;
f = 1- 1 +2 = 2
proses reversible
Proses reversibel adalah proses termodinamik yang dapat berlanggsung secara bolak-balik.
Sebuah sistem yang mengalami idealisasi proses reversibel selalu mendekati keadaan
kesetimbangan termodinamika antara sistem itu sendiri dan lingkungannya. Proses reversibel
merupakan proses seperti-kesetimbangan (quasi equilibrium process). Proses yang dapat dibalik
arahnya dinamakan proses reversibel.
Proses reversibel adalah murni dan bersifat hipotesis. Berbagai proses yang diidealisasikan
sebagai :
1. Tidak ada gesekan internal atau mekanis 4. Reaksi kimia yang terbatas
2. Pemampatan atau pemuaian yang terbatas 5. Magnetisasi, polarisasi
3. Aliran arus listrik melalui tahan adalah nol 6.Pencampuran dua sampel zat yang
sama pada keadaan yang sama.
Proses V-konstan dan P-konstan
Hukum gas ideal

Keterangan :
P1 = tekanan awal (Pa atau N/m2)
P2 = tekanan akhir (Pa atau N/m2)
V1 = volume awal (m3)
V2 = volume akhir (m3)
T1 = suhu awal (K)
T2 = suhu akhir (K)
ENTALPI
Hukum kekekalan energi menjelaskan bahwa energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat
dimusnahkan, tetapi hanya dapat diubah dari bentuk energi yang satu menjadi bentuk energi
yang lain. Nilai energi suatu materi tidak dapat diukur, yang dapat diukur hanyalah perubahan
energi (ΔE). Demikian juga halnya dengan entalpi, entalpi tidak dapat diukur, kita hanya dapat m
engukur perubahan entalpi (ΔH).
ΔH = Hp – Hr
dengan:
ΔH = perubahan entalpi
Hp = entalpi produk
Hr = entalpi reaktan atau pereaksi
KAPASITAS KALOR
Kapasitas kalor didefinisikan sebagai banyaknya kalor atau energi panas yang dibutuhkan untuk
menaikkan suhu suatu benda sebesar 1 °C atau 1 K. Oleh karena satuan untuk kalor adalah joule
dan satuan suhu adalah kelvin, maka satuan untuk kapasitas kalor adalah joule/kelvin (J/K).
CONTOH SOAL
Berapakah banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu suatu benda sebesar 15 °C
bila kapasitas kalor benda tersebut adalah 840 J/K.
KAPASITAS KALOR
Penyelesaian:
Diketahui: C = 840 J/K
∆T = 15 °C = 15 K (kenaikkan suhu dalam Celcius sama dengan Kelvin)
Ditanya: Q = ?
Jawab:
Q = C-. ΔT
= 840 . 15K
= 12600 J
Jadi, kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu benda tersebut adalah 12.600 J.
Kesetimbangan Massa Dan Energi
Dalam Sistem Terbuka
Sistem terbuka terdapat empat pengukuran umum aliran :
1. Kecepatan aliran massa, m
2. Kecepatan, Ů
3. Kecepatan aliran molar, ń
4. Kecepatan aliran Volumetrik, Q
Neraca energi sistem terbuka:
∆V = Q + W + Hm + Hk
Ket:
∆V : energi dalam sisteem
Q : panas
W : Kerja
Hm: Entalpi masuk
Hk : Entalpi keluar

Anda mungkin juga menyukai