Anda di halaman 1dari 78

KEBIJAKAN IMUNISASI

DAN STRATEGI ERADIKASI


POLIO

Sub Direktorat Imunisasi


Direktorat Simkar Kesma, Ditjen PP dan PL
Kementerian Kesehatan RI

DISAMPAIKAN PADA
PERTEMUAN ADVOKASI DAN SOSIALISASI INTRODUKSI VAKSIN BARU IPV
BAGI POKJA KIPI KABUPATEN/ KOTA SE JAWA TIMUR
LANDASAN HUKUM
UUD 1945

Pasal 28B ayat 2: Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh &
berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan & diskriminasi.
Pasal 28 H ayat 1:Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir & batin, bertempat
tinggal & mendapatkan lingkungan hidup yang baik, sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan
UU Perlindungan Anak No.23 tahun 2002
“Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai
dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual dan sosial.”

UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009


• Setiap anak berhak memperoleh imunisasi dasar sesuai dg ketentuan utk mencegah
terjadinya penyakit yg dapat dihindari melalui imunisasi
• Pemerintah wajib memberikan imunisasi lengkap kepada setiap bayi dan anak

MENJADI SEHAT ADALAH “HAK ANAK”


“ANAK SEHAT” ADALAH INVESTASI
Tujuan Program MENGAPA
Imunisasi IMUNISASI?

Upaya Pencegahan
Paling Cost Effective

Menurunkan
kesakitan &
kematian akibat
Penyakit-penyakit
yang Dapat Dicegah
Dengan Imunisasi
(PD3I)
Menggunakan vaksin
produksi dlm negeri sesuai
standar keamanan WHO
KEBIJAKAN
PENYELENGGARAAN
IMUNISASI
Penyelenggaraan dilaksanakan oleh pemerintah,
swasta dan masyarakat, dengan prinsip keterpaduan
Mengupayakan kesinambungan penyelenggaraan
melalui perencanaan program dan anggaran terpadu
(APBN, APBD, LSM dan masyarakat
Perhatian khusus diberikan untuk wilayah rawan
sosial, rawan penyakit (KLB) dan daerah-daerah
sulit secara geografis
Melaksanakan kesepakatan global : Eradikasi Polio,
Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal, Eliminasi
Campak dan Pengendalian Rubella serta Mutu
Pelayanan Sesuai Standar
STRATEGI PROGRAM
IMUNISASI
1. Peningkatan cakupan imunisasi yang tinggi dan merata
serta terjangkau melalui :
– Tersedianya pelayanan imunisasi stasioner yang
terjangkau masyarakat
– Tersedianya pelayanan imunisasi yang menjangkau
masyarakat di daerah sulit
2. Peningkatan kualitas pelayanan imunisasi melalui;
­ Petugas yang terampil
­ Coldchain dan vaksin yang berkualitas
­ Pemberian imunisasi yang benar
3. Penggerakan Masyarakat untuk Mau dan Mampu
menjangkau pelayanan imunisasi
INDIKATOR PROGRAM
IMUNISASI
2015-2019
TARGET CAPAIAN
INDIKATOR
RPJMN/RENSTRA 2015 2016 2017 2018 2019

Persentase Kab/Kota yang


mencapai 80% IDL pada 75 80 85 90 95
bayi
% anak usia 0-11 bulan
yang mendapat Imunisasi 91 91,5 92 92,5 93
Dasar Lengkap (IDL)

Indikator diatas dicapai dengan target UCI

Target UCI 2015 2016 2017 2018 2019

Desa/Kelurahan 84 86 88 90 92
TARGET CAKUPAN
IMUNISASI (per Antigen)
2015-2019
ANTIGEN TARGET CAKUPAN
Hepatitis B 0 95%
BCG 95%
Polio 1 95%
DPT-HB-Hib1 95%
Polio 2 95%
DPT-HB-Hib 2 95%
Polio 3 93%
DPT-HB-Hib3 93%
Campak 93%
TARGET PROGRAM
IMUNISASI 2015-2019
1. Mempertahankan Eradikasi Polio
 Mempertahankan Cakupan imunisasi imunisasi rutin yang
tinggi dan merata
 Melaksanakan Endgame Strategy Eradikasi Polio

2. Mencapai Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (MNTE)


 awal 2016

3. Eliminasi Campak dan Pengendalian Rubela/CRS, melalui:


 Crash Program Campak di 183 kab/kota 28 provinsi 
Oktober 2016
 Kampanye Measles Rubella (MR)  2017 - 2018
 Introduksi Vaksin MR menggantikan vaksin Campak pada
imunisasi rutin
Prioritas Vaksin Baru

Plan 2015 2016 2017 2018 2019


Switching tOPV April
to bOPV
IPV Juli
MR Kampanye Kampanye
fase I fase 2 & 3
JE JE Surveillance Kampanye JE
8 sentinels Di daerah beresiko tinggi
Pneumo Pilot project di Lombok
Pilot project di 3 provinsi
dengan PCV13
Pneumo whole cell
Clinical Trial (BF)
Rotavirus Clinical Trial: Rota Virus 3 (RV3) (BF,
Melbourne Uni, UGM) di Jogyakarta dan Pilot project
Klaten
Revisi Permenkes No. 42 Tahun
2013 tentang Penyelenggaraan
Imunisasi
Dasar Revisi :
1. Kesepakatan mengikuti polio end game strategy
dengan mengganti vaksin tOPV menjadi bOPV dan
memberikan IPV satu dosis.
2. Kebijakan nasional yang mengharuskan pemberian
imunisasi polio bagi pelaku perjalanan internasional
menuju ke negara endemis polio dan bagi pendatang
ke Indonesia dari Negara endemis polio harus sudah
mendapatkan imunisasi polio yang tercatat pada
International Certificate on Vaccination (ICV).
Revisi Permenkes No. 42 Tahun 2013
tentang Penyelenggaraan Imunisasi

3. Kewajiban menjaga mutu dan kualitas


logistik pelayanan imunisasi dengan
membuat standaridasi logistik imunisasi
4. Adanya perubahan klasifikasi kasus KIPI
sesuai rekomendasi terbaru dari WHO dan
pembaharuan sistem pelaporan kasus KIPI
5. Perlunya pengaturan sistem manajemen
vaksin dan logistik yang masuk masa
kadaluarsa dan manajemen limbah imunisasi
KEGIATAN
PROGRAM IMUNISASI
TAHUN 2016
STRATEGI END GAME POLIO
dan
RENCANA INTRODUKSI
INACTIVATED POLIO VACCINE (IPV)
Latar Belakang (1)

Sidang World Health Assembly (2012)  pencapaian eradikasi


polio merupakan kedaruratan kesehatan masyarakat global

Dokumen Rencana Strategis 2013-2018 dan Inisiatif


Pencapaian Eradikasi Polio Global  dibutuhkan komitmen
global  setiap negara perlu melaksanakan tahapan-tahapan:
Pemberian imunisasi tambahan polio (tOPV) nasional 
PIN Polio
Penggantian dari trivalent Oral Polio Vaccine (tOPV) ke
bivalent Oral Polio Vaccine (bOPV)
Penarikan seluruh vaksin OPV
Introduksi Inactivated Polio Vaccine (IPV)
Latar Belakang (2)
Desk review (2014)  masih banyak ditemukan “daerah-daerah
kantong” yang tersebar pada hampir seluruh provinsi,
diperlukan upaya mitigasi melalui kegiatan pemberian
imunisasi tambahan polio massal  PIN Polio
Penarikan seluruh OPV  meminimalisasi risiko munculnya
kasus polio yang disebabkan oleh virus polio Sabin. Fase
pertama dari penarikan OPV adalah penggantian dari trivalent
Oral Polio Vaccine (tOPV) ke bivalent Oral Polio Vaccine (bOPV)
Untuk memastikan perlindungan terhadap virus polio tipe 2
setelah penarikan tOPV, dilakukan introduksi minimal 1 dosis
Inactivated Polio Vaccine (IPV) ke dalam imunisasi rutin
Cakupan Imunisasi Polio 1
2013

2014
Cakupan Imunisasi Polio 2
2013

2014
Cakupan Imunisasi Polio 3
2013

2014
Cakupan Imunisasi Polio 4
2013

2014
Timeline Strategi Eradikasi
Polio di Indonesia
2020
Juli 2016 Juli 2016
Mei 2016
April 2016
5-30 April 2016
Introduksi
4 April 2016 Validasi
IPV Penghentian
Introduksi
Maret 2016 Penggantian penggunaan
Penarikan dan
tOPV Menjadi
IPV
seluruh OPV
Pemusnahan • Memasukkan
bOPV
8 –15 Maret Penggantian tOPV pemberian 1
Pekan Imunisasi dosis IPV ke
2016 • tOPV (PIN)
Nasional ke Polio,
PIN target: dalam jadwal
bOPVanak usia 0-59 imunisasi rutin
Polio
bulan

Penguatan Imunisasi Polio rutin dg cakupan >95%


A. Pekan Imunisasi Nasional
(PIN) Polio 2016

LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN

1. PERSIAPAN

2. PELAKSANAAN

3. PEMANTAUAN

4. EVALUASI
Tujuan Pelaksanaan PIN
Polio 2016
Mengurangi risiko penularan terhadap importasi 
virus polio tipe 2 dan cVDPV tipe 2
Memastikan tingkat imunitas terhadap polio, 
khususnya tipe 2 di populasi (herd immunity)  
cakupan ≥ 95%
Memberikan perlindungan secara optimal dan 
merata pada kelompok umur 0­59 bulan terhadap 
kemungkinan munculnya kasus polio yang 
disebabkan oleh virus polio Sabin
Waktu, Sasaran dan Lokasi
PIN Polio 2016
Waktu : 8-15 Maret 2016
Sasaran : anak usia 0 s.d 59 bulan
Lokasi : di seluruh wilayah Indonesia, kecuali di DI
Yogyakarta, karena DIY tidak lagi menggunakan OPV
Pemberian imunisasi polio dilaksanakan di Posyandu,
Polindes, Poskesdes, Puskesmas Pembantu, Puskesmas,
dan Rumah Sakit serta pos pelayanan imunisasi lainnya
di bawah koordinasi Dinas Kesehatan.
Anak yang tidak datang/ belum mendapatkan imunisasi Polio
pada saat hari “H” harus dikunjungi (sweeping) dan diberikan
imunisasi polio dalam kurun waktu maksimal 3 hari

 
TARGET: ≥ 95%
Kegiatan (1)

1. Persiapan
 Pertemuan/Sosialisasi tingkat Provinsi
 Pertemuan/Sosialisasi tingkat Kabupaten Kota
 Koordinator kegiatan imunisasi di kelurahan
 LS/LP terkait
 Out put: Microplanning, Pemetaan sasaran, kebutuhan sumber daya
 Pertemuan/Sosialisasi tingkat Kelurahan:
 Lurah, PKK, Perkumpulan Wirid,Toga, Toma, Babinsa, Kapolsek, dll
 Petugas imunisasi
 Out put: Microplanning, Pemetaan sasaran, kebutuhan sumber daya
 Pendistribusian Vaksin  disesuaikan dengan mekanisme yang ada
 Propinsi  Kab/Kota
 Kab/Kota Puskesmas
 KIE
Kegiatan (2)
Penyusunan mikroplaning :
Perhitungan jumlah sasaran 0-59 bulan
Biaya operasional & logistik
Pemetaan sumber daya (nakes, kader, pos pelayanan, peralatan
coldchain)
Jadwal pengambilan/distribusi vaksin dan media KIE ke pos
pelayanan
Jadwal & lokasi pelayanan
Jadwal supervisi, dan pelaporan
Rencana penanganan KIPI
Rencana mobilisasi
Rencana sosialisasi, koordinasi LS/LP dan pelatihan
KEBERHASILAN KEGIATAN DI MULAI DARI PERENCANAAN
YANG MATANG  MICROPLANNING
Kegiatan (3)
2. Pelaksanaan:
Hari “H”:
Perhitungan kebutuhan jumlah vaksin, petugas, kader , dan
supervisor yang diperlukan untuk sejumlah pos pada hari
pelaksanaan
Sweeping:
Perhitungan kebutuhan vaksin, petugas, kader dan supervisor

3. Pemantauan/Monitoring:
Monitoring dilakukan dengan mengambil sampel :
25% kab/kota dan 30% puskemas
Out put: keyakinan bahwa SEMUA BALITA
SUDAH MENDAPATKAN IMUNISASI
TAMBAHAN
Kegiatan (4)

4. Evaluasi
Penyelesaian Laporan
Dokumentasi
Penyelesaian Pertanggungjawaban keuangan
Evaluasi  pertemuan di Propinsi
peserta: prop, kab/kota
B. Pelaksanaan Penggantian
tOPV menjadi bOPV
TIMELINE
JANUARI- AGUST- OKT 2015- 4 APRIL 5-30 APRIL
JULI 2015
MEI 2016
SEPT 2015 MARET 2016 2016 2016

PENARIKAN
PERENCA- PERENCA HARI PENG VALIDASI
PERSIAP- DAN
NAAN TK. NAAN TK. GANTIAN
NASIONAL
AN PEMUSNAH
DAERAH NASIONAL
AN tOPV
Penggantian tOPV menjadi bOPV

Dilaksanakan secara bersamaan di 156 negara pengguna OPV pada


bulan April 2016
Dilaksanakan dalam program imunisasi rutin dan kegiatan
imunisasi tambahan (SIAs)
 Produsen vaksin tidak akan mensuplai vaksin tOPV sesudah hari
penggantian

Kenapa dilaksanakan pada bulan April 2016?


 Karena secara epidemiologi pada bulan April transmisi virus polio rendah di
negara endemis polio atau negara yang baru saja terjadi kasus polio

Apakah suatu negara dapat melakukan penggantian sebelum


bulan April 2016?
 Tidak, penggantian tOPV menjadi bOPV tidak direkomendasikan sebelum bulan
April 2016
30
Keseimbangan stok tOPV

Meminimalisir
jumlah tOPV
yang tersisa
untuk
dimusnahkan
setelah hari
penggantian

Memastikan
suplai tOPV
cukup sampai
sebelum hari
penggantian
Prinsip Pelaksanaan
Penggantian tOPV menjadi bOPV

Introduksi bOPV pada 4 April 2016


Menarik tOPV dari semua titik penyimpanan dan
pelayanan imunisasi sesudah tanggal 4 April 2016
Meminimalisir jumlah pemusnahan vaksin tOPV
Memastikan semua anak diimunisasi (hindari kekosongan
vaksin tOPV sebelum hari penggantian dan kekosongan
bOPV sesudah hari penggantian)
Memvalidasi bahwa di semua kabupaten/kota tidak
ditemukan lagi vaksin tOPV (tidak tersedia di fasilitas
penyimpanan dan pelayanan)
32
Pedoman Permintaan dan Distribusi Vaksin
tOPV

 Mereview semua permintaan kebutuhan dan jadwal


pengiriman tOPV
 Inventarisasi stok tOPV bulan Agustus dan Desember 2015

 Memastikan bahwa permintaan kebutuhan vaksin


tOPV cukup untuk memenuhi kebutuhan imunisasi
rutin sampai 3 April 2016
 Mengacu pada hasil inventarisasi stok vaksin tOPV 2015

 Rencana menghabiskan stok vaksin tOPV sebelum 4


April 2016 di semua tingkat, dan menyisakan vaksin
sesuai kebutuhan sampai tanggal 3 April 2016
33
Komponen Penggantian tOPV
menjadi bOPV
Minimalisir Memastikan Memastikan
Minimalisir waktu vaksin bahwa bahwa tOPV
Memastikan
kelebihan tOPV & bOPV tOPV tidak ditarik dari
Memusnahkan semua
vaksin dan disimpan digunakan semua
semua tOPV tahapan
mencegah bersamaan di lagi sesudah penyimpanan
secara aman rencana
kekosongan dalam cold hari dan
dilakukan
vaksin chain penggantia pelayanan
n

Suplai Suplai bOPV Pelatihan


Manajemen
tOPV & Monitoring Validasi
Limbah
Komunikasi
- Permintaan
- Inventarisasi - Pemilihan
- Rencana - Waktu - Kunjungan ke
stok lokasi
penyimpanan pemusnahan - Proses tempat
- Permintaan dalam Cold
- Penyimpana pelayanan atau
Monitoring
chain - Metode - Pemusnahan penyimpanan
- Distribusi - Pelaporan
pemusnahan tOPV
vaksin - Monitoring
vaksin
KALENDER PERENCANAAN
PENGGANTIAN tOPV
MENJADI bOPV (1)
Januari s.d September 2015 (Tingkat Nasional)

Koordinasi dengan produsen vaksin nasional (PT. Biofarma)


dan BPOM terkait kesiapan produksi bOPV dan proses izin
edar bOPV
Menetapkan Tim Sertifikasi Nasional (TSN) Eradikasi Polio
sebagai tim validasi nasional pelaksanaan penggantian tOPV ke
bOPV
Membentuk Kelompok Kerja (POKJA) Pelaksanaan PIN Polio,
Penggantian tOPV menjadi bOPV dan Introduksi IPV di tingkat
nasional
Melakukan analisis situasi
KALENDER PERENCANAAN
PENGGANTIAN tOPV
MENJADI bOPV (2)
Januari s.d September 2015 (Tingkat Nasional)

Menetapkan tanggal 4 April 2016 sebagai Hari


Penggantian tOPV menjadi bOPV Nasional
Menyusun anggaran
Menyusun draft Dokumen Rencana Pelaksanaan
Penggantian Nasional (finalisasi pada September
2015)
Finalisasi draft pedoman teknis, modul pelatihan dan
buku saku pelaksanaan penggantian
KALENDER PERENCANAAN
PENGGANTIAN tOPV
MENJADI bOPV (3)
Agustus s.d September 2015 (Tingkat Daerah)

Membentuk Kelompok Kerja (POKJA) Pelaksanaan


PIN Polio, Penggantian tOPV menjadi bOPV dan
Introduksi IPV di tingkat provinsi dan
kabupaten/kota
Melakukan analisis situasi
Menyusun rencana kegiatan persiapan dan
pelaksanaan penggantian (finalisasi September 2015)
Menyusun anggaran
KALENDER PELAKSANAAN
PENGGANTIAN tOPV
MENJADI bOPV (4)
Agustus s.d September 2015 (Tingkat Daerah)

Identifikasi semua fasilitas pelayanan imunisasi baik


pemerintah maupun swasta yang menyimpan stok
vaksin tOPV
Melakukan inventarisasi stok tOPV tahap I di seluruh
gudang penyimpanan vaksin dan seluruh fasilitas
pelayanan imunisasi baik pemerintah maupun swasta
(dapat juga dilakukan dengan berkoordinasi dengan
distributor PT. Biofarma yang ada di provinsi)
Sosialisasi dan pelatihan secara berjenjang
MEMBENTUK KELOMPOK KERJA (POKJA)

Kelompok Kerja (POKJA) bertugas untuk merencanakan, mengelola, dan


memantau seluruh kegiatan dalam rangka pelaksanaan penggantian tOPV
ke bOPV.

Pokja ini beranggotakan perwakilan dari LP dan LS terkait serta organisasi


profesi yang dibagi ke dalam lima bidang yaitu bidang perencanaan,
logistik, pelaksanaan, komunikasi serta monitoring dan evaluasi.

POKJA ini bertanggung jawab tidak hanya untuk kegiatan penggantian


tOPV menjadi bOPV namun juga untuk kegiatan Pekan Imunisasi
Nasional (PIN) Polio dan Introduksi Inactivated Polio Vaccine (IPV).

Pihak-pihak yang memiliki wewenang dalam bidang pembiayaan,


pengadaan, peraturan, dan hukum di luar Kementerian Kesehatan
maupun Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota harus dilibatkan
dalam tim ini mengingat vaksin merupakan Barang Milik Negara
BIDANG DALAM POKJA

1. Bidang Perencanaa

2. Bidang Logistik

3. Bidang Pelaksanaan

4. Bidang Komunikasi

5. Bdang Monitoring dan Evaluasi


TUGAS
TUGAS DAN
DAN WEWENANG
WEWENANG POKJA
POKJA

BIDANG PERENCANAAN

Melakukan analisis situasi meliputi sasaran, tenaga, sarana-prasarana


yang dibutuhkan dan kondisi geografis
Menyusun rencana anggaran pelaksanaan PIN Polio, penggantian
tOPV menjadi bOPV dan introduksi IPV
Menyusun rencana dan jadwal kegiatan pelaksanaan PIN Polio,
penggantian tOPV menjadi bOPV dan introduksi IPV
Melakukan identifikasi dan penilaian terhadap seluruh gudang
penyimpanan vaksin dan fasilitas pelayanan imunisasi baik pemerintah
maupun swasta
Melakukan koordinasi dalam mengidentifikasi kapasitas manajemen
pengelolaan limbah medis
Memberikan informasi berkala terkait perencanaan kepada Sekretariat
POKJA
Melakukan bimbingan teknis dan koordinasi dengan bidang
perencanaan POKJA di tingkat bawahnya
TUGAS
TUGAS DAN
DAN WEWENANG
WEWENANG POKJA
POKJA

BIDANG LOGISTIK

Melakukan koordinasi dengan produsen vaksin nasional (PT.


Biofarma) dan BPOM terkait kesiapan produksi bOPV dan IPV
serta proses izin edar bOPV dan IPV (oleh POKJA tingkat nasional)
Memantau proses inventarisasi stok tOPV baik di fasilitas
kesehatan pemerintah maupun swasta dan usulan permintaan
bOPV
Memantau proses pengadaan dan distribusi bOPV dan IPV
Memberikan informasi berkala terkait logistik kepada Sekretariat
POKJA
Melakukan bimbingan teknis dan koordinasi dengan bidang
logistik POKJA di tingkat bawahnya
TUGAS
TUGAS DAN
DAN WEWENANG
WEWENANG POKJA
POKJA

BIDANG PELAKSANAAN

Melaksanakan kegiatan advokasi dan sosialisasi pelaksanaan


PIN Polio, penggantian tOPV menjadi bOPV dan introduksi
IPV
Melaksanakan kegiatan pelatihan pelaksanaan PIN Polio,
penggantian tOPV menjadi bOPV dan introduksi IPV
Melakukan koordinasi dan kerja sama dengan lintas program
dan lintas sektor
Melakukan pemantauan proses persiapan pelaksanaan PIN
Polio, penggantian tOPV menjadi bOPV dan introduksi IPV
Memberikan informasi berkala terkait pelaksanaan kegiatan
kepada Sekretariat POKJA
Melakukan bimbingan teknis dan koordinasi dengan bidang
pelaksanaan POKJA di tingkat bawahnya
TUGAS
TUGAS DAN
DAN WEWENANG
WEWENANG POKJA
POKJA

BIDANG KOMUNIKASI

Menyusun dan mengkaji materi Komunikasi


Informasi dan Edukasi (KIE) PIN Polio dan
introduksi IPV
Melakukan koordinasi dan kerja sama dengan media
dalam rangka publikasi kegiatan PIN Polio dan
introduksi IPV
Melakukan dokumentasi kegiatan
Melakukan bimbingan teknis dan koordinasi dengan
bidang komunikasi POKJA di tingkat bawahnya
TUGAS
TUGAS DAN
DAN WEWENANG
WEWENANG POKJA
POKJA

BIDANG MONITORING DAN


EVALUASI

Melakukan pemantauan proses penggantian tOPV menjadi bOPV


dari mulai perencanaan sampai pelaksanaan
Memantau proses penarikan dan pemusnahan tOPV serta
memastikan tidak ada lagi tOPV yang disimpan di dalam cold chain
dan digunakan dalam pelayanan imunisasi sesudah “hari
penggantian”
Mengumpulkan data hasil kegiatan PIN Polio, penggantian tOPV
menjadi bOPV dan introduksi IPV
Melakukan penilaian cepat hasil pelaksanaan PIN Polio,
penggantian tOPV menjadi bOPV dan introduksi IPV
Memberikan informasi berkala terkait kegiatan monitoring dan
evaluasi kepada Sekretariat POKJA

Melakukan bimbingan teknis dan koordinasi dengan bidang


monitoring dan evaluasi POKJA di tingkat bawahnya
MELAKUKAN ANALISIS SITUASI (1)

Hal-hal yang dapat digunakan untuk melakukan analisis situasi:

1. Suplai dan distribusi tOPV

Stock tOPV; frekuensi distribusi tOPV

2. Persediaan tOPV di fasilitas pelayanan kesehatan swasta

Fasyankes yang memiliki stock tOPV; distribusi ke fasyankes; Persentase


distribusi ke fasyankes swasta; Sumber suplai tOPVuntuk yankes swasta;
strategi untuk melibatkan sektor swasta untuk berpartisipasi dalam
pelaksanaan penggantian.

3.Komunikasi

Faktor-faktor yang menghambat dan mempermudah komunikasi dengan


stakeholder
MELAKUKAN ANALISIS SITUASI (2)

4. Manajemen limbah

Penentuan lokasi dan gagaimana proses pemusnahan vaksin

5. Identifikasi pakar/ahli

Pengalaman dari pakar/ahli dalam pelaksanaan penggantian


atau proses penarikan vaksin

6. Pembiayaan

Biaya tambahan yang dibutuhkan , termasuk pengadaan


vaksin bOPV untuk imunisasi rutin, logistik, dan biaya
operasional penggantian, pemusnahan vaksin, dll
MELAKUKAN ANALISIS SITUASI (3)

Kelompok Kerja (POKJA) bertugas untuk merencanakan,


mengelola, dan memantau seluruh kegiatan

Pokja ini beranggotakan perwakilan dari LP dan LS terkait serta


organisasi profesi , organisasi agama, organisasi sosial lainnya

POKJA ini bertanggung jawab tidak hanya untuk kegiatan


penggantian tOPV menjadi bOPV namun juga untuk kegiatan
Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio dan Introduksi Inactivated
Polio Vaccine (IPV).

Pihak-pihak yang memiliki wewenang dalam bidang


pembiayaan, pengadaan, peraturan, dan hukum di luar
Kemenkes maupun Dinkes Provinsi dan Kab/Kota harus
dilibatkan  vaksin merupakan Barang Milik Negara
MANAJEMEN VAKSIN

Memperkecil jumlah vaksin tOPV yang terbuang (wastage)

Setiap tingkat administrasi termasuk pelayanan swasta, bertanggung


jawab dalam upaya memperkecil jumlah vaksin tOPV yang tersisa
setelah 4 April 2016.

Vaksin tOPV yang tersisa berisiko untuk digunakan kembali, dan


butuh biaya untuk pemusnahan.

Untuk memperkecil jumlah vaksin tOPV yang tersisa, perlu dilakukan


inventarisasi stok tOPV di setiap tingkat administrasi termasuk
pelayanan swasta, minimal dua kali sebelum dilaksanakannya
penggantian

Menggunakan data inventarisasi tersebut dalam perencanaan dan


distribusi vaksin.
Mendistribusikan bOPV Sampai ke Tingkat
Pelayanan (1)

 Paling lambat 1 minggu sebelum penggantian, pastikan


bOPV sudah terdistribusi ke semua puskesmas.
 Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam distribusi
vaksin bOPV sebagai berikut :
- Distribusi vaksin bOPV ke Provinsi dan Kabupaten/Kota
dilakukan sejak bulan Januari s.d Maret 2016
- Distribusi vaksin bOPV dari Provinsi ke Kabupaten/Kota
dapat dilakukan melalui mekanisme yang ada
Mendistribusikan bOPV Sampai ke Tingkat
Pelayanan (2)

Vaksin bOPV dari Kabupaten/Kota ke puskesmas diantar oleh petugas


Kabupaten/Kota :
 Menyimpan vaksin bOPV ke dalam penyimpanan (cold chain)
 Menarik sisa vaksin tOPV yang masih utuh dengan menyisakan stok untuk kebutuhan
sampai dengan tanggal 3 April 2016
 Memisahkan vaksin tOPV yang disisakan dari vaksin bOPV dengan memberikan
tanda/label khusus untuk menghindari tertukarnya penggunaan tOPV dan bOPV
sebelum hari penggantian

 penarikan dari UPS dilaksanakan oleh puskesmas atau kabupaten/kota dan langsung
menggantikan vaksin tOPV yang ditarik dengan bOPV

Bila tidak memungkinkan vaksin bOPV diantar oleh petugas kabupaten/kota, maka
petugas puskesmas mengambil vaksin bOPV dengan membawa sisa vaksin tOPV baik sisa
vaksin rutin maupun sisa vaksin PIN Polio dengan melakukan hal-hal yang sama seperti
di atas
Petugas puskesmas dan kabupaten/kota mengisi format pencatatan penarikan tOPV dan
pendistribusian bOPV
Distribusi bOPV & Penarikan tOPV

Pusat (Biofarma) Provinsi Kabupaten/Kota

Faskes Swasta

Puskesmas
Faskes Swasta
Distribusi Vaksin bOPV
Penarikan Vaksin tOPV
Faskes Swasta Faskes Swasta
Formulir Penarikan tOPV dan
Pendistribusian bOPV
Melaksanakan Hari Penggantian
Nasional

Pada tanggal 4 April 2016 :


penggunaan tOPV dihentikan dan
seluruh vaksin tOPV harus dikeluarkan
dari penyimpanan (cold chain)
bOV mulai diberikan di seluruh fasilitas
pelayanan imunisasi.
Penarikan dan pemusnahan
tOPV
 Sisa vaksin tOPV yang masih utuh ditarik bersamaan dengan
pendistribusian bOPV dengan menyisakan stok untuk kebutuhan
sampai dengan tanggal 3 April 2016.
 Apabila masih terdapat sisa vaksin tOPV yang utuh setelah tanggal
3 April 2016 :
 Vaksin dikeluarkan dari coldchain, diinventarisasi, dimasukkan ke dalam
wadah dan ditandai “untuk dimusnahkan”
 dibawa ke kabupaten/kota untuk dimusnahkan sesuai dengan prosedur
yang direkomendasikan

 Sisa vaksin tOPV yang telah terbuka dimusnahkan sesuai dengan


prosedur pemusnahan rutin.
 Membuat Berita Acara Pemusnahan dan dokumentasinya
Monitoring Hasil (1)

Tujuan memantau penarikan dan pemusnahan


tOPV di lapangan
Penanggungja POKJA nasional, provins,i dan
wab kabupaten/kota
Indikator Tidak ditemukan tOPV di tempat
penyimpanan dan pelayanan tertentu

Pelaporan Pelaporan dilakukan secara berjenjang


sampai ke tingkat nasional setiap hari
Monitoring Hasil (2)
 Monitor internal anggota bidang monev POKJA

 Monitor eksternal direkrut oleh WHO

 Melakukan pemilihan wilayah untuk memvalidasi penarikan dan


pemusnahan tOPV

 Memastikan tidak ada lagi tOPV yang disimpan dan digunakan


serta seluruh tOPV sudah dimusnahkan

 Melaporkan hasil monitoring kepada Tim Validasi Nasional


(Komite Nasional Eradikasi Polio)

Menggunakan checklist Monitoring Penarikan dan


Pemusnahan tOPV
57 5/25/19
Monitoring Hasil (3)

Anggota bidang monitoring dan evaluasi POKJA di


Kabupaten/Kota membuat micro-planning yang terdiri dari:
 Pemilihan lokasi: Jumlah fasilitas yang dikunjungi tergantung
prioritas. Prinsipnya kunjungan harus dilakukan pada gudang
dengan jumlah penyimpanan tOPV yang besar.
 Jadwal kunjungan ke lokasi

 Pelaporan: anggota bidang monitoring dan evaluasi POKJA


Kabupaten/Kota melaporkan hasil monitoring penarikan dan
pemusnahan tOPV setiap hari secara berjenjang sampai ke
tingkat nasional
Validasi proses penggantian

Mulai tanggal 5 – 30 April 2016, Tim Monev Pokja Nasional, Provinsi


dan Kab/Kota dan Tim monitoring eksternal akan melakukan
kunjungan ke tempat penyimpanan vaksin di Kab/Kota dan tempat
pelayanan imunisasi terpilih secara acak untuk memastikan tidak ada
vaksin tOPV disimpan dan digunakan di tempat-tempat tersebut

Indikator: tidak ditemukan vaksin tOPV di tempat penyimpanan dan


tempat pelayanan imunisasi

Pelaporan: Tim Monev POKJA serta tim monitor eksternal melakukan


pelaporan secara berjenjang kepada Tim Sertifikasi Nasional (TSN)
Eradikasi Polio
VALIDASI NASIONAL

Pada minggu pertama bulan Mei 2016, Tim


Sertifikasi Nasional (TSN) Eradikasi Polio akan :
 Mengkaji data dan laporan dari Tim Monev Pokja dan
Tim Monitor Eksternal
 Melakukan validasi pelaksanaan penggantian tOPV ke
bOPV
 Tindakan korektif: membuat rekomendasi rencana tindak
lanjut untuk mengatasi apabila masih terdapat sisa vaksin
tOPV di lapangan
 Melaporkan hasil validasi kepada Komite Sertifikasi
Regional
Kenapa PENGGANTIAN tOPV
menjadi bOPV HARUS DIMONITOR?
Hasil monitoring yang berkualitas akan menentukan valid
tidaknya penggantian tOPV menjadi bOPV dan penarikan
vaksin tOPV
Untuk mengidentifikasi masalah dan hambatan
pelaksanaan penggantian tOPV menjadi bOPV (misalnya,
tOPV masih ditemukan dan belum dimusnahkan, bOPV
belum dipakai), dan memberikan tindak lanjut
pemecahan masalah

61
KAPAN DILAKUKAN
monitoring?
 Monitoring dimulai 5 April 2016 sampai akhir April 2016

 Sebelum hari penggantian (4 April 2016):


 Tim monitoring dan evaluasi internal dan eksternal harus dilatih
 Lokasi tempat penyimpanan dan pelayanan yang akan dikunjungi harus
ditentukan

4 April 2016
5 – 30 April 2016 Mei 2016
Hari
penggantian Penarikan dan Pemusnahan tOPV Validasi

Pengumpulan
Monitoring Pelaporan Validasi
Data

62
Hal-hal yang perlu dimonitor
Tempat penyimpanan vaksin di semua tingkat administrasi

Tempat pelayanan imunisasi

Tempat pemusnahan vaksin

Pusat
Gudang Penyimpanan Vaksin Nasional
Gudang 1

Provinsi Provisi
Gudang Penyimpanan Provinsi
Gudang 1 Gudang 2

Kabupaten Kabupaten Kabupaten


Gudang Penyimpanan1 Kabupaten/Kota
2 3

Puskesmas Puskesmas Puskesmas


Puskesmas/Tempat
1 pelayanan
2 imunisasi 3
63
SIAPA YANG MELAKUKAN
MONITORING ?
Pokja Tingkat Nasional, Provinsi, dan Kab/Kota
 Menentukan jumlah tenaga anggota bidang monitoring dan evaluasi
dan anggaran yang dibutuhkan;
 Membuat perencanaan, manajemen dan monitoring semua rangkaian
kegiatan pelaksanaan penggantian tOPV menjadi bOPV;
 Memilih tempat-tempat penyimpanan dan pelayanan yang akan
dikunjungi;
 Melaksanakan tindak lanjut secara teknis apabila ditemukan jumlah
vaksin tOPV berlebih di lapangan dan jika bOPV tidak tersedia.

Tim Monitor Eksternal: merupakan tim independen di


luar Pokja 64
SIAPA YANG MELAKUKAN VALIDASI

Tim Sertifikasi Nasional (TSN) Eradikasi Nasional: tim


independen (bukan pegawai Kemkes dan tidak berada
dalam Pokja) yang berwenang untuk menentukan
validasi penggantian tOPV menjadi bOPV

65
BAGAIMANA MELAKSANAKAN
MONITORING dan VALIDASI ?
Mengisi formulir yang tersedia tentang penyimpanan
vaksin, penarikan vaksin dan pemusnahan vaksin
Melaporkan setiap hari mengenai hasil yang
didapatkan secara berjenjang sampai kepada TSN;
Melakukan data cleaning dan mengkompilasi data;
Menyusun laporan.

66
Rencana (Nasional) Introduksi
IPV
• Introduksi IPV dilaksanakan bulan Juli 2016
• Jadwal pemberian: usia 4 bulan bersamaan 
dengan DPT­HB­Hib dan OPV
• Jumlah pemberian : 1 dosis
• Vaksin IPV kemasan 5 dosis per vial
• Vaksin IPV tidak menggantikan vaksin OPV
PENYESUAIAN JADWAL IMUNISASI
DASAR SETELAH INTRODUKSI IPV

PELAYANAN DALAM PELAYANAN LUAR


GEDUNG GEDUNG
UMUR UMUR
ANTIGEN ANTIGEN
(BULAN) (BULAN)
0 HB 0, BCG, OPV1 0 HB 0
1 BCG, OPV1
2 DPT-HB-Hib1, OPV2 2 DPT-HB-Hib1, OPV2
3 DPT-HB-Hib2, OPV3 3 DPT-HB-Hib2, OPV3
4 DPT-HB-Hib3, OPV4, 4 DPT-HB-Hib3, OPV4,
IPV IPV
PEMBERIAN IPV

Suntikan, intramuskular
(IM), 0.5 ml
Bersamaan dengan
pemberian DPT-HB-Hib
dan OPV
 IPV : paha kiri
 Pentavalent (DPT-HB-Hib) :
paha kanan
Penggunaan Vaksin yang
Sudah Dibuka
 Hanya berlaku untuk pelayanan statis (dalam gedung) 
vaksin IPV yang sudah dibuka masih dapat digunakan
selama 4 minggu dengan syarat sbb:
 Vaksin tersimpan dalam suhu 20 C s.d 80 C
 VVM pada status A atau B
 Tertulis tanggal vaksin dibuka pada vial vaksin
 Tidak melewati masa kadaluarsa
 Vial vaksin tidak terendam air atau beku
 Semua dosis diambil secara aseptis

 Untuk pelayanan luar gedung (posyandu)  vaksin yang


telah dibuka harus dibuang setelah pelayanan imunisasi
PENCATATAN DAN
PELAPORAN

Buku KIA sudah diperbaharui 


penambahan kolom pencatatan
imunisasi IPV
Format kohort/register imunisasi
sudah diperbaharui
Jumlah dosis dan vial vaksin IPV yang
digunakan harus dicatat
Penyediaan & Dukungan
Pelaksanaan Program
Pusat

 Penyediaan anggaran melalui dana dekonsentrasi


untuk alokasi :
 Sosialisasi dan advokasi secara berjenjang
 Pelatihan secara berjenjang
 Monitoring dan pemantauan

 Penyediaan vaksin dan logistik pendukung

 Dana BOK
Daerah

 Penyediaan anggaran untuk alokasi :


 Penggandaan media KIE (PIN Polio, Introduksi
vaksin baru, Crash program campak)
 Distribusi vaksin
 Penyusunan rencana, persiapan, pelaksanaan, dan
pemusnahan penggantian vaksin tOPV ke bOPV
 Monitoring pelaksanaan

 Dana untuk operasional (diluar BOK)


KESIMPULAN

Hari Penggantian tOPV menjadi bOPV Nasional

4 April 2016
• Hentikan penggunaan vaksin tOPV, keluarkan
semua stok vaksin tOPV dari penyimpanan (cold
chain)
• Mulai tanggal 4 April 2016, hanya menggunakan
vaksin bOPV di seluruh fasilitas pelayanan
imunisasi
KESIMPULAN
Penarikan dan Pemusnahan tOPV  5 April s.d 30 April :
 Menarik semua sisa vaksin tOPV dari fasilitas pelayanan kesehatan
baik pemerintah maupun swasta dan dikirim ke Kabupaten/Kota

 Memastikan tidak ada lagi vaksin tOPV di dalam tempat penyimpanan

 Memusnahkan semua vaksin tOPV di Kabupaten/Kota

 Membuat Berita Acara Pemusnahan dan dokumentasinya

 Melakukan monitoring penarikan dan pemusnahan tOPV pada


beberapa lokasi terpilih

 Tim monitoring dan evaluasi POKJA serta tim monitor eksternal


melakukan pelaporan secara berjenjang kepada Tim Sertifikasi
Nasional Eradikasi Polio
HAMBATAN YANG MUNGKIN
DITEMUI

• Ketersediaan dana atau anggaran yang terbatas


• Kesulitan pemilihan tempat penyimpanan dan
pelayanan yang akan dikunjungi (terkait kondisi
geografis)
• Masalah transportasi dan komunikasi
• Keterlambatan pengiriman laporan
• Penilaian yang kurang baik (tidak obyektif)
77
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai