Anda di halaman 1dari 16

CEDERA KEPALA

Shenaquita Ivandra
2013730100
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf
RS ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH
PENDAHULUAN

• Cedera kepala atau yang disebut dengan trauma kapitis adalah ruda paksa tumpul /
tajam pada kepala atau wajah yang berakibat disfungsi cerebral sementara.
• Penyebab kematian dan kecacatan utama pada usia produktif
• Pembagian : simple head injury, commutio cerebri, contusion cerebri, laseratio
cerebri, basis cranii fracture.
Definisi

trauma mekanik pada kepala yang terjadi baik secara langsung atau tidak langsung
yang kemudian dapat berakibat pada gangguan fungsi neurologis, fungsi fisik,
kognitif, psikososial, yang dapat bersifat temporer ataupun permanent.

suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital ataupun degeneratif, tetapi
disebabkan oleh serangan / benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau
mengubah kesadaran, sehingga menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan
fungsi fisik
`
ASPEK FISIOLOGIS CEDERA KEPALA

Tekanan Perfusi otak


TIK Hukum Monroe-Kellie
Perbandingan MAP dan
Normal +/- 10 mmHg Vic = V br+ V csf + V bl
TIK. Buruk jia < 70 mmHg

Aliran darah otak (ADO)


normal kira-kira 50
ml/100 gr
PATOFISIOLOGI CEDERA KEPALA

tahap lanjutan dari


kerusakan otak primer,
berupa perdarahan,
edema otak, kerusakan
neuron berkelanjutan,
1. akibat langsung iskemia, peningkatan
dari suatu ruda tekanan intrakranial dan
paksa perubahan neurokimiawi
2. Coup dan
countercoup
KLASIFIKASI CEDERA KEPALA

Mekanisme cedera kepala Beratnya cedera


• Cedera kepala tumpul • 1. Nilai GCS sama atau kurang dari 8
didefenisikan sebagai cedera kepala
• Cedera kepala tembus
berat.
• 2. Cedera kepala sedang memiliki nilai
GCS 9-13
• 3. Cedera kepala ringan dengan nilai
GCS 14-15.
MORFOLOGI CEDERA

Fraktur cranium Lesi Intrakranial


• Pada atap atau dasar tengkorak • EDH
• Tanda – tanda jelas : kimosis periorbital • SDH (akut, kronik)
(raccoon eye sign), ekimosis
• Kontusi dan hematoma intraserebral
retroauikular (battle sign), kebocoran
CSS(Rhinorrhea, otorrhea) dan paresis • Cedera difus
nervus fasialis
Fraktur maxilofacial
• Faktur maxilaris
• Fraktur mandibula
• Fraktur gigi
• Fraktur os nasal
• Fraktur os orbita
PEMERIKSAAN PENUNJANG

CT-Scan (dengan atau


Foto polos kepala
tanpa kontras)

MRI, Cerebral Angiography, Serial EEG, X-Ray,


BAER, PET, CSF, Lumbal Punksi, ABGs, Kadar
Elektrolit, Screen Toxicologi
memantau sedini mungkin dan mencegah cedera
PENATALAKSANAAN kepala sekunder serta memperbaiki keadaan
umum

Primer Sekunder
• airway, breathing, circulation, disability, • Cairan intravena, hiperventilasi,
dan exposure pemberian manitol, steroid, furosemid,
barbitirat dan antikonvulsan

OPERATIF
volume masa hematom mencapai lebih dari 40 ml di daerah supratentorial atau lebih
dari 20 cc di daerah infratentorial
kondisi pasien yang semula sadar semakin memburuk secara klinis
tanda fokal neurologis semakin berat
terjadi gejala sakit kepala, mual, dan muntah yang semakin hebat
pendorongan garis tengah sampai lebih dari 3 mm
terjadi kenaikan tekanan intrakranial lebih dari 25 mmHg.
terjadi penambahan ukuran hematom pada pemeriksaan ulang CT scan
terjadi gejala akan terjadi herniasi otak
terjadi kompresi / obliterasi sisterna basalis
PROGNOSA

• anak-anak biasanya memiliki daya pemulihan yang baik. Penderita yang berusia
lanjut biasanya mempunyai kemungkinan yang lebih rendah untuk pemulihan dari
cedera kepala
KESIMPULAN

• Cedera kepala bisa menyebabkan kematian tetapi juga penderita bisa mengalami
penyembuhan total
• Aspek-aspek terjadinya cedera kepala dikelompokan menjadi beberapa klasifikasi yaitu
berdasarkan mekanisme cedera kepala, beratnya cedera kepala, dan morfologinya.
• Kerusakan otak sering kali menyebabkan kelainan fungsi yang menetap, yang bervariasi
tergantung kepada kerusakan yang terjadi, apakah terbatas (terlokalisir) atau lebih
menyebar (difus). Kelainan fungsi yang terjadi juga tergantung kepada bagian otak mana
yang terkena
• Gejala yang terlokalisir bisa berupa perubahan dalam gerakan, sensasi, berbicara,
penglihatan dan pendengaran. Kelainan fungsi otak yang difus bisa mempengaruhi
ingatan dan pola tidur penderita, dan bisa menyebabkan kebingungan dan koma.
DAFTAR PUSTAKA

• Alfa AY. Penatalaksanaan Medis (Non-Bedah) Cedera Kepala. In: Basuki A, Dian S.Kegawatdaruratan Neurologi. 2 nd Ed. Bandung: Departemen/UPF Ilmu
Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran UNPAD. 2009. p61-74.

• Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). Trauma Kapitis. In: Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis dan Trauma Spinal.
Jakarta: PERDOSSI Bagian Neurologi FKUI/RSCM. 2006. p1-18.

• Japardi I. Cedera Kepala: Memahami Aspek-aspek Penting dalam Pengelolaan Penderita Cedera Kepala. Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer. 2004. p1- 154.

• Wilson LM, Hartwig MS. Anatomi dan Fisiologi Sistem Saraf. In: Price SA. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. 6th Ed. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2006. p1006-1042

• Ginsberg L. Bedah Saraf: Cedera Kepala dan Tumor Otak. In: Lecture Notes: Neurologi. 8th Ed. Jakarta: Penerbit Erlangga. 2007. p114-117

• RSUP Nasional Dr.Cipto Mangunkusumo. Komosio Cerebri, CKR, CKS, CKB. In: Panduan Pelayanan Medis Departemen Neurologi. Pusat Penerbitan Bagian
Neurologi FKUI/RSCM. 2007. p51-58

• Mayo Clinic. Traumatic brain injury. Available at: http://www.mayoclinic.com/health/traumatic-brain-injury/DS00552.

• Lombardo MC. Cedera Sistem Saraf Pusat. In: In: Price SA. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. 6th Ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC. 2006. p1067-1077

• Dewanto G, Suwono WJ, Riyanto B, Turana Y. Cedera Kepala. In: Panduan Praktis Diagnosis dan Tata Laksana Penyakit Saraf. 2009. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2006. p12-18

Anda mungkin juga menyukai