Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN

BATU SALURAN KEMIH

KELOMPOK 7
1. Ayu Ananda
2. Christina. M.
3. Dwi Ranindhita
4. Rahmatinisyah
Definisi Urolithiasis

Urolithiasis merupakan penyakit batu saluran


kemih. Urolithiasis merujuk pada adanya batu
dalam system perkemihan. Batu atau kalkuli
dibentuk didalam saluran kemih mulai dari
ginjal ke kandung kemih oleh kristalisasi dari
substansi ekskresi didalam urin. (Nursalam,
2006)
Klasifikasi Batu Berdasarkan Lokasinya

A. Batu Ginjal dan Batu Ureter


Batu ginjal terbentuk pada tubuli ginjal kemudian berada dikaliks
infudibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta
seluruh kaliks ginjal. Batu yang mengisi pielum dan lebih dari
dua kaliks ginjal memberikan gambaran menyerupai tanduk rusa
sehingga disebut batu staghorn. Kelainan atau obstruksi pada
system pelvikalis ginjal akan mempermudah timbulnya batu
saluran kemih. Selain itu, batu yang tidak terlalu besar didorong
oleh peristaltic otot-otot system pelvikalis dan turun ke ureter
menjadi batu ureter (Purnomo, 2011 ed.3).
Lanjutan

B. Batu Kandung Kemih


Batu kandung kemih sering terjadi pada pasien yang
mengalami gangguan miksi .Gangguan miksi terjadi pada
pasien dengan hyperplasia prostat, striktura uretra,
divertikal buli-buli atau buli-buli neurogenik. Selain itu, batu
kandung kemih juga bisa disebabkan oleh batu ginjal atau
batu ureter yang turun ke kandung kemih
C. Batu Uretra
Pada batu uretra biasanya terjadi karena batu ginjal, ureter
dan kandung kemih yang turun ke uretra. Keluhan yang biasa
di sampaikan pasien adalah miksi tiba-tiba berhenti sehingga
terjadi retensi urin yang mungkin sebelumnya didahului nyeri
pinggang.
Penatalaksanaan Urolithiasis

Tujuan penatalaksanaan ini adalah untuk menghilangkan batu,


mencegah kerusakan nefron, dan mengendalikan infeksi, serta
mengurangi obstruksi yang terjadi. Ada beberapa penatalaksanaan
yang dapat dilakukan diantaranya:

1. Terapi konservatif
2. Terapi non invasif
3. URS (Ureter Resection Cytoscopy/ Ureterorenoskopi)
4. Metode endurologi
Etiologi

Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan


gangguan aliran urin, gangguan metabolic, infeksi saluran kemih,
dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap
(idiopatik). Secara epidemologi terdapat beberapa factor yang
mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada seseorang.

Factor - faktor itu adalah factor intrinsic dan factor eksrinsic


(Purnomo,2011 ed.3)
a. Factor intrinsic b. Factor ekstrinsik
1. Herediter (keturunan) 1. Geografi
2. Umur 2. Iklim dan temperature
3. Jenis kelamin 3. Asupan air
4. Gangguan Metabolik 4. Diet
5. Pekerjaan
Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius bergantung


pada adanya obsrtuksi, infeksi, dan edema. Ketika batu menghambat
aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan peningkatan tekanan
hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal. Iritasi batu
yang terus-menerus dapat mengakibatkan terjadinya infeksi
(pielonefritis dan sistitis) yang sering disertai dengan keadaan
demam, menggigil dan disuria.

Manifestasi Klinis Batu di kandung kemih (Purnomo, 2011)


a. Nyeri kencing/disuria hingga stranguri
b. Perasaan tidak enak sewaktu kencing
c. Kencing tiba-tiba terhenti kemudian menjadi lancar kembali
dengan perubahan posisi tubuh
d.Nyeri pada saat miksi seringkali dirasakan pada ujung penis, skrotum,
perineum, pinggang, sampai kaki.
Pemriksaan Diagnostik

Menurut Umamy (2007) Pemeriksaan diagnostik yang bisa dilakukan


Untuk mengetahui adanya batu ureter (urolithiasis) adalah sebagai
berikut:
1. Uji Laboratorium
1). Analisa urin (Urinanalisis)
2). Tes darah lengkap (DL)
3). Analisa batu

2. Tes Radiologi
1). Foto polos abdomen (BOF, KUB)
2). CT-scan
3). Ultrasound ginjal (USG)
4). Sistoskopi
5). Uroflowmetry dan Urodinamik
ASUHAN KEPERAWATAN BATU
SALURAN KEMIH

1. PENGKAJIAN
A. ANAMNESIS
1. Data Demografi
2. Riwayat Kesehatan
A. Keluhan utama
Keluhan dari klien bergantung pada posisi atau letak batu, ukuran batu,
dan penyulit yang ada. Nyeri akibat adanya peningkatan
tekanan hidrostatik di daerah abdomen bagian bawah yakni berawal
dari area renal meluas secara anterior dan pada wanita ke bawah
mendekati kandung kemih sedangkan pada pria mendekat testis.

3. Riwayat Penyakit Sekarang


Klien awalnya mengeluhkan perubahan gangguan eliminasi urin yang dialami
(oliguria, disuria, hematuria). keparahan penyakit maka nyeri mulai dirasakan
dan nyeri ini bersifat progresif. Respon dari nyeri itu sendiri yakni munculnya
gangguan gastrointestinal, seperti keluhan anoreksia, mual, dan muntah yang
menimbulkan manfestasi penurunan asupan nutrisi umum.
4. Riwayat Penyakit Terdahulu
Adanya riwayat batu ginjal sebelumnya,riwayat hiperkalsemia ataupun hiperkalsiuria, dan
riwayat hipertensi yang bisa menjadi faktor penyulit pada kasus urolithiasis
5. Riwayat Penyakit Keluarga .
Keluarga pernah menderita urolithiasis, adanya riwayat ISK, riwayat hipertensi, riwayat kalkulus
dalam keluarga.
6. Riwayat Penggunaan Obat
Adanya riwayat pengunaan obat-obatan tinggi kalsium, antibiotik, opioda, antihipertensi,
natrium bikarbonat, alupurinol, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan kalsium dan vitamin.

B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Kepala dan leher: Kepala normal dan bentuk simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,
2. keterbatasan gerak leher
3. Mata: Mata normal
4. Hidung: Hidung normal, jalan nafas efektif, tidak menggunakan pernapasan cuping hidung.
5. Telinga: Fungsi pendengaran kien baik
6. Mulut dan gigi: mukosa bibir kering atau lembab, tidak ada peradangan pada mulut, mulut
dan lidah bersih.
7. Dada
a. Inspeksi: Dada klien simetris.
b. Palpasi: Dada klien simetris tidak ditemukan adanya benjolan.
c. Perkusi: Tidak ditemukan adanya penumpukan sekret, cairan atau darah di daerah
paru.
d. Auskultasi: Suara napas normal, dan terdengar suara jantung.

8. Abdomen
a. Inspeksi: Warna kulit, turgor kulit baik.
b. Auskultasi: Peristaltik usus 12x/menit
c. Palpasi: Adanya nyeri tekan pada abdomen kiri bawah
d. Perkusi

9. Genetalia: Hasil pengkajian keadaan umum dan fungsi genetalia tidak ditemukan
adanya
keluhan atau kelainan bentuk anatomi.
10. Pola Aktifitas : Perkejaan yang dilakukan monoton seperti sopir bus.
11. Pola Eliminasi : Riwayat adanya ISK Kronis atau obstruksi sebelumnya (kalkulus).
Terjadi penurunan haluaran urin yang ditandai dengan adanya rasa seperti
terbakar, oliguria, hematuria, piuria, perubahan pola berkemih.
12. Pola sirkulasi: Adanya peningkatan TD/nadi (nyeri, anseitas, gagal ginjal). Kulit hangat dan
kemerahan, pucat.
13. Pola intake makanan dan cairan : Klien mual dan muntah, nyeri tekan pada abdomen.
Diet rendah purin, kalsium oksalat, dan fosfat
14. Nyeri: Terjadi secara akut atau bisa juga terjadi nyeri kronik. Lokasi nyeri tergantung pada
lokasi batu, contoh pada panggul di region sudut kostovetebral (CVA) dan dapat
menyebar ke seluruh punggung, abdomen, dan turun ke lipat paha serta genitalia.

C. Pemeriksaan fisik dengan metode ROS


1. B1 (breathing)
Pola napas cepat dan dalam pada kussmaul menunjukkan adanya asidosis metabolik. Jika
memberat, edema paru bisa ditemukan menjadi penyakit paru uremik (edema paru
nonkardiogenik).
2. B2 ( Blood)
Gagal ginjal kronik bisa memicu gagal jantung kongestif. Sedangkan gagal ginjal terminal
dapat menimbulkan manifestasi anemia karena eritopoiesis.
3. B3 ( Brain )
Periksa adanya anemia dan ikterus (jarang ditemukan) sebagai akibat dari retensi nitrogen
yang menyebabkan hemolisis. Fetor uremikum (bau amoniak hasil pemecahan urea di
dalam saliva).
4. B4 ( Bladder)
a. Inspeksi
b. Auskultasi
c. Perkusi
d. Palpasi
5. B5 (Bowel)
Stomatitis dan bau amonia pada klien dengan masalah ginjal dapat menimbulkan
anoreksia yang berpotensi pada penurunan pemenuhan nutrisi tubuh. Selain itu,
ulkus mukosa mulut dan lambung dapat memperberat anoreksia lebih lagi.
6 . B6 ( Bone )
Kulit dapat kekuningan akibat gagal ginjal kronis atau abu-abu sampai merah tua
akibat desposisi zat besi pada klien yang melakukan transfusi darah multipel.
Sedangan kuku klien biasanya ada leukonikia karena hipoalbumin, yang ditandai
dengan proteinuria berat (>3,5 gr/24jam), kadar albumin serum rendah (<30 g/l) dan
edema karena kerusakan pada glomerulus.
NO DATA ETIOLOGI MK

1 DS: klien mengeluh nyeri pada Urolithiasis Nyeri Akut


pinggang (S) menjalar sampai meatus Obstruksi pada traktus
uretra urinarius.
DO: wajah klien meringis kesakitan.  Tekanan hidrostatik
P: nyeri timbul karena adanya meningkat.
distensi pada ureter Distensi pada ureter
Q: nyeri kolik proksimal.
R: pinggang (S) sampai meatus uretra Frekuensi kontraksi
S: skala nyeri 7 (dari 0-10) wajah ureter meningkat.
meringis kesakitan dan lutut menekuk Peningkatan tekanan
untuk menahan sakit pada dinding ureter.
T: nyeri hilang timbul dan nyeri Trauma.
hebat saat berkemih Terputusnya saraf.
Melepaskan reseptor
nyeri.
Nyeri
2 DS: klien mengatakan sulit Obstruksi pada traktus Retensi
BAK dan hanya keluar sedikit urinarius. Urin
serta sering BAK malam hari Penurunan reabsorbsi
DO: dan sekresi turbulensi
1. BAK output 1000 cc/hari ginjal.
berwarna kuning jernih dan Gangguan fungsi ginjal.
intake cairan 1500 cc/hari. Penurunan produksi
2. Distensi abdomen bagian urin
bawah (daerah simpisis) (tertahan di kandung
3. Disuria kemih)
4. Hesistensi
5. Retensi urin

3 DS : Suhu tubuh px meningkat Urolithiasis. Risiko


DO : Adanya batu di uretra. Infeksi
- Hematuria Batu terdorong oleh urin
- Px menggunakan alat bantu dan melukai uretra..
kateter Pemasangan alat bantu
kateter.
Hygiene kurang.
Infeksi

Anda mungkin juga menyukai