Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
MELLITUS
Komplikasi
Diabetes
Mellitus
Akut Kronik
KAD
Berkisar 4-8 kasus pada setiap 1000 pengidap diabetes
Angka kematian berkisar 0,5-7%
HHS
Data amerika, insiden sebesar 17.5 per 100.000 penduduk, lebih tinggi dari
KAD
Perempuan >>
Lebih sering ditemukan pada lanjut usia dg rata-rata onset pada dekade ketujuh
Mortalitas 10-20%
FAKTOR PENCETUS/RISIKO
KAD
Terseringnya adalah infeksi. Yg lainnya adalah menghentikan atau mengurangi pemberian
insulin, infark miokard, stroke akut, pankreatitis dan obat-obatan
HHS
Biasanya terjadi pada orangtua dg DM yang mempunyai penyakit penyerta yg
mengakibatkan menurunnya asupan makanan
Faktor pencetus dpt dibagi mjd 6 yaitu; infeksi (57,1%), pengobatan (21%), noncompliance,
DM tak terdiagnosis, penyalahgunaan obat, penyakit penyerta
GEJALA KLINIS KAD
Keluhan; poliuria, polidipsi, rasa lelah, kram otot, mual muntah dan nyeri perut.
Pada keadaan berat dapat ditemukan keadaan penurunan kesadaran hingga koma.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda-tanda dehidrasi, nafas kussmaul
jika asidosis berat, takikardia, hipotensi atau syok, flushing dan penurunan berat
badan.
Trias biokimiawi pada KAD adalah hiperglikemia, ketonemia &/ ketonuria,
serta asidosis metabolik dengan beragam derajat.
GEJALA KLINIS HHS
Keluhan pasien adalah; rasa lemah, gangguan penglihatan atau kaki kejang. Dapat
pula ditemukan keluhan mual muntah namun lebih jarang daripada KAD.
Pada px fisik ditemukan; tanda-tanda dehidrasi berat spt turgor yang buruk,
mukosa pipi yang kering, mata cekung, perabaan ekstremitas yang dingin dan
denyut nadi yg cepat dan lemah.
Perubahan status mental dapat berkisar dari disorientasi hingga koma. Derajat
gangguan neurologis yang timbul, berhubungan langsung dg osmolaritas efektif
serum.
Koma terjadi saat osmolaritas serum mencapai lebih dari 350mmoL/kg
LABORATORY FINDING (HARRISON)
LABORATORY FINDING (IPD UI)
DIAGNOSIS BANDING
KAD
Ketoasidosis harus dibedakan dg HHS walaupun pengelolaan hampir sama tetapi
prognosis nya berbeda. Pada HHS, hiperglikemia lebih berat dan dehidrasinya juga lebih
berat. Disertai dengan gangguan kesadaran tanpa ketoasidosis jg berat.
Ketoasidosis alkoholik
Ketosis starvasi
Asidosis metabolik
PENATALAKSANAAN KAD
1. Insulin
Merupakan farmakoterapi kausatif utama KAD. Pemberian biasanya scr insulin intravena
kontinu karena waktu paruhnya pendek dan mudah dititrasi
Dengan pemberian insulin intravena dosis rendah, diharapkan tjd penurunan glukosa
plasma dg kecepatan 50-100mg/dl setiap jam sampai glukosa turun ke sekitar 200mg/dl
Jika glukosa sudah berada di sekitar 150-200 maka pemberian infus dekstrose dianjurkan
utk mencegah hipoglikemia.
PENATALAKSANAAN KAD
2. Kalium
Jika saat masuk IGD kalium pasien normal atau rendah, maka sesungguhnya terdapat
defisiensi kalium yang berat di tubuh pasien shg butuh pemberian kalium yg adekuat,
karena terapi insulin akan menurunkan kalium lebih lanjut.
Monitor jantung perlu dilakukan u/ mencegah aritmia
u/ mencegah tjdnya hipokalemia maka pemberian sudah dimulai saat kadar kalium di
sekitar batas atas nilai normal
PENATALAKSANAAN KAD
3. Bikarbonat
Jika asidosis memang murni karena KAD maka koreksi bikarbonat tidak direkomendasikan
diberikan scr rutin, kecuali jika pH darah kurang dari 6.9
Efek buruk pada koreksi bikarbonat yg tidak pada tempatnya adalah meningkatnya risiko
hipokalemia, menurunnya asupan oksigen jaringan, edema serebri dan asidosis SSP
paradoksal
PENATALAKSANAAN KAD
4. Fosfat
Pada keadaan konsentrasi serum fosfat kurang dari 1mg/dl dan disertai dengan disfungsi
kardiak, anemia atau depresi nafas akibat kelemahan otot, maka koreksi fosfat menjadi
pertimbangan penting.
Fosfat turun setelah pemberian insulin, namun jika pemberian fosfat berlebih akan
mengakibatkan hiperkalsemia berat.
PENATALAKSANAAN HHS
Penatalaksanaan serupa dg KAD, hanya cairan yang diberikan adalah cairan hipotonis.
Pemantauan konsentrasi glukosa darah harus lebih ketat dan pemberian insulin harus lebih
cermat dan hati-hati
Respons penurunan konsentrasi glukosa darah lebih baik, walaupun demikian, angka
kematian lebih tinggi karena lebih banyak terjadi pada usia lanjut yang tentu saja lebih
banyak disertai kelainan organ-organ lainnya.
Penatalaksanaan HHS meliputi 5 pendekatan, yaitu; rehidrasi intravena agresif, penggantian
elektrolit, pemberian insulin intravena, diagnosis dan manajemen faktor pencetus dan
penyakit penyerta, serta pencegahan.
PENATALAKSANAAN HHS
1. Cairan
Langkah pertama dan terpenting dalam penatalaksanaan HHS adalah penggantian cairan
yang agresif, dimana sebaiknya dimulai dg mempertimbangkan perkiraan defisit cairan
(biasanya 100-200ml/kgBB atau total rata-rata 9L)
Pada awal terapi, konsentrasi glukosa darah akan menurun bahkan sebelum insulin
diberikan. Hal ini dapat menjadi indikator yang baik akan cukupnya terapi cairan yang
diberikan
Jika konsentrasi glukosa darah tidak dapat diturunkan sebesar 75-100mg/dl perjam, hal ini
biasanya menunjukan penggantian cairan yang kurang atau gangguan ginjal
PENATALAKSANAAN HHS
2. Elektrolit
Kehilangan kalium tubuh total seringkali tidak diketahui
pasti karena konsentrasi kalium dalam tubuh dapat
normal/tinggi
Konsentrasi kalium yang sebenarnya akan terlihat setelah
diberikan insulin, karena ini akan mengakibatkan kalium
serum masuk ke dalam sel.
Konsentrasi elektrolit harus dipantau terus menerus dan
irama jantung pasien juga harus di monitor
PENATALAKSANAAN HHS
3. Insulin
Hal yang penting dalam pemberian insulin adalah perlunya pemberian cairan yang adekuat
terlebih dahulu.
Jika tidak, maka cairan akan berpindah ke intrasel dan berpotensi menyebabkan
perburukan hipotensi, kolaps vaskular atau kematian.
Insulin sebaiknya diberikan dengan bolus awal 0,15 U/kgBB secara intravena dan diikuti
dengan drip 0,1 U/kgBB per jam sampai konsentrasi glukosa darah turun antara 250-
300mg/dl
Apabila konsentrasi glukosa darah sudah mencapai dibawah 300 sebaiknya diberikan
dekstrosa scr intravena dan dosis insulin dititrasi secara sliding scale sampai pulihnya
kesadaran dan keadaan hiperosmolar
KOMPLIKASI
KAD
Hipoglikemia, hipokalemia dan hiperglikemia berulang. Agar tdk terjadi maka
diperlukan monitoring yang ketat (gula darah diperiksa setiap 1-2 jam) dan
penggunaan insulin dosis rendah
Komplikasi lain yg jg harus menjadi perhatian adalah kelebihan cairan
(overhidrasi) termasuk edema paru, shg pasien dg gang. Fungsi ginjal dan gagal
jantung, pemberian cairan hrs sesuai.
HHS
Kompikasi dari terapi yg tdk adekuar adalah; oklusi vaskular, infark miokrad, low-
flow syndrome, disseminated intravascular coagulopaty dan rhabdomiolysis
Overhidrasi dpt menyebabkan adult respiratory distress syndrome dan edema
serebri.
PENCEGAHAN
KAD
Edukasi ttg diabetes u/ pasien dan keluarga
HHS
Monitoring GD scr terstruktur
Manajemen hari-hari sakit Perlunya penyuluhan mengenai
pentingnya pemantauan konsentrasi
Pantau keton dan beta-hidroksibutirat glukosa darah dan compliance yg tinggi
Suplementasi insulin kerja singkat saat dibutuhkan pada pengobatan yg diberikan
Diet makanan cair mudah cerna saar sakit Perlu diperhatikan ketersediaan air.
Mengurangi, tetapi bukan menghentikan insulin Apabila pasien tinggal sendiri, teman
saat pasien tdk makan atau keluarga terdekat sebaiknya scr
Pedoman saat pasien butuh perhatian medis rutin menengok pasien pasien u/
Pemantauan ketat pada pasien resiko tinggi memperhatikan adanya perubahan
status menta; & kemudian hubungi
Edukasi khusus utk pasien pengguna pompa dokter apabila hal tsb ditemui.
insulin
PROGNOSIS
KAD
Umumnya pasien membaik setelah diberikan insulin dan terapi standar lainnya, jika
komorbid tidak terlalu berat
Biasanya kematian karena penyakit penyerta berat yang datang pada fase lanjut. Kematian
meningkat seiring dengan meningkatnya usia dan beratnya penyakit penyerta
HHS
Biasanya buruk, tetapi sebenarnya kematian pasien bukan disebabkan oleh HHS tsb namun
oleh penyakit yang mendasari/menyertainya.
Di negara maju penyebab utama kematian adalah infeksi, usia lanjut dan osmolaritas darah
yang sangat tinggi
KOMPLIKASI KRONIK DM
RETINOPATI DIABETIC
Retinopati diabetika adalah kelainan mata pada pasien diabetes yang disebabkan
kerusakan kapiler retina sehingga menimbulkan gangguan penglihatan mulai dari
yang ringan sampai berat bahkan sampai menjadi kebutaan permanen
obstruksi vaskuler, aliran darah yang tak adekuat, maupun perdarahan
RESIKO RETINOPATI DIABETIC
Test microalbumin
Normal excrete less than 15µg/min during overnight urine collections
values of 20 µg/min or higher are considered to represent abnormal
microalbuminuria
Gagal ginjal berikutnya tingkat ekskresi albumin urin melebihi 30 µg / mnt.
Dalam urin spot dini hari, rasio albumin (g / L) terhadap kreatinin (mg / L) <30
adalah normal, dan rasio 30–300 menunjukkan mikroalbuminuria.
At least two of three overnight timed urine specimens or early morning spot
urines over a period of 3–6 months should be elevated before a diagnosis of
abnormal microalbuminuria can be justified
TATALAKSANA
Gejala:
Mati rasa atau berkurangnya kemampuan untuk merasakan sakit atau perubahan suhu
Sensasi kesemutan atau terbakar
Rasa sakit atau kram yang tajam
Meningkatnya kepekaan terhadap sentuhan - bagi sebagian orang, bahkan berat seprai bisa terasa menyakitkan
Kelemahan otot
Hilangnya refleks, terutama di pergelangan kaki
Kehilangan keseimbangan dan koordinasi
Serious foot problems, seperti borok, infeksi, dan nyeri tulang dan sendi.
DIABETIC OTONOM NEUROPATHY
Sistem saraf otonom mengendalikan
jantung, kandung kemih, lambung, usus, Kesulitan menelan
organ seks dan mata Anda. Diabetes Masalah dalam mengontrol suhu tubuh
dapat memengaruhi saraf di salah satu
area ini, kemungkinan menyebabkan: Perubahan cara mata menyesuaikan
dari terang ke gelap
Denyut jantung meningkat saat
Kurangnya kesadaran bahwa kadar gula
darah rendah (hipoglikemia istirahat
ketidaksadaran) Tekanan darah turun tajam setelah
Masalah kandung kemih, termasuk infeksi duduk atau berdiri yang dapat
saluran kemih atau retensi atau menyebabkan Anda pingsan atau
inkontinensia merasa pusing
Sembelit, diare yang tidak terkontrol atau Disfungsi ereksi
keduanya
Kekeringan vagina
Pengosongan lambung yang lambat
(gastroparesis), menyebabkan mual, Respons seksual menurun
muntah, kembung dan kehilangan
FAKTOR RESIKO
Filament test. Your doctor will brush a soft nylon fiber (monofilament) over areas
of your skin to test your sensitivity to touch.
Quantitative sensory testing. This noninvasive test is used to tell how your
nerves respond to vibration and changes in temperature.
Nerve conduction studies. This test measures how quickly the nerves in your
arms and legs conduct electrical signals. It's often used to diagnose carpal tunnel
syndrome.
Electromyography (EMG). Often performed along with nerve conduction studies,
EMG measures the electrical discharges produced in your muscles.
Autonomic testing. If you have symptoms of autonomic neuropathy, special tests
may be done to determine how your blood pressure changes while you are in
different positions, and whether you sweat normally.
DIABETIC ULCER (ULCUS DIABETICUM)
Patofisiologi :
Angiopati
angiopati > sumbatan > gangren >
gangren kering.
- pulsasi arteri dorsalis pedis (-)
- sensibilitas (+)
Neuropati
neuropati > disuse atropi > tekanan
berlebih > nekrosis > gangren basah.
- pulsasi arteri dorsalis pedis (+)
- sensibilitas (-)
Klasifikasi Wagner :
Derajat 0 : tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan disertai kelainan
bentuk kaki seperti “claw, callus”
Derajat I : ulkus superficial terbatas pada kulit
Derajat II : ulkus dalam menembus tendon dan tulang
Derajat III : abses dalam dengan atau tanpa osteomyelitis
Derajat IV : gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selulitis
Derajat V : gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai bawah
Tindakan pengobatan :
Derajat 0 : perawatan lokal secara khusus tidak ada
Derajat I-IV : pengelolaan medik dan tindakan bedah minor
Derajat V : tindakan bedah minor, bila gagal dilanjutkan bedah mayor seperti amputasi
di atas lutut atau dibawah lutut
Pada penderita DM sebaiknya pemasangan IVFD tidak di kaki karena end artery.
Terapi DM dengan komplikasi ulcus adalah insulin > karena insulin adalah agen
anabolik sehingga baik untuk pembentukan jaringan, apalagi bila disertai
underweight.
MENGAPA LUKA TAK MUDAH SEMBUH?
Imunitas ↓
Kerentanan
Ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah
Keton bodies
Sejauh ini, selain kendali glikemik yang ketat, belum ada bukti kuat suatu terapi
dapat memperbaiki/mencegah neuropati diabetik.