Anda di halaman 1dari 8

Overview & Case Summary

Overview Kasus Korupsi Alkes Ratu Atut


Ratu Atut Chosiyah, sebagai Plt Gubernur Banten pada
2005 dan gubernur definitif periode 2007-2012 dan 2012-
2017, selalu meminta komitmen kepada para pejabat untuk
loyal kepadanya.

Ratu Atut meminta penjabat untuk berkomitmen dan


memberikan loyalitas kepadanya dan adiknya bernama
Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan sekaligus pemilik
atau komisaris utama PT Bali Pacific Pragama (PT BPP).

Atut meminta komitmen loyalitas Djaja Buddy Suhardja,


yang akan dipromosikan sebagai kepala Dinas Kesehatan
Banten. Djaja kemudian menandatangani surat pernyataan
loyalitas pada 14 Februari 2006 di hotel Kartika Chandra
Jakarta dan selanjutnya Atut mengangkat Djaja sebagai
Kadis Kesehatan Banten pada 17 Februari 2006.
Overview Kasus Korupsi Alkes Ratu Atut
Pada pertengahan 2006 di rumah Atut, Atut mengarahkan
Djaja agar setiap proses pengusulan anggaran maupun
pelaksanaan proyek-proyek pekerjaan yang ada pada
Dinas Kesehatan provinsi Banten dikoordinasikan dengan
Wawan.

Pertama adalah proses penyusunan dan pelaksanaan


anggaran untuk pengadaan alkes RS Rujukan Pemprov
Banten pada Dinas Kesehatan provinsi Banten pada APBD
2012.

Djaja sebagai Kadis Kesehatan Banten bertemu dengan


Ajat Drajat selaku Sekretaris Dinkes Banten; Kasubag
Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan Dinkes Banten
Suherman dan Wawan beberapa kali yang juga dihadiri
oleh staf PT BPP Dadan Prijatna dan pemilik PT Java
Medica selaku orang kepercayaan Wawan, Yuni Astuti.
Overview Kasus Korupsi Alkes Ratu Atut
Dinas kesehatan Banten pada APBD 2012 mendapatkan
anggaran sebesar Rp208 miliar dan untuk pengadaan
alkes RS Rujukan Banten sebesar Rp100,7 miliar.
Kemudian Djaja selaku Pengguna Anggaran selanjutnya
menunjuk Jana Sunawati sebagai pejabat pelaksana teknis
kegiatan (PPTK)

Calon pelaksana pekerjaan untuk sembilan paket


pekerjaan pun sudah ditentukan Yuni yang sudah
mempersiapkan daftar harga yang digelembungkan
dengan memperhitungkan keuntungan Wawan sebesar
43,5 persen dari nilai kontrak dan keuntungan Yuni sebesar
56,5 persen untuk paket alkes RS Rujukan.

Setelah alat-alat kesehatan yang disediakan Yuni dan


Baharudin dikirim ke Dinkes Banten, panitia penerima
memeriksa dan hasilnya ternyata belum 100 persen
lengkap tapi karena sejak awal Djaja diminta Atut untuk
berkoordinasi dengan Wawan maka yang muncul adalah
berita acara penerima hasil pekerjaan seolah-olah
pekerjaan sudah 100 persen.
Overview Kasus Korupsi Alkes Ratu Atut
Kedua, proses penyusunan dan pelaksanaan
anggaran Alkes RS Rujukan Banten dalam APBD
Perubahan TA 2012. Dinkes Banten mendapatkan
anggaran sebesar Rp252,35 miliar dengan
Rp127,82 miliar dialokasikan untuk pengadaan
alkes RS Rujukan Banten.

Dalam anggaran ini dibuat 4 paket pengadaan


dengan Yuni mempersiapkan daftar harga yang
sudah digelembungkan dengan memperhitungkan
keuntungan Wawan sebesar 56,5 persen dari nilai
kontrak.

Setelah alat-alat kesehatan dikirim ke Dinkes


Banten, panitia penerima juga menemukan bahwa
barang itu belum 100 persen lengkap tapi tetap
dipersiapkan berita acara serah terima hasil
pekerjaan yang seolah-olah serah terima sudah
lengkap 100 persen.
Overview Kasus Korupsi Alkes Ratu Atut
Seluruh pembayaran atas pelaksanaan
pengadaan dari APBD dan APBD P TA 2012 pada
Dinkes Banten sebesar Rp112,78 miliar dengan
keuntungan untuk Tubagus CHaeri Wardana
Chasan alias Wawan sebesar Rp50,08 miliar
dan keuntungan Yuni Astuti sebesar Rp30,57
miliar, Ratu Atut mendapatkan Rp3,859 miliar
yang diberikan secara bertahap antara Oktober-
Desember 2012

Selain melakukan korupsi, Ratu Atut juga


didakwa meminta uang secara paksa kepada
Kadis Kesehatan Banten Djadja Buddy
Suhardja, Kadis Perindustrian dan
Perdagangan Banten dan juga Kadis
Pendidikan Banten Hudaya Latuconsina,
Kadis Sumber Daya Air dan Pemukiman
(SDAP) Banten Iing Suwargi dan Kadis Bina
Marga dan Tata Ruang Banten Sutadi senilai
total Rp500 juta untuk kegiatan Istighosah.
Pihak yang Terlibat

Ratu Atut Chosiyah


- Pelaksana tugas (Plt) Gubernur Banten pada 2005 dan menjabat sebagai gubernur
definitif untuk periode 2007-2012 dan 2012-2017
- memilih beberapa pejabat di lingkungan pemprov Banten dengan selalu meminta
komitmen kepada pejabat tersebut untuk senantiasa loyal atau patuh sesuai arahan
terdakwa maupun Wawan
- Mendapatkan keuntungan korupsi alkes sebesar Rp3,859 miliar

Tubagus Chaeri Wardana


- Adik kandung Ratu Atut Chosiyah
- Pemilik atau komisaris utama PT Bali Pacific Pragama (PT BPP).
- Proses pengusulan anggaran maupun pelaksanaan proyek-proyek pekerjaan yang ada
pada Dinas Kesehatan provinsi Banten dikoordinasikan dengan Wawan
- Mendapatkan keuntungan korupsi alkes sebesar Rp50,083 miliar
Pihak yang Terlibat
Djaja Buddy Suhardja
- Kepala Dinas Kesehatan Banten
- Memanipulasi proses penyusunan dan pelaksanaan anggaran untuk pengadan alkes RS
Rujukan Pemprov Banten pada Dinas Kesehatan provinsi Banten pada APBD 2012.
- Mendapatkan keuntungan sebesar Rp590 juta

Ajat Drajat Ahmad Putra


- Sekretaris Dinkes Banten
- Memanipulasi proses penyusunan dan pelaksanaan anggaran untuk pengadan alkes RS
Rujukan Pemprov Banten pada Dinas Kesehatan provinsi Banten pada APBD 2012.
- Mendapatkan keuntungan sebesar Rp345 juta

Yuni Astuti
- pemilik PT Java Medica selaku orang kepercayaan Wawan
- mempersiapkan daftar harga yang digelembungkan dengan memperhitungkan keuntungan Wawan
sebesar 43,5 persen dari nilai kontrak dan keuntungan Yuni sebesar 56,5 persen untuk paket alkes
RS Rujukan.
- Mendapatkan keuntungan sebesar Rp23,396 miliar

Anda mungkin juga menyukai