Anda di halaman 1dari 23

KELOMPOK:4

1. Rosyidah Zulia W (201401004)


2. Sutarjo (201401015)
3. Sovi Aprilia (201401048)
4. Mohammad Iqbal adi S (201401061)
 Diabetes melitus merupakan kelainan metabolisme
yang kronis terjadi defisiensi insulinatau retensi
insulin, di tandai dengan tingginya keadaan glukosa
darah (hiperglikemia) dan glukosa dalam urine
(glukosuria) atau merupakan sindroma klinis yang
ditandai dengan hiperglikemia kronik dan gangguan
metabolisme karbohidrat, lemak dan
proteinsehubungan dengan kurangnya sekresi insulin
secara absolut / relatif dan atau adanya gangguan
fungsi insulin. Diabetes mellitus merupakan
sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau
hiperglikemia (Mansjoer, 2000).
1. Proses menua/kemunduran (Penurunan
sensitifitas indra pengecap, penurunan
fungsi pankreas, dan penurunan kualitas
insulin sehingga insulin tidak berfungsi
dengan baik).

2. Gaya hidup(life style) yang jelek ( banyak


makan, jarang olahraga, minumalkohol,
dll.).
1. Diabetes melitus tipe I
 Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke
defisiensi insulin absolut baik melalui proses
imunologik maupun idiopatik. Karakteristik
Diabetes Melitus tipe I:
 Mudah terjadi ketoasidosis
 Pengobatan harus dengan insulin
 Onset akut
 Biasanya kurus
 Biasanya terjadi pada umur yang masih muda
 Berhubungan dengan HLA-DR3 dan DR4
 Didapatkan antibodi sel islet
 10%nya ada riwayat diabetes pada keluarga
2. Diabetes melitus tipe II
 Bervariasi mulai yang predominan resistensi insulin disertai
defisiensi insulin relatif sampai yang predominan gangguan
sekresi insulin bersama resistensi insulin. Karakteristik DM
tipe II:

 Sukar terjadi ketoasidosis
 Pengobatan tidak harus dengan insulin
 Onset lambat
 Gemuk atau tidak gemuk
 Biasanya terjadi pada umur > 45 tahun
 Tidak berhubungan dengan HLA
 Tidak ada antibodi sel islet
 30%nya ada riwayat diabetes pada keluarga
 ± 100% kembar identik terkena
 Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat
proses menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari
kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang
luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan
penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai
serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada
tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.
 Pada Diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin
oleh sel beta pankreas
 Pada diabetes melitus tipe 2 yang sering terjadi pada lansia,
jumlah insulin normal tetapi jumlah reseptor insulin yang
terdapat pada permukaan sel yang kurang sehingga glukosa
yang masuk ke dalam sel sedikit dan glukosa dalam darah
menjadi meningkat.
pohon masalah.docx
 Tujuanutama terapi diabetes mellitus adalah
mencoba menormalkan aktivitas insulin dan
kadar glukosa darah dalam upaya untuk
mengurangi komplikasi vaskuler serta
neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe
diabetes adalah mencapai kadar glukosa
darah normal.
Ada beberapa komponen dalam
penatalaksanaan diabetes :
1 Diet
2 Latihan
3 Pemantauan
 Pada hekekatnya menjadi tua merupakan proses
alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga
tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa,
dan masa tua (Nugroho, 1992).
 Meskipun secara alamiah terjadi penurunan fungsi
berbagai organ, tetapi tidak harus menimbulkan
penyakit oleh karenanya usia lanjut harus sehat. Sehat
dalam hal ini diartikan :
• Bebas dari penyakit fisik, mental dan social
• Mampu melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari
• Mendapat dukungan secara social dari keluarga dan
masyarakat.(Rahardjo, 1996)
1. Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan
ketergantungan pada orang lain
2. Ketidakpastian ekonomi, sehingga memerlukan
perubahan total dalam pola hidupnya
3. Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti
mereka yang telah meninggal atau pindah
4. Mengembangkan aktivitas baru untuk mengisi
waktu luang yang bertambah banyak
5. Belajar memperlakukan anak-anak yang telah
tumbuh dewasa. Berkaitan dengan perubahan
fisik, Hurlock mengemukakan bahwa perubahan
fisik yang mendasar adalah perubahan gerak.
 Minat sempit terhadap kajadian di
lingkungannya
 Penarikan diri ke dalam dunia fantasi
 Selalu meningat kembali masa lalu
 Selalu khawatir karena pengangguran
 Kurang ada motivasi
 Rasa keswndirian karena hubungan dengan
keluarga kurang baik
 Tempat tinggal yang tidak diinginkan
(Hurlock,1979 , Munandar,1994)
 Teori-Teori Biologi
1. Teori Genetik dan Mutasi (Somatic Mutatie Theory)
2. Pemakaian dan Rusak
3. Reaksi dari Kekebalan Sendiri (Auto Immune Theory)
4. Teori “Immunology Slow Virus” (Immunology Slow
Virus Theory)
5. Teori Stress
6. Teori Radikal Bebas
7. Teori Rantai Silang
8. Teori Program
 Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)

 Kepribadian Berlanjut (Continuity Theory)

 Teori Pembebasan (Disengagement Theory)


1. Kehilangan peran
2. Hambatan kontak social
3. Berkurangnya kontak komitmen
 Hereditas atau ketuaan genetic
 Nutrisi atau makanan
 Status kesehatan
 Pengalaman hidup
 Lingkungan
 Stress
Menurut the National Old People’s Welfare
Council, dikemukaan 12 macam penyakit
lansia, yaitu :
 Gangguan pendengaran
 Bronchitis kronis
 Gangguan pada tungkai/sikap berjalan
 Gangguan pada koksa/sendi panggul/anemia
 Demensia
ASUHAN KEPERAWATAN
DIABETES MILITUS PADA
LANSIA
1. Biodata Pasien:
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin:

2. RiwayatKesehatan
▪ Keluhan utama
DM pada usila mungkin sukar dideteksi karena sering
tidak khas dan tidak asimtomatik ( contohnya kelemahan,
kelelahan, kebingunan akut, BB menurun )
▪ Riwayat penyakit sekarang
Pada umumnya pasien dating ke RS dengan keluhan
gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan serta
kelemahan otot ( neuropati perifer) dan luka pada tungkai
yang sukar sembuh
▪ . Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien
▪ Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
A. B1 (Breathing)
Inspeksi : Bentuk dada simetris, frekuensi nafas regular,
tidak ada penarikan otot intercoste, tidak ada pernapasan
cuping hidung, dan tidak ada lesi pada saluran pernafasan.
Palpasi : Vocal fremitus kanan dan kiri sama.
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler tidak ada suara wheezing dan tidak ada
suara rochi

B. B2 (Cardiovaskuler)
Inspeksi : Tidak ada pembesaran vena jugularis, konjungtiva
merah muda
Palpasi : Irama nadi reguler
Perkusi : Pekak
Auskultasi : Bunyi jantung normal S1S2 tunggal
C. B3 (Brain)
Kesadaran compos mentis GCS : 4 5 6
D. B4 ( Bladder)
Pasien tidak mempunyai penyakit saluran kemih, tidak
terpasang kateter, BAK lancar 3x/hari, warna kuning, bau
khas.
E. B5 ( Bowel)
Inspeksi :
Palpasi : Tidak terdapat tekan pada bagian
abdomen
Perkusi :
Auskultasi :Bising usus 17 ×/mnt
F. B6 (Bone)
Inspeksi : Mukosa Mulut kering, warna kulit pucat,
turgor menurun >2 dt
Palpasi : Akral hangat, Luka pada Exstermitas
Kekuatan Otot : Menurun
1. Glukosa darah sewaktu
2. Kadar glukosa darah puasa
3. Tes toleransi glukosa
4. Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes
mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan:
5. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1
mmol/L)
6. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8
mmol/L)
7. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2
jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75
gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) >
 Nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan peningkatan metabolisme protein, lemak.
 Kekurangan volume cairan berhubungan
dengan osmotik diuresis ditandai dengan tugor
kulit menurun dan membran mukasa kering.
 Gangguan integritas kulit berhubungan dengan
perubahan status metabolik (neuropati perifer)
ditandai dengan gangren pada extremitas.
 Kelelahan berhubungan dengan kondisi fisik yang
kurang.
 Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan glukosa
darah yang tinggi.
 Resiko terjadi injury berhubungan dengan
Intervensi.docx

Anda mungkin juga menyukai