Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

L DENGAN CONGESTIVE
HEART FAILURE (CHF) DI RUANG KEMUNING RSUD DR.
KANUJOSO DJATIWIBOWO
BALIKPAPAN

Oleh :
DAHLIA YURINDA
NIM. P0770118119RP

Samarinda, 29 Mei 2019


Latar Belakang
Saat ini Congestive Heart Failure (CHF) atau yang
biasa disebut gagal jantung kongestif merupakan
satu-satunya penyakit kardiovaskular yang terus
meningkat insiden dan prevalensinya. Resiko
kematian akibat gagal jantung berkisar antara 5-
10% per tahun pada gagal jantung ringan yang
akan meningkat menjadi 30-40% pada gagal
jantung berat. Selain itu, CHF merupakan penyakit
yang paling sering memerlukan perawatan ulang di
rumah sakit (readmission) meskipun pengobatan
rawat jalan telah diberikan secara optimal
(Miftah.2004, Dalam Fahrudini, 2016).
Menurut Departemen Kesehatan, data Penderita gagal
jantung atau CHF di Indonesia pada tahun 2012 mencapai
14.449 jiwa penderita yang menjalani rawat inap di rumah
sakit.
Prevelansi penyakit gagal jantung berdasarakan diagnosa
dokter di Indonesia tahun 2018 sebesar 229.696 jiwa
(0,13%), sedangkan Kalimantan Timur sebanyak 2.203
jiwa (08%). Berdasarkan diagnosa atau gejala sebesar
530.068 jiwa (0,3%) dengan estimasi jumlah penderita
terbanyak di Provinsi Jawa Barat sebanyak 96.487 jiwa
(0,3%) diikuti Jawa Timur dan Jawa Tengah dengan lebih
dari 70.000 jiwa penderita, sedangkan Kalimantan Timur
sebanyak 27.753 jiwa (0,1%) (Pusat Data dan Informasi
Kementrian Kesehatan RI, 2014).
Perawat memilki peran sebagai pemberi asuhan
keperawatan, caregiver, pendidik atau edukator, koodinator,
konsultan, dan peneliti (Potter & Perry, 2005). Dalam
pemberian asuhan keperawatan pada kasus ini, perawat
tidak hanya memberikan asuhan keperawatan saja tetapi
perawat juga bias melakukan peran edukator untuk
memberikan edukasi kepada penderita gagal jantung
dengan cara memberikan pengarahan manajemen diet
seperti diet rendah garam, rendah lemak atau diet untuk
menurunkan berat badan. Kemudian dapat juga menyusun
program aktivitas/latihan dan memotivasi bagi para
perokok untuk dapat berhenti merokok (Udjianti, 2011).
Berdasarkan data rekam
medik di RSUD Dr. Kanujoso
Djatiwibowo selama tahun
2014 didapatkan data 10
penyakit terbesar adalah
Congestive Heart Failure Berdasarakan latar
(CHF) yang menduduki belakang di atas, maka
urutan pertama. penulis tertarik untuk
Data di Tahun 2014 mengambil Kasus CHF
menyatakan bahwa klien sebagai karya tulis ilmiah
yang terdiagnosa penyakit dengan judul “Asuhan
jantung sebanyak 105 Keperawatan pada Ny L
orang dan 41 diantaranya dengan Congestive Heart
meninggal dalam waktu Failure (CHF) di ruang
kurang dari 48 jam dengan Kemuning RSUD Dr.
diagnosa CHF. Kanujoso Djatiwibowo
Balikpapan
Tujuan
2. Tujuan Khusus
1. Tujuan Umum
Memberikan gambaran dalam hal :
Memberikan gambaran a. Pengkajian pada Ny. L dengan
pelaksanaan asuhan Congestive Heart Failure (CHF)
b. Penegakan diagnosa keperawatan
keperawatan pada Ny. L pada Ny. L dengan Congestive Heart
dengan kasus Congestive Failure (CHF)
c. Penyusunan rencana asuhan
Heart Failure (CHF) keperawatan pada Ny. L dengan
dengan menggunakan Congestive Heart Failure (CHF)
pendekatan proses d. Pelaksanaan tindakan keperawatan
pada Ny. L dengan Congestive Heart
asuhan keperawatan yang Failure (CHF)
disusun secara sistematis e. Penilaian asuhan keperawatan pada
Ny. L dengan Congestive Heart Failure
dan komprehensif. (CHF).
Definisi
Menurut J. Charles Reeves (2001) dalam Wijaya & Yessi
(2013), Congestive Heart Failure (CHF) adalah kondisi
dimana fungsi jantung sebagai pemompa untuk
mengantarkan darah yang kaya oksigen ke tubuh tidak
cukup untuk memenuhi keperluan-keperluan tubuh.
Conghestif Heart Failure (CHF) didefenisikan sebagai
kondisi di mana jantung tidak lagi dapat memompakan
cukup darah ke jaringan tubuh.
Gagal jantung juga didefinisikan sebagai kondisi di
mana jantung mengalami kegagalan dalam memompa
darah guna mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh akan
nutrient dan oksigen secara adekuat (Udjianti, 2013).
Etiologi
Menurut Udjianti (2010) etiologi gagal jantung kongestif
(CHF) dikelompokan berdasarkan faktor etiolgi eksterna
maupun interna, yaitu:
Faktor eksterna (dari luar jantung); hipertensi renal,
hipertiroid, dan anemia kronis/ berat.
Faktor interna (dari dalam jantung)
a. Disfungsi katup: Ventricular Septum Defect (VSD), Atria
Septum Defect (ASD), stenosis mitral, dan insufisiensi
mitral
b. Disritmia: atrial fibrilasi, ventrikel fibrilasi, dan heart
block
c. Kerusakan miokard: kardiomiopati, miokarditis, dan
infark miokard
d. Infeksi: endokarditis bacterial sub-akut
Tanda dan Gejala
American Heart Association (2012, Black & Hawks (2009)
dalam Damayanti, 2013) menjelaskan mengelompokan manifestasi klinik
beberapa manifestasi klinis yang dari gagal jantung berdasarkan
biasanya muncul, antara lain:
kekhasan yang timbul dari tipe
gagal jantung yang dialami. Pada
a. Sesak napas atau dyspnea gagal jantung dengan kegagalan
b. Batuk persisten atau mengi ventrikel kiri, manifestasi yang biasa
c. Penumpukan cairan pada jaringan
muncul antara lain dyspnea,
paroxysmal nocturnal disease
atau edema (PND), pernapasan cheyne-strokes,
d. Kelelahan atau fatigue batuk, kecemasan, kebingungan,
e. Penurunan nafsu makan dan mual insomnia, kerusakan memori,
kelelahan dan kelamahan otot dan
f. Peningkatan danyut nadi
nokturia. Sementara itu, gagal
g. Kebingungan, gangguan berpikir jantung dengan kegagalan ventrikel
kanan biasanya mengakibatkan
edema, pembesaran hati
(hepatomegaly), penurunan nafsu
makan, mual dan perasaan begah.
Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Insial klien Ny. L, umur 68 tahun, jenis kelamin
perempuan, tanggal masuk rumah sakit 07 Mei 2019,
Agama kristen, status pernikahan menikah, pendidikan
SMP, pekerjaan Ibu rumah tangga, alamat rumah Jalan
Anden Oko Tanah Grogor Paser, diagnosa medis CHF Fc
III – IV.
2. Keluhan Utama
Saat Masuk Rumah Sakit (7 Mei 2019) Riwayat Penyakit Sekarang
Klien Mengatakan sesak nafas
kurang lebih 1 minggu dan sesak (8 Mei 2019)
semakin dirasakan kalau Klien
berjalan 5 sampai 10 meter, sesak Klien Mengatakan sesak
akan berkurang apabila Klien dalam nafas sejak 1 minggu yang
posisi duduk. Batuk dirasakan
kurang lebih 1 minggu. Perut lalu, merasa bertambah
membesar kurang lebih 1 minggu parah jika berjalan, batuk
dan terasa kencang disertai
bengkak di kedua tungkai kaki. Klien kurang lebih 1 minggu,
dibawa ke UGD Panglima Sebaya perut dan tungkai kaki
sejak tanggal 03–05-2019 dan
dirawat selama 4 hari. Kemudian membesar. Merasa cepat
dirujuk ke RSKD karena fasilitas lelah. klien tampak lemah,
Rumah Sakit yang lebih memadai.
terdapat edema (+1) di
kedua kaki
Data Fokus Pengkajian
DATA SUBYEKTIF : DATA OBYEKTIF :
a. Klien tampak sesak, bernafas
O Klien mengatakan nafas dengan cuping hidung
terasa sesak disertai b. Suara Ronchi +
batuk. c. TTV : TD : 140/90 mmHg,RR : 28
x/menit, N : 73 x/menit, S : 36
O Klien mengatakan perut oC

terasa besar dan tegang d. klien tampak lemah


serta kedua kaki bengkak. e. Perut tampak besar dan tegang,
terdapat asites dan oedema
O Klien mengatakan aktivitas terlihat di kedua tungkai kaki
terhambat dan tidak f. Klien terlihat berjalan pelan dan
leluasa untuk berjalan tidak leluasa untuk bergerak
cepat.
cepat. g. Klien terpasang dower kateter
DATA
Analisis Data ETIOLOGI MASALAH

DS: D.0005
- Klien mengatakan nafas terasa sesak disertai batuk. Hambatan upaya Pola nafas tidak efektif
nafas (Asites)
DO:
- Klien tampak sesak, bernafas dengan cuping
hidung
- Ronchi +
TTV
TD : 140/90 mmHg
RR : 28 x/menit
N : 73 x/menit
S : 36 oC
- Ronchi +
- Klien tampak lemah
- Terdapat Asites (+)
DS: Perubahan D.0008
-Klien mengatakan perut terasa preload Penurunan curah jantung
besar dan tegang serta kedua kaki
bengkak.

DO:
-Perut tampak besar dan tegang, asites
dan oedema terlihat di kedua tungkai
kaki
- Hasil ECG : Premature atrial contraction

DS: Keadaan umum D.0056


-Klien mengatakan aktivitas terhambat dan lemah Intoleransi aktifitas
tidak leluasa untuk berjalan cepat.
-Klien mengeluh lelah
-Klien Mengatakan sesak nafas sejak 1 minggu
yang lalu, merasa bertambah parah jika
berjalan

DO:
-Klien terlihat berjalan pelan dan tidak leluasa untuk
bergerak cepat.
-Klien tampak lelah
Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan Pioritas
O Pola nafas tidak efektif b/d Hambatan
upaya nafas (Asites) D.0005
O Penurunan curah jantung b/d Perubahan
preload D. 0008
O Intoleransi aktifitas b/d Keadaan umum
lemah. D. 0056
Pembahasan
Pola Nafas Tidak efektif b/d Hambatan upaya
nafas (asites)

Diagnosa ini ditandai dengan adanya sesak


nafas saat beraktifitas, terdengan suara rochi,
pernafasan melalui cuping hidung. Hal ini terjadi
akibat adanya penurunan aliran darah dari
jantung sehingga terjadi penumpukan cairan
pada bagian abdomen, hal ini menyebabkan
abdomen menekan paru-paru.
Rencana asuhan keperawatan yang akan dilakukan
pada Ny. L dengan masalah keperawatan Pola nafas
tidak efektif b/d Hambatan upaya nafas (Asites)
NOC yaitu : Menunjukkan NIC: Posisikan klien
jalan nafas yang paten untuk memaksimalkan
(klien tidak merasa ventilasi, Monitor adanya
tercekik, irama nafas, kecemasan klien
frekuensi pernafasan terhadap oksigenasi ,
dalam rentang normal, Monitor vital sign ,
tidak ada suara nafas Informasikan pada klien
abnormal) , Tanda Tanda dan keluarga tentang
vital dalam rentang teknik relaksasi untuk
normal (tekanan darah, memperbaiki pola nafas,
nadi, pernafasan) Berikan terapi O2 ,
dengan intervensi Monitor pola nafas
berdasarkan
Hasil evaluasi yang sudah didapatkan setelah
perawatan selama 3 hari terhadap Ny. L dengan
masalah Pola nafas tidak efektif b/d Hambatan upaya
nafas (Asites) adalah klien mengatakan merasa nyaman
saat dalam posisi setengah duduk, sesak naas mulai
berkurang, suara rochi (-), TD 120/ 80 mmHg, N : 73x/
menit, RR : 22x menit, dan T : 36 0C.
Penulis menyimpulkan bahwa diagnosa keperawatan
Pola nafas tidak efektif b/d Hambatan upaya nafas
(Asites) teratasi sebagian dan penulis menyarankan
agar klien dapat terus untuk melakukan therapi
oksigenasi, menjaga aktivitas klien, serta terus
melakukan pengobatan secara terkontrol.
Penurunan Curah Jantung b/d Penurunan Kontraksi
Ventrikel

Diagnosa ini ditandai dengan klien mengalami


bradikardi / takikardi, tekanan darah menurun, akral
teraba dingin, klien tampak lemah dan pucat, terdapat
distensi vena jugularis.
Hal ini sesuai dengan batasan karakteristik diagnosa
ini yaitu perubahan frekuensi/irama jantung :
bradikardia, takikardia, perubahan preload : distensi
vena jugularis, keletihan, edema, perubahan afterload
: dipsnea, penurunan nadi perifer, perubahan tekanan
darah , perubahan warna kulit, perubahan
kontraktilitas : batuk, bunyi S3 dan S4, orthopnea,
dipsnea , perilaku/emosi : gelisah, ansietas
(NANDA,2015).
Rencana asuhan keperawatan yang akan dilakukan
pada Ny. L dengan masalah keperawatan Penurunan
Curah Jantung b/d Penurunan Kontraksi Ventrikel
NOC : NIC : Cardiac Care
Tanda Vital dalam Monitor asites di abdomen
sebagai indicator
rentang normal (Tekanan penurunan perfusi,
darah, Nadi, respirasi), Melakukan pemeriksaan
Dapat mentoleransi oedema dikedua tungkai
aktivitas, tidak ada kaki, Monitor adanya
perubahan tekanan darah,
kelelahan, Tidak ada Monitor toleransi aktivitas
edema paru, perifer, dan klien Mengajarkan Teknik
tidak ada asites , Tidak untuk mengurangi oedema,
ada penurunan Berkolaborasi dengan
tenaga medis lain untuk
kesadaran pemberian terapi.
Hasil evaluasi setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 hari, klien mengatakan
keadaan perut dan kaki sudah mulai berkurang
bengkaknya, penilaian oedem tungkai sebelah kiri
+1 dan tungkai sebelah kanan +2 klien
mengatakan sudah dapat beraktifitas seperti
biasanya. TD 120/ 80 mmHg, N : 73x/ menit, RR :
22x menit, dan T : 36 0C.
Penulis menyimpulkan bahwa diagnosa
keperawatan Penurunan Curah Jantung b/d
Penurunan Kontraksi Ventrikel teratasi sebagian
dan penulis menyarankan agar klien dapat terus
untuk melakukan therapi pengobatan terutama
untuk mengurangi asites dan edema klien.
Intoleransi Aktivitas b/d Hambatan Umum

Diagnosa ini di tandai dengan adanya perubahan


tanda- tanda vital saat melakukan aktifitas hal ini
sesuai dengan batasan karakteristik Dispnea
setelah beraktivitas, Keletihan, Ketidaknyamanan
setelah beraktivitas, Perubahan
Elektrokardiogram (EKG) (mis., aritmia,
abnormalitas konduksi, iskemia), Respons
frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas,
Respons tekanan darah abnormal terhadap
aktivitas (NANDA, 2015)
Rencana asuhan keperawatan yang akan dilakukan
pada Ny. L dengan masalah keperawatan Intoleransi
Aktivitas b/d Hambatan Umum
NOC : NIC : Energy Management
Menunjukkan keseimbangan Aktivitas :
antara aktivitas dengan Tentukan keterbatasan klien
istirahat, Menggunakan terhadap aktivitas, Hindari
teknik, tidak sesak napas aktivitas selama periode istirahat
saat melakukan aktivitas Dorong klien untuk melakukan
Mampu melakukan ADL aktivitas sesuai sumber energy
secara mandiri (seperti Instruksikan klien atau keluarga
makan, memakai untuk mengenal tanda dan gejala
baju,toileting,mandi, kelelahan yang memerlukan
berdandan,menjaga pengurangan aktivitas. Bantu
kebersihan, oral hygiene, klien atau keluarga untuk
berjalan, berpindah tempat) mengidentifikasi, kekurangan
dalam beraktivitas
Setelah dilakukan implementasi penulis
melakukan evaluasi pada klien Ny. L di
dapatkan hasil Klien mengatakan aktivitas
sudah mulai meningkat, klien dan keluarga
mengatakan akan mengurangi aktivitas klien
sehari-hari, : Klien sudah mulai beraktivitas,
berjalan-jalan di kamar.
Penulis menyimpulkan bahwa diagnosa
keperawatan asuhan intoleransi aktivitas b/d
kelemahan umum teratasi sebagian dan
penulis menyarankan agar klien dapat terus
untuk melakukan tindakan manajemen
aktivitas
Dalam pelaksanaan pengambilan data asuhan
keperawatan peneliti tidak menemukan
hambatan dalam hal ini karena kerja sama yang
baik dengan perawat ruangan dan mahasiswa
yang sedang berdinas di ruangan

Anda mungkin juga menyukai