Anda di halaman 1dari 19

TUGAS 3

SELEKSI PROSES PEMBUATAN SEMEN


DENGAN MENGGUNAKAN EXPERT
CHOICE

Dosen : Hakun Wirawasista Aparamarta, ST, M.MT, PhD


ANGGOTA KELOMPOK 4

 1. Akas Steven Tambunan 02211540000124


 2. Muhammad Fahril 02211746000012
 3. Grazeila Dinda D.P 02211746000018
 4. Hasna Nabilla 02211746000041
PROBLEM

Dalam pembuatan semen ada 4 proses yang bisa digunakan yakni:


 Proses Basah (Wet Process)
 Proses Semi Basah (Semi-wet Process)
 Semi-dry Process
 Proses Kering (Dry Process)
Basis of selection Jenis Proses
Wet Process Semi-wet Process Semi-dry Process Dry Process
Granula atau pellet
Bentuk umpan tanur slurry pellet Tepung / butiran
(cake)
Kadar air 25 – 40 % 15 – 25 % 10 – 13 % 0,5 – 1 %
Grate Preheater untuk
Filter Press untuk Suspension Preheater
Alat tambahan yang Rotary Dryer untuk pemanasan awal dan
menyaring umpan sebelum untuk mengurangi kadar air
digunakan sebelum proses mengeringkan slurry pencampuran awal
masuk tanur dan beban panas pada kiln
kalsinasi
Kebutuhan panas yang
1500 – 1900 kcal/kg terak 1000 – 1200 kcal/kg terak 1000 kcal/kg terak 800 – 1000 kcal/kg terak
digunakan
5000 - 7000 3500 - 5000 3500 - 5000 2750-4000
Konsumsi Bahan Bakar
kJ/kg clinker kJ/kg clinker kJ/kg clinker kJ/kg clinker
Konsumsi Energi 110-115 kWh/ton semen 115-120 kWh/ton semen 115-120 kWh/ton semen 120-125 kWh/ton semen

Kapasitas produksi Lebih sedikit Sedikit Besar Paling Besar


Diameter 7,6 meter, Diameter 5 – 6 meter, Diameter 5 – 6 meter, Diameter 5 meter, panjang
Ukuran Kiln
panjang 232 meter panjang 90 meter panjang 90 meter 55 – 65 meter
Kadar debu yang
Lebih sedikit Sedikit Banyak Paling Banyak
dihasilkan
UARAIAN PROSES

 PROSES BASAH
Pada peoses ini, bahan baku
dipecah kemudian raw material
tersebut ditambahkan air dalam
jumlah tertentu serta ditambahkan
dengan luluhan tanah liat. Bubur
halus dengan kadar air 25-40% (slurry)
dikalsinasi dalam tungku panjang
(long rotary kiln).
 Proses Semi-Basah
Pada proses ini prosesnya hamper sama dengan proses basah. Hanya saja disini
umpan yang masuk dalam bentuk cake yang sebelumnya disaring terlebih dahulu
dengan filter press. Filter cake dengan kadar air 15-25% .
 Proses Semi-Kering
Proses ini dikenal sebagai grate process, dimana merupakan transisi dari proses
basah dan proses kering dalam pembentukan semen. Dalam proses semi kering,
umpan yang masuk dalam bentuk butiran. Bahan baku yang telah
dihancurkan,digiling dalam raw mill. Pada proses ini, umpan yag masuk ke dalam
tanur disemprot dengan air dengan alat yang disebut granulator (pelletizer) untuk
diubah menjadi granular atau nodule dengan kandungan air 10-12% dan
ukurannya menjadi seragam 10 – 12 mm. Proses ini menggunakan tungku tegak
(shaft kiln) atau long rotary kiln.
Proses Kering

 Pada proses ini bahan baku diolah


(dihancurkan) di dalam Raw Mill dalam
keadaan kering hingga menjadi halus dan
hasil penggilingan mempunyai kadar air 0,5
– 1%. Bahan baku yang telah digiling
dicampur dalam blending silo untuk
mendapatkan campuran yang homogen
dengan menggunakan udara tekan.
Tepung baku kemudian dikalsinasi dalam
rotary kiln yang selanjutnya didinginkan dan
dicampur dengan gypsum untuk kemudian
digiling lagi dalam finish mill hingga menjadi
semen.
HASIL DISKUSI
Hasil Analisa Expert Choice
 Struktur Hierarchy
Berdasarkan Gambar disamping, dipilih Dry Process dalam proses
pembuatan Semen dengan persentase pembobotan tertinggi
sebesar 40,2 %. Diikuti Semi-Dry Process dengan 27%; Semi-Wet
Process dengan 18,5%; dan persentase pembobotan terendah Wet
Process dengan 14,3%.
PENJELASAN STRUKTUR HIERARCHY

 Kapasitas Produksi
 Dalam hal ini dipilih dry process dengan kapasitas produksi paling besar dibandingkan
dengan jenis proses yang lainnya. Hal ini dikarenakan adanya alat tambahan pada jenis
proses ini, yaitu suspension preheater ditambah dengan calciner sebelum pembakaran
bahan baku di Kiln. Dengan adanya calciner, kapasitas produksi dapat mencapai dua
kali atau dua setengah kali lipat dibanding apabila kiln dipergunakan pada system
preheater tanpa calciner (Mahardika, 2015).
Ukuran Kiln

 Dalam proses pembuatan semen, salah satunya terdapat proses pembakaran


pada proses pembuatan klinker, yaitu mengubah panas latent dari bahan bakar
menjadi panas hasil pembakaran untuk proses reaksi bahan baku menjadi
klinker. Proses pembakaran tersebut terjadi dalam Kiln. Dalam hal ini dipilih dry
process pada pembuatan semen dikarenakan pada proses ini dibutuhkan Kiln
dengan diameter 5 meter, dan panjang yang hanya 55 – 65 meter.
Dibandingkan dengan jenis proses yang lain dengan panjang Kiln lebih besar
dari dry process, dapat menghemat cost dalam pemilihan alat.
Kebutuhan panas

 Panas sangat dibutuhkan dalam proses pembuatan semen. Semakin besar


panas yang dibutuhkan maka semakin banyak biaya yang diperlukan dan
begitu pula sebaliknya. Berdsasarkan data yang telah disajikan, proses yang
membutuhkan panas paling sedikit yaitu dry process sebesar 800 – 1000 kcal/kg
terak. Kemudian diikuti oleh semi dry process sebesar 1000 kcal/kg terak, semi
wet process 1000 – 1200 kcal/kg terak, dan wet process 1500 – 1900 kcal/kg
terak. Jadi, untuk kriteria kebutuhan panas, proses yang paling baik adalah dry
process. Karena membutuhkan panas paling sedikit.
Konsumsi bahan bakar

 Banyaknya bahan bakar yang dikonsumsi akan berpengaruh terhadap biaya yang harus
dikeluarkan. Semakin banyak konsumsi bahan bakar, maka semakin banyak biaya yang
harus dikeluarkan. Selain itu berpengaruh terhadap efisiensi pembakaran.
 Berdasarkn data yang telah disajikan, proses yang memiliki tingkat konsumsi bahan bakar
terendah yaitu dry process sebanyak 2750-4000 kJ/kg clinker.
 Jadi, untuk kriteria konsumsi bahan bakar, proses yang paling baik adalah dry process.
Karena konsumsi bahan bakar paling sedikit.
Kadar air

Jenis Proses Wet Semi-Wet Semi-Dry Dry

Kadar air 25 – 40 % 15 – 25 % 10 – 13 % 0,5 – 1 %

 Pengaruh dari kadar air yang digunakan untuk feed adalah kebutuhan energy
saat drying agar menjadi semen yang kering. Semakin banyak kadar air nya,
maka jumlah energy yang digunakan juga semakin besar untuk menguapakan
kandungan air.
Jenis
Wet Semi-Wet Semi-Dry Dry

Konsumsi energy
Proses
110-115 115-120 115-120 120-125
Konsumsi
kWh/ton kWh/ton kWh/ton kWh/ton
Energi
semen semen semen semen

 Konsumsi energy dari setiap proses bergantung pada jumlah kandungan air
yang akan diuapkan, berikut penjabarannya:
 Berdasarkan tabel diatas konsum energy yang paling tinggi adalah milik wet
process sebanyak 110-115 kWh/ton karena kebutuhan panas yang digunakan
sekitar 1500-1900 kcal/kg dimana digunakan untuk menghilangkan kadar
dengan penggunaan alat 6 stages preheater. Sedangkan konsumsi energy yang
paling rendah adalah pada dry process karena hanya membutuhkan 4 stages
preheater untuk mengeringkan semen, sehingga dapat menghemat
penggunaan panas sebesar 700 kcal/kg (Doelalkar, 2009).
Bentuk umpan tanur

 Dilihat dari bentuk umpan yang berbeda


maka pre-treatment yang dilakukan serta
alat yang digunakan juga akan berbeda
 Dapat dilihat pada gambar di atas bahwa
pre-trearment yang paling sederhana
adalah pada dry process dimana proses
penghancurannya menggunakan single
stage crusher dan kemudian pada proses
grindingnya menggunakan ball mill yang
dilengkapi dengan proses drying. Proses
pre-treatment pada semi-wet sama
dengan pada wet process hanya saja
sebelum masuk kiln ditambahi alat filter
press untuk mengurangi kadar air
(Doelalkar, 2009).
Kadar debu yang dihasilkan

 Dalam proses produksi semen akan menghasilkan debu yang terbuang ke


lingkungan. Semakin banyak debu yang dihasilkan maka semakin kurang efisien
prosesnya, karena semakin banyak pula produk semen yang terbuang ke
lingkungan. Untuk proses yang paling banyak menghasilkan debu adalah dry
process, lalu proses semi dry, kemudian semi wet process dan paling sedikit
adalah wet process. Jadi, untuk kriteria kadar debu yang dihasilkan, proses yang
paling baik adalah dry process. Karena konsumsi bahan bakar paling sedikit.
KESIMPULAN
Berdasarkan pembobotan yang telah dilakukan hasil bobot terbesar mengarah ke Dry Process
 Dikarenakan alasan sebagai berikut:
 Kapasitas produksi yang dihasilkan lebih besar daripada proses yang lainnya.
 Ukuran kiln yang digunakan dry process lebih kecil.
 Kebutuhan panas yang digunakan lebih kecil daripada proses yang lainnya karena kandungan air
bahan yang masuk sangat kecil.
 Konsumsi bahan bakar yang juga lebih sedikit dikarenakan kebutuhan energy yang lebih kecil pula.
 Kadar air umpan yang kecil sehingga menghemat kebutuhan energy.
 Alat tambahan sebelum proses adalah Suspension preheater yang digunakan untuk mengurangi
kadar air agar mengurangi beban pada kiln.
 Bentuk umpan yang akan masuk ke dalam proses pada dry process alat pre-treatment cukup
ringkas.
 Hasil debu pada dry process paling banyak namun hasil samping ini dapat digunakan untuk
produksi yang lain.

Anda mungkin juga menyukai