HUKUM POSITIF
A. Pengertian Dan Macam-Macam
Sumber Hukum
4. Traktat/Perjanjian Internasional
perjanjian yang diadakan oleh dua negara atau lebih yang
mengikat tidak hanya kepada masing2 negara itu, tetapi
mengikat pula terhadap warga negara dari negara-negara
yang berkepentingan.
Contoh : keputusan batas wilayah (darat, laut, udara),
hubungan diplomatik
Macam-macam Traktat :
a) Traktat bilateral
traktat yang diadakan hanya oleh dua negara,
misalnya perjanjian internasional yang diadakan
antara pemerintah RI dengan pemerintah RRC
tentang “Dwikewarganegaraan”
b) Traktat multilateral
yaitu perjanjian internasional yang diikuti oleh
beberapa negara, misalnya perjanjian tentang
pertahanan negara bersama negara-negara Eropa
(NATO) yang diikuti oleh beberapa negara Eropa.
Tahap – tahap pembuatan traktat :
a) Perundingan (negosiasi), suatu tahap dimana negara-
negara peserta traktat melalui wakil-wakilnya
merundingkan ketentuan-ketetuan yang akan
dirumuskan/dicantumkan dalam perjanjian.
b) Penutupan, negara – negara peserta dengan
wakil2nya telah menyetujui ketentuan2 yang akan
masuk yang dicantumkan dalam perjanjian
c) Penandatanganan, disini tergantung pada sistem
masing2 negara, apakah cukup oleh menteri saja,
presiden saja ataukah harus oleh ketiganya.
d) Penyimpanan/pertukaran dokumen, perjanian
bilateral cukup dgn pertukaran dokumen sedangkan
perjanjian multilateral ditentukan dimana dokumen itu
akan disimpan.
Wewenang mengadakan traktat ada pada Pasal 11 UUD
1945 : “ Presiden dengan persetujuan DPR menyatakan
perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan
negara lain”
Asas taktat “ Pacta Sunt Servanda” artinya setiap
perjanjian mengikat terhadap pihak-pihak yang
mengadakannya
Waktu / cara terjadinya traktat diatur oleh hukum
internasional konvensi wina 1948 Pasal 7,8,9,10,11.
5. Pendapat para sarjana hukum ( doktrin)
Doktrin adalah pendapat seseorang atau beberapa
orang sarjana hukum yang terkenal dalam ilmu
pengetahuan hukum. Doktrin dapat menjadi dasar
pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusannya.
Doktrin ini sangat penting dalam hukum internasional
yaitu dalam piagam mahkamah internasional ( statute
of international of justice) Pasal 38 (1) sub d, yang
memberi dasar pegangan kepada hakim mahkamah
internasional, bahwa dalam menimbang suatu
perselisihan dapat mempergunakan ; a) perjanjian2
internasional, b) kebiasaan2 Internasional, c) asas2
hukum yg diakui oleh bangsa2 yg beradab, d)
keputusan hakim dan pendapat sarjana hukum.
Doktrin yang dikemukakan oleh tokoh terkemuka :
a) Doktrin trias politika dari montesquieu, mengatakan
mengenai ;
Kekuasaan negara dibagi menjadi 3 lembaga, lembaga
legislatif (pembuat UU), lembaga eksekutif (pelaksana
UU), lembaga yudikatif (pengawas pelaksanaan UU/
kekuasaan mengadili).
Lembaga2 tersebut harus dipisahkan antara yang satu
dengan yang lainnya, tidak boleh adanya kerjasama.
b) Doktrin Mazhab sejarah oleh Carl Van Savigny,
hukum bukan ciptaan/ dibuat oleh manusia melainkan
hukum itu ada dan tumbuh bersama-sama dengan
berkembangnya masyarakat.
c) Doktrin dasar berdirinya PBB yg disponsori oleh
Woodrow Wilson’s Fourteen Points
untuk memudahkan tercapainya perdamaian
diperlukan adanya kerjasama dan perserikatan
antar bangsa-bangsa dengan hubungan
diplomasi2 terbuka.
Didalam hukum islam bahwa al-qur’an dan hadist
juga ijtihad (doktrin) menjadi sumber hukum islam.
Contohnya : doktrin (ijtihad) dari islam imam abu
hanifah, imam malik, imam syafei, imam
hambali,dsb. Tentang hukum perkawinan, waris dll.
D. Asas-asas perundang-undangan
1. Azas legalitas, berisikan "nullum delictum nula poena sine
praevia lege poenali", yang artinya tidak ada suatu perbuatan
dapat dipidana kecuali telah ada ketentuan atau undang-
undangnya. Hal ini dapat dipahami bahwa segala perbuatan
pelanggaran atau kejahatan apapun tidak dapat dipidana atau
diberi hukuman bila tidak ada undang-undang yang
mengaturnya
2. "Lex specialis derogat legi generali", artinya hukum yang
khusus mengesampingkan hukum yang umum. Atau segala
undang-undang ataupun peraturan yang khusus mengabaikan
atau mengesampingkan undang-undang yang umum. Contoh
: Apabila terdapat kekerasan dalam rumah tangga, maka
pelaku dapat dikenai UU KDRT, bukan KUHPidana.
Pemakaian hukum yang khusus ini antara lain karena
hukumannya yang lebih berat dibandingkan dengan
KUHPidana.
3. "Lex posteriori derogat legi priori"
artinya hukum yang baru mengesampingkan hukum yang
lama. Maksudnya ialah, UU yang baru mengabakan atau
mengesampingkan UU yang lama dalam hal yang sama.
Dengan kata lain UU yang baru ini dibuat untuk melengkapi
dan menyempurnakan serta mengoreksi UU yang lama.
Sehingga UU yang lama sudah tidak berlaku lagi.
4. "Lex superior derogat legi inferiori", artinya hukum
yang urutan atau tingkatnya lebih tinggi
mengesampingkan atau mengabaikan hukum yang lebih
rendah. Bila terdapat kasus yang sama, akan tetapi
ketentuan undang-undangnya berbeda, maka ketentuan
undang-undang yang dipakai adalah UU yang
tingkatnya lebih tinggi. Contoh : UU lebih tinggi dari
PP, maka PP diabaikan dan harus berpatokan pada UU.
5. Asas non-retroaktif
UU hanya mengikat bagi masa yang akan datang dan
tidak mempunyai ketentuan berlaku surut
pengecualian dalam hukum pidana Pasal 1(1) KUHP
(Tidak boleh ditetapkan ketentuan perundang –
undangan dengan berlaku surut).
6. UU tidak dapat diganggu gugat
7. Setiap orang dianggap tahu UU