• Aliran Sosiologis Roscoe Pound: 1. Hukum dalam arti sebagai tata hukum (hubungan antara manusia dengan individu lainnya, dan tingkah laku para individu yang mempengaruhi individu lainnya, atau tata sosial, atau tata ekonomi). 2. Hukum : kumpulan dasar-dasar kewenangan dari putusan- putusan pengadilan dan tindakan administratif (harapan/tuntutan oleh manusia sebagai individu ataupun kelompok manusia yang mempengaruhi hubungan mereka atau menentukan tingkah laku mereka). “Realitas Sosial” dan negara didirikan demi kepentingan umum & hukum adalah sarana utamanya. • Aliran Realis
Holmes: The prophecies of what the court will
do… are what I mean by the law (apa yang diramalkan akan diputuskan oleh pengadilan, itulah yang artikan sebagai hukum). Llewellyn: What officials do about disputes is the law it self (apa yang diputuskan oleh seorang hakim tentang suatu persengketaan, adalah hukum itu sendiri). • Aliran Antropologi Schapera: (hukum adalah setiap aturan tingkah laku yang mungkin diselenggarakan oleh pengadilan). Gluckman: (hukum adalah keseluruhan gudang- aturan di atas mana para hakim mendasarkan putusannya). Bohannan: (hukum adalah merupakan himpunan kewajiban-kewajiban yang telah dilembagakan kembali dalam pranata hukum). • Aliran Historis
Karl von Savigny: (Keseluruhan hukum sungguh-
sungguh terbentuk melalui kebiasaan dan perasaan kerakyatan, yaitu melalui pengoperasian kekuasaan secara diam-diam. Hukum berakar pada sejarah manusia, dimana akarnya dihidupkan oleh kesadaran, keyakinan dan kebiasaan warga negara. • Aliran Hukum Alam Aristoteles: Hukum adalah sesuatu yang berbeda daripada sekedar mengatur dan mengekspressikan bentuk dari konstitusi; hukum berfungsi untuk mengatur tingkah laku para hakim dan putusannya di pengadilan dan untuk menjatuhkan hukuman terhadap pelanggar. Thomas Aquinas: Hukum adalah suatu aturan atau ukuran dari tindakan-tindakan, dalam hal mana manusia dirangsang untuk bertindak atau dikekang untuk tidak bertindak. • Aliran Positivis Jhon Austin: Hukum adalah seperangkat perintah, baik langsung ataupun tidak langsung, dari pihak yang berkuasa kepada warga masyarakatnya yang merupakan masyarakat politik yang independen, dimana otoritasnya merupakan otoritas tertinggi. Blackstone: Hukum adalah suatu aturan tindakan-tindakan yang ditentukan oleh orang- orang yang berkuasa bagi orang-orang yang dikuasi, untuk ditaati. FUNGSI HUKUM 1. Fungsi langsung dan Tidak Langsung Fungsi langsung yang bersifat primer, mencakup (+) pencegahan perbuatan tertentu dan mendorong dilakukannya perbuatan tertentu, (+) penyediaan fasilitas bagi rencana-rencana privat, (+) penyediaan servis dan pembagian kembali barang-barang (+) penyelesaian perselisihan di luar jalur reguler. Fungsi langsung yang bersifat sekunder, mencakup: (+) prosedur perubahan hukum, meliputi antara lain: constitution making bodies, parliements, local authorities, administrative legislation custom, judicial law-making, regulations made by independent public bodies (+) prosedur bagi pelaksana hukum • Fungsi Tidak Langsung Termasuk di dalam fungsi hukum yang tidak langsung ini adalah memperkuat atau memperlemah kecenderungan untuk menghargai nilai-nilai normal tertentu, sebagai contoh: 1. kesucian hidup 2. memperkuat atau memperlemah penghargaan terhadap otoritas umum, 3. mempengaruhi perasaan kesatuan nasional 2. Fungsi hukum sebagai “a tool of social control” Ronny Hantijo Soemitro (1984:134): Kontrol sosial merupakan aspek normatif dari kehidupan sosial atau dapat disebut sebagai pemberi definisi dari tingkah laku yang menyimpang serta akibat- akibatnya seperti larangan-larangan, tuntutan- tuntutan, pemindanaan dan pemberian ganti rugi. • hukum bukan satu-satunya alat pengendali atau pengontrol sosial. Hukum hanyala salah satu alat kontrol sosial dalam masyarakat. 3. Fungsi hukum sebagai “ a tool of social engineering” hukum sebagai alat untuk mengubah masyarakat, hukum mungkin dapat digunakan sebagai alat oleh agent of change. pelopor perubahan adalah seseorang /kelompok yang mendapat kepercayaan dari masyarakat sebagai pemimpin atau lebih lembaga kemasyarakatan. Pelopor perubahan memimpin masyarakat dalam mengubah sistem sosial dan di dalam melaksanakan hal itu langsung tersangkut dalam tekanan untuk mengadakan perubahan, dan bahkan mungkin menyebabkan perubahan-perubahan pula pada lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya. • Langkah-langkah “alat rekayasa sosial”, sebagai berikut: 1. Mempelajari efek sosial yang nyata dari lembaga-lembaga serta ajaran-ajaran hukum 2. Melakukan studi sosiologis dalam rangka mempersiapkan perundang-undangan. Membuat undang-undang dengan cara membanding-bandingkan selama ini dianggap sebagai cara bijaksana. 3. Melakukan studi tentang bagaimana membuat peraturan-peraturan hukum menjadi efektif. 4. Memperhatikan sejarah hukum,: studi tentang efek sosial apa yang ditimbulkan oleh ajaran- ajaran hukum itu pada masa lalu dan bagaimana cara timbulnya. Studi itu untuk menunjukkan bagaimana hukum pada masa lalu itu tumbuh dari kondisi sosial, ekonomi dan psikologis, bagaimana ia menyesuaikan diri kepada semuanya itu, dan seberapa jauh kita dapat mendasarkan atau mengabaikan hukum itu guna mencapai hasil yang kita inginkan. 5. Pentingnya melakukan penyelesaian individual secara ketentuan nalar selama ini masih sering dikorbankan demi mencapai suatu tingkat kepastian yang sebetulnya tak mungkin (aliran ini) menerima kehadiran peraturan hukum sebagai pedoman yang umum bagi para hakim yang akan menuntunnya ke arah hasil yang adil, tetapi mendesak agar dalam batas- batas yang cukup luas hakim harus bebas untuk mempersoalkan kasus yang dihadapinya, sehingga dengan demikian, bisa memenuhi tuntutan keadilan diantara pihak-pihak yang bersengketa dan bertindak sesuai nalar yang umum dari orang awam itu. • empat asas utama bagi penggunaan metode “law as a tool of social engineering” sebagai berikut: 1. Menguasai dengan baik situasi yang dihadapi 2. Membuat suatu analisis tentang penilaian- penilaian yang ada serta menempatkan dalam suatu urutan hierarki. Analisis dalam hal ini mencakup pula asumsi mengenai apakah metode yang akan digunakan tidak akan menimbulkan suatu efek yang memperburuk keadaan. 3. Melakukan verifikasi hipotesis-hipotesis seperti apakah suatu metode yang dipikirkan untuk digunakan pada akhirnya nanti memang akan membawa kepada tujuan sebagaimana yang dikehendaki. 4. Pengukuran terhadap efek perundang- undangan yang ada. • Contoh dampak positif penggunaan hukum rekayasa sosial antara lain: 1. Putusan Mahkamah Agung Amerika Serikat pada tahun 1954 yang menetapkan bahwa orang kulit hita harus dipersamakan dengan orang kulit putih. 2. Undang-undang dan peraturan-peraturan lain mengenai lingkungan hidup. • Dampak negatif “rekayasa sosial” antara lain: 1. Peraturan yang dibuat oleh negara yang sedang berkembang yang sering diikuti kampanye untuk mengubah cara-cara petani mengelola pertaniannya dari cara tradisional menjadi cara-cara modern, ini terbukti mempunyai dampak yang merugikan baik dilihat dari segi ekologi maupun ekonomi. • Pertanian di kawasan Amerika Utara memang sangat tinggi taraf prestasinya dan memberi hasil bahan pangan yang sangat banyak tiap hektar. Tetapi dilihat dari sudut pertimbangan biaya dan kebijaksanaan energi, usaha pertanian itu tidak layak dijadikan teladan bagi negara-negara sedang berkembang pada umumnya • Di Amerika Serikat, pengerahan energi teknik dalam wujud pupuk, mesin, bahan pemberantas hama perusak, serta pengairan bertakaran sebanyak 90 liter minyak bumi untuk tiap hektar lahan pertanian, dilihat dari sudut pengerahan energi teknik ini, untuk menghasilkan satu gelas susu diperlukan pengerahan energi (tanpa energi matahari). 2. Demi suksesnya program Keluarga Berencana, Bupati Sukaharjo telah menganjurkan supaya instansi yang ada di Kabupatennya tidak memberikan izin cuti hamil bagi ibu-ibu yang menantikan kelahiran anak keempat. Ide baru ini diucapkan di depan kepala dinas dan jawatan se kabupaten Sukaharjo Jawa Tengah. • Anjuran Bupati tersebut jelas merupakan anjuran yang ingin mengubah kebiasaan warga masyarakat di daerahnya ke arah terlaksananya program keluarga berencana, suatu rekayasa sosial sesuai pikiran bupati tersebut, tetapi dapat membahayakan kesehatan ibu-ibu yang hamil, bahkan tidak mustahil berakibat yang lebih fatal, misalnya terjadi abortus dari ibu-ibu hamil. Belum lagi jika bupati tersebut sampai digugat ganti rugi dalam hal terjadi kecelakaan atau gangguan kesehatan dari ibu hamil. • Jadi peranan hukum yang diharapkan sebagai alat untuk mengubah masyarakat sebagai alat rekayasa sosial, tidak lain menempatkan hukum itu sebagai motor yang nantinya akan menyebarkan dan menggerakkan ide-ide yang ingin diwujudkan oleh hukum tersebut. Jadi bekerjanya hukum bukan hanya merupakan fungsi perundang-undangan belaka, melainkan juga akitivitas birokrasi pelaksanaannya. • Di dalam memfungsikan hukum sebagai alat rekayasa sosial, di bidang legislatif hendaknya jangan sampai memproduk “a sweeping legislation”. Yang dimaksud sebagai “a sweeping legislation” (suatu produk legislatif yang pembuatannya dilakukan secara tergesa- gesa, tanpa memperhatikan faktor non hukum, sehingga kelak produk legislatif itu tidak efektif setelah diberlakukan). 4. Fungsi hukum sebagai simbol simbolis itu mencakupi proses-proses dimana seseorang menggambarkan atau mengartikan dalam suatu istilah yang sederhana tentang perhubungan sosial serta fenomena-fenomena lainnya yang timbul dari interaksinya dengan orang lain. contohnya dalam hukum: seseorang yang mengambil barang orang lain dengan maksud memiliki, dengan jalan melawan hukum, oleh hukum pidana disimbolkan sebagai tindakan pencurian yang seyogyanya dihukum 5. Fungsi hukum sebagai “a political instrument” Hukum dan politik memang sulit dipisahkan, Pandangan kaum dogmatik adalah bahwa fungsi hukum sebagai alat politik tidak merupakan gejala universal, melainkan hanya ditemukan pada negara- negara tertentu dengan sistem tertentu. Mereka menganggap konsep negara hukum melarang hukum dijadikan sebagai alat politik, merupakan hal yang universal. Apalagi jika dikaitkan dengan fungsi hukum sebagai alat rekayasa sosial, maka peranan penguasa politik terhadap hukum adalah sangat besar. • Dalam sistem hukum kita di Indonesia, undang-undang adalah produk bersama DPR dan pemerintah. Kenyataan ini tak mungkin disangkal betapa para politisilah yang memprodukkan undang-undang (hukum tertulis). Pandangan bahwa hukum tak mungkin dipisahkan sama sekali dari politik TUJUAN HUKUM 1. Teori etika (Ethische Theori) : Menurut teori ini tujuan hukum hanya ditempatkan sebagai perwujudan keadilan . mksdnya bahwa keadilan ini bukanlah keadilan yang mutlak, jadi setiap orang akan mendapatkan keadilan sesuai dengan jasanya. Jadi adanya suatu keseimbangan. • Tokohnya : Geny 2. Teori Utilitis : Menurut teori ini tujuan hukum adalah kemanfaatan atau kebahagiaan masyarakat atau manusia semata –mata. Tokohnya : Jeremy Bentham, John Austin, J.S. Mills 3. Teori gabungan (Gemengde Theori) : Tujuan hukum bukan hanya untuk keadilan saja tetapi juga kemanfaatan Tokohnya : J. Schrasset 4. Tujuan hukum menurut hukum islam : Menurut hukum islam tujuan hukum adalah untuk menegakkan kemashlahatan dan menghilangkan segala kerusakan • Tujuan hukum tersebut dapat dicapai jika melalui 5 tahap : 1. Memelihara agama QS al-maidah ayat 3, Qs an- nissa ayat 48 (tdk boleh melakukan syirik /menyekutukan allah swt), Q.S ASH – SHAFF ayat 14 (org2 beriman untuk selalu menegakkan agama allah swt) 2. Memelihara jiwa Dalam q.s al-maidah ayat 32 dan al – furqaan ayat 68 Dikatakan bahwa dalam islam ada larangan untuk membunuh dan bunuh diri. 3. Memelihara keturunan, Qs Al-Israa ayat 32 (Dalam islam ada larangan untuk berzina), Qs an- nissa ayat 22-25 (hukum perkawinan)