Anda di halaman 1dari 32

By. Nurul Hidayatun J, S.Si.

WANITA SEBAGAIIBU
Pengertian wanita

Berasal dari kata vani atau vanita (sanskerta)


berarti keinginan.

Wanita adalah perempuan dewesa yang


menitik beratkan kepada sifat keibuan secara
fungsional dalam tanggungjawab.
• Pengertian ibu
Ibu berasal dari kata empu ( sanskerta) yang berarti
mulia, dihormati, membimbing dan mengasuh. Ibu
adalah orangtua perempuan seorang anak, baik
melalui hubungan biologis maupun sosial.

• Pengertian wanita sebagai ibu


Perempuan dewasa yang lebih menonjol pada sifatnya
sebagai yang mulia, dihormati, membimbing,
mengasuh atau dapat dikatakan sebagai guru,
penuntun yang penuh kasih dan perawat walaupun
tidak semata-mata dibatasi oleh hubungan biologis.
Proses perubahan dan pencapaian
peran wanita sebagai ibu

1. Tahap psikososial dalam mencapai peran


2. Faktor-faktor yang mempengaruhi
3. Aktivitas pencapaian peran ibu
Tahap psikososial dalam pencapaian
peran
1. Anticipatory stage adalah seorang ibu mulai
melakukan latihan peran dan memerlukan interaksi
dengan anak yang lain.
2. Honeymoon stage adalah ibu mulai memahami
peran dasar yang dijalaninya pada tahap ini ibu
memerlukan bantuan dari keluarga lain
3. Plateu stage adalah ibu akan mencoba apakah
mampu berperan sebagai ibu tahap ini memerlukan
waktu sampai ibu kemudian melanjutkan sendiri
4. Disengagement adalah merupakan tahap
penyelesaian yang mana latihan peran sudah berakhir
Faktor-faktor yang mempengaruhi
dalam beradaptasi
1. Kehamilan direncanakan atau tidak
2. Efek faktor obstetri
3. Usia
4. Penggunaan dan penyalahgunaan obat
5. Citra perubahan tubuh
Pencapaian peran ibu

• Aktivitas taking on adalah meniru sikap orang


lain, belajar dari berbagai sumber tentang
kehamilan, persalinan dan perawatan bayi,
mencoba menggendong, menyuapi dan
mengganti popok bayi
• Aktivitas taking in adalah membayangkan dirinya
saat melahirkan, mengurus anak, hubungan
suami dengan keluarga
• Aktivitas letting go adalah mengingat kembali hal-
hal yang berhubungan dengan peran dari
sebelumnya melepas peran yang tidak lagi sesuai
Keadaan dan perubahan psikologi

• Ibu berusaha untuk menjadi orangtua yang


terbaik bagi anaknya
• Ibu berusaha menghilangkan sifat atau
perilaku buruk
• bu berusaha memberikan semua kasih
sayangnya
Faktor yang mempengaruhi
perubahan psikologi
1. Fungsi keibuan
2. Sifat keibuan
3. Relasi ibu dan anak
4. Ibu tiri dan ibu angkat
Fungsi Ke ibuan
• Memenuhi kebutuhan fisiologi dan psikis
• Peran dalam merawat dan mengurus keluarga
• Peran ibu sebagai pendidik
• Peran ibu sebagai contoh dan teladan
• Peran ibu sebagai manager
• Ibu memberi rangsangan dan pelajaran
• Peran ibu sebagai istri
Beber apa Tips Seor ang Ibu menj adi
Idola bagi Anak-Anaknya

1. Selalu berusaha mendekatkan


diri dengan anak dengan cara
menjalin intraksi dan
komunikasi yang positif dan
akrab dengan anak
2. Tanggap dan sensitif terhadap
kebutuhan-kebutuhan fisik anak
sesuai dengan kemampuan
3. Menampilkan sifat-sifat khasseorang
ibu
4. Sediakan waktu yang cukup untuk
anak
5. Bersedia menjadi tempat
“curhat”bagi anak.
6. Memperluas dan wawasan
pengetahuan dan keterampilan
dalam mengasuh anak
B. Sifat Keibuan
Sifat keibuan merupakan sifat yang lazim
dimiliki seorang wanita, sifat tersebut antara
lain:
1. sabar
2. melindungi
3. Kasih Sayang
4. Ketulusan dalam memberi
5. kesetian total
6. tetapi tanpa pernah merasa kehilangan
dirinya saat mencintai orang lain
Sifat keibuan

• Merupakan sifat yang lazim dimiliki wanita, sifat tersebut
mendorong seorang wanita untuk bersikap lemah lembut, penuh
kasih sayang dan ketulusan, tetapi dari kesemuanya itu tidak
menutup kemungkinan seorang wanita atau ibu tidak memiliki sifat
keibuan.

• Sifat-sifat keibuan secara garis besar digolongkan dalam 2 ide:


• · Kualitas tertentu dari karakter dan kepribadian wanita yang
bersangkutan
• · Gejala emosional pada wanita tersebut, yang bersumber pada
ketidakberdayaan bayi dan anak, sebab bayi atau anak selalu
bergantung dan membutuhkan pertolongan serta pemeliharaan,
terutama dari ibunya.
C. Relasi Ibu dan
Anak

Relasi ibu dan anak bisa


terjalin dengan baik apabila
adanya pengertian dan
pemahaman ibu terhadap
sikap-sikap yang dimiliki
anaknya
3 fase perkembangan relasi ibu dan anak selama hamil

• Fase 1
Menerima fakta kehamilan Berkata “ saya hamil”

Pada awal kehamilan pusat pikiran ibu


berfokus pada dirinya sendiri dan pada realitas
awal kehamilan itu sendiri. Anak dipandang sebagai
bagian dari seseorang dan kebanyakan wanita
berfikir bahwa janinnya tidak nyata selama awal
periode masa hamil (lumley,1980,1982).
• Fase 2
• Menerima janin tumbuh sebagai sesuatu yang terpisah dan perlu
dirawat “ saya akan memiliki bayi”
• Selama trimester ke dua , biasanya pada bulan kelima , kesedaran
akan adanya anak sebagi makhluk yang terpisah semakin nyata.
Kemempuan untuk membedakan anak dari diri wanita itu sendiri
ialah awl hubungan anak dan ibu, yang melibatkan bukan saja
perawatan , tetapi juga tanggung jawab. Wanita yang
merencanakan kehamilannya akan merasa senang dengan
kehamilannya dan ikatannya dengan anaknya terbentuk terlebih
dahulu daripada ikatan anaknya dengan wanita lain.
• Dengan menerima realitas seorang anak ( mendengar denyut
jantung dan merasakan gerakan anak) dan perasaan sejahtera yang
utuh. Anak impian menjadi begitu sangat berharga di mata sang
ibu. Ia lbih memusatkan perhatiannya pada anak yang
dikandungnya, suaminya merasa diacuhkan dan anak- anak yang
lain menuntut lebih banyak sebagai upaya untuk enerik kembali
perhatian ibu kepada mereka.
• Fase 3
Mempersiapkan diri untuk melahirkan dan mengasuh
anaknya “saya akan menjadi ibu”

• Ibu mulai dengan realisis mempersiapkan diri untuk melahirkan dan


mengasuh anaknya. Ia akan mengatakan “ saya akan menjadi ibu”
dan ia muai mendefinisikan sifat- sifat anak tersebut.
• Walaupun hanya ibu yang merasakan anak yang berada dalam
kandungan, kedua orang tua dan saudara- saudara percaya anak
yang berada dalam kandungan berespon dengan cara yang sangat
pribadi dan individual. Anggota keluarga dapat berinteraksi
sebanyak- banyaknya dengan anak di dalam kandungan ini ,
misalnya dengan berbicara kepada janin dan mengelus perut ibu,
terutama ketika janin berubah posisi.
• Ikatan diperkuat melalui penggunaan respon sensual atau
kemampuan oleh kedua pasangan dalam melakukan interaksi
orang tua anak.
Respon dan kemampuan yang dipakai untuk memeperkuat ikatan ibu dan
anak

• · Sentuhan
• Sentuhan atau indra peraba , dipakai secara ekstensif oleh orang tua dan
pengasuh lain sebagai suatu sarana untuk mengenali bayi baru lahir.
Banyak ibu yang segera ingin meraih anaknya saat ia baru dilahrkan dan
tali pusatnya dipotong. Mereka mengangkat bayi ke dada , merangkulnya
ke dalam pelukan , dan mengayun- ayunnya. Cara- cara ibu mendekatkan
diri dengan anak melalui sentuhan antara lain:
• 1) Begitu anak dekat dengan ibunya, mereka memulai proses
eksplorasi dengan ujung jarinya , salah satu daerah tubuh yang paling
sensitif.
• 2) Kemudian pengasuh memakai telapak tangannya untuk menenelus
badan bayi dan akhirnya memeluk dengan lengannya.
• 3) Gerakan- gerakan lembut dipaki untuk menenangkan bayi
• 4) Ibu menepuk atau mengusap lembut bayi mereka di punggung
setelah menyusuinya , lalu bayi juga aka menepuk- nepuk dada ibunya
sewaktu menyusu.
• Kontak mata
• Kesenangan untuk melakukan kontak mata diperlihatkan
berulang- ulang. Beberapa ibu berkata , begitu bayinya bisa
memandang mereka, mereka merasa lebih dekat dengan
bayinya. Orang tua menghabiskan waktu yang lama untuk
membuat bayinya membuka matanya dan melihat mereka.
• Ketika bayi baryy lahir mampu secara fungsional
mempertahankan kontak mata, oranmg tua dan bayi akan
menggunakan lebih banyak waktu untuk saling
memandang, seringkali dalam posisi bertatapan. En Face (
bertatap muka) adalah suatu posisi dimana kedua wajah
terpisah kira- kira 20 cm pada bidang pandang yang sama.
Bayi baru lahir dapat diletakan cukup dekat untuk dapat
melihat wajah orangtuanya. Pemberian obat mata dapat
ditunda sampai bayi dan orangtua selesi meakukan upacara
• Suara
Saling mendengar dan merespon suara antara
orangtua dan bayinya juga penting. Orang tua
menunggu tangisan bayinya dengan perasaan
cemas. Saat sura yang membuat mereka yakin
bayinya dalam keadaan sehat terdengar ,
mereka mulai melakukan tindakan untuk
menghibur. Ketika ornag ntua berbicara
dengan menggunakan nada tiinggi , bati
menjadi tenang dan beralih ke mereka.
· Aroma
Perilaku lain lain yang terjalin antara bayi dengan orang tua
yaitu respon trhadap aroma atu bau masing- masing . Ibu
berkomentar terhadap aroma bayi mereka ketika baru lahir
dan mengetahui bahwa setiap anak memiliki aroma yang unik.
Bayi belajar dengan cepat untuk membedakan susu ibunya.
· Entraiment
Bayi baru lahir bergerak sesuai dengan struktur pembicaraan
orang dewasa. Mereka menggoyang tangan, mengangkkat
kepala,menendang- nendang kaki , seperti berdansa
mengikuti nada suara orangtuanya. Hal ini berarti telah
mengembangkan irama muncul akibat kebiasaan jauh
sebelum ia mampu berkomunikasi dengan kata – kata.
Entrainment terjadi saat anak mulai berbicara. Irama in juga
berfungsi sebagai umpa balik positif kepada orangtua dan
menegakn suatu pola komunikasi efektif yang positif.
• Bioritme
Anak yang baru lahir dapat dikatakan senada dengan ritme alamiah
ibunya , misalnya pada denyut jantung. Setelah lahir, bayi yang
menangis dapat ditenangkan dan dipeluk dengan posisi yang
sedemikian sehinggga ia bisa endengar denyut jantungnga ibunya
atau mendengar suara denyut jantung yang direkam. Salah satu
tugas bayi baru lahir adalah membebtuk ritme personal ( bioritme).
Orangtua dapat membantu proses ini dengan memberi kasih sayang
yang konsisten dengan memanfaatkan waktu bayi saat
mengmbangkan perilaku yang responif. Hal ini meningkatkan reaksi
sosial dan kesempatan bayi untuk belajar. Semakin cepat orangtua
menjadi kompeten dalam aktivitas perawatan anak, semakin cepat
energi psikologis mereka dapat disalurkan untuk mengamati
komunikasi bayi mereka.
• Lebih banyak riset tentang ibu dan bayi dari kelompok budaya yang
berbeda diperlukan untuk membantu perawat dalam memahami pola
komunikasi antara orangtua dengan anaknya sehingga pengkajian serta
intervensi yang tepat budaya bisa dilakukan untuk mendukung proses
ikatan.
• Keibuan itu bersangkutan dengan relasi ibu dengan anaknya, sebagai
kesatuan fisiologis, psikis dan sosial. Relasi tersebut dimulai sejak si janin
ada dalam kandungan ibunya, dan dilanjutkan dengan proses proses
fisiologis berupa masa hamil, kelahiran, periode menyusui dan
memelihara si upik atau sibuyung. Semua fungsi fisiologis tersebut
senantiasa dibarengi dengan komponen
komponen fisiologis.Namun secara individual menujukkan adanya
perbedaan, karena sifat – sifat kepribadian setiap individu wanita berbeda.
• Pengalaman-pengalaman sebagai seorang ibu tersebut menumbuhkan
tugas-tugas kewajiban serta reaksi-reaksi emosional yang khas, baik yang
bersifat positif (umpama kebahagian), maupun yang bersifat negatif,
misalnya kecemasan dan ketakutan tertentu.
Dalam proses perubahan seorang wanita menajdi
sesosok ibu tentu banyak faktor-faktor yang ikut
berpengaruh sehingga ibu itu mengalami
perubahan dalam psikologinya, perubahan
tersebut anatara lain :
• Hadirnya anak dalam suatu keluarga
• Lingkungan keluarga
• Pertumbuhan dan perkembangan anak
• Dukungan suami
IBU TIRI
Ibu tiri adalah ibu yang menggantikan
posisi ibu kandung karena dinikahi oleh
ayah biologis anak.

IBU ANGKAT
Adalah ibu yang mengangkat seorang
anak orang lain sebagai anak sendiri dan
mempunyai hak yang sama dengan anak
kandung.
Beberapa Tip Calon Ibu Tiri untuk
mendapat Perhatian dari anakTiri

1. Jadilah diri sendiri


2. Bermainlah dalam permainan mereka
3. Berpikirlah 2 kali untuk menikahi ayah si
anak, jika anda tidak menyukai anak
kecil
4. Anda harus siap menerima ibu
kandung si anak jika memang masih
ada
5. Jika ibunya sudah meninggal, anda
dituntut untuk menggantikan sosok
ibunya.
6. Sertakan anak-anak setiap kali anda
kencan dengan ayahnya.
7. Intinya sayangi anak tiri anda seperti
anak kandung
Hal-hal yang membantu wanita sebagai
seorang ibu
· Jadikan suami sebagai partner
· Beri kesempatan suami dalam mengurus
rumah tangga
· Realistis – cari bantuan
· Jangan merasa bersalah
· Waktu untuk “saya”
· Waktu untuk suami
Referensi :
Kartono, kartini.2007.psikologi wanita (jilid II)
mengenal wanita sebagai ibu dan nenek.
Bandung:CV mandar maju
Marni dan margiati.2013.pengantar psikologi
kebidanan.yogyakarta:pustaka pelajar

Anda mungkin juga menyukai