Anda di halaman 1dari 21

Kemunduran/ Kehancuran

Bani Abbasiyah
FAKTOR KERUNTUHAN BANI
ABBASIYAH
Ketergantungan
Kemewahan Faktor Dalam dan kepercayaan
hidup di kalangan
khalifah kepada
penguasa
wazir-nya sangat
tinggi.
Perebutan
kekuasaan antara
Melebihkan keluarga Bani
Konflik
Bangsa Asing dari Abbasiyah
keagamaan
Bangsa Arab

Angkara murka
Pengaruh bid’ah- Luasnya wilayah
terhadap Bani Kemerosotan
bid’ah agama dan kekuasaan Bani
Umayah dan ekonomi
filsafat Abbasiyyah
Alawiyin
Kemewahan Hidup di Kalangan Penguasa
• Perkembangan peradaban dan kebudayaan serta kemajuan besar
yang dicapai Bani Abbasiyah pada periode pertama telah mendorong
para penguasa untuk hidup mewah, bahkan cenderung mencolok.
Setiap khalifah cenderung ingin lebih mewah daripada
pendahulunya.
Melebihkan Bangsa Asing dari Bangsa Arab

• Keluarga Abbasiyah memberikan pangkat dan jabatan negara yang


penting-penting dan tinggi-tinggi, baik sipil ataupun militer kepada
bangsa Persia. Kebengisan keluarga Abbasiyah menindas dan
menganiaya keluarga Bani Umayah dan perbuatan mereka memusuhi
kaum Alawiyin, kian menambah amarah dan sakit hati mereka.
Angkara murka terhadap Bani Umayah dan
Alawiyin
• Keluarga Abbasiyah melakukan siasatnya dengan menindas dan
menganiaya Bani Umayah dan memusuhi kaum Alawiyin yang
mengakibtkan kerugian bagi dirinya sendiri. Mereka lupa bahwa
berdirinya Bani mereka adalah hasil kerja sama dengan keluarga
Alawiyin yang tiada sedikit jasanya kepada mereka dalam menjauhkan
kekuasaan Bani Umayah.
Perebutan kekuasaan antara keluarga Bani
Abbasiyah
• Banyak sejarawan yang menyatakan bahwa perebutan kekuasaan
antara keluarga Bani Abbasiyah ialah ketika terjadinya perang saudara
antara al-Amin dan al-Makmun. Tetapi kalau kita cermati lebih dalam
bahwa perebutan kekuasaan antara keluarga Bani Abbasiyah adalah
ketika masa khalifah Musa al-Hadi yaitu ketika Musa al-Hadi ingin
membatalkan putra mahkota yang diberikan khlaifah al-Mahdi kepada
Harun ar-Rasyid dan membai’ahkan putranya sendiri yang bernama
Jafar. Walaupun hal ini tidak kesampaian dilaksanakan oleh Musa al-
Hadi karena dia telah diburu ajalnya
Pengaruh bid’ah-bid’ah agama dan filsafat

• Beberapa orang khalifah Abbasiyah seperti Al-Makmun, Al-Muktasim


dan Al-Wasiq amat terpengaruh oleh bid’ah-bid’ah agama dan
pembahasan-pembahasan filsafat. Hal ini menimbulkan bermacam-
macam madzhab dan merenggangkan persatuan umat Islam sehingga
mereka terpecah belah kepada beberapa partai golongan dan ini
menjauhkan hati kaum agamawan.
Konflik keagamaan

• Timbulnya konflik keagamaan ini dimulai ketika terjadinya konflik


antara Khalifah Ali ibn Thalib dan Muawiyah yang berakhir lahirnya
tiga kelompok umat yaitu pengikut Muawiyah, Syi’ah dan Khawarij,
ketiga kelompok ini senantiasa berebut pengaruh. Yang senantiasa
berpengaruh baik pada masa Bani Umayah atau Abbasiyah.
• Ketika kekhalifahan Abbasiyah muncul juga kaum zindik yang lahir
pada masa Khalifah al-Mahdi, kaum ini menghalalkan yang haram dan
mencederakan adab kesopanan dan budi kemanusiaan. Oleh karena
itu al-Mahdi berusaha menindas golongan ini, sehingga untuk itu dia
mendirikan suatu jawatan istimewa dikepalai oleh seorang yang
pangkatnya bernama “Shahibu az-Zanadiqah”. Tugasnya adalah
membasmi kaum itu serta mengikis faham dan pengajarannya. Hal ini
dilanjutkan oleh anaknya yaitu Khalifah Musa al-Hadi
Ketergantungan dan kepercayaan khalifah kepada
wazir-nya sangat tinggi.
• Dalam hal ini kita bisa melihat beberapa khalifah yang terlalu
mempercayakan kepercayaannya terhadap wazirnya. Seperti yang
dilakukan oleh Khalifah al-Amin yang menyerahkan sekalian urusan
Baninya kepada wazirnya Fadhal ibn Rabi. Dia terkenal pandai
memfitnahi dan memburukkan orang lain. Dia pula yang menghasut
Harun ar-Rasyid untuk menggulingkan keluarga Barmak dan dia juga
yang memutusan tali silaturrahim antara adik dan kakak, yaitu antara
al-Amin dan al-Makmun yang mengakibatkan meletusnya perang dua
saudara dengan tewasnya al-Amin dan naiknya al-Makmun
kesinggasana Khalifah.
Luasnya wilayah kekuasaan Bani Abbasiyyah

• Luasnya wilayah kekuasaan Bani Abbasiyyah sementara komunikasi


pusat dengan daerah sulit dilakukan. Bersamaan dengan itu, tingkat
saling percaya di kalangan para penguasa dan pelaksana
pemerintahan sangat rendah.
Kemerosotan ekonomi

• Pada periode pertama, pemerintahan Bani Abbas merupakan


pemerintahan yang kaya. Dana yang masuk lebih besar dari yang
keluar, sehingga Baitul-Mal penuh dengan harta. Pertambahan dana
yang besar diperoleh antara lain dari al-Kharaj, semacam pajak hasil
bumi.
• Setelah khilafah memasuki periode kemunduran, pendapatan negara
menurun sementara pengeluaran meningkat lebih besar.
• Kondisi politik yang tidak stabil menyebabkan perekonomian negara
morat-marit. Sebaliknya, kondisi ekonomi yang buruk memperlemah
kekuatan politik dinasti Abbasiyah kedua, faktor ini saling berkaitan
dan tak terpisahkan.
Banyaknya
Faktor Luar Dominasi Bangsa
pemberontakan Persia

Bencana Bangsa
Turki

Serangan Bangsa
Perang Salib
Mongol
Banyaknya pemberontakan

• provonsi-provinsi yang diberikan khalifah kepada gubernur-gubernur


banyak yang ingin melepaskan diri dari genggaman khalifah
Abbasiyah. Adapun cara provinsi-provinsi tersebut melepaskan diri
dari kekuasaan Baghdad adalah: Pertama, seorang pemimpin lokal
memimpin suatu pemberontakan dan berhasil memperoleh
kemerdekaan penuh, seperti Bani Umayah di Spanyol dan Idrisiyah di
Maroko. Kedua, seseorang yang ditunjuk menjadi gubernur oleh
khalifah, kedudukannya semakin bertambah kuat, kemudian
melepaskan diri, seperti Bani Aghlabiyah di Tunisia dan Thahiriyah di
Kurasan.
Bencana Bangsa Turki

• Amat besar bahaya umat Turki atas Bani Abbasiyah. Beberapa


khalifah menjadi korban mereka. khalifah sendiri menjadi permainan
dalam tangan panglima-panglima Turki. Perselisihan antara tentara
dan rakyat sering terjadi. Permusuhan diantara panglima-panglima
Turki itu sendiri kian menambah buruk dan keruh suasana Bani
Abbasiyah.
• Kelemahan pemerintah pusat di Baghdad itu menjadi peluang bagi
kepala-kepala pemerintahan wilayah untuk melakukan siasatnya.
Mereka berusaha memutuskan perhubungan dengan khalifah lalu
mendirikan kerajaan sendiri-sendiri dalam daerah mereka. Dengan
demikian terurailah buhul tali persatuan Bani Abbasiyah dan
berdirilah kerajaan kecil-kecil dalam pekarangan Bani itu senndiri.
Dominasi Bangsa Persia

• Pada awal pemerintahan Bani Abbasiyah, keturunan Parsi bekerjasama


dalam mengelola pemerintahan dan Bani Abbasiyah mengalami
kemajuan yang cukup pesat dalam berbagai bidang. Pada periode kedua,
saat kekhalifahan Bani Abbasiyah sedang mengadakan pergantian
khalifah, yaitu dari khalifah Muttaqi kepada khlaifah Muth’ie. Banu
Buyah berhasil merebut kekuasaan.
• Pada mulanya mereka berkhidmat kepada pembesar-pembesar dari
pada khalifah, sehingga banyak dari mereka yang menjadi panglima
tentara, diantaranya menjadi panglima besar. Setelah mereka memiliki
kedudukan yang kuat, para khalifah Abbasiyah berada di bawah telunjuk
mereka dan seluruh pemerintahan berada di tangan mereka
Perang Salib
• Diantara faktor yang menyebabkan kemunduran dinasti Abbasiyah adalah
karena faktor perang salib. Peperangan salib ini terjadi selama 2 abad. Yaitu
mulai tahun 1095 M sampai tahun 1291 M. Peperangan ini terjadi ketika
daulah Abbasiyah ada dibawah kekuasaan Bani Seljuk. Perang merupakan
reaksi orang orang Kristen Eropa terhadap orang-orang islam yang telah
melakukan penaklukan-penaklukan sejak tahun 632 M dan juga umat islam
dianggap menganggu kepentingan-kepentingan umat Kristen seperti
mempersulit peziarah eropa yang akan melakukan ibadah di Jerusalem.
• Akhirnya Kaisar Alexius 1 dan Paus Urbanus II menjalin kerjasama untuk
membangkitkan semangat orang-orang Kristen Eropa untuk melawan
oang-orang islam, yang kemudian dikenal dengan perang salib.
Lanjutan..
• periodisasi perang salib dibagi menjadi tiga, pertama, periode
penaklukan, periode ini ditandai dengan suksesnya pasukan Kristen
merebut kota-kota di sekitar pantai timur laut Tengah. Kedua, periode
reaksi umat islam atas penaklukan-penaklukan orang-orang Kristen,
pelopornya Imad al-Din Zangki. Dimana islam berhasil membebaskan
kembali kota-kota yang direbut oleh pasukan kristen. Kemenangan
demi kemenangan tersebut tercapai ketika pasukan islam dipimpin
oleh Salahahudin Al-Ayyubi. Peristiwa penting pada
kepemimpinannya adalah direbutnya kembali Jerusalem dari tangan
pasukan kristen. Ketiga, periode perang sipil dan perang kecil-kecilan
yang berakhir pada tahun 1291. Pasukan Kristen kehilangan daerah
terakhir di Syria yang menjadi daerah pertahanannya. Dengan
jatuhnya daerah terakhir menandai berakhirnya perang salib.
Lanjutan lagi..
• Akibat dari perang salib tersebut umat islam banyak menanggung
kerugian. Kerugian-kerugian ini mengakibatkan kekuatan politik umat
Islam menjadi lemah. Dalam kondisi demikian mereka bukan menjadi
bersatu, tetapi malah terpecah belah. Banyak Bani kecil yang
memerdekakan diri dari pemerintahan pusat Abbasiyah di Baghdad.
Serangan Bangsa Mongol
• Pada tahun 565 H/1258 M, tentara Mongol yang berkekuatan sekitar 200.000
orang tiba di salah satu pintu Baghdad. Khalifah Al-Musta’shim, penguasa terakhir
Bani Abbas di Baghdad (1243 – 1258), betul-betul tidak berdaya dan tidak
mampu membendung “topan” tentara Hulagu Khan.
• Kota Baghdad sendiri dihancurkan rata dengan tanah, sebagaimana kota-kota lain
yang dilalui tentara Mongol tersebut. Walaupun sudah dihancurkan, Hulagu Khan
memantapkan kekuasaannya di Baghdad selama dua tahun, sebelum
melanjutkan gerakan ke Syria dan Mesir.
• Jatuhnya kota Baghdad pada tahun 1258 M ke tangan bangsa Mongol bukan saja
mengakhiri kekuasaan khilafah Bani Abbasiyah di sana, tetapi juga merupakan
awal dari masa kemunduran politik dan peradaban Islam, karena Bagdad sebagai
pusat kebudayaan dan peradaban Islam yang sangat kaya dengan khazanah ilmu
pengetahuan itu ikut pula lenyap dibumihanguskan oleh pasukan Mongol yang
dipimpin Hulaghu Khan tersebut.

Sekian
dan
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai