Anda di halaman 1dari 21

REFERAT

POLIP NASI

Ananda Sekarni Fauzia


1102014021

KEPANITERAAN KLINIK THT


RUMAH SAKIT TK II MOH. RIDWAN MEURAKSA
UNIVERSITAS YARSI
PERIODE 8 APRIL – 10 MEI 2019
ANATOMI
Hidung Luar
• Terbentuk oleh
kerangka tulang
dan tulang
rawan yang
dilapisi kulit,
jaringan ikat dan
otot-otot kecil
Bagian ini diperdarahi oleh:

A. Nasalis anterior

A. Nasalis posterior

A. Angularis
Persarafan :

1. Cabang dari N. Oftalmikus (N. Supratroklearis, N.


Infratroklearis)

2. Cabang dari N. Maksilaris (ramus eksternus N. Etmoidalis


anterior)
Kavum Nasi

membentang dari nares sampai koana (apertura posterior).

berhubungan dengan sinus frontal, sinus sfenoid, fossa kranial anterior dan fossa kranial media

Arteri yang paling penting pada perdarahan kavum nasi adalah A.sfenopalatina yang merupakan
cabang dari A.maksilaris dan A. Etmoidale anterior yang merupakan cabang dari A. Oftalmika

Persarafan anterior kavum nasi dipersarafi oleh serabut saraf dari N. Trigeminus yaitu N. Etmoidalis
anterior

Posterior kavum nasi dipersarafi oleh serabut saraf dari ganglion pterigopalatinum masuk melalui
foramen sfenopalatina kemudian menjadi N. Palatina mayor menjadi N. Sfenopalatinus
Mukosa Hidung

keadaan normal mukosa berwarna merah muda dan selalu basah karena diliputi oleh palut lendir
(mucous blanket) pada permukaannya

dilapisi oleh epitel torak berlapis semu yang mempunyai silia dan diantaranya terdapat sel-sel
goblet

Palut lendir ini dihasilkan oleh kelenjar mukosa dan sel goblet

Dengan gerakan silia yang teratur, palut lendir di dalam kavum nasi akan didorong ke arah
nasofaring

mukosa mempunyai daya untuk membersihkan dirinya sendiri dan juga untuk mengeluarkan benda
asing yang masuk ke dalam rongga hidung
•Mukosa Hidung
•Mukosa respiratori :
epitel torak berlapis semu
yang mempunyai silia
dan diantaranya terdapat
sel goblet
•Mukosa Olfaktorius :
epitel torak berlapis semu
yang tidak berisilia
Fisiologi hidung

• Sebagai jalan nafas


• Pengatur kondisi udara (air conditioning)
• Sebagai penyaring dan pelindung
• Indra penghidu
• Resonansi suara
• Proses bicara
• Refleks nasal
Polip Hidung
Definisi
• massa lunak yang tumbuh di dalam rongga hidung
• kebanyakan berasal dari mukosa sinus etmoid,multipel dan bilateral.
• Polip yang berasal dari sinus maksila sering tunggal dan tumbuh ke
arah belakang
• muncul di nasofaring dan disebut polip koanal.
Epidemiologi
• nasi dapat mengenai semua ras dan frekuensinya meningkat sesuai
usia.
• biasanya terjadi pada rentang usia 30 tahun sampai 60 tahun
• dua sampai empat kali lebih sering terjadi pada pria
Etiologi
Faktor Predisposisi
• 1. Alergi terutama rinitis alergi.
• 2. Sinusitis kronik.
• 3. Iritasi.
• 4. Sumbatan hidung oleh kelainan anatomi seperti deviasi septum
dan hipertrofi konka.
Polip Nasi
patofisiologi
Polip Nasi
Manifestasi klinis
Klasifikasi
 Stadium 0: Tidak ada polip, atau polip masih beradadalam sinus
 Stadium 1 : Polip masih terbatas di meatus media
 Stadium 2 : Polip sudah keluar dari meatus media, tampak di rongga hidung
tapi belum memenuhi rongga hidung
 Stadium 3: Polip yang masif
DIAGNOSIS

Anamnesis
• Keluhan utama hidung terasa tersumbat
• bersin-bersin, rasa nyeri pada hidung disertai rasa sakit kepala di daerah frontal.
• Bila disertai infeksi sekunder didapati post nasal drip dan rinore purulen
• Gejala sekunder : bernafas melalui mulut, suara sengau, halitosis, gangguan tidur
dan penurunan kualitas hidup
• Gejala saluran napas bawah : batuk kronik dan mengi, terutama pada penderita polip
dengan asma
• Riwayat: rhinitis alergi, asma, intoleransi terhadap aspirin dan alergi obat lainnya
serta alergi makanan
Pemeriksaan Fisik

• deformitas hidung sehingga hidung tampak mekar karena pelebaran batang hidung
• rinoskopi anterior terlihat sebagai massa yang berwarna pucat yang berasal dari meatus medius dan mudah
digerakkan
Pemeriksaan Penunjang

• Naso-endoskopi
• Pemeriksaan Radiologi : Foto polos sinus paranasal, CT Scan,
Diferensial Diagnosis

• konka polipoid, yang ciri-cirinya sebagai berikut :


Tidak bertangkai
Sukar digerakkan
Nyeri bila ditekan dengan pinset
Mudah berdarah
Dapat mengecil pada pemakaian vasokonstriktor (kapas adrenalin).
• angiofibroma nasofaring juvenile
Penatalaksanaan

Untuk polip edematosa, dapat diberikan pengobatan kortikosteroid:4,10


• Oral, misalnya prednison 50 mg/hari atau deksametason selama 10 hari, kemudian dosis
diturunkan perlahan-lahan (tappering off).
• Suntikan intrapolip, misalnya triamsinolon asetonid atau prednisolon 0,5 cc, tiap 5-7 hari
sekali, sampai polipnya hilang.
• Obat semprot hidung yang mengandung kortikosteroid, merupakan obat untuk rinitis alergi,
sering digunakan bersama atau sebagai lanjutan pengobatn kortikosteroid per oral. Efek
sistemik obat ini sangat kecil, sehingga lebih aman

Kasus polip yang tidak membaik dengan terapi medikamentosa atau polip yang sangat masih
dipertimbangkan untuk terapi bedah. Dapat dilakukan ekstraksi polip (polipektomi)

Anda mungkin juga menyukai