Anda di halaman 1dari 20

FILSAFAT, AGAMA, ETIKA, DAN HUKUM

Di susun oleh :
Amalialma El Munaidah
Cinthia Indah
Eni Setiawati
Nok Rofiati
HAKIKAT FILSAFAT
Filsafat berasal dari dua kata Yunani : philo dan sophia.
Philo berarti cinta, sedangkan sophia berarti bijaksana.
Dengan demikian, philosophia berarti cinta terhadap
kebijakasanaan (Fuad Farid Ismail dan Abdul Hamid
Mutawalli, 2003).
Menurut Suriasumantri (2000), pokok permasalahan
yang dikaji filsafat mencakup tiga segi, yaitu : apa yang
disebut benar dan apa yang disebut salah (logika), mana
yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk (etika),
serta apa yang dianggap indah dan apa yang dianggap jelek
(estetika). Ituah sebabnya, filsafat dikatakan sebagai induk
dari seluruh cabang ilmu pengetahuan dan seni.
Karakteristik utama berpikir filsafat adalah sifatnya yang
menyeluruh, sangat mendasar, dan spekulatif.

1. Sifat yang menyeluruh, artinya mempertanyakan hakikat


keberadaan dan kebenaran tentang keberadaan itu sendiri
sebagai satu kesatuan secara keseluruhan, bukan dari
perspektif bidang per bidang, atau sepotong-sepotong.
2. Sifat yang mendasar berarti bahwa filsafat tidak begitu saja
percaya bahwa ilmu itu adalah benar.
3. Sifatnya yang spekulatif karena filsafat selalu ingin mencari
jawab bukan saja pada suatu hal yang sudah diketahui, tetapi
juga segala sesuatu yang belum diketahui.
TABEL 1.1
PERBEDAAN FILSAFAT DENGAN ILMU

No. Aspek Filsafat Ilmu


1. Ontologis Segala sesuatu yang Segala sesuatu yang
bersifat fisik dan nonfisik, bersifat fisik dan yang
baik yang dapat direkam dapat direkam melalui
melalui indra maupun yang indra
tidak

2. Epistemologis Pendekatan yang bersifat Pendekatan ilmiah,


reflektif atau rasional- menggunakan dua
deduktif pendekatan; deduktif dan
induktif secara saling
melengkapi

3. Aksiologis Sangat abstrak, bermanfaat Sangat konkret, langsung


tetapi tidak secara langsung dapat dimanfaatkan bagi
bagi umat manusia. kepentingan umat manusia.
• Abdulkadir Muhammad menjelaskan filsafat
dengan melihat unsur-unsurnya sebagai berikut :
a. Kegiatan intelektual (pemikiran).
b. Mencari makna yang hakiki (interpretasi).
c. Segala fakta dan gejala (objek).
d. Dengan cara refleksi, metodis, dan sistematis
(metode).
e. Untuk kebahagiaan manusia (tujuan).
HAKIKAT AGAMA
Rumusan agama berdasdarkan unsur-unsur penting
sebagai berikut :
1. Hubungan manusia dengan sesuatu yang tak terbatas,
yang transdental, yang Ilahi-Tuhan Yang Maha Esa.
2. Berisi pedoman tingkah laku (dalam bentuk larangan
dan perintah), nilai-nilai, dan norma-norma yang
diwahyukan langsung oleh Ilahi melalui nabi-nabi.
3. Untuk kebahagiaan hidup manusia di dunia dan hidup
kekal di akhirat.
Unsur utama dalam pengertian agama :
1. Ada kitab suci
2. Kitab suci yang di tulis oleh Nabi berdasarkan wahyu langsung dari Tuhan
3. Ada suatu lembaga yang membina, menuntun umat manusia, dan menafsirkan
kitab suci bagi kepentingan umatnya
4. Setiap agama berisi ajaran dan pedoman tentang :
a. Tatwa, dogma, doktrin, atau filsafat tentang ketuhanan
b. Susila, moral, atau etika
c. Ritual, upacara, atau tata cara beribadat
d. Tujuan agama
HAKIKAT ETIKA
Etika berasal dari kata Yunani ethos (bentuk
tunggal) yang berarti : tempat tinggal, padang
rumput, kandang, kebiasaan, adat, watak, perasaan,
sikap, cara berpikir. Bentuk jamaknya adalah ta
etha, yang berarti adat istiadat.
Dalam hal ini, kata etika sama pengertiannya
dengan moral. Moral berasal dari kata latin : mos
(bentuk tunggal), atau mores (bentuk jamak) yang
berarti adat istiadat, kebiasaan, kelakuan, watak,
tabiat, akhlak, cara hidup (Kanter, 2001).
Arti etika dapat di lihat dari dua hal berikut :

1. Etika sebagai praksis; sama dengan moral atau moralitas


yang berarti adat istiadat, kebiasaan, nilai-nilai, dan norma-
norma yang berlaku dalam kelompok atau masyarakat
2. Etika sebagai ilmu atau tata susila adalah pemikiran /
penilaian moral. Etika sebagai pemikiran moral bisa saja
mencapai taraf ilmiah bila proses penalaran terhadap
moralitas tersebut bersifat kritis, metodis, dan sistematis.
Dalam taraf ini ilmu etika dapat saja mencoba merumuskan
suatu teori, konsep, asas, atau prinsip-prinsip tentang
perilaku manusia yang dianggap baik atau tidak baik,
mengapa perilaku tersebut dianggap baik atau tidak baik,
mengapa menjadi baik itu sangat bermanfaat, dan
sebagainya
HAKIKAT NILAI
Nilai barang sama pengertiannya dengan harga barang
yang dibayar. Nilai uang (harga) yang dibayar untuk
memperoleh barang tersebut sering disebut sebagai nilai
ekonomis. Sesuatu yang mempunyai nilai ekonomis karena
sesuatu tersebut dapat bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan
hidup secara fisik, atau memberi kenikmatan rasa dan fisik,
atau untuk meningkatkan citra / gengsi. Dari penjelasan
tentang nilai dapat disimpulkan tiga hal, yaitu :
1. Nilai selalu dikaitkan dengan sesuatu (benda, orang, hal)
2. Ada bermacam-macam (gugus) nilai selain nilai uang
(ekonomis) yang sudah cukup dikenal.
3. Gugus-gugus nilai itu membentuk semacam hierarki dari
yang terendah sampai dengan yang tertinggi.
HUBUNGAN AGAMA, ETIKA, DAN NILAI
Semua agama melalui kitab sucinya masing-masing
mengajarkan tentang tiga hal pokok, yaitu: (1) hakikat Tuhan
(God, Allah, Gusti Allah, Budha, Brahman, Kekuatan tak
terbatas, dan lain-lain), (2) etika, tata susila, dan (3) ritual,
tata cara beribadat. Jelas sekali bahwa antara agama dan etika
tidak dapat dipisahkan. Tidak ada agama yang tidak
mengajarkan etika/moralitas. Kualitas keimanan (spiritualitas)
seseorang ditentukan bukan saja oleh kualitas peribadatan
(kualitas hubungan manusia dengan Tuhan), tetapi juga oleh
kualitas moral/etika (kualitas hubungan manusia dengan
manusia lain dalam masyarakat dan dengan alam). Dapat
dikatakan bahwa nilai ibadah menjadi sia-sia tanpa dilandasi
oleh nilai-nilai moral.
HUKUM, ETIKA, DAN ETIKET
Hukum, etika, dan etiket merupakan istilah
yang sangat berdekatan dan mempunyai arti
yang hampir sama walaupun terdapat juga
perbedaan. Berikut ini adalah persamaan dan
perbedaan ketiga istilah tersebut.
PARADIGMA MANUSIA UTUH
1. Karakter dan Kepribadian

Istilah kepribadian (personality) dan karakter/watak (character)


banyak dijumpai dalam ilmu psikologi. Soedarsono (2002) misalnya,
mendefinisikan kepribadian sebagai totalitas kejiwaan seseorang yang
menampilkan sisi yang didapat dari keturunan (orang tua, leluhur) dan
sisi yang didapat dari pendidikan, pengalaman hidup, serta
lingkungannya. Karakter adalah sisi kepribadian yang didapat dari
pengalaman, pendidikan, dan lingkungan sehingga bisa dikatakan
bahwa karakter adalah bagian dari kepribadian.
Chopra menyebutkan ada 10 karakter sel (10C) yang seharusnya dapat
dijadikan sebagai karakter umat manusia.
1. Ada maksud yang lebih tinggi.
2. Kesatuan (keutuhan).
3. Kesadaran.
4. Penerimaan.
5. Kreatifitas.
6. Keberadaan.
7. Efisiensi.
8. Pembentukan ikatan.
9. Memberi.
10. Keabadian.
2. Kecerdasan, Karakter, dan Etika

Hal yang menarik disampaikan oleh Wahyuni Nafis


(2006), melalui pemahamannya atas pemikiran / ajaran
tradisional Islam dan di inspirasi oleh beberapa pemikiran
Stephen R. Covey, Ia menyebut tiga jenis kecerdasan dengan
tiga golongan etika, yaitu: (1) psiko etika, (2) sosio etika, dan
(3) teo etika.
Psiko etika merupakan masalah aku dengan aku, sosio
etika menyangkut masalah aku dengan orang lain, dan teo
etika menyangkut masalah aku dengan Tuhan. Masing-masing
golongan etika ini ditandai oleh tiga karakter sehingga secara
keseluruhan ada smebilan karakter yaitu ; sabar, syukur,
tawaduk (berilmu), husnudzan (baik sangka), amanah
(integritas), silaturahmi (tali kasih), tawakal (tahan uji), ikhlas
(tulus), dan takwa (pasrah diri).
KARAKTER DAN PARADIGMA PRIBADI UTUH

Covey telah mengingatkan bahwa untuk


membangun manusia berkarakter, diperlukan
pengembangan kompetensi secara utuh dan
seimbang terhadap empat kemampuan manusia,
yaitu tubuh (PQ), intelektual (IQ), hati (EQ), dan
jiwa atau roh (SQ). Cloud (2007) pendiri
mengatakan bahwa kunci pembangunan karakter
adalah integritas.
KARAKTER DAN PROSES TRANSFORMASI
KESADARAN SPIRITUAL

Merumuskan karakter memang diperlukan, tetapi berhenti


pada tahap rumusan saja belum mencukupi karena dikhawatirkan
rumusan karakter tersebut hanya akan menjadi semacam doktrin
atau slogan yang disakralkan saja. Masalahnya, sampai sekarang
belum banyak ilmu pengetahuan dan teknologi yang mampu
mengkaji rana spitiual melalui pendekatan rasional atau ilmiah.
Meskipun terlambat, akhir-akhir ini sudah mulai banyak pakar
dari berbagai latar keilmuan bahkan banyak yang bergelar Ph.D.
Hal yang menarik adalah bahwa apa yang mereka tulis
sebenarnya bukan hal yang baru, mereka hanya menulis ulang
dengan kemasan baru dalam arti ulasannya dengan pendekatan
yang lebih rasional.
PIKIRAN, MEDITASI, DAN GELOMBANG OTAK

Olah pikir (brainware management) adalah suatu konsep


dan keterampilan untuk mengatur gelombang manusia yang
paling sesuai dengan aktifitasnya sehingga bisa mencapai hasil
optimal (Sentanu, 2007). Saat ini gelombang otak telah dapat
diukur dengan menggunakan Elektroensefalogram (EEG).
Dalam gelombang ini, pikiran sangat aktif sehingga akan
memaksa otak untuk mengekuarkan hormone kortisol dan
norepinephrin yang menyebabkan timbulnya rasa cemas,
khawatir, gelisah, dan sejenisnya. Kunci membangun karakter
adalah melatih pikiran untuk memasuki gelombang Alpha.
Latihan meditasi, yoga, dzikir, retret, dan sejenisnya sangat
aktif untuk memasuki gelombang Alpha ini.
MODEL PEMBANGUNAN MANUSIA UTUH

Untuk mengatasi hal ini perlu dikembangkan


paradigma hakikat manusai seutuhnya dengan
mengembangkan sikap dan perilaku hidup etis
dalam arti luas yaitu dengan memadukan dan
menyeimbangkan kualitas kesehatan fisik,
mengetahui intelektual (psiko etika), kematangan
emosional dan kerukunan social (sosio etika),
dan kesadaran spiritual (teo etika).

Anda mungkin juga menyukai