Anda di halaman 1dari 47

+

Pembimbing: dr. Hendy Halim, MSc, SpA


Presentan: Nely silvia, S.ked / 406162005

ANAK PEREMPUAN USIA 17 TAHUN 6 BULAN DENGAN


STATUS EPILEPTIKUS, EPILEPSI UMUM, GIZI KURANG,
FAILURE TO THRIVE
+ Pendahuluan
 Status epileptikus  kejang yang berlangsung terus-menerus selama 30 menit atau lebih
atau berulang tanpa disertai pulihnya kesadaran diantara kejang.

 Insiden status epileptikus pada anak diperkirakan sekitar 10-58 per 100.000 anak.

 Status epileptikus lebih sering terjadi pada usia muda, terutama usia kurang dari 1 tahun
dengan estimasi insiden 1 per 1000 bayi
+ Pendahuluan
 Gizi kurang adalah kategori status gizi yang anak tersebut tampak kurus, dengan BB/PB
atau BB/TB anak <-2SD, atau 80% median yang ditegakkan berdasarkan tanda dan gejala
klinis serta pengukuran antropometri. Pengukuran dilakukan berdasarkan berat badan
(BB) menurut panjang badan (TB) (BB/PB atau BB/TB). Grafik pertumbuhan yang
digunakan sebagai acuan adalah grafik WHO 2006 untuk anak <5 tahun dan grafik CDC
2000 untuk anak >5 tahun

 Failure to thrive (FTT) atau gagal tumbuh adalah pola peningkatan berat badan abnormal,
yang ditandai kurangnya kecukupan gizi dan kurangnya peningkatan berat badan seiring
waktu. FTT diartikan sebagai kondisi pada bayi atau anak-anak dengan berat badan di
bawah persentil 5% terhadap jenis kelamin dan usia yang dikoreksi.
+ IDENTITAS
Nama : An. MS Jenis Kelamin : Laki laki
TTL: Jakarta, 21– 02 - 2001
Usia : 17 tahun 6 bulan Suku Bangsa : Jakarta
Pendidikan : SMK Agama : Islam
Alamat : Kp. Duri dalam no. 23 Tanggal Masuk RS : 23-08-2018
RT/RW: 010/05
Tanggal Pemeriksaan : 23-08-2018 No RM : 61.44.78
Jam : 12.00
+ Riwayat Penyakit Sekarang
 Dilakukan alloanamnesis terhadap orangtua pasien pada tanggal 23 Agustus 2018 jam 12.00
WIB

 Keluhan Utama : Kejang sejak 2 hari SMRS

 Anak perempuan usia 17 tahun 6 bulan datang ke rs sumber waras bersama orangtuanya
dengan keluhan riwayat kejang sejak 2 hari SMRS. Orang tua pasien mengatakan bahwa
anaknya ditemukan tergeletak dilantai, dengan kepala sudah terbentur pada lantai. Kejang
yang berlangsung selama ± 30 menit dan berulang. Hingga saat masuk rumah sakit, pasien
mengalami kejang sampai dengan ± 10x/hari. Selama kejang, orangtua pasien mengatakan
seluruh tubuh anaknya menjadi kaku dan kelojotan dengan mata mendelik ke atas, keluar air
liur dan diantara kejang, pasien tidak sadar. Setelah kejang, orangtua pasien mengatakan
bahwa anaknya terlihat lemas, tidak dapat berkomunikasi dengan baik dan kemudian tertidur.
Tidak ada faktor yang memperingan dan memperberat kejang. Keluhan lainya pada saat ini
seperti demam, batuk, pilek, muntah, dan mencret disangkal. BAB-BAK dalam batas normal.
+
Riwayat Penyakit

Dahulu Keluarga
 Riwayat kejang (+) sejak usia 1 tahun  Ayahdan adik nya memiliki
 Riwayat flek paru dan pengobatan keluhan serupa berupa kejang.
tidak tuntas saat usia 2 tahun
 1 bulan sebelum kejang pasien
sempat mengeluh batuk disertai
dengan dahak berwarna hijau tanpa
darah
 Riwayat rawat inap sebelumnya (-)
 Riwayat operasi (-)
+ Riwayat Perinatal

 Anak ke 1 dari 2 bersaudara


 Lahir cukup bulan (38 minggu) dengan persalinan normal di bidan.
 Berat badan lahir 2600 gram, Panjang badan lahir 48 cm
 Selama kehamilan ibu pasien rutin memeriksakan kehamilan dan rutin
mengonsumsi vitamin yang diberikan oleh bidan.
 Tidak ada keluhan demam, nyeri saat buang air kecil, dan keputihan saat
hamil.
 Tidak ada keluhan seperti melahirkan dalam waktu lama, pecah ketuban
sebelum melahirkan, dan ketuban hijau)
 Keadaan saat lahir: Bayi cukup bulan, bayi langsung menangis, gerak aktif,
dan tidak kuning,
+
 Riwayat Imunisasi

 Hep B: usia 0, 2, 3, 4 bulan


 Polio: usia 1,2,3,4 bulan
 BCG: usia 1 bulan, dengan skar BCG (+) dilengan atas
 DPT/ Hib: usia 2, 3, 4 bulan
 Campak :-
 Program ORI / Difteri/ MR : pasien dan keluarga tidak ingat
 Kesan : Imunisasi dasar lengkap, booster -
+

RIWAYAT PERTUMBUHAN RIWAYAT PERKEMBANGAN

BBL = 2600 gr PBL = 48 cm • Mengangkat kepala 45 derajat usia 2 bulan


BBS = 38 kg TBS = 150 cm • Tengkurapusia 4 bulan

• Duduk dan merangkak usia 6 bulan


Perkiraan TB : 17 X 6 + 77 = 179 Cm
Perkiraan BB : 17 X 7 -5 /2 = 57 Kg • Berdiri dan berjalanusia 12 bulan

• Bicara  usia 1 tahun


Kesan : Pertumbuhan tidak sesuai usia
• PSC-17, jawaban Ya 0

 Kesan :
 Perkembangan sesuai usia usia
+ Riwayat Asupan Nutrisi
 ASI dari lahir sampai usia 2 tahun

 Makanan pendamping ASI sejak usia 6 bulan

 Makanan padat sejak usia 18 bulan

 Kebutuhan kalori sebesar 2100 kkal/ hari

 Kebutuhan protein 43 gram / hari

 Kebutuhan cairan 1900 cc/ 24 jam

Menu Jumlah makanan Kalori


Pagi Nasi putih + Ayam goreng 1 piring + 1 potong 360 kkal
Siang Nasi putih+ Ayam goreng 1 piring + 1 potong 360 kkal
Malam Nasi putih + Sayur sup 1 piring + 1 mangkok 127 kkal

Total 847 kkal

Kesan: asupan gizi belum sesuai dengan kebutuhan kalori, secara kualitias juga masih belum bervariasi.
+ Pemeriksaan Fisik di POLI

 Kesadaran (pGCS) : E:4 V:5 M: 6 = 15 = CM

 KU : Tampak lemas

 Skala nyeri :3

 TD : 110/70 mmHg (P90/P90)

 Nadi : 90 x/min,reguler, isi cukup, kuat angkat

 Suhu : 36.5 C

 Pernapasan : 20x menit, reguler, thoraco-abdominal


+
Pemeriksaan Fisik DI BANGSAL
 Kesadaran (pGCS) : E:4 V: 5 M: 6 = 15 = CM
 Antropometri :
 KU : Tampak lemas,
mengantuk BB = 38 kg

 Skala nyeri :3 TB = 150 cm

 TD : 110/70 mmHg (P90/P90)  CDC 2000 antropometri :


 BB/U : <P5 (Severe underweight)
 Nadi : 86-90 x/min, reguler, isi
cukup, kuat angkat  TB/U : <P5 (Severe stunted)
 BB/ TB : <P5 (Severe wasted)
 Suhu : 36.8 – 37.0 ⁰C
 BB ideal : 54 kg
 Pernapasan : 21- 22 x / menit, reguler,  Waterlow : 70,3 %
thoraco-abdominal  Status gizi : Gizi kurang
+ Pemeriksaan Fisik

 Kepala : normocephali, tidak teraba massa, rambut berwarna hitam,


terdistribusi merata, tidak mudah dicabut, kulit kepala tidak ada
kelainan
 Mata : bentuk simetris, pupil bulat, isokor 3mm/3mm, refleks cahaya
langsung (+/+), refleks cahaya tak langsung (+/+), konjungtiva anemis
(-/-), sklera ikterik (-/-), mata cekung (-)
 Hidung : deviasi (-), sekret (-/-), napas cuping hidung (-/-)
 Telinga : bentuk normal, nyeri tekan (-/-), sekret (-/-), refleks cone of light (+/+)
 Mulut : sianosis (-), mukosa oral kering (-), faring hiperemis (-), tonsil T1/T1,
hiperemis (-), tremor lidah (-), lidah kotor (-), gusi berdarah (-)
 Leher : trakea di tengah, pembesaran KGB (-)
+ Pemeriksaan Fisik
Thorax

 Paru-paru

 Inspeksi : Bentuk simetris dalam keadaan statis dan dinamis,

 Palpasi : Tidak teraba massa, krepitasi (-), nyeri (-)

 Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

 Auskultasi : Vesikuler (+/+), rh (-/-), wh (-/-)

 Jantung

 Inspeksi : pulsasi iktus kordis tidak tampak

 Palpasi : Pulsasi iktus kordis teraba di ICS IV MCLS.

 Perkusi : batas jantung dalam batas normal

 Auskultasi : S1 dan S2 normal, murmur (-), gallop (-)


+ Pemeriksaan Fisik

Abdomen
 Inspeksi : tampak datar, jejas (-), massa (-)
 Auskultasi : BU (+) 6-9 x/ menit, bruit (-)
 Palpasi : supel, massa (-), nyeri tekan (-), hepatomegali (-), splenomegali (-)
 Perkusi : timpani, shifting dullnes (-), ketok CVA -/-

 Tulang Belakang : dalam batas normal, kifosis (-), lordosis (-), skoliosis (-)

 Ekstremitas : akral hangat, CRT 2 detik, edema (-/-)

 Kulit : dalam batas normal, sianosis (-)

 Anus dan Genitalia : anus (+), genitalia tidak dilakukan pemeriksaan

 KGB : Pembesaran KGB (-)


+ Pemeriksaan neurologis

Rangsang meningeal
 Kaku kuduk (-)
 Bruzunky I – IV = Negatif

 Saraf cranialis I – XII = kesan normal


 Reflek fisiologis : biceps (+/+), triceps (+/+), patella (+/+), achilles (+/+)
 Reflek patologis : babinski (-/-), chaddock (-/-), gordon (-/-), schaeffer (-/-), hoffman tromner
(-/-), klonus paha (-/-), klonus kaki (-/-), oppenheim (-/-)

 Normotoni, normotrofi
 Kekuatan 4444 4444 / 4444 4444
+ Pemeriksaan Penunjang
24 – 8 – 2018 Nilai normal 24 – 8 – 2018 Nilai normal
Eritrosit 4.91 4.50 – 5.90 juta /
Kalium 3.4 3.5- 5.0
uL
Hb 11,6 11.8 – 15.0 g/dL Natrium 143 136 - 146

Ht 36,4 41 – 53 % Chlorida 103 98 - 106

Leukosit 7000 4.0 – 11.0 Ribu/uL Ca ion 1,20 1.15 – 1.29

Trombo 401 150 – 440 Ribu/uL

LED 11 0 – 10
mm/jam
Basofil 0 0 -1 %
Eosinofil 0 0–3%
Batang 0 0–6%
Segmen 80 50 – 70 %
Limfosit 17 0–8%
Monosit 3 0 – 10 %
+ Resume

 Anak perempuan usia 17 tahun 6 bulan kejang seluruh tubuh 10x/hari selama ± 30 menit tanpa
disertai dengan pulihnya kesadaran diantara kejang. Pemeriksaan ttv didapatkan keadaan umum
tampak lemas. Pgcs : E3V6M5, TD : 110/80 mmHg p90/p90, RR : 20-21x/menit reguler, thoraco-
abdominal, HR : 82-87x/menit, reguler, kuat angkat, isi cukup, T: 36.9 – 37̊C, riwayat pertumbuhan
tidak sesuai dengan usia, BB/U <P5 (Severe undrweight), TB/U:<P5 (Severe stunted), BB/TB :<P5
(Severe wasted) WL : 70,3 % Status gizi : kurang disertai dengan failure to thrive. Pemeriksaan
sistem lain dalam batas normal. Hasil pemeriksaan penunjang didapatkan anemia, neutrofilia,
limfositosis, hipokalemi, dan peningkatan LED.
+
 Diagnosis Utama

 Status Epileptikus (G40.501)

 Diagnosa Sekunder

 Gizi kurang (E63.9)

 Diagnosis Banding

 Epilepsi umum idiopatik (G40.3)

 Pdx : MRI Kepala (88.96)

 Mx : Obs. TTV @ 3Jam, balance cairan 24 jam, obs. kejang


+
Tatalaksana
 Non Farmakologis

 Kebutuhan cairan: 1900cchari


 oral on demand

 IVFD phenitoin 700 mg dalam Nacl 0,9 % 20 ml 10 tpm/makro (Habis dalam 30


menit)
 Kebutuhan Kalori:

 Kalori : 2100 kkal / hari

 Protein : 43 gram/ hari

 Diet: nasi, lauk, sayur 3x sehari, snack buah 1 porsi 2x sehari

 Farmakologis
 Phenitoin 75 mg 2x1/PO

 Depakote ER 250 mg /PO


+
Daftar masalah

 Kejang

 Riwayat keluhan serupa berupa kejang

 Riwayat flek paru

 Riwayat trauma kepala

 Riwayat keluhan serupa berupa kejang pada ayah dan adiknya


+
CLINICAL REASONING
Status Epileptikus

 Kejang yg berlangsung terus-menerus ≥30 menit atau berulang tanpa disertai pulihnya
kesadaran diantara kejang.

 Adalah kegawat daruratan  harus ditangani dengan segera! Dapat terjadi:


 Disfungsi kardiorespirasi
 Hipertermia
 Kekacauan metabolik akibat kejang yang berkepanjangan  berujung pada cedera neuron yang ireversibel.

Pada pasien ini terdapat riwayat kejang berulang 10x/hari, dengan durasi kejang ± 30 menit dan tidak
terdapat pulihnya kesadaran diantara kejang
+
Epilepsi

 Kejang spontan yang terjadi sebanyak ≥2x dengan jarak >24 jam

 Epilepsi = penyakit otak yg ditandai:

1 bangkitan kejang
Minimal terjadi 2 spontan dgn risiko
bangkitan kejang rekurensi paling sedikit
spontan dengan jarak 60% utk terjadinya
>24 jam. kejang berulang dalam
10 tahun terakhir.
+
Etiologi Epilepsi & SE

 Gangguan struktural pada otak  genetik / didapat.

 Mutasi genetik dapat meningkatkan risiko terjadinya epilepsi

 Infeksi, hipoksia, gangguan glukosa atau keseimbangan elektrolit, trauma kepala, perdarahan,
stroke dan pada beberapa kasus status epileptikus dapat disebabkan oleh ensefalopati, tumor
otak, kelainan metabolik, epilepsi, dan idiopatik/kriptogenik

 Penyakit metabolik

 Autoimun akibat inflamasi SSP (autoimmune encephalitides)


+
CLINICAL REASONING

Pada pasien ini


Terbentuknya
terdapat faktor-
fokus kejang
faktor yang dapat
pada otak 
menimbulkan
Perubahan otak saraf pada fokus
kejang  fx
menjadi lebih mengalami Aktivasi jalur
predisposisi
bersifat epileptik depolarisasi apoptosis pada
(mutasi genetik/
 paroksismal  fokus kejang
riwayat epilepsi
epileptogenesis peningkatan
pada keluarga) +
eksitasi +
fx presipitasi
penurunan
(infeksi,Trauma
inhibisi.
kepala).
+
Clinical reasoning

 Adanya riwayat trauma kepala pada pasien ini dapat berkembang menjadi epilepsi
dikemudian hari karena perubahan struktur, fisiologis, maupun biokimia di otak.
Beberapa perubahan ini dapat memicu terjadinya kejang.

 Mekanisme terjadinya kejang pada trauma kepala masih menjadi perdebatan. Beberapa
literatur menyebutkan kejang terjadi karena kerusakan pada neuron yang disebabkan
oleh ekstravasasi darah setelah trauma. Trauma kepala dimulai dengan serangkaian
respon berupa perubahan aliran darah dan vasoregulasi, adanya gangguan sawar darah
otak, peningkatan intrakranial, perdarahan iskemik secara difus maupun fokal, dan
Inflamasi
+
Clinical reasoning

 Pada kasus TB dengan pengobatan yang tidak adekuat, dapat menyebabkan tuberkuloma intrakranial
dengan manifestasi berupa tanda neurologis dan peningkatan intrakranial karena obstruksi dari aliran
CSS yang dapat menimbulkan bangkitan kejang.

 Adanya gangguan elektrolit, merupakan salah satu faktor yang juga dapat menimbulkan kejang. Pada
dasarnya sel dikelilingi oleh suatu membrane yang terdiri dari permukaan dalam adalah lipoid dan
permukaan luar adalah ionic.

 Dalam keadaan normal, membrane sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh K+ dan sangat sulit
dilalui oleh Na+, akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, karena
perbedaan jenis dan konsentrasi di dalam dan luar sel maka diperlukan energi dan bantuan enzim Na-
K-ATPase yang terdapat dipermukaan sel. Pada keadaan tertentu, seperti pada infeksi, dan demam
dapat mempengaruhi keseimbangan dari membrane sel neuron dan difusi dari ion kalium dan natrium
dari membran sel tadi, dengan akibat lepasnya muatan listrik
+
Clinical reasoning

 Pada pasien ini terdapat riwayat kejang pada ayah dan adiknya yang mana berdasarkan
literatur, mutasi genetik GPR56 dapat meningkatkan risiko terjadinya kejang. namum
diperlukan adanya kontribusi lingkungan. Mutasi genetik saja tidak memberikan
kontribusi yang cukup berarti. Kontribusi lingkungan yang dapat meningkatkan risiko
adalah kurang tidur, stres dan penyakit.
+
Tatalaksana
 Non Farmakologis

 Kebutuhan cairan: 1900cchari


 oral on demand

 IVFD phenitoin 700 mg dalam Nacl 0,9 % 20 ml 12 tpm/makro (Habis dalam 30


menit)
 Kebutuhan Kalori:

 Kalori : 2100 kkal / hari

 Protein : 43 gram/ hari

 Diet: nasi, lauk, sayur 3x sehari, snack buah 2x sehari

 Farmakologis
 Phenitoin 75 mg 2x1/PO

 Depakote ER 250 mg 2x1/PO


+
Tatalaksana Epilepsi & SE

 Tujuan pengobatan:
 Mempertahankan fungsi vital (A, B, C)
 Identifikasi + terapi faktor penyebab dan faktor presipitasi
 Menghentikan aktivitas kejang
+
+

 Untuk pasien ini, diberikan terapi berupa phenitoin 700 mg + NaCl 0,9 % 20 ml habis
dalam 30 menit selanjutnya diberikan peroral dengan dosis 2x75 mg dan depakote
2x250 mg/IV dengan tujuan untuk mencegah berulangnya kejang dengan cara
menghambat neurotransmitter di otak yang mana sesuai dengan literatur yang ada
bahwa kedua obat tersebut merupakan obat anti kejang yang mempunyai kerja jangka
panjang. Obat ini juga dapat menghambat kanal calsium dan menunda aktifasi aliran ion
K+ keluar selama potensial aksi, sehingga dapat menurukan bangkitan kejang.
+
GIZI KURANG
+
Definisi

 Gizi
kurang adalah kategori status gizi yang anak tersebut tampak kurus,
dengan BB/PB atau BB/TB anak <-2, atau 80% median yang ditegakkan
berdasarkan tanda dan gejala klinis serta pengukuran antropometri.
+
Diagnosis

 Ditegakkan
berdasarkan tanda dan gejala klinis serta
pengukuran antropometri

 Pengukuran berat badan (BB) menurut panjang


badan (TB) (BB/PB atau BB/TB).

 Grafik
pertumbuhan yang digunakan  grafik WHO
2006 untuk anak <5 tahun dan grafik CDC 2000
untuk anak >5 tahun
+
Diagnosis Gizi Kurang & Gizi Buruk

Status Gizi BB/TB BB/TB WHO 2006 IMT CDC 2000


(% median)
Obesitas >120 >+3 > P95
Overweight >110 >+2 hingga +3 SD P85-95
Normal >90 +2 SD hingga -2
SD
Gizi kurang 70-90 <-2 SD hingga -3
SD
Gizi buruk <70 <-3 SD
+
Tatalaksana Umum

 Perhitungan kebutuhan kalori:

Kondisi sakit kritis (critical illness)

• Kebutuhan energi = Resting energy expenditure x faktor aktivitas x faktor stres

Kondisi tidak sakit kritis (non critical illness)

• Kebutuhan kalori dihitung berdasarkan BB ideal x RDA menurut usia tinggi


(height age).
• Usia-tinggi : usia jika tinggi badan anak tersebut merupakan P50 pada grafik.
+

 Status gizi pada pasien ini dikatakan gizi kurang, karena berdasarkan tampilan klinis
pasien tampak kurus, hal ini diperkuat dari hasil perhitungan status gizi dengan metode
waterlow didapatkan hasil 70,3 %.
+
FAILURE TO THRIVE
+
Definisi FTT

 FTT kondisi pada bayi atau anak-anak dengan berat badan di


bawah persentil 5% terhadap jenis kelamin dan usia yang
dikoreksi.

 Cara diagnosis lain:


 BB/TB <persentil 5%
 IMT/U <persentil 5%
 Penurunan kecepatan pertumbuhan yang terjadi konstan hingga BB/U atau
BB/TB jatuh dua persentil besar (penanda persentil 95, 90, 75, 50, 25, 10,
dan 5) seiring berjalannya waktu.
+
Etiologi FTT

Konsumsi Kalori yang Inadekuat Absorpsi Nutrien yang Inadekuat Kebutuhan Metabolisme yang
Meningkat
Refluks gastroesofagus Anemia defisiensi besi Infeksi kronik (infeksi HIV, AIDS,
tuberkulosis)
Suplai ASI yang inadekuat atau posisi menyusu Atresia biliar Penyakit paru akibat prematuritas
yang tidak efektif
Persiapan susu formula yang tidak tepat Penyakit seliak Penyakit jantung kongenital
Kesulitan mekanis menyusu (bibir sumbing atau Masalah gastrointestinal kronik Hipertiroidisme
palatum yang terbelah) (irritable bowel syndrome) atau
infeksi
Penelantaran atau kekerasan terhadap anak Fibrosis kistik Kondisi inflamasi (asma,
inflammatory bowel disease)
Kebiasaan makan yang buruk Kesalahan metabolisme herediter Keganasan
Koordinasi neuromotor oral yang buruk Alergi protein susu Gagal ginjal
Masalah gastrointestinal akibat toksin (contoh: Kondisi kolestatik pankreas
peningkatan kadar besi yang menyebabkan
anoreksia, konstipasi, atau nyeri abdomen)
+
Diagnosis: Pemeriksaan Fisik

Temuan Penyebab yang Mungkin Mendasari


Penampilan dismorfik Abnormalitas genetik, sindrom lain yang belum
terdiagnosis
Edema Penyakit ginjal, atau hepar
Perubahan warna atau tekstur rambut Defisiensi zink
Murmur jantung Defek anatomis jantung
Hepatomegali Infeksi, penyakit kronik, malnutrisi
Perubahan status mental Serebral palsi, kemampuan bonding sosial yang
buruk
Interaksi orang tua – anak yang kurang baik Depresi, stres sosial
Ruam-ruam kulit, perubahan pada kulit, lebam Infeksi HIV, alergi susu sapi, kekerasan pada anak
Kompromais saluran napas Fibrosis kistik
Wasting Serebral palsi, kanker
+
Diagnosis: Pemeriksaan Penunjang

 Tidak ada serangkaian pemeriksaan penunjang yang ditentukan untuk FTT

 Hitung darah lengkap

 Urinalisis

 Pengukuran kadar elektrolit


+
Tatalaksana FTT

 Non-farmakoterapi  Edukasi orang tua & intervensi pengaturan pola


makan

 Farmakoterapi  Siproheptadin atau megestrol (Megace) dapat berguna


untuk populasi spesifik dengan penyakit yang mendasari (fibrosis kistik,
penyakit ginjal kronik) atau pada pasien yang menjalani terapi kanker 
tidak utk sebagiab besar pasien!!
+

 Berdasarkan hasil perhitungan dengan CDC 2000 pada pasien ini didapatkan
keterlambatan pertumbuhan, dimana terjadi kegagalan penambahan berat badan yang
sesuai dengan grafik pertumbuhan normal dibandingkan dengan tinggi badan (<P5)
+ Prognosis

 Ad vitam : dubia ad bonam

 Ad functionam : dubia ad bonam

 Ad sanationam : dubia ad malam


+

Anda mungkin juga menyukai