Drhendynely
Drhendynely
Insiden status epileptikus pada anak diperkirakan sekitar 10-58 per 100.000 anak.
Status epileptikus lebih sering terjadi pada usia muda, terutama usia kurang dari 1 tahun
dengan estimasi insiden 1 per 1000 bayi
+ Pendahuluan
Gizi kurang adalah kategori status gizi yang anak tersebut tampak kurus, dengan BB/PB
atau BB/TB anak <-2SD, atau 80% median yang ditegakkan berdasarkan tanda dan gejala
klinis serta pengukuran antropometri. Pengukuran dilakukan berdasarkan berat badan
(BB) menurut panjang badan (TB) (BB/PB atau BB/TB). Grafik pertumbuhan yang
digunakan sebagai acuan adalah grafik WHO 2006 untuk anak <5 tahun dan grafik CDC
2000 untuk anak >5 tahun
Failure to thrive (FTT) atau gagal tumbuh adalah pola peningkatan berat badan abnormal,
yang ditandai kurangnya kecukupan gizi dan kurangnya peningkatan berat badan seiring
waktu. FTT diartikan sebagai kondisi pada bayi atau anak-anak dengan berat badan di
bawah persentil 5% terhadap jenis kelamin dan usia yang dikoreksi.
+ IDENTITAS
Nama : An. MS Jenis Kelamin : Laki laki
TTL: Jakarta, 21– 02 - 2001
Usia : 17 tahun 6 bulan Suku Bangsa : Jakarta
Pendidikan : SMK Agama : Islam
Alamat : Kp. Duri dalam no. 23 Tanggal Masuk RS : 23-08-2018
RT/RW: 010/05
Tanggal Pemeriksaan : 23-08-2018 No RM : 61.44.78
Jam : 12.00
+ Riwayat Penyakit Sekarang
Dilakukan alloanamnesis terhadap orangtua pasien pada tanggal 23 Agustus 2018 jam 12.00
WIB
Anak perempuan usia 17 tahun 6 bulan datang ke rs sumber waras bersama orangtuanya
dengan keluhan riwayat kejang sejak 2 hari SMRS. Orang tua pasien mengatakan bahwa
anaknya ditemukan tergeletak dilantai, dengan kepala sudah terbentur pada lantai. Kejang
yang berlangsung selama ± 30 menit dan berulang. Hingga saat masuk rumah sakit, pasien
mengalami kejang sampai dengan ± 10x/hari. Selama kejang, orangtua pasien mengatakan
seluruh tubuh anaknya menjadi kaku dan kelojotan dengan mata mendelik ke atas, keluar air
liur dan diantara kejang, pasien tidak sadar. Setelah kejang, orangtua pasien mengatakan
bahwa anaknya terlihat lemas, tidak dapat berkomunikasi dengan baik dan kemudian tertidur.
Tidak ada faktor yang memperingan dan memperberat kejang. Keluhan lainya pada saat ini
seperti demam, batuk, pilek, muntah, dan mencret disangkal. BAB-BAK dalam batas normal.
+
Riwayat Penyakit
Dahulu Keluarga
Riwayat kejang (+) sejak usia 1 tahun Ayahdan adik nya memiliki
Riwayat flek paru dan pengobatan keluhan serupa berupa kejang.
tidak tuntas saat usia 2 tahun
1 bulan sebelum kejang pasien
sempat mengeluh batuk disertai
dengan dahak berwarna hijau tanpa
darah
Riwayat rawat inap sebelumnya (-)
Riwayat operasi (-)
+ Riwayat Perinatal
Kesan :
Perkembangan sesuai usia usia
+ Riwayat Asupan Nutrisi
ASI dari lahir sampai usia 2 tahun
Kesan: asupan gizi belum sesuai dengan kebutuhan kalori, secara kualitias juga masih belum bervariasi.
+ Pemeriksaan Fisik di POLI
KU : Tampak lemas
Skala nyeri :3
Suhu : 36.5 C
Paru-paru
Jantung
Abdomen
Inspeksi : tampak datar, jejas (-), massa (-)
Auskultasi : BU (+) 6-9 x/ menit, bruit (-)
Palpasi : supel, massa (-), nyeri tekan (-), hepatomegali (-), splenomegali (-)
Perkusi : timpani, shifting dullnes (-), ketok CVA -/-
Tulang Belakang : dalam batas normal, kifosis (-), lordosis (-), skoliosis (-)
Rangsang meningeal
Kaku kuduk (-)
Bruzunky I – IV = Negatif
Normotoni, normotrofi
Kekuatan 4444 4444 / 4444 4444
+ Pemeriksaan Penunjang
24 – 8 – 2018 Nilai normal 24 – 8 – 2018 Nilai normal
Eritrosit 4.91 4.50 – 5.90 juta /
Kalium 3.4 3.5- 5.0
uL
Hb 11,6 11.8 – 15.0 g/dL Natrium 143 136 - 146
LED 11 0 – 10
mm/jam
Basofil 0 0 -1 %
Eosinofil 0 0–3%
Batang 0 0–6%
Segmen 80 50 – 70 %
Limfosit 17 0–8%
Monosit 3 0 – 10 %
+ Resume
Anak perempuan usia 17 tahun 6 bulan kejang seluruh tubuh 10x/hari selama ± 30 menit tanpa
disertai dengan pulihnya kesadaran diantara kejang. Pemeriksaan ttv didapatkan keadaan umum
tampak lemas. Pgcs : E3V6M5, TD : 110/80 mmHg p90/p90, RR : 20-21x/menit reguler, thoraco-
abdominal, HR : 82-87x/menit, reguler, kuat angkat, isi cukup, T: 36.9 – 37̊C, riwayat pertumbuhan
tidak sesuai dengan usia, BB/U <P5 (Severe undrweight), TB/U:<P5 (Severe stunted), BB/TB :<P5
(Severe wasted) WL : 70,3 % Status gizi : kurang disertai dengan failure to thrive. Pemeriksaan
sistem lain dalam batas normal. Hasil pemeriksaan penunjang didapatkan anemia, neutrofilia,
limfositosis, hipokalemi, dan peningkatan LED.
+
Diagnosis Utama
Diagnosa Sekunder
Diagnosis Banding
Farmakologis
Phenitoin 75 mg 2x1/PO
Kejang
Kejang yg berlangsung terus-menerus ≥30 menit atau berulang tanpa disertai pulihnya
kesadaran diantara kejang.
Pada pasien ini terdapat riwayat kejang berulang 10x/hari, dengan durasi kejang ± 30 menit dan tidak
terdapat pulihnya kesadaran diantara kejang
+
Epilepsi
Kejang spontan yang terjadi sebanyak ≥2x dengan jarak >24 jam
1 bangkitan kejang
Minimal terjadi 2 spontan dgn risiko
bangkitan kejang rekurensi paling sedikit
spontan dengan jarak 60% utk terjadinya
>24 jam. kejang berulang dalam
10 tahun terakhir.
+
Etiologi Epilepsi & SE
Infeksi, hipoksia, gangguan glukosa atau keseimbangan elektrolit, trauma kepala, perdarahan,
stroke dan pada beberapa kasus status epileptikus dapat disebabkan oleh ensefalopati, tumor
otak, kelainan metabolik, epilepsi, dan idiopatik/kriptogenik
Penyakit metabolik
Adanya riwayat trauma kepala pada pasien ini dapat berkembang menjadi epilepsi
dikemudian hari karena perubahan struktur, fisiologis, maupun biokimia di otak.
Beberapa perubahan ini dapat memicu terjadinya kejang.
Mekanisme terjadinya kejang pada trauma kepala masih menjadi perdebatan. Beberapa
literatur menyebutkan kejang terjadi karena kerusakan pada neuron yang disebabkan
oleh ekstravasasi darah setelah trauma. Trauma kepala dimulai dengan serangkaian
respon berupa perubahan aliran darah dan vasoregulasi, adanya gangguan sawar darah
otak, peningkatan intrakranial, perdarahan iskemik secara difus maupun fokal, dan
Inflamasi
+
Clinical reasoning
Pada kasus TB dengan pengobatan yang tidak adekuat, dapat menyebabkan tuberkuloma intrakranial
dengan manifestasi berupa tanda neurologis dan peningkatan intrakranial karena obstruksi dari aliran
CSS yang dapat menimbulkan bangkitan kejang.
Adanya gangguan elektrolit, merupakan salah satu faktor yang juga dapat menimbulkan kejang. Pada
dasarnya sel dikelilingi oleh suatu membrane yang terdiri dari permukaan dalam adalah lipoid dan
permukaan luar adalah ionic.
Dalam keadaan normal, membrane sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh K+ dan sangat sulit
dilalui oleh Na+, akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, karena
perbedaan jenis dan konsentrasi di dalam dan luar sel maka diperlukan energi dan bantuan enzim Na-
K-ATPase yang terdapat dipermukaan sel. Pada keadaan tertentu, seperti pada infeksi, dan demam
dapat mempengaruhi keseimbangan dari membrane sel neuron dan difusi dari ion kalium dan natrium
dari membran sel tadi, dengan akibat lepasnya muatan listrik
+
Clinical reasoning
Pada pasien ini terdapat riwayat kejang pada ayah dan adiknya yang mana berdasarkan
literatur, mutasi genetik GPR56 dapat meningkatkan risiko terjadinya kejang. namum
diperlukan adanya kontribusi lingkungan. Mutasi genetik saja tidak memberikan
kontribusi yang cukup berarti. Kontribusi lingkungan yang dapat meningkatkan risiko
adalah kurang tidur, stres dan penyakit.
+
Tatalaksana
Non Farmakologis
Farmakologis
Phenitoin 75 mg 2x1/PO
Tujuan pengobatan:
Mempertahankan fungsi vital (A, B, C)
Identifikasi + terapi faktor penyebab dan faktor presipitasi
Menghentikan aktivitas kejang
+
+
Untuk pasien ini, diberikan terapi berupa phenitoin 700 mg + NaCl 0,9 % 20 ml habis
dalam 30 menit selanjutnya diberikan peroral dengan dosis 2x75 mg dan depakote
2x250 mg/IV dengan tujuan untuk mencegah berulangnya kejang dengan cara
menghambat neurotransmitter di otak yang mana sesuai dengan literatur yang ada
bahwa kedua obat tersebut merupakan obat anti kejang yang mempunyai kerja jangka
panjang. Obat ini juga dapat menghambat kanal calsium dan menunda aktifasi aliran ion
K+ keluar selama potensial aksi, sehingga dapat menurukan bangkitan kejang.
+
GIZI KURANG
+
Definisi
Gizi
kurang adalah kategori status gizi yang anak tersebut tampak kurus,
dengan BB/PB atau BB/TB anak <-2, atau 80% median yang ditegakkan
berdasarkan tanda dan gejala klinis serta pengukuran antropometri.
+
Diagnosis
Ditegakkan
berdasarkan tanda dan gejala klinis serta
pengukuran antropometri
Grafik
pertumbuhan yang digunakan grafik WHO
2006 untuk anak <5 tahun dan grafik CDC 2000
untuk anak >5 tahun
+
Diagnosis Gizi Kurang & Gizi Buruk
Status gizi pada pasien ini dikatakan gizi kurang, karena berdasarkan tampilan klinis
pasien tampak kurus, hal ini diperkuat dari hasil perhitungan status gizi dengan metode
waterlow didapatkan hasil 70,3 %.
+
FAILURE TO THRIVE
+
Definisi FTT
Konsumsi Kalori yang Inadekuat Absorpsi Nutrien yang Inadekuat Kebutuhan Metabolisme yang
Meningkat
Refluks gastroesofagus Anemia defisiensi besi Infeksi kronik (infeksi HIV, AIDS,
tuberkulosis)
Suplai ASI yang inadekuat atau posisi menyusu Atresia biliar Penyakit paru akibat prematuritas
yang tidak efektif
Persiapan susu formula yang tidak tepat Penyakit seliak Penyakit jantung kongenital
Kesulitan mekanis menyusu (bibir sumbing atau Masalah gastrointestinal kronik Hipertiroidisme
palatum yang terbelah) (irritable bowel syndrome) atau
infeksi
Penelantaran atau kekerasan terhadap anak Fibrosis kistik Kondisi inflamasi (asma,
inflammatory bowel disease)
Kebiasaan makan yang buruk Kesalahan metabolisme herediter Keganasan
Koordinasi neuromotor oral yang buruk Alergi protein susu Gagal ginjal
Masalah gastrointestinal akibat toksin (contoh: Kondisi kolestatik pankreas
peningkatan kadar besi yang menyebabkan
anoreksia, konstipasi, atau nyeri abdomen)
+
Diagnosis: Pemeriksaan Fisik
Urinalisis
Berdasarkan hasil perhitungan dengan CDC 2000 pada pasien ini didapatkan
keterlambatan pertumbuhan, dimana terjadi kegagalan penambahan berat badan yang
sesuai dengan grafik pertumbuhan normal dibandingkan dengan tinggi badan (<P5)
+ Prognosis