Anda di halaman 1dari 48

PRESENTASI KASUS

SEORANG ANAK USIA 18 BULAN DENGAN KEJANG DEMAM


KOMPLEKS e.c RHINO FARINGITIS AKUT DAN ANEMIA

Pembimbing :
dr. Noor Alifah, Sp.A

Diusulkan oleh :
Nur Rakhma Akmalia

ILMU PENYAKIT ANAK


DOKTER INTERNSIP RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI
2018/2019
IDENTITAS PASIEN
Nama / No.CM : An. P/ 19583656

TTL : 31 Juli 2017/ 18 bulan

Alamat : Ledok RT 01, RW 01, Cepokosawit, Sawit, Boyolali

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tanggal Masuk : 16 Januari 2019, pukul 10.00

Tanggal Pemeriksaan : 16 Januari 2019


ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis dengan Ibu pasien,
tanggal 16 Januari 2019 pukul 11.00 WIB
di IGD RSUD Pandan Arang Boyolali

Keluhan utama : Kejang berulang disertai demam


RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang ke IGD RSPA(16 Januari 2019 pukul 09.55 WIB). Rujukan dari Puskesmas Sawit
dengan kejang berulang disertai demam suhu 400C.

± 3 hari SMRS, pasien demam, batuk berdahak sulit dikeluarkan (+) pilek (+) lemas (+) nafsu
makan berkurang (+).

± 1 hari SMRS pasien kejang 3 kali. Kejang seluruh tubuh, selama kejang pasien tidak sadar,
setelah kejang pasien sadar. tidak terdapat kelumpuhan setelah kejang. Penanganan kejang di
Puskesmas, pasien sudah diberikan stesolid supp 5 mg (2x) dan sirup penurun panas.

Pasien kemudian dirujuk ke IGD RSPA. Pasien datang ke IGD dalam kondisi sadar.
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien tidak memiliki riwayat kejang sebelumnya, namun sering kali batuk dan pilek dan
sembuh jika meminum obat dari puskesmas.

Riwayat Penyakit Keluarga :


Terdapat riwayat kejang sebelumnya pada adik ayah pasien saat saat berumur 1 tahun.

Riwayat Pribadi Ekonomi Sosial


Pasien tinggal bersama kedua orang tua. Ayah pasien bekerja sebagai petani dan Ibu sebagai
ibu rumah tangga. Biaya pengobatan menggunakan jamkesda.
 Riwayat Penyakit Dahulu :
RIWAYAT
KEHAMILAN
RIWAYAT
IMUNISASI
RIWAYAT PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
Umur Perkembangan
0-3 bulan Motorik Kasar : mengakat kepala - Motorik Halus : menggerakan kepala
Bahasa : mengoceh - Sosial : tersenyum pada ibu
3-6 bulan Motorik Kasar : telungkup - Motorik Halus : mengangkat kepala
Bahasa : mengeluarkan suara bila senang - Sosial : tersenyum saat bermain

6-9 bulan Motorik Kasar : duduk - Motorik Halus : memungut kelerang


Bahasa : bersuara tanpa arti - Sosial : ciluk ba
9-12 bulan Motorik Kasar : berdiri dengan pegangan - Motorik Halus : masukan benda kemulut
Bahasa : meniru bunyi - Sosial : mengenal anggota keluarga

12 bulan – Motorik Kasar : berdiri, berjalan - Motorik Halus : bertepuk tangan


(18 bulan) Bahasa : memanggil ibu bapak - Sosial : bermain dengan boneka dan ibu

Kesan Perkembangan sesuai umur


RIWAYAT GIZI
Umur
ASI/PASI Buah / Biskuit Bubur Susu Nasi Tim Nasi
(bulan)
0–2 ASI - - - -
2–4 ASI - - - -
4–6 PASI - - - -
6 – 12 PASI + + + +
12 – 18 PASI + + + +
Pasien sulit makan, sehari makan 2x dalam porsi sedikit (1/4 piring) lauk tahu,
tempe, telur, daging (jarang), pasien lebih sering makan cemilan seperti
kerupuk dan jajanan rumahan.
ASI dan Susu formula (Frisian flag)
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS

Keadaan umum : Rewel, sakit sedang


Kesadaran : Compos Mentis E4V5M6

Nadi = 102 ×/menit, isi dan tegangan cukup, irama


teratur
RR = 24 ×/menit, irama teratur
T = 38,3 °C
Kepala : Bentuk mesocephal, UUB sudah
Cor
menutup
I: Ictus cordis tidak tampak
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
P: Ictus cordis teraba tidak kuat angkat
Mata : Conjunctiva pucat (-/-), sklera
P: Batas jantung sulit dievaluasi
ikterik (-/-), oedem palpebra (-/-), cekung
A : Bunyi jantung I-II intensitas normal,
(-/-), pupil isokor (2mm/2mm), reflek
reguler, tidak terdengar bising
cahaya (+/+)
Telinga : Tidak ada kelainan bawaan,
Thorax: Retraksi (-), dinding dada serumen (-), nyeri tekan aurikuler (-)
simetris Hidung : Bentuk simetris, sekret (+) cair
Pulmo Mulut : Bibir sianosis (-) karies gigi (-),
I : Pengembangan dinding dada gusi bengkak (-), Normoglosia, mukosa
kanan dan kiri simetris merah muda (-), atrofi papil (-), tremor (-),
P : Fremitus dada kanan dan kiri sulit coated tongue (-)uvula ditengah, tonsil T1-
dievaluasi T1 hiperemis (-), faring hiperemis (-),
P : terdengar suara sonor dikedua
lapang paru
A : terdengar suara dasar vesikuler, Leher: Kelenjar Getah
suara tam- bahan tidak terdengar Bening tdak membesar

Ekstremitas Abdomen
Edema (-/-/-/-) I : DP=DD
Akral dingin (-/-/- Status Neurologis A : Bising usus (+) normal
/-) Reflek Fisiologi (+/+) P : timpani
CRT <2detik Reflek Patologis (-/-) P : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien
Turgor baik Rangsang meningeal -/-),Kaku kuduk (-) tidak teraba, turgor kem-bali cepat
Nervus kranialis dbn
STATUS GIZI
 BB = 10 kg
 TB = 82 cm
 IMT =14,872

 BB/U = +2 SD s.d -2 SD (Gizi baik)


TB/U = +2 SD s.d -2 SD (tinggi normal)
BB/TB = -1 SD s.d -2 SD (normal)
Kesan = Gizi baik
HASIL LABORATORIUM (16 Jan 2019)
HASIL LABORATORIUM (16 Jan 2019)
DIAGNOSIS
 Kejang Demam Kompleks e.c Rhino Faringitis Akut
 Anemia Mikrositik Hipokromik

DIAGNOSIS BANDING
• Kejang dengan demam e.c susp meningitis
• Anemia Mikrositik Hipokromik
• Demam dengue
TATALAKSANA
• Inf. D5 ¼ NS 10 tpm
• Inj. Paracetamol 3x150 mg
jika suhu  38C
Medikamentosa • Inj diazepam 10 mg IV
(K/P bila kejang)
• Anadex syrup 3 x 1 cth

• MRS Anak
• KIE kepada orang tua pasien
mengenai keadaan pasien.
• Observasi tanda vital dan

Non
kejang.
• Minum air yang banyak
Medikamentosa • Makan makanan bergizi
• Tirah baring
• Pemeriksaan darah : Monitor
Hb, Ht, Lekosit, Trombosit per
hari
• Pemriksaan urinalisis
FOLLOW UP
Kamis, 17 Januari 2019
S/demam (+) O/KU : sakit sedang, CM A/Kejang  Inf. D5 ¼ NS 10
hari ke 4, HR : 106x/mnt Demam tpm
kejang (-), RR : 22x/mnt Kompleks dengen  Inj. Paracetamol
batuk pilek (+) T : 37,8 Rhinofaringitis 3x125 mg
mimisan (-) SpO2: 99% Akut  Sibital 2 x20 mg
gusi berdarah - Normosefali Anemia  Anadex syrup 3 x 4
(-), muntah (-), - Mata: ca -/-, si -/-, cekung -/- mikrositik cc
BAB dbn (+) - Thoraks: SNV, Wh-/-. Rh -/-; BJ hipokromik  Inj sibital 200 mg IV
1&2 reg (K/P jika kejang)
- Abdomen: supel, BU +, turgor  Transfusi PRC 120
baik cc/4 jam
- Ekstremitas: hangat +, CRT 2  Tunggu hasil
detik urinalisa dan
- Status neurologis (N) hematologi,
morfologi darah tepi
FOLLOW UP
Jumat, 18 Januari 2019

S/demam hari O/KU : sakit sedang, CM A/Kejang Transfusi PRC 120 cc/4
ke 5 (+) HR : 120x/mnt Demam jam (sudah selesai)
kejang (-), RR : 22x/mnt Kompleks dengen Hasil urinalisa dan
batuk pilek T : 37,7 Rhinofaringitis hematologi, morfologi
(+)mimisan (-) SpO2: 97% Akut darah tepi sudah keluar
gusi berdarah - Normosefali Anemia defisiensi Inj. Cefotaxim 3x1/3
(-), muntah (-), - Mata: ca -/-, si -/-, cekung -/- besi amp (dosis 50-180
BAB dbn (+) - Thoraks: SNV, Wh-/-. Rh -/-; BJ mg/kg BB/3 -4 kali
1&2 reg pembarian)
- Abdomen: supel, BU +, turgor
baik
- Ekstremitas: hangat +, CRT 2
detik
- Status neurologis (N)
FOLLOW UP
Minggu, 20 Januari 2019

S/demam naik O/KU : sakit sedang, CM A/Kejang Terapi lanjut


turun (+) HR : 109x/mnt Demam
kejang (-), RR : 25x/mnt Kompleks dengen
batuk (+) T : 37,6 Rhinofaringitis
berkurang, SpO1: 98% Akut
pilek (-) - Normosefali Anemia defisiensi
- Mata: ca -/-, si -/-, cekung -/- besi terkoreksi
- Thoraks: SNV, Wh-/-. Rh -/-; BJ (Hb : 14,4)
1&2 reg
- Abdomen: supel, BU +, turgor
baik
- Ekstremitas: hangat +, CRT 2
detik
- Status neurologis (N)
FOLLOW UP
Senin, 21Januari 2019

S/demam (-) O/KU : sakit sedang, CM A/Kejang Demam Pasien boleh pulang
kejang (-), HR : 103x/mnt Kompleks dengen Obat pulang :
batuk (+) RR : 24x/mnt Rhinofaringitis Cefixim syrup 2 x ½ cth
berkurang, T : 37,0 Akut Ambroxol 2 mg,
pilek (-) SpO1: 98% Anemia defisiensi Methylprednisolon 2 mg,
- Normosefali besi terkoreksi (Hb Salbutamol 0,3 mg 3x 1
- Mata: ca -/-, si -/-, cekung -/- : 14,4) dtd pulv
- Thoraks: SNV, Wh-/-. Rh -/-; BJ
1&2 reg Ambroxol 0,5
- Abdomen: supel, BU +, turgor baik mg/kgbb/hari 3 x
- Ekstremitas: hangat +, CRT 2 detik pemberian
- Status neurologis (N) Metilprednisolon 0,7
mg/kgbb/hari 3 x
pemberian
Salbutamol 0,1
mg/kgbb/hari 3 x
pemberian
PROGNOSIS

Ad
Ad vitam Ad sanam fungsionam

• Ad bonam • Ad bonam • Ad bonam


TINJAUAN PUSTAKA
KEJANG DEMAM

• (National Instituties of Health Consensus Conference)


kejadian kejang yang terjadi antara usia 3 bulan sampai
5 tahun yang berhubungan dengan demam tanpa
adanya riwayat kejang tanpa demam sebelumnya,
infeksi susunan saraf pusat, gangguan elektrolit atau
metabolik lain.
• Kondisi ini lebih sering disertai dengan infeksi virus
dibandingkan infeksi bakteri (pada 24 jam pertama
infeksi)
EPIDEMIOLOGI KEJANG DEMAM
 Insidensi kejang demam di Amerika Serikat dan Eropa berkisar 2 %-
5 %. Bila dibandingkan dengan Amerika Serikat dan Eropa,
insidensi kejang demam di Asia meningkat dua kali lipat.
 Resiko kecacatan akibat komplikasi kejang demam dan angka
kematian berkisar 0,64–0,75 %.
 Perbandingan angka kejadian kejang demam pada anak laki–laki
dan perempuan adalah 2 : 1.
 Kejang demam pada anak banyak dijumpai pada usia 3 bulan
sampai 5 tahun dan puncaknya pada umur 14-18 bulan.1,4,14
KLASIFIKASI KEJANG DEMAM
Unit Kerja Koordinasi Neurologi IDAI 2006
Kejang Demam Sederhana (Simple Febrile
Seizure) merupakan 80% di antara seluruh kejang
demam.
Kejang Demam Kompleks (Complex Febrile
Seizure), 20% di antara seluruh kejang demam.
PATOFISIOLOGI KEJANG DEMAM
 Konsentrasi K+ di dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+
rendah, sedangkan di luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya.
Perbedaan potensial membran dari sel neuron yang perlu
diseimbangkan dengan bantuan enzim Na – K – ATPase yang
terdapat pada permukaan sel.5
 Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan
kenaikan metabolisme basal 10% - 15% dan kebutuhan oksigen
20%.
 Terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel neuron dan
difusi dari ion K+ maupun ion Na+ melalui membran tadi, sehingga
mengakibatkannya lepas muatan listrik.5
FAKTOR RISIKO KEJANG DEMAM
1) Suhu badan
2) Usia
3) Riwayat keluarga
4) Faktor perinatal dan paskanatal
5) Status besi
DIAGNOSIS KEJANG DEMAM
1) Anamnesis
2) Pemeriksaan Fisik
3) Pemeriksaan Penunjang
DIAGNOIS BANDING KEJANG DEMAM
TATALAKSANA KEJANG DEMAM
 Tatalaksana Survey Primer
Airway
Breathing
Circulation
Disability
Exposure
TATALAKSANA KEJANG DEMAM
 Pengobatasn Fase Akut
 Mencari dan mengobati penyebab
 Pengobatan Profilaksis
A) Profilaksis intermiten pada waktu demam untuk kejang demam sederhana
B) Profilaksis terus menerus dengan antikonvulsan tiap hari (rumatan) untuk kejang
demam kompleks
PROGNOSIS DAN KOMPLIKASI
KEJANG DEMAM
 Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat, prognosis kejang
demam. Dari penelitian yang ada, frekuensi terulangnya kejang
berkisar antara 25%-50%, yang umumnya terjadi pada 6 bulan
pertama. Apabila melihat dari usia, jenis kelamin, dan riwayat
keluarga. Resiko terjadinya epilepsi rendah. Kelainan motoric.
Gangguan mental dan belajar. Kemungkinan mengalami kematian
sebesar 0,46% dan 0,74%.8
ANEMIA
 Menurut World Health Organization (WHO) anemia merupakan
suatu keadaan dimana konsentrasi hemoglobin dalam darah dibawah
nilai yang diharapkan, dimana usia, jenis kelamin, dan faktor
lingkungan termasuk sikap juga perlu diperhitungkan.
 Batasan anemia anak usia 6-18 bulan adalah kadar hemoglobin
dalam darah kurang dari 11.0 g/dL .26
KLASIFIKASI ANEMIA
 Anemia dapat diklasifikasikan menjadi empat bagian: 9,10,11 Anemia defisiensi,
Anemia aplastik, Anemia hemoragik, Anemia hemolitik,.
 Anemia menurut Morfologinya dibagi menjadi tiga bagian :
1) Anemia Makrositik Hipokromik
2) Anemia Normositik normokromik
3) Anemia Mikrositik Hipokromik
FAKTOR RISIKO ANEMIA
 Faktor penyebab langsung meliputi jumlah Fe dalam makanan tidak cukup,
absorbsi Fe rendah, kebutuhan naik serta kehilangan darah, sehingga keadaan ini
menyebabkan jumlah Fe dalam tubuh menurun.
PATOFISIOLOGI ANEMIA
 Penipisan simpanan zat besi (feritin) dan bertambahnya absorbsi zat
besi yang digambarkan dengan meningkatnya kapasitas pengikatan
besi  habisnya simpanan zat besi  berkurangnya kejenuhan
transferrin dan jumlah protoporfirin yang diubah menjadi heme 
menurunya kadar feritin serum.< 12 ng/ml. Hal yang perlu
diperhatikan adalah bila kadar feritin serum normal tidak selalu
menunjukkan status besi dalam keadaan normal. Karena status besi
yang berkurang Iebih dahulu baru diikuti dengan kadar feritin.33
 Defisiensi zat besi tidak menunjukkan gejala yang khas
(asimptomatik) sehingga anemia pada balita sukar untuk dideteksi.
PENATALAKSANAAN ANEMIA
 Pemberian zat besi
Sulfas ferosus : 3 x 10mg/kgBB
Vitamin C : 3x100mg/hari untuk meningkatkan absorpsi besi
 Transfusi darah
Di berikan bila kadar Hb < 6g/dl atau kadar Hb > 6g/dl disertai lemah, gagal
jantung, infeksi berat atau menjalani operasi (PRC)
Kebutuhan Transfusi : (A HB)xBBx3
 Diet
Sumber hewani : hati, daging, ikan
Sumber nabati : bayam,gandum, kacang kedelai, beras
Makanan tinggi vitamin C : jeruk
 Edukasi
PENCEGAHAN ANEMIA
 Primer : pemberian ASI saja setelah usia 6 bulan dapat
menyebabkan defisiensi besi, oleh sebab itu perlu supplementasi
besi sebagai pencegahan. Bila menggunakan susu formula, pilihlah
formula yang di fortifikasi dengan besi.
 Sekunder : Bayi yang memiliki satu atau lebih faktor resiko harus
menjalani skrining ADB. Skrining tersebut meliputi pemeriksaan
darah tepi lengkap, kadar ferritin dalam serum dan saturasi ferritin.
HUBUNGAN KEJANG DEMAM DENGAN
ANEMIA
 Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan peningkatan
metabolisme basal 10%-15% dan kebutuhan oksigen 20%  reaksi oksidasi
berlangsung lebih cepat  oksigen lebih cepat habis dan terjadi keadaan hipoksia.
 Anemia  berkurangnya kemampuan transport oksigen kedalam jaringan. 
hipoksia dimana oksigen dibutuhkan dalam proses transport aktif ion Na-K yang
berguna untuk menstabilkan kondisi membran sel saraf  memicu terjadinya
depolarisasi.  level yang tetap dan mendapat rangsang yang  kejang.
 Oleh karena itu pada pasien kejang demam yang disertai anemia dapat
memunculkan manifestasi klinis yang lebih berat. 4,15
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai