Anda di halaman 1dari 22

ANAMNESA &

PEMERIKSAAN
THT

dr. Tety H. Rahim, SpTHT-KL.,MKes.,MHKes.


Anamnesa
 Sifat dan beratnya keluhan
 Kapan, bagaimana
 Berapa lama ( akut, subakut, kronik)
 Frekuensinya
 Keluhan & gejala lain yang terkait
 Keadaan THT yang lain
 Penyakit lain yang diderita
 Riwayat penyakit lalu
 Riwayat pembedahan
 Riwayat pemakaian obat-obatan
 Riwayat alergi
 Keluhan telinga  kurang pendengaran,
nyeri telinga, cairan yang keluar, telinga
berdenging, pusing, muka mencong

 Keluhan hidung  hidung tersumbat,


sekresi (ingus), perdarahan, gangguan
penghidu, nyeri kepala.
 Alergi  lihat hidung : gatal dalam hidung,
mata gatal atau berair, bersin, COPD
(Chronics obstructive, Pulmonary
Disesase = penyakit paru kronis
obstruktif), batuk, produksi dahak,
tenggorok kering atau menggelitik,
urtikaria, cacing gelang, eksim, terkenal
hipersensitif, demam jerami, waktu
tertentu (pagi/malam), musim, tempat
dengan banyak keluhan, lingkungan
rumah dan tempat kerja (berdebu, adanya
hewan, pendingin udara AC)
 Keluhan tenggorok  nyeri, keluhan
menelan, suara parau

 Keluhan lain  mendengkur


PEMERIKSAAN
Pada pemeriksaan telinga, hidung dan tenggorok,
prinsip berurutan tetap dipertahankan.
Lebih baik, terutama pada anak-anak, dimulai
dari pemeriksaan leher, disusul oleh
pemeriksaan telinga, hidung, mulut, nasofaring
dan laring. Keadaan bagian kiri dan kanan
pasien perlu selalu dibandingkan. Jangan
sampai diabaikan adanya asimetri.
Pemeriksaan Telinga
dan Pendengaran

 Inspeksi :
pada inspeksi diperhatikan bentuk, warna,
jaringan parut dan pembengkakan. Pada
palpasi perhatikan konsistensi dan luas
pembengkakan serta nyeri tekan. Inspeksi
liang telinga dan gendang telinga
(otoskopi)
 Tes garpu tala
Tes garpu tala dipakai untuk membedakan
antara gangguan hantaran (konduktif) dan
perspektif dan untuk membandingkan
pendengaran pasien dengan pendengaran
normal (pemeriksa),yang paling banyak
dipakai adalah C1 (256 Hz) dan C2 (512
Hz)
Tes Rinne
Disini diperiksa seberapa keras suara
garpu-tala didengar kalau pangkal garpu
tala, setelah dipukul, diletakkan di mastoid
belakang telinga (hantaran tulang) dan
dibandingkan dengan pendengaran
dengan posisi garpu tala di depan telinga.
Tes Weber
Setelah garpu tala digetarkan, pangkalnya
diletakkan di kepala, di tengah-tengah antara
kedua telinga
Ada 3 kemungkinan pasien mendengar
bunyinya :
• di tengah  pendengaran simetris
• di telinga yang paling jelek  gangguan
pendengaran konduktif di telinga tersebut
• di telinga yg terbaik  gangguan pendengaran
perspektif di telinga yang jelek
 Audiometri
Audiometri dikerjakan dengan alat
audiometer yang diukur, didalam ruangan
kedap suara, di lingkungan yang hening
dan tenang, serta dilakukan oleh petugas
terlatih.
PEMERIKSAAN HIDUNG
 Rinoskopi anterior
Pemeriksaan hidung dimulai dengan inspeksi dan
palpasi hidung bagian luar. Diperhatikan bentuk dan
posisi hidung dan adanya pembengkakan dan
perubahan warna hidung dan daerah sekitarnya.

Dengan mendorong puncak hidung ke atas diperoleh


kesan tentang kedudukan septum-nasi dan konka-
nasalis-inferior. Untuk memeriksa bagian dalam
hidung digunakan spekulum hidung.
 Rinoskopi posterior
Bagian belakang hidung dan nasofaring diperiksa
dengan cara rinoskopi posterior.

Kaca tenggorok yang kecil dipanasi hingga sama


dengan suhu tubuh untuk mencegah timbulnya
embun hawa nafas. Dengan menggunakan spatel,
lidah ditekan ke bawah. Pasien mengucapkan ‘aa’
dan cermin menghadap ke atas, serta kaca
diletakkan di belakang langit-langit.
PEMERIKSAAN LARING
 Laringoskopi tak langsung
Bagian luar laring selalu diperiksa lebih dahulu dengan
inspeksi dan meraba bagian luarnya. Bagian dalam laring
diperiksa dengan laringoskopi tak langsung. Pasien mengambil
sikap kepala tegak sambil melakukan inspirasi-dalam-melalui
hidung.
 Laringoskopi langsung
Untuk pemeriksaan secara terinci dan untuk berbagai tindakan
perlu dilakukan laringoskopi langsung dengan narkosis.
Digunakan pipa lurus tetapi cekung (laringoskop) yang
dimasukkan ke dalam mulut hingga di belakang epiglottis.
Disamping itu dapat digunakan mikroskop bedah atau optik
untuk memperbesar gambar yang terlihat (mikrolaringoskopi).
PEMERIKSAAN FARING
 Nasofaring
Nasofaring merupakan bagian yang sulit diperiksa, karena
letaknya di belakang hidung dan palatum molle. Inspeksi tanpa
alat bantu hampir tidak mungkin. Cara pemeriksaan ialah 
Rinoskopi posterior & Nasofaringoskopi
 Orofaring
Pemeriksaan orofaring dilaksanakan dengan inspeksi dan
palpasi. Banyak kelainan masih dapat ditelusuri tanpa alat
bantu pemeriksaan.
 Hipofaring
Hipofaring diperiksa bersama-sama dengan memeriksa laring
dengan melakukan laringoskopi tak langsung atau laringoskopi
langsung.
PEMERIKSAAN RONGGA MULUT
Sebelum memeriksa mulut, periksa
kemungkinan adanya gigi-palsu yang
harus dikeluarkan dulu. Bibir, sudut mulut,
gigi, selaput lendir dan seluruh dasar-
mulut harus diperiksa. Diperiksa gerakan
lidah dan serta bagian samping, bawah
dan atas.

Maxilo facial  simetris/ a simeteris


PEMERIKSAAN LEHER
Pemeriksaan klinis leher terutama terdiri dari inspeksi dan
palpasi.

Pada inspeksi, dari segala sudut, terutama diperhatikan


asimetris dan adanya pembengkakan yang jelas.

Pada palpasi, diperiksa secara sistematik semua daerah


kelenjar leher. Pembengkakan dalam kelenjar tiroid
bergerak waktu menelan, fluktuasi (abses, kista) dan
perlengketan dengan struktur sekitarnya (malignitas atau
keganasan)
Telinga
Auris
Bagian Kelainan
Dextra Sinistra
Kelainan
kongenital
Preaurikula
Radang / tumor
Trauma
Kelainan
kongenital
Aurikula
Radang / tumor
Trauma
Auris
Bagian Kelainan
Dextra Sinistra
Edema
Hiperemis
Nyeri tekan
Retroaurikula
Sikatriks
Fistula
Fluktuasi
Kelainan
kongenital
Kulit
Canalis
Sekret
Acustikus
Serumen
Externa
Edema
Massa
Cholesteatoma
Warna
Membrana Intak
Timpani Reflek cahaya
Hidung
Rinoskopi Anterior
Bentuk dan Dekstra Sinistra
Ukuran
Mukosa
Sekret
Concha
Septum
Polip/tumor
Pasase udara

Rinoskopi Posterior
Koana
Tuba Eustachius
Fossa Rosenmuller
Adenoid
Mulut Dan Orofaring

Mukosa

Gigi-geligi
Tonsil
Pharynx

Anda mungkin juga menyukai