ditemukan adalah perforasi . Baik berupa perforasi maupun perforasi pada appendiks yang telah mengalami pendindingan sehingga berupa masa yang terdiri atas kumpulan appendiks, sekum, dan lekuk usus halus. MASSA PERIAPENDIKUER • MASSA PERIAPENDIKUER. Massa apendiks terjadi bila apendisitis gangrenosa atau mikroperforasi ditutupi atau dibungkus oleh omentum dan/atau lekuk usus halus. Pada massa peripendikuler yang pembentukan dindinganya belum sempurna, dapat terjadi penyebaran pus ke seluruh rongga peritoneum jika perforasi diikuti oleh peritonitis purulenta generalisata. Oleh sebab itu, massa periapendikuler yang masih bebas (mobile) sebaiknya segera dioperasi untuk mencegah penyulit tersebut. bulan kemudian agar perdarahan akibat perlengketan dapat ditekan sekecil mungkin. Bila terjadi perforasi, akan terbentuk abses apendiks. Hal ini ditandai dengan kenaikan suhu dan frekuensi nadi, bertambahnya nyeri, dan terabanya pembengkakan massa, serta bertambahnya angka leukosit.
• Riwayat klasik apendisitis akut, yang diikuti dengan adanya
massa yang nyeri di regio iliaka kanan dan disertai demam, mengarahkan diagnosis ke massa atau abses periapendikuler. Tatalaksana • Apendektomi dilakukan pada infiltrat periapendikuler tanpa pus yang telah ditenangkan. Sebelumnya, pasien diberikan antibiotik kombinasi yang aktif terhadap kuman aerob dan anaerob. Baru setelah keadaan tenang, yaitu seitar 6–8 minggu kemudian, dilakukan apendektomi. Pada anak kecil, wanita hamil, dan penderita usia lanjut, jika secara konservatif tidak membaik atau berkembang menjadi abses, dianjurkan operasi secepatnya. • Bila sudah terjadi abses, dianjurkan drainase saja; apendektomi dikerjakan setelah 6–8 minggu kemudian. Jika pada saat dilakukan drainase bedah, apendiks mudah diangkat, dianjurkan sekaligus dilakukan apendektomi. APENDISITIS PERFORATA • Adanya fekalit di dalam lumen, usia (orang tua dan anak kecil), dan keterlambatan diagnosis merupakan faktor yang berperanan dalam terjadinya perforasi apendiks. • Perforasi apendiks akan mengakibatkan peritonitis purulenta yang ditandai dengan demam tinggi, nyeri makin hebat yang meliputi seluruh perut, dan perut menjadi tegang dan kembung. Nyeri tekan dan defans muskuler terjadi di seluruh perut, mungkin disertai pungtum maksimum di region iliaka kanan; peristalsis usus dapat turun sampai hilang akibat adanya ileus paralitik. Abses rongga peritoneum dapat terjadi bila pus yang menyebar terbatas di suatu tempat, paling sering di rongga pelvis dan subdiafragma. TATALAKSANA • Perbaikan keadaan umum dengan infus, pemberian antibiotic untuk kuman gram negatif dan positif, serta kuman anaerob, dan pemasangan pipa nasogastric perlu dilakukan sebelum pembedahan. • Perlu dilakukan laparotomi dengan insisi yang panjang agar mudah melakukan pencucian rongga peritoneum dari pus maupun pengeluaran fibrin , serta membersihkan kantung nanah. Akhir-akhir ini, mulai banyak dilaporkan pengelolaan apendisitis perforasi secara laparaskopi apendektomi. Pada prosedur ini, rongga abdomen dapat dibilas dengan mudah. Hasilnya dilaporkan tidak berbeda jauh dibandingkan dengan laparatomi terbuka, tetapi keuntungannya adalah lama rawat lebih pendek dan secara kosmetik lebih baik. • Karena terdapat kemungkinan terjadi infeksi luka operasi, sebaiknya dilakukan pemasangan drain subfasia; kulit dibiarkan terbuka dan nantinya akan dijahit bila sudah dipastikan tidak ada infeksi. Pemasangan drain intraperitoneal tidak perlu dilakukan pada anak karena justru lebih sering menyebabkan komplikasi infeksi.