Anda di halaman 1dari 18

PAJAK PENGHASILAN BADAN

BUKAN OBJEK PAJAK PENGHASILAN


(PPH FINAL/ PASAL 4 AYAT 3)
Kelompok 4 :
Galuh Indah Sari (01031181621002)
Elmo Rishel Veraldi (01031381621141)
YassaBianda N (01031381621171)
Zainab (01031381621192)
Tri Wahyuni (01031381621196)
JessyAgusta F (01031381621249)
PPh Final dan PPh Final Bukan Objek Pajak
Penghasilan
Pengertian PPh Final
• Yaitu : Penghasilan yang dikenakan pajak bersifat final merupakan
penghasilan-penghasilan tertentu yang dikenai PPh dengan tarif tertentu
(final) baik melalui pemotongan oleh pihak lain atau dengan menyetor
sendiri.
Pengertian PPh Pasal 4 Ayat 3
• Yaitu : apabila penghasilan yang diterima atau diperoleh subjek pajak
bukan merupakan objek Pph, maka subjek pajak tersebut tidak mempunyai
kewajiban untuk membayar Pph. Penghasilan-penghasilan yang
sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (3) bukan merupakan objek
pajak sehingga sejak awal diperolehnya penghasilan tidak dikenakan Pajak
PPh.
Pajak Penghasilan bukan Objek Pajak
Penghasilan (Pasal 4 ayat 3) adalah:
a. Bantuan atau sumbangan dan harta hibahan
b. Warisan.
c. Harta
d. Penggantian atau imbalan
e. Pembayaran
f. Dividen atau bagian laba
g. Iuran yang diterima atau diperoleh
h. Penghasilan dari modal yang ditanamkan
i. Bagian laba yang diterima
j. Dihapus
k. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan
modal ventura
l. Beasiswa
m. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau
lembaga nirlaba
n. Bantuan atau santunan
Penjelasan Pasal 4 Ayat (3)

• Terdapat pada :
• Huruf a
• Huruf h
• Huruf b • Huruf I
• Huruf c • Huruf j
• Huruf d • Huruf k
• Huruf e • Huruf l
• Huruf f • Huruf m
• Huruf g • Huruf n
JENIS PPH FINAL
• Bunga deposito/ tabungan dan diskonto Sertifikat Bank Indonesia (SBI):
20% 20%
• Hadiah undian 25%

• Bunga simpanan anggota koperasi


0% 10%

15%
• Bunga obligasi

20%
15%

• Diskonto obligasi 20%


• Bunga atau diskonto obligasi yang diterima dan atau diperoleh wajib pajak reksadana yang
terdaftar pada pasar modal

0% 5% 15%
• Penjualan saham pendiri dan bukan pendiri di bursa efek
0,1% 0,5%
• Penyaur/dealer/agen produk pertamina dan premix

0,3% 0,25% 0,3% 0,3%

• Usaha jasa konstruksi

2% 4% 3% 4% 6%
• Pengalihan Hak atas Tanah dan atau Bangunan
5% 1%
• Persewaan Tanah dan atau Bangunan 10%

• Uang pesangon uang dibayarkan sekaligus.


0% 5% 15% 25%

• Uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua atau jaminan hari tua
yang dibayarkan sekaligus
0% 5%

• Penghasilan wajib pajak yang bergerak di bidang usaha pelayaran


dalam negeri
1,2%
• Penghasilan wajib pajak yang bergerak di bidang usaha pelayaran atau penerbangan luar negeri
2,64%
• Penghasilan wajib pajak luar negeri yang mempunyai kantor perwakilan dagang di Indonesia
0,44%
• Honorarium dan imbalan lain dengan nama apapun atas beban APBN/APBD yang diterima pejabat
negara, PNS, anggota TNI, Polri, dan pensiunan

0% 5% 15%
• Nilai bangunan yang diterima dalam rangka Bangun Guna Serah sehubungan dengan berakhirnya masa
perjanjian
5%
• Penjualan saham milik perusahaan modal ventura 0,1%

• Selisih penilaian kembali aktiva 10%


• Diskonto surat utang negara (SPBN dan ORI)
20%
• Penghasilan dari transaksi derivatif berupa kontrak berjangka yang
diperdagangkan di bursa

2,5%
• Dividen yang diterima oleh wajib pajak orang pribadi
10%
• Penghasilan istri semata-mata dari satu pemberi kerja

Tarif pasal 17 dari penghasilan kena pajak


Contoh perhitungan Pph atas Penghasilan
Deviden Interim (Pasal 4 ayat 3 huruf F)

• Arul Andriyanto, merupakan pemegang saham PT Delta Porong Utama dengan


kepemilikan sebesar 95%. Sedangkan sisa saham PT Delta Porong Utama
sebesar 5% dimiliki oleh Nella Edward. Jumlah saham PT Delta Porong Utama
adalah sebesar 1.000.000 lembar saham. PT Delta Porong Utama akan
melakukan pembagian dividen interim tahun buku 2013 dengan mekanisme
sebagai berikut:
 Dividen interim akan didistribusikan pada tanggal 16 September 2013 berdasarkan
komposisi pemegang saham pada tanggal 1 Agustus 2013;
 komposisi pemegang saham PT Delta Porong Utama pada tanggal 1 Agustus 2013 adalah
95% dimiliki oleh Arul Andriyanto dan 5% dimiliki oleh Betty Edward;
 Dividen interim yang akan dibagikan adalah sebesar Rp50,00 per lembar saham.
Pertanyaan:
• Bagaimana kewajiban pemotongan dan pemungutan PPh atas transaksi
pembagian dividen interim tersebut?
• JAWAB:
Pembagian laba secara langsung dan/atau tidak langsung yang berasal dari saldo
laba termasuk saldo laba berdasarkan proyeksi laba tahun berjalan merupakan
objek pajak, kecuali bagian laba sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3)
huruf f Undang Undang Pajak Penghasilan.
Atas pembagian dividen yang diterima oleh Wajib Pajak orang pribadi dipotong
PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar 10% dari jumlah bruto oleh pihak yang membayarkan.
Dengan demikian karena pembagian dividen interim PT Delta Porong Utama tidak
memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf f Undang-Undang
Pajak Penghasilan, maka atas pembagian dividen interim tersebut wajib dipotong PPh Pasal
4 ayat (2) sebesar 10% dari jumlah bruto oleh pihak yang wajib membayarkan.
Besarnya PPh Pasal 4 ayat (2) yang wajib dipotong oleh PT Delta Porong Utama adalah:
atas dividen interim yang diterima atau diperoleh Arul Andriyanto:
• 10% x {(95% x 1.000.000) x Rp50,00} = Rp4.750.000,00
atas dividen interim yang diterima atau diperoleh Betty Edward:
• 10% x {(5% x 1.000.000) x Rp50,00} = Rp250.000,00
Kewajiban PT Delta Porong Utama sebagai pemotong PPh Pasal 4 ayat (2) adalah:
• melakukan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas dividen sebesar Rp4.750.000,00 dan
Rp250.000,00 serta memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) kepada Arul
Andriyanto dan Betty Edward;
• melakukan penyetoran PPh Pasal 4 ayat (2) tersebut paling lambat tanggal 10 September
2013;
• melaporkan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas transaksi tersebut dalam SPT Masa PPh
Pasal 4 ayat (2) Masa Pajak Agustus 2013 paling lambat tanggal 20 September 2013.
Kesimpulan
• PPh Pasal 4 Ayat 3 Bukan Objek Pajak Penghasilan adalah Apabila penghasilan yang
diterima atau diperoleh subjek pajak bukan merupakan objek Pph, maka subjek pajak
tersebut tidak mempunyai kewajiban untuk membayar Pph. Penghasilan-penghasilan
yang sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (3) bukan merupakan objek
pajak sehingga sejak awal diperolehnya penghasilan tidak dikenakan Pajak PPh.
Pada Pasal 4 ayat 3 ini UU Pph menyebutkan macam dan jenis penghasilan yang
bukan objek pajak atau negatif list sehingga jenis penghasilan yang tidak termasuk
dalam negatif list ini merupakan objek pajak atau terutang pajak penghasilan.
• Kemudian karena Pph Pasal 4 Ayat 3 Bukan Objek Pajak Penghasilan ini berkaitan
dengan PPh Final maka, definisi dari PPh Final ini sendiri adalah Penghasilan yang
dikenakan pajak bersifat final merupakan penghasilan-penghasilan tertentu yang dikenai
PPh dengan tarif tertentu (final) baik melalui pemotongan oleh pihak lain atau dengan
menyetor sendiri. Penghasilan-penghasilan tersebut perlu diberikan perlakuan tersendiri
dalam pengenaan pajaknya dengan pertimbangan antara lain perlu adanya dorongan
dalam rangka perkembangan investasi dan tabungan masyarakat, kesederhanaan dalam
pemungutan pajak, berkurangnya beban administrasi baik bagi Wajib Pajak maupun
Direktorat Jenderal Pajak, pemerataan dalam pengenaan pajaknya, dan memperhatikan
perkembangan ekonomi dan moneter.
TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai