Anda di halaman 1dari 80

Pengumpulan Spesimen,

Proses, dan variable


Pra-analitik lainnya
Dina-Brigitta-Dayu-Afif-Ricka-Rivaldi-Yesi
Praanalitik
 Pengertian: semua tahapan kompleks yang harus dilakukan
sebelum sampel dianalisa.
 Terdiri dari :
 Permintaan pemeriksaan dari klinisi
 Persiapan pasien dan variasi pasien
 Pengumpulan sampel dan pelabelan
 Bahan pengawet sampel dan antikoagulan
 Pengiriman sampel
 Proses dan penyimpanan sampel

Lifshitz MS. Preanalysis. In: McPherson RA, Pincus MR, editors. Henry’s Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Methods. St. Louis, Missouri: Elsevier. 2017. p.
Kesalahan Praanalitik
 Teridentifikasi 32%-75% kesalahan terjadi pada fase
praanalitik
 Sumber kesalahan yang potensial terjadi adalah:
 Ketidaktepatan permintaan tes
 Kesalahan identifikasi pasien
 Kesalahan waktu pengambilan sampel
 Kesalahan persiapan pasien (puasa)
 Kesalahan pengambilan sampel rasio antikoagulan/darah
 Kesalahan transportasi sampel
 Kesalahan dalam proses dan penyimpanan sampel

Lifshitz MS. Preanalysis. In: McPherson RA, Pincus MR, editors. Henry’s Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Methods. St. Louis, Missouri: Elsevier. 2017. p.
20-31
Variabel Praanalitik yang Berpengaruh
Variabel yang berhubungan dengan pasien yang berpengaruh
terdiri dari:
Variabel terkontrol: Variabel tidak terkontrol
 Postur  Usia
 Aktivitas fisik  Jenis kelamin
 Variasi sirkadian  Faktor lingkungan
 Travel  Kondisi tertentu seperti kehamilan
 Diet
 Merokok
 Obat

Young DS, Bermes EW. Specimen collection and other preanalytical variables. In: Tietz Fundamental of Clinical Chemistry. 6th ed. Missouri: Elsevier; 2008. p. 42-62.
Variabel Praanalitik yang Berpengaruh:
Variabel Terkontrol
 Postur:
 Perubahan baring ke berdiri meningkatkan tekanan hidrostatik mengurangi 10% volume plasma darah,
meningatkan konsentrasi plasma protein (8-10%)
 Tirah baring lama:
 retensi cairan  penurunan plasma protein, albumin dan konstituen yang terikat protein akibat hemodilusi
 Penggunaan iV penurunan Hb

 Penggunaan torniket yang tidak benar  peningkatan laktat


 Aktivitas fisik
 Tergantung pada derajat aktivitas fisik dan berapa lama selang pengambilan spesimen dari aktivitas fisik
 Efek transien: peningkatan metabolism utnuk kebutuhan energi 
 FFA (menurun kemudian meningkat)
 laktat meningkat (sampai 300%)
 CK, AST, LD meningkat
 Aktifasi koagulais, fibrinolysis, trombosit

 Efek Jangka Panjang: penningkatan CK, aldolase, AST dan LD


Lifshitz MS. Preanalysis. In: McPherson RA, Pincus MR, editors. Henry’s Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Methods. St. Louis, Missouri: Elsevier. 2017. p. 20-31
Young DS, Bermes EW. Specimen collectio and other preanalytical variables. In: Tietz Fundamental of Clinical Chemistry. 6th ed. Missouri: Elsevier; 2008. p. 42-62.
Variabel Praanalitik yang Berpengaruh:
Variabel Terkontrol

Variasi sikardian
 Kortisol  puncaknya pada jam 4-6 pagi, terendah pada jam 8 pagi-12 siang
 Iron  puncaknya saat subuh, menurun 30% saat siang
 ACTH  rendah saat malam
 Prolaktin  lebih tinggi pada jam 4-8 pagi dan 8-10 malam
Travel
 berpergian melewati berbagai zona waktu (10 zona waktu)  membutuhkan
waktu 5 hari untuk kembali ke ritme diurnal yang stabil
 Peningkatan katekolamin urin selama 2 hari
 Saat di pesawat  peningkatan glukosa dan trigliserida

Lifshitz MS. Preanalysis. In: McPherson RA, Pincus MR, editors. Henry’s Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Methods. St. Louis, Missouri: Elsevier. 2017. p. 20-31
Young DS, Bermes EW. Specimen collectio and other preanalytical variables. In: Tietz Fundamental of Clinical Chemistry. 6th ed. Missouri: Elsevier; 2008. p. 42-62.
Variabel Praanalitik yang Berpengaruh:
Variabel Terkontrol
Variasi Diet
 kadar glukosa, trigliserid  meningkat setelah makan
 Diet daging merah, ikan, suplemen besi  false positive darah samar
 Vegetarian jangka panjang  menurunkan LDL, VLDL, total lipid, fosfolipid,
kolesterol, dan trigliserid
 Konsumsi daging/ tinggi protein  meningkatkan urea serum, amonia, dan
asam urat
 Diet tinggi protein rendah karbohidrat (diet Atkin)  meningkatkan ketorn
urin dan meningkatkan BUN darah

Lifshitz MS. Preanalysis. In: McPherson RA, Pincus MR, editors. Henry’s Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Methods. St. Louis, Missouri: Elsevier. 2017. p.
Variabel Praanalitik yang Berpengaruh:
Variabel Terkontrol
 Obat-obatan :
 kontrasepsi oral (Estrogen & Progesteron)  meningkatkan hormon tiroid, glukokortikoid.
 Phenitoin meningkatkan kadar gula darah  menginhibisi sekresi insulin .
 Herbal :
 Prakteknya tidak menurut regulasi produksi yang terstandarisasi  variasi komponen dalam
herbal sangat besar
 Banyak preparat herbal dilaporkan mengganggu fungsi hati  germander menyebabkan
nekrosis sel hati
 Penggunaan aloe vera jangka panjang  hematuria dan albuminuria.

Young DS, Bermes EW. Specimen collectio and other preanalytical variables. In: Tietz Fundamental of Clinical Chemistry. 6th ed. Missouri: Elsevier; 2008. p. 42-62.
Variabel Praanalitik yang Berpengaruh:
Variabel Tidak Terkontrol
 Umur:
 Neonatus hemoglobin HbF (bukan HbA). Peningkatan bilirubin(sampai hari ke 5)
 Infant: kadar glukosa lebih rendah dari orang dewasa(cadang glikolen <<)
 Lanjut usia  penurunan CCT 50%
 Jenis kelamin:
 laki-laki : Albumin, Ca, Mg lebih tinggi. Alkaline phosphatase, aminotransferase, CK,
aldolase meningkat (massa otot lebih besar)
 Perempuan : Retikuloit lebih tinggi. kadar besi menurun (menstruasi)
 Ketinggian tempat tinggal:
 Tempat tinggal yang tinggi  kadar Hb, eritrosit, dan hematokrit meningkat

Lifshitz MS. Preanalysis. In: McPherson RA, Pincus MR, editors. Henry’s Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Methods. St. Louis, Missouri: Elsevier. 2017. p. 20-31
Young DS, Bermes EW. Specimen collectio and other preanalytical variables. In: Tietz Fundamental of Clinical Chemistry. 6th ed. Missouri: Elsevier; 2008. p. 42-62.
Variabel Praanalitik yang Berpengaruh:
Variabel Tidak Terkontrol
 Kehamilan
 Volume darah meningkat  hemodilusi
 Penurunan konsentrasi protein plasma
 Peningkatanan protein transporter (seruloplasmin, dan thyroxin
binding globulin)
 GFR meningkat  volume urin meningkat, CCT meningkat
 Stress  acute phase reactant meningkat

Young DS, Bermes EW. Specimen collectio and other preanalytical variables. In: Tietz Fundamental of Clinical Chemistry. 6th ed. Missouri: Elsevier; 2008. p. 42-62.
Jenis Sampel

Jenis Sampel biologi yang diperiksa di laboratorium :


 Darah
 Whole blood  hematologi
 Serum  Kimia, imunologi
 Plasma  kimia
 Urin
 Feses
 Cairan tubuh: otak, sinovial, pleura, perikardial, asites.

Haverstick D, Groszbach A. Specimen collection and processing. In: TIETZ Fundamentals clinical chemistry and molecular diagnostics. 7th ed. Missouri: 2015. p.145
Formulir permintaan dari klinisi

 Nama
 Jenis kelamin
 Umur
 Tanggal lahir
 Tanggal permintaan pemeriksaan laboratorium
 Ruangan
 Jenis pemeriksaan yang diminta
 Diagnosa sementra / keterangan klinis
 Nama klinisi yang meminta

Lifshitz MS. Preanalysis. In: McPherson RA, Pincus MR, editors. Henry’s Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Methods. St. Louis, Missouri: Elsevier. 2017. p.
Darah
Dalam 24 jam sebelum pemeriksaan, Sarankan pasien untuk :
 Tidak mengubah pola diet
 Mengkonsumsi alkohol
 Tidak melakukan aktivitas fisik berlebihan
Persiapan pasien: Pemeriksaan Kimia
 Tes Toleransi Glukosa Oral :
 3 hari sebelum pemeriksaan, makan & aktifitas seperti biasa.
 Malam sebelum pemeriksaan, puasa 8-14 jam.
 Cek glukosa darah puasa
 Konsumsi 75 g glukosa periksa glukosa darah 2 jam kemudian.
 Glukosa darah puasa  Puasa 8 jam
 Glukosa darah post prandial  Darah diperiksa 2 jam setelah makan
 Kilomikron, trigliserida  Puasa 9 jam
 Kolesterol, LDL, HDL  Tidak puasa

Lifshitz MS. Preanalysis. In: McPherson RA, Pincus MR, editors. Henry’s Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Methods. St. Louis, Missouri: Elsevier. 2017. p.
Pemeriksaan Hematologi

 Tidak perlu
 Stres & cemas  meningkatkan jumlah leukosit
 Aktivitas fisik berat & olah raga  mengaktivasi koagulasi & fibrinolisis , serta
meningkatkan jumlah trombosit & leukosit
 Merokok
 sebelum pengambilan darah  meningkatkan leukosit
 merokok jangka panjang menurunkan fungsi paru-paru meningkatkan kadar
hemoglobin

Oleinsky R. Specimen collection for hematology and hemostasis. Clinical Hematology. 2 nd ed. Lippincott. New York ; 1998:p.9-15.
Pemeriksaan Hemostasis

 Wadah yang cocok untik penyimpanan darah hemostasis adalah plastik,


polistiren, silicone coated glass
 Wadah kaca harus dihindari  karena kaca dapat mengaktifkan faktor
pembekuan XI & XII melalui jalur intrinsik (faktor kontak)  auto-activaction
 Catat riwayat konsumsi obat :
 Menyebabkan pemanjangan PT: antagonis vitamin K, antibiotik (penicillin,
streptomisin, kloramfenikol), antikoagulan oral (warfarin), aspirin
 Menyebabkan pemendekan PT: barbiturat, digitalis, diuretik, difenhidramin,
kontrasepsi oral
 Menyebabkan pemanjangan APTT: antikoagulan oral

Oleinsky R. Specimen collection for hematology and hemostasis. Clinical Hematology. 2 nd ed. Lippincott. New York ; 1998:p.9-15.
Pemeriksaan Mikrobiologi

 Spesimen mikrobiologi harus diperoleh dari tempat infeksi,dengan minimal


kontaminasi dengan jaringan yang berdekatan
 Semua spesimen, kecuali tinja, harus dikumpulkan di wadah steril
 Setelah dikumpulkan spesimen diletakkan dalam kantong biohazard &
ditranspor ke laboratorium sesegera mungkin.
 Jika ditunda  sputum, urin, tinja, dan specimen lainnya harus diletakkan di
lemari es  hindari perkembangan flora normal
 Untuk pemeriksaan N. gonnorhoeae , spesimen harus disimpan di suhu
ruangan, karena suhu lemari es sebabkan perubahan metabolisme organisme
ini.

Croft A, Woods G. Specimen collection and handling for diagnosis infectious. In. Henry’s Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Methods. 22nd ed. Elsevier.
Pemeriksaan Mikrobiologi

 Darah untuk pemeriksaan mikrobiologi harus dikumpulkan sebelum dimulai


terapi antibiotika.
 Waktu optimal pengambilan darah  segera saat timbul demam
 Tidak boleh menggunakan vaccutainer yang berisi gel pada pemeriksaan
imunologi.
 Gel dapat mempengaruhi reaksi imunologi.

Croft A, Woods G. Specimen collection and handling for diagnosis infectious. In. Henry’s Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Methods. 22nd ed.
Elsevier. Philadelphia; p.1239-46.
Metode Pengumpulan Sampel Darah

 Vena
 Arteri
 Kapiler

Lifshitz MS. Preanalysis. In: McPherson RA, Pincus MR, editors. Henry’s Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Methods. St. Louis, Missouri: Elsevier. 2017. p. 20-
31
Pagana KD, Pagana TJ. Mosby’s Manual Diagnostic and Laboratory Test. 5th Edition. St. Louis, Missouri: Elsevier. 2014. p. 14-21
Pungsi Vena

 Venapuncture/pungsi vena metode yang dilakukan


untuk memperoleh darah dari vena pasien
 Paling sering dilakukan
 Lokasi vena:
 Paling sering: vena basilika, vena sefalika, dan mediana
 Vena femoral

Turgeon ML. Linne & Ringsruds Clinical Laboratory Science. 5th ed. Maryland Heights: Elsevier. 2012. p. 53-74.
Perlengkapan Umum Flebotomi 1. Konter pengambilan darah  kursi
flebotomi
2. Equipment carriers: tray / cart
1 3 3. Sarung Tangan (tanpa powder) & Hand
Cream
4. Antiseptik
5. Disinfektan
6. Pembersih tangan
7. Plester
8. Jarum & tempt pembuangan jarum
9. Plastik biohazard
10. Slides
8 11. Pena
12. jam

4
2

McCall RE, Tankersley CM. Phlebotomy essentials. 5th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2012
Perlengkapan pungsi Vena
1. Alat melokalisasi vena
2. Torniket
3. Jarum
4. Evacuated tube system
2

McCall RE, Tankersley CM. Phlebotomy essentials. 5th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2012
Evacuated blood collection tubes

Turgeon ML. Linne & Ringsruds Clinical Laboratory Science. 5th ed. Maryland Heights: Elsevier. 2012. p. 53-74.
Tube Pengambilan Sampel Darah Vena

 Rubber stoppers berwarna-warni sehingga membedakan isi dari tube (plain,


anticoagulan)
 Perhatikan tanggal expired tube  mempengaruhi stabilitas antikoagulan dan
retensi tekanan vakum
 Penyimpanan di suhu ruangan  tidak boleh melebihi 270C
 Temperatur terlalu rendah  tekanan di dalam tube menurun, dan sebaliknya

Pagana KD, Pagana TJ. Mosby’s Manual Diagnostic and Laboratory Test. 5th Edition. St. Louis, Missouri: Elsevier. 2014. p. 14-21
Turgeon ML. Linne & Ringsruds Clinical Laboratory Science. 5th ed. Maryland Heights: Elsevier. 2012. p. 53-74.
Pungsi Vena

 5 keadaan sulit saat melakukan pungsi atau yang dapat menyebabkan


kesalahan praanalisis:
 Intravena lines  gunakan lengan yang tidak ada jalur IV line
 Edema
 Luka bakar  alternatif dapat dari darah kapiler
 Pasien dialisis  jangan mengambil dari vena yang terpasang kanula atau fistula
 Pasien mastektomi  jangan pada lengan di sisi yang dilakukan mastektomi

Turgeon ML. Linne & Ringsruds Clinical Laboratory Science. 5th ed. Maryland Heights: Elsevier. 2012. p. 53-74
Prosedur Flebotomi
 Sapa pasien
 Identifikasi pasien, formulir permintaan lab
 Jika pemeriksaan harus puasa  konfirmasi pasien
 Buat pasien nyaman, informasikan prosedur
 Siapkan alat dan bahan flebotomi

Turgeon ML. Linne & Ringsruds Clinical Laboratory Science. 5th ed. Maryland Heights: Elsevier. 2012. p. 53-74.
Prosedur Flebotomi

 Pilih lokasi vena  vena yang tampak terisi penuh,


menonjol. Bandingkan lengan kanan dan lengan kiri. Minta
pasien mengepalkan tangan  membantu vena tampak
lebih menonjol.
 Pasang turniket jangan >1 menit
 Bersihkan area pungsi dengan isopropyl alcohol 70%,
memutar dari pusat ke luar. Biarkan mengering, jangan
sentuh lagi dengan jari

Turgeon ML. Linne & Ringsruds Clinical Laboratory Science. 5th ed. Maryland Heights: Elsevier. 2012. p. 53-74.
a. Pegang jarum dengan posisi ibu jari di
atas, jari telunjuk dan jari tengah di
bawah. Tusuk jarum dengan sudut 15-300
b. Ibu jari tangan lain mendorong wadah
bawah tabung vakum ke dalam holder. Jari
telunjuk dan jari tengah menstabilkan
tabung vakum
c. Sampel darah mengalir ke dalam tabung
vakum. Lepaskan torniket dengan tangan
kiri, pastikan pegangan pada tabung vakum
tetap stabil

Turgeon ML. Linne & Ringsruds Clinical Laboratory Science. 5th ed. Maryland Heights: Elsevier. 2012. p. 53-74
Garza D,McBride KB. Phlebotomy Handbook-Blood Collection Essentials 2002:252-4.
d. Pegang tabung jarum dengan lembut, lepaskan
tabung vakum dengan cara ditarik sedikit diputar
e. Homogenkan sampel darah  bolak-balikkan tabung
beberapa kali. Jangan dikocok
Ulangi langkah b dan d jika perlu lebih dari 1 tabung
Lepaskan holder dan jarum, buang jarum ke
penampungan jarum. Tutup bekas tusukan dengan
kasa steril, diberi plester.

Garza D,McBride KB. Phlebotomy Handbook-Blood Collection Essentials 2002:252-4


McOherson & Pincus. Henry’’s Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Methods, 21st ed.
Prosedur Pasca Flebotomi

 Periksa kembali identitas pasien, formulir permintaan


 Labeli spesimen dengan identitas pasien yang memadai  nama, nomor
RM/lab, tanggal lahir, tanggal dan waktu pengambilan spesimen
 Lihat pada formulir permintaan  asal ruangan, nama dokter, pemeriksaan
yang diminta
 Kirim spesimen dalam kantung plastik individual, terpisah dari blanko
permintaan (mencegah kontaminasi)

Garza D,McBride KB. Phlebotomy Handbook-Blood Collection Essentials 2002:252-4


Lifshitz MS. Preanalysis. In: McPherson RA, Pincus MR, editors. Henry’s Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Methods. St. Louis,
Missouri: Elsevier. 2017. p. 20-31
Plasma vs Serum

 Jenis test tergantung dari jenis


sampel
 Whole blood  dengan
antikoagulan (tube ungu)  Jika
disentrifugasi didapatkan plasma 
mengandung fibrinogen
 Tanpa antikoagulan (tube merah) 
sentrifugasi didapatkan serum 
tidak mengandung fibrinogen

Carreiro-Lewandowski E. Basic principles & practices of clinical chemistry. In: Bishop ML, Fody EP, Shoeff LE, editors. Chemical Chemistry. 7th ed. Philadephia:
Lippincott Williams & Wilkins, a Wolter Kluwer. 2013. p. 29.
Blood Collection Additive
1. Antikoagulan  mencegah pembekuan dengan 2 metode: Kelasi
(pengikatan) & Presipitasi kalsium
A. Sitrat :
 Sodium sitrat
 Cara kerja : mengikat kalsium
 Paling baik preservasi faktor pembekuan
 Masukkan sampel sesuai tanda bolak-balik 3-4 kali
 faktor pembekuan menggunakan Plasma: spesimen di sentrifugasiditambahkan
kembali kalsium (agar pembekuan dapat di inisiasi dan di ukur)
B . Heparin :
B A
 Ammonium, lithium, sodium heparin
 Mencegah pembentukan thrombin (enzim yang mengubah fibrinogen menjadi
fibrin)
 Plasma yang terheparinisasi digunakan untuk pemeriksaan kimia terutma untuk
pemeriksaan yang dibutuhkan cepat (ex: elektrolit)  Memangkas Turn Around
Time  sehingga belum sempat terjadi bekuan
 Sampel yang dimasukkan harus segera di campurkan (mencegah pembentukan
bekuan) bolak-balik 5-10 x
Blood Collection Additive
C. EDTA :
 Ethylenediaminetetraacetic acid D
 Cara kerja : mengikat kalsium
 Paling sering digunakan untuk tes hematologi preservasi
morfologi sel (bentuk dan struktur) & inhibisi agregasi
trombosit
 CLSI merekomendasikan spray-dred EDTA (EDTA cair
mendilusi spesimen)
 Masukkan sampel sesuai tanda bolak-balik 8-10 kali

D. Oksalat
 Kalium Oksalat
 Cara kerja : presipitasi kalsium
C
 Menghasilkan plasma untuk pemeriksaan glukosa
 Sampel yang dimasukkan harus segera di campurkan
(mencegah pembentukan bekuan) bolak-balik 8-10 x
Blood Collection Additive
2. Clot Activator
 Substansi yang mempercepat
pembentukan bekuan
 Menambah permukaan untuk aktivasi
platelet ex: partikel silica (15-30
menit)
 Faktor pembekuan  ex: thrombin
(5menit)
 5x bolak-balik
Urutan Memasukkan Sampel Darah
Jenis tabung Jenis additif Jenis Pemeriksaan
Steril/bactec - Kultur mikrobiologi

Tabung biru Natrium sitrat Faktor koagulasi

Tabung merah - Kimia, immunologi,


Clot activator darah clot, blood
bank
Tabung hijau/emas Heparin
Tabung ungu EDTA Morfologi sel dan
hitung sel
Tabung abu-abu Natrium glukosa
flourida/Kalium
oksalat

Lifshitz MS. Preanalysis. In: McPherson RA, Pincus MR, editors. Henry’s Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Methods. St. Louis, Missouri: Elsevier. 2017. p.
Darah Arteri

 Butuh keahlian khusus


 Sangat tidak nyaman untuk pasien
 Arteri yang sering dipungsi : a. radial , a. brakial, a.
femoralis.
 Sampel diambil untuk analisa gas darah: O2, Co2, dan
pH

Haverstick D, Groszbach A. Specimen collection and processing. In: TIETZ Fundamentals clinical chemistry and molecular diagnostics. 7th ed. Missouri: 2015. p.151
Pagana KD, Pagana TJ. Mosby’s Manual Diagnostic and Laboratory Test. 5th Edition. St. Louis, Missouri: Elsevier. 2014. p. 14-21
Proses Pengambilan darah Arteri

 Penjelasan ke pasien mengenai ketidaknyamanan prosedur


 Identifikasi pasien
 Lakukan test Allen jika mengambil darah pada a. radialis untuk memastikan
adanya patensi sirkulasi kolateral a. radialis dan a. ulnaris baik
 Persiapkan alat dan bahan, pakai glove
 Bersihkan area dengan alkohol 70%
 Gunakan spuit dengan needle 20 G yang mengandung heparin 0,2 mL
 Tusuk jarum dengan sudut 45-600 pada area yang teraba denyut arteri

Pagana KD, Pagana TJ. Mosby’s Manual Diagnostic and Laboratory Test. 5th Edition. St. Louis, Missouri: Elsevier. 2014. p. 14-21
Proses Pengambilan darah Arteri

 Setelah mendapatkan sampel darah arteri sekitar 3-5 mL, tarik jarum dan
segera berikan tekanan pada area arteri tersebut selama 3-5 menit. Jika
pasien mengonsumsi obat antikoagulan atau memiliki abnormalitas clotting
time, penekanan harus dilakukan selama 15 menit.
 Keluarkan udara dari spuit dan segera tutup spuit dengan protective cover.
 Mixing secara lembut agar darah dan heparin tercampur
 Berikan informasi di form apakah pasien mendapat suplementasi oksigen atau
dalam ventilator
 Segera kirim ke laboratorium dalam kondisi dingin (berikan es)

Pagana KD, Pagana TJ. Mosby’s Manual Diagnostic and Laboratory Test. 5th Edition. St. Louis, Missouri: Elsevier. 2014. p. 14-21
Darah Kapiler

 Darah pungsi kapiler atau pungsi kulit  metode pengambilan darah untuk
anak-anak terutama bayi, namun juga dapat pada orang dewasa
 Pengambilan darah kapiler dilakukan pada keadaan :
 Volume sampel terbatas (pediatrik)
 Kerusakan vena akibat pungsi vena berulang
 Pasien luka bakar
 Lokasi yang paling sering untuk pungsi darah kapiler:
 Ujung jari 2,3,4  dewasa dan anak
 Daung telinga  dewasa dan anak yang cukup besar  dapat juga untuk
memeriksa pH, pCO2, pO2
 Tumit medial dan lateral bayi

Haverstick D, Groszbach A. Specimen collection and processing. In: TIETZ Fundamentals clinical chemistry and molecular diagnostics. 7th ed. Missouri: 2015. p.150
Turgeon ML. Linne & Ringsruds Clinical Laboratory Science. 5th ed. Maryland Heights: Elsevier. 2012. p. 53-74.
Pagana KD, Pagana TJ. Mosby’s Manual Diagnostic and Laboratory Test. 5th Edition. St. Louis, Missouri: Elsevier. 2014. p. 14-21
Lokasi pungsi Darah Kapiler

Turgeon ML. Linne & Ringsruds Clinical Laboratory Science. 5th ed. Maryland Heights: Elsevier. 2012. p. 53-74.
Turgeon ML. Linne & Ringsruds Clinical Laboratory Science. 5th ed. Maryland Heights: Elsevier. 2012. p. 53-74.
Proses Pengambilan Darah Kapiler

 Identifikasi pasien
 Memilih lokasi pungsi kapiler
 Hangatkan tempat pungsi untuk meningkatkan aliran darah
 Bersihkan area dengan alkohol 70%
 Pungsi dengan menggunakan lanset
 Buang tetesan pertama dengan menggunakan pad steril
 Jangan memerah/memncet area pungsi karena dapat menyebabkan hemolisis
dan meningkatkan cairan jaringan
 Tampung darah kapiler di tube kapiler atau kertas filter khusus
 Catat waktu dan tanggal pengumpulan sampel

Pagana KD, Pagana TJ. Mosby’s Manual Diagnostic and Laboratory Test. 5th Edition. St. Louis, Missouri: Elsevier. 2014. p. 14-21
Urutan Pengambilan Darah Kapiler

 AGD
 EDTA
 Minimicrotainer lain yang berisi additives
 Serum

Turgeon ML. Linne & Ringsruds Clinical Laboratory Science. 5th ed. Maryland Heights: Elsevier. 2012. p. 53-74.
Label
Label terdiri dari:
 Nama lengkap pasien
 Tanggal lahir pasien
 Nomor ID
 Tanggal dan waktu sampel diambil
 Inisial petugas yang melakukan phlebotomi
 Pelabelan harus dilakukan oleh yang mengambil sampel
 Wadah harus dilabel dan jika dimasukkan ke dalam kantung pastik zipper harus juga dilabel 
harus sesuai
 Pelabelan harus sesuai dengan form permintaan tes

Mullins C. Specimen Collection in Rodak’s Hematology Clinical Principles and Application. 5th ed.Missouri : 2016 ;p. 24
Turgeon ML. Linne & Ringsruds Clinical Laboratory Science. 5th ed. Maryland Heights: Elsevier. 2012. p. 53-74.
Pengiriman sampel

 Sampel darah ditransport dengan wadah penampung darah dimasukkan dalam


plastik berlogo biohazard, tertutup rapat, dan dikirim bersama kertas kerja
 Sampel darah lewat pneumatic tube  kantung zipper  tahan tumpahan
dan guncangan
 Hindari terpapar cahaya langsung  penurunan kadar bilirubin, karoten, folat
 AGD, konsentrasi amonia, asam laktat dan beberapa tes koagulasi  sampel
darah perlu suhu dingin, bukan dibekukan
 Tes rutin  transport hingga dilakukan pemeriksaan dalam 45 menit sampai 1
jam

Bishop M, Fody E, Schoeff L. Phlebotomy and Specimen Consideration in Clinical Chemistry. 6th ed. Philadelphia : 2010 ; p.71
Kriteria Penolakan Sampel

 Label tidak sesuai


 Clot  tidak dapat untuk hitung sel
 Hemolisis 
 Akibat ukuran jarum tidak sesuai, kontak dengan alkohol, karena dibekukan, kontak suhu tinggi
berkepanjangan
 tidak boleh dalam pemeriksaan kimia  meningkatkan LDH, SGOT, asam fosfatase, K
 Mengganggu analisis fotometer

 Wadah penampung salah


 Jumlah sampel tidak cukup

Bishop M, Fody E, Schoeff L. Phlebotomy and Specimen Consideration in Clinical Chemistry. 6th ed. Philadelphia : 2010 ; p.72
Turgeon ML. Linne & Ringsruds Clinical Laboratory Science. 5th ed. Maryland Heights: Elsevier. 2012. p. 53-74.
URIN
Pemeriksaan Urin

 Pemeriksaan urin  3 kategori:


 Kimia, baketeriologik, dan mikroskopik
 Jenis pengumpulan sampel urin:
 Sewaktu/random
 Urin pagi hari
 24 jam

Strasinger S. Lorenzo M. Introduction to Urinalysis in Urinalysis and Body Fluids. 7 th ed. Philadelphia : 2014 ; p. 33
Jenis Pengumpulan Sampel Urin

 Urin sewaktu:
 kapan saja
 Rutin dilakukan
 Urin pagi hari:
 Tes kehamilan, proteinuria orthostatik
 Harus dikumpulkan segera setelah bangun tidur dan
diantar ke lab dalam 2 jam

Strasinger S. Lorenzo M. Introduction to Urinalysis in Urinalysis and Body Fluids. 7 th ed. Philadelphia : 2014 ; p. 33
Jenis Pengumpulan Sampel Urin

 Cara pengambilan urin 24 jam :


 Hari I , pukul 7 pagi : Pasien berkemih, urin dibuang. Mulai
mengumpulkan urin selama 24 jam berikut
 Hari II , pukul 7 pagi : pasien berkemih terakhir kali, dan
dikumpulkan.
 Saat tiba di laboratorium, urin 24 jam dicampur
seluruhnya, diukur volume secara akurat dan dicatat.

Strasinger S. Lorenzo M. Introduction to Urinalysis in Urinalysis and Body Fluids. 7 th ed. Philadelphia : 2014 ; p. 33
Cara pengambilan sampel urin
 Urin Porsi Tengah (midstream clean catch)
 Kateterisasi
 Aspirasi suprapubik
 Urin bag  pediatrik

Strasinger S. Lorenzo M. Introduction to Urinalysis in Urinalysis and Body Fluids. 7 th ed. Philadelphia : 2014 ; p. 33
Jenis Kontainer

 Secara umum:
 Bersih, Kering, Tahan bocor, berbahan transparan (platik
atau gelas), penutup diseal tahan bocor
 Ukuran dan bentuk 
 kapasitas 50mL (untuk urinalisis rutin)
 kontainer besar untuk spesimen urin 24 jam (kapasitas 3-4
L)
 adhesive bag untuk anak-anak
 Kontainer steril  disarankan jika jarak pengambilan
sampel dan analisis lebih dari 2 jam
Lifshitz MS. Preanalysis. In: Henry’s Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Methods. 22 nd ed. 2011. p 28.
Strasinger S. Lorenzo M. Introduction to Urinalysis in Urinalysis and Body Fluids. 7 th ed. Philadelphia : 2014 ; p. 33
Brunzel N. Urine Specimen Types, Collection, and Preservation in Fundamental of Urine and Body Fluids Analysis. 3 rd ed. Missourri : 2013 ; p 44
Label

 Nama
 No MR
 Tanggal dan waktu
 Informasi lain: usia, lokasi, nama DPJP

Label harus ditempel di badan kontainer, bukan di


penutupnya dan tidak akan mengelupas saat disimpan di
kulkas

Strasinger S. Lorenzo M. Introduction to Urinalysis in Urinalysis and Body Fluids. 7 th ed. Philadelphia : 2014 ; p. 33
Urin porsi tengah laki-laki

• Cuci tangan dengan sabun dan air, keringkan dengan handuk bersih dan kering
• Tarik kulit ujung penis jika belum disunat, ujung penis ditarik dengan kasa steril .
Disinfektan tidak boleh digunakan
• Bilas ujung penis dengan air hangat dan keringkan dengan kasa steril, selama proses
pasien tidak boleh menyentuh daerah yang telah dibersihkan dengan tangan.
• Menarik kulit ujung penis dan mulai berkemih.beberapa tetesan urin yang pertama
keluar dibuang. Urin yang berikutnya ditampung pada penampung urin steril, tutup
wadah segera setelah urin dikumpulkan.
• Berikan wadah urin tertutup pada perawat/petugas untuk diantar segera ke
laboratorium.

Strasinger S. Lorenzo M. Introduction to Urinalysis in Urinalysis and Body Fluids. 7 th ed. Philadelphia : 2014 ; p. 33
Urin porsi tengah wanita

• Cuci tangan dengan sabun dan air, Keringkan dengan handuk kering.
• Buka bibir luar kelamin, membersihkan bibir luar dan dalam kelamin
dengan kapas steril dan air sabun yang hangat, bersihkan dari depan ke
belakang. Disinfektan tidak boleh digunakan
• Bilas bibir luar dan dalam alat kelamin dengan air hangat dan keringkan
dengan kasa steril. Pasien harus menjaga bibir luar kelamin tetap
terbuka dan tidak menyentuh daerah yang telah dibersihkan dengan
tangan.
• Keluarkan sedikit urin. Urin yang berikutnya ditampung pada wadah
penampung steril, tutup wadah segera setelah urin dikumpulkan.
• Berikan wadah penampung urin yang tertutup pada perawat/petugas
untuk diantar segera ke laboratorium.

Strasinger S. Lorenzo M. Introduction to Urinalysis in Urinalysis and Body Fluids. 7 th ed. Philadelphia : 2014 ; p. 33
Pengambilan
Sampel Urin

Koleksi pribadi
Pengambilan sampel

 Urinalisis rutin  dibutuhkan minimal 10-15 mL urin,


sebaiknya lebih agar dapat memaksimalkan pemeriksaan
 Urin tampung 24 jam
 harus dicampur dengan baik sebelum diambil sebagian untuk
dianalisis  terutama untuk pemeriksaan kuantitatif (misalnya
kreatinin, hormon, elektrolit
 Urin yang tersisa harus disimpan (20-50 mL)

Strasinger S. Lorenzo M. Introduction to Urinalysis in Urinalysis and Body Fluids. 7 th ed. Philadelphia : 2014 ; p. 32
Brunzel N. Urine Specimen Types, Collection, and Preservation in Fundamental of Urine and Body Fluids Analysis. 3 rd ed. Missourri : 2013 ; p 44
Penanganan Sampel

 Sampel harus segera diantar ke laboratorium dan diperiksa dalam 2


jam
 Jika tidak, dapat disimpan dalam kulkas (suhu 2-80C) atau
ditambahkan pengawet
 Urin yang berada dalam suhu ruang dalam waktu > 2 jam  terjadi
beberapa jenis perubahan terutama yang berhubungan dengan
keberadaan dan pertumbuhan bakteri
 Saat transportasi: jangan terguncang-guncang, tidak terkena cahaya
langsung, dilabel “biohazard”

Lifshitz MS. Preanalysis. In: Henry’s Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Methods. 22 nd ed. 2011. p 28.
Strasinger S. Lorenzo M. Introduction to Urinalysis in Urinalysis and Body Fluids. 7 th ed. Philadelphia : 2014 ; p. 33
Pengawet Urin

 Urin yang tanpa pengawet dapat mengalami dekomposisi


mikrobiologik dan perubahan kimiawi
 Spesimen harus disimpan di kulkas/didinginkan (suhu 2-
80C) sesegera mungkin setelah diambil, atau diberi
pengawet
 Urin 24 jam harus diberi pengawet jika tidak
memungkinkan untuk disimpan di kulkas
 Untuk kultur urin  harus didinginkan saat waktu transit
sampai dilakukan pemeriksaan (dapat sampai 24 jam)
 Spesimen harus dikembalikan ke suhu ruang sebelum
dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan strip reagen

Lifshitz MS. Preanalysis. In: Henry’s Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Methods. 22 nd ed. 2011. p 28.
Strasinger S. Lorenzo M. Introduction to Urinalysis in Urinalysis and Body Fluids. 7 th ed. Philadelphia : 2014 ; p. 33
Pengawet Urin

 Pengawet urin yang ideal:


 bakterisidal, menghambat urease, dapat mempertahankan elemen
di dalam sedimen, dan tidak berinteraksi dengan pemeriksaan
kimia
 Sayangnya tidak ada pengawet urin yang ideal

Strasinger S. Lorenzo M. Introduction to Urinalysis in Urinalysis and Body Fluids. 7 th ed. Philadelphia : 2014 ; p. 32
Pengawet Keuntungan Kerugian Keterangan
Tidak mempengaruhi tes/ pemeriksaan kimia Menaikkan berat jenis (hydrometer) Mencegah pertumbuhan bakteri
Didinginkan
Dapat untuk urinalisis rutin dan kultur urin Presipitasi amorf fosfat dan urat selama 24 jam

Baik untuk pengawet sedimen Mempengaruhi pemeriksaan presipitasi protein urin Digunakan untuk mengawetkan
Thymol
Menghambat pertumbuhan bakteri dan ragi Dalam konsentrasi yang tinggi dapat mempresipitasu sedimen
kristal

Mencegah pertumbuhan dan metabolism bakteri Mempengaruhi analisis obat dan hormon Pertahankan Ph 6.0. Dapat digunakan
Asam Borat dalam transport urin biakan

Pengawet sedimen yang sangat baik Hasil negatif palsu pada test dengan menggunkan
Formalin
reagen strip untuk darah dan urobilinogen

Mencegah glikolisis Menghambat tes strip reagen pada glukosa, darah dan Untuk tes strip reagen sebaiknya
Sodium florida
Baik untuk analisa obat leukosit gunakan sodium benzoat
Murah Tidak dapat untuk urinalisis Digunakan untuk analisis porfirin,
Sodium Dapat menstabilkan porfirin, porphobilinogen
porphobilinogen
karbonat

Strasinger S. Lorenzo M. Introduction to Urinalysis in Urinalysis and Body Fluids. 7 th ed. Philadelphia : 2014 ; p. 32
Brunzel N. Urine Specimen Types, Collection, and Preservation in Fundamental of Urine and Body Fluids Analysis. 3 rd ed. Missourri : 2013 ; p 44
Kriteria Penolakan Sampel Urin

 Tidak ada label di kontainer


 Ketidaksesuaian antara label di kontainer dengan form
permintaan
 Kontaminasi spesimen dengan feses atau kertas tissue
 Volume urin yang tidak cukup
 Transportasi tidak tepat dan menggunkan pengawet yang
tidak tepat
 Keterlambatan antara waktu pengambilan sampel dengan
penerimaan di laboratorium

Lifshitz MS. Preanalysis. In: Henry’s Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Methods. 22 nd ed. 2011. p 28.
Strasinger S. Lorenzo M. Introduction to Urinalysis in Urinalysis and Body Fluids. 7 th ed. Philadelphia : 2014 ; p. 33
Brunzel N. Urine Specimen Types, Collection, and Preservation in Fundamental of Urine and Body Fluids Analysis. 3 rd ed. Missourri : 2013 ; p 44
Feses
Persiapan Pasien
 Tingkat ketidakpatuhan tinggi (50-90%)
 Edukasi pasien:
 Jumlah feses yang harus ditampung
 Restriksi diet  untuk pemeriksaan darah samar dan pemeriksaan
kuantitatif lemak feses
 Cara menampung feses yan benar
 Tidak boleh mengotori bagian luar wadah
 Tidak boleh terlalu penuh
 Tidak boleh terkontaminasi dengan air, urine, atau tissue toilet.
 Ditutup dengan tissue disekeliling

Strasinger S. Lorenzo M. Fecal analysis. In: Introduction to Urinalysis in Urinalysis and Body Fluids. 7 th ed. Philadelphia : 2014 ; p. 270
Brunzel N. Fecal analysis. In: Fundamental of Urine and Body Fluids Analysis. 3rd ed. Missourri : 2013 ; p 271
Kontainer

 Wadah yang bersih


 tidak mudah rusak
 tidak mudah bocor
 Ukuran kontainer tergantung dari jumlah feses yang
ditampung

Strasinger S. Lorenzo M. Fecal analysis. In: Introduction to Urinalysis in Urinalysis and Body Fluids. 7 th ed. Philadelphia : 2014 ; p. 270
Brunzel N. Fecal analysis. In: Fundamental of Urine and Body Fluids Analysis. 3rd ed. Missourri : 2013 ; p 271
Jenis Pemeriksaan Feses

 Spesimen random:
 Kontainer mirip urin
 tes kualitatif pemeriksaan darah samar, dan mikroskopik leukosit,
serat otot

 Spesimen timed
 Tes kuantitatif: lemak (2 atau 3 hari)  dalam kontainer besar

Strasinger S. Lorenzo M. Fecal analysis. In: Introduction to Urinalysis in Urinalysis and Body Fluids. 7 th ed. Philadelphia : 2014 ; p. 270
Brunzel N. Fecal analysis. In: Fundamental of Urine and Body Fluids Analysis. 3rd ed. Missourri : 2013 ; p 271
Cerebrospinal Fluid
Cerebrospinal Fluid (CSF)

 Tempat lumbal pungsi: sela lumbal 3 atau 4 (dewasa)


dan sela lumbal 4 atau 5 (anak-anak)
 Perhatikan apakah ada infeksi pada tempat lumbal
pungsi  kontraindikasi
 Tahapan:
 Bersihkan lokasi pungsi
 Anestesi lokal
 Pungsi perlahan pada lokasi pungsi
 Tampung cairan CSF di kontainer steril sekitar 10-20 mL
pada 3 tube secara berurutan

Brunzel N. Cerebrospinal fluid analysis. In: Fundamental of Urine and Body Fluids Analysis. 3 rd ed. Missourri : 2013 ; p 313
Jenis Tabung Penampungan CSF

Tube Jenis Pemeriksaan Temperatur penyimpanan


1 Kimia, imunologi, Dibekukan (-150C sampai
serologi 300C)
2 mikrobiologi Suhu ruang (190C-260C)
3 Hitung sel dan sitologi Didinginkan (20C-80C)
4 Tambahan:
Mikrobiologi (eksklusi
kontaminan dari kulit)
Serologi

Strasinger S. Lorenzo M. Cerebrospinal fluid. In: Introduction to Urinalysis in Urinalysis and Body Fluids. 7 th ed. Philadelphia : 2014 ; p. 181
Brunzel N. Cerebrospinal fluid analysis. In: Fundamental of Urine and Body Fluids Analysis. 3rd ed. Missourri : 2013 ; p 313
Cairan Sendi
Cairan Sendi

 Ultrafitasi dari plasma melalui endotel


dari kapile subsinovial + asam hialuronat
(glikosaminoglikan diproduksi oleh
synovial lining cell)
 Keadaan normal:
 2,5 mL
 Tidak mengandung fibrinogen  tidak
mengalami clot
 Keadaan tidak normal (inflamasi)
 25 mL
 Mengadung fibrinogen  mengalami clot

Lifshitz MS. Preanalysis. In: McPherson RA, Pincus MR, editors. Henry’s Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Methods. St. Louis, Missouri: Elsevier. 2017. p. 20-31
Strasinger S. Lorenzo M. Synovial fluid. In: Introduction to Urinalysis in Urinalysis and Body Fluids. 7 th ed. Philadelphia : 2014 ; p. 217
Persiapan Pengambilan Sampel

 Wadah steril  pemeriksaan mikrobiologi


 Wadah biasa  analisa kimia dan imunologi
 Heparin antikoagulan pilihan untuk pemeriksaan jumlah sel dan hitung
jenis sel  25 U per mL cairan sendi
 Jangan gunakan antikoagulan bubuk  menghasilkan artefak yang
mengganggu analisis kristal
 Tube tanpa antikoagulan  harus sentrifuse dan dipisahkan elemennya agar
tidak mengganggu analisis kimia dan serologi

Mundt L. Shanahan K. Synovial Fluid in Gaff’s Textbook of Urinalysis and Body Fluids . 3 rd ed. Philadelphia : 2016 ; p. 213
Strasinger S. Lorenzo M. Synovial fluid. In: Introduction to Urinalysis in Urinalysis and Body Fluids. 7 th ed. Philadelphia : 2014 ; p. 217
Pengambilan Cairan Sendi: Arthrosentesis

 Bersihkan dan disinfektan daerah


pungsi
 Suntik anetesi lokal
 Pungsi dilakukan dengan jarum dan
spuit arthrosentesis yang
dimasukkan ke kapsula synovial
 Setelah cairan teraspirasi dalam
spuit dan jarum ditarik dari tempat
pungsi, jarum dilepaskan dari spuit.
Tutup ujung spuit
 Spuit diberi label dan segera dikirim
ke laboratorium

Mundt L. Shanahan K. Synovial Fluid in Gaff’s Textbook of Urinalysis and Body Fluids . 3 rd ed. Philadelphia : 2016 ; p. 212
Brunzel N. Synovial fluid analysis. In: Fundamental of Urine and Body Fluids Analysis. 3 rd ed. Missourri : 2013 ; p 313
Sampel Cairan Sendi
 Cairan synovial harus segera diperiksa  hindari perubahan komposisi kimia,
lisis sel, perubahan kristal, dan masalah dalam identifikasi mikroorganisme
 Spesimen ditransport dan dianalisis pada suhu ruang
 Spesimen yang didinginkan/disimpan di kulkas:
 Dapat mengalami perubahan komposisi kimia
 deteksi mikroba dapat terganggu
 Analisis kristal tidak boleh menggunakan spesimen yang telah didinginkan  dapat
menghasilkan kristal tambahan
 Pemeriksaan glukosa pada cairan synovial  pasien puasa 6 jam

Mundt L. Shanahan K. Synovial Fluid in Gaff’s Textbook of Urinalysis and Body Fluids . 3 rd ed. Philadelphia : 2016 ; p. 213
Strasinger S. Lorenzo M. Synovial fluid. In: Introduction to Urinalysis in Urinalysis and Body Fluids. 7 th ed. Philadelphia : 2014 ; p. 217
Sampel Cairan Pleura,
Perikardial dan Peritoneal
Jenis Pengambilan Sampel
 Parasentesis  prosedur untuk mendapatkan cairan
aspirasi dari kavitas tubuh melalui pungssi
perkutaneus , yang terdiri dari:
 Torakosentesis : pungsi surgikal pada dinding dada 
cairan pleura
 Perikardiosentesis : pungsi surgikal ke dalam kavum
pericardial  cairan pericardial
 Peritoneosentesis / abdominal parasentesis : pungsi
surgikal ke dalam kavum peritoneal  cairan peritoneal
/ cairan asites

Braunzel N. Pleural, Pericardial, and Peritoneal Fluid Analysis in Fundamental of Urine and Body Fluids Analysis. 3rd ed. Missouri : 2013 ; p. 349
Prosedur Pengambilan Sampel

 Cairan serous disimpan pada suhu ruangan dan ditransport sesegera mungkin
 untuk mencegah perubahan kimia, degradasi sel dan proliferasi bakteri
 Penyimpanan di kulkas (4ᴼC - 8ᴼC) tidak dianjurkan  dapat pengaruhi
kelangsungan hidup mikroorganisme
 Pemeriksaan sitologi dapat disimpan pada suhu 4ᴼC
 Sampel darah harus diambil segera sebelum atau sesudah parasentesis 
bandingkan komposisi kimia cairan serous dengan plasma pasien

Braunzel N. Pleural, Pericardial, and Peritoneal Fluid Analysis in Fundamental of Urine and Body Fluids Analysis. 3 rd ed. Missouri : 2013 ; p. 350
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai