Lifshitz MS. Preanalysis. In: McPherson RA, Pincus MR, editors. Henry’s Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Methods. St. Louis, Missouri: Elsevier. 2017. p.
Kesalahan Praanalitik
Teridentifikasi 32%-75% kesalahan terjadi pada fase
praanalitik
Sumber kesalahan yang potensial terjadi adalah:
Ketidaktepatan permintaan tes
Kesalahan identifikasi pasien
Kesalahan waktu pengambilan sampel
Kesalahan persiapan pasien (puasa)
Kesalahan pengambilan sampel rasio antikoagulan/darah
Kesalahan transportasi sampel
Kesalahan dalam proses dan penyimpanan sampel
Lifshitz MS. Preanalysis. In: McPherson RA, Pincus MR, editors. Henry’s Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Methods. St. Louis, Missouri: Elsevier. 2017. p.
20-31
Variabel Praanalitik yang Berpengaruh
Variabel yang berhubungan dengan pasien yang berpengaruh
terdiri dari:
Variabel terkontrol: Variabel tidak terkontrol
Postur Usia
Aktivitas fisik Jenis kelamin
Variasi sirkadian Faktor lingkungan
Travel Kondisi tertentu seperti kehamilan
Diet
Merokok
Obat
Young DS, Bermes EW. Specimen collection and other preanalytical variables. In: Tietz Fundamental of Clinical Chemistry. 6th ed. Missouri: Elsevier; 2008. p. 42-62.
Variabel Praanalitik yang Berpengaruh:
Variabel Terkontrol
Postur:
Perubahan baring ke berdiri meningkatkan tekanan hidrostatik mengurangi 10% volume plasma darah,
meningatkan konsentrasi plasma protein (8-10%)
Tirah baring lama:
retensi cairan penurunan plasma protein, albumin dan konstituen yang terikat protein akibat hemodilusi
Penggunaan iV penurunan Hb
Variasi sikardian
Kortisol puncaknya pada jam 4-6 pagi, terendah pada jam 8 pagi-12 siang
Iron puncaknya saat subuh, menurun 30% saat siang
ACTH rendah saat malam
Prolaktin lebih tinggi pada jam 4-8 pagi dan 8-10 malam
Travel
berpergian melewati berbagai zona waktu (10 zona waktu) membutuhkan
waktu 5 hari untuk kembali ke ritme diurnal yang stabil
Peningkatan katekolamin urin selama 2 hari
Saat di pesawat peningkatan glukosa dan trigliserida
Lifshitz MS. Preanalysis. In: McPherson RA, Pincus MR, editors. Henry’s Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Methods. St. Louis, Missouri: Elsevier. 2017. p. 20-31
Young DS, Bermes EW. Specimen collectio and other preanalytical variables. In: Tietz Fundamental of Clinical Chemistry. 6th ed. Missouri: Elsevier; 2008. p. 42-62.
Variabel Praanalitik yang Berpengaruh:
Variabel Terkontrol
Variasi Diet
kadar glukosa, trigliserid meningkat setelah makan
Diet daging merah, ikan, suplemen besi false positive darah samar
Vegetarian jangka panjang menurunkan LDL, VLDL, total lipid, fosfolipid,
kolesterol, dan trigliserid
Konsumsi daging/ tinggi protein meningkatkan urea serum, amonia, dan
asam urat
Diet tinggi protein rendah karbohidrat (diet Atkin) meningkatkan ketorn
urin dan meningkatkan BUN darah
Lifshitz MS. Preanalysis. In: McPherson RA, Pincus MR, editors. Henry’s Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Methods. St. Louis, Missouri: Elsevier. 2017. p.
Variabel Praanalitik yang Berpengaruh:
Variabel Terkontrol
Obat-obatan :
kontrasepsi oral (Estrogen & Progesteron) meningkatkan hormon tiroid, glukokortikoid.
Phenitoin meningkatkan kadar gula darah menginhibisi sekresi insulin .
Herbal :
Prakteknya tidak menurut regulasi produksi yang terstandarisasi variasi komponen dalam
herbal sangat besar
Banyak preparat herbal dilaporkan mengganggu fungsi hati germander menyebabkan
nekrosis sel hati
Penggunaan aloe vera jangka panjang hematuria dan albuminuria.
Young DS, Bermes EW. Specimen collectio and other preanalytical variables. In: Tietz Fundamental of Clinical Chemistry. 6th ed. Missouri: Elsevier; 2008. p. 42-62.
Variabel Praanalitik yang Berpengaruh:
Variabel Tidak Terkontrol
Umur:
Neonatus hemoglobin HbF (bukan HbA). Peningkatan bilirubin(sampai hari ke 5)
Infant: kadar glukosa lebih rendah dari orang dewasa(cadang glikolen <<)
Lanjut usia penurunan CCT 50%
Jenis kelamin:
laki-laki : Albumin, Ca, Mg lebih tinggi. Alkaline phosphatase, aminotransferase, CK,
aldolase meningkat (massa otot lebih besar)
Perempuan : Retikuloit lebih tinggi. kadar besi menurun (menstruasi)
Ketinggian tempat tinggal:
Tempat tinggal yang tinggi kadar Hb, eritrosit, dan hematokrit meningkat
Lifshitz MS. Preanalysis. In: McPherson RA, Pincus MR, editors. Henry’s Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Methods. St. Louis, Missouri: Elsevier. 2017. p. 20-31
Young DS, Bermes EW. Specimen collectio and other preanalytical variables. In: Tietz Fundamental of Clinical Chemistry. 6th ed. Missouri: Elsevier; 2008. p. 42-62.
Variabel Praanalitik yang Berpengaruh:
Variabel Tidak Terkontrol
Kehamilan
Volume darah meningkat hemodilusi
Penurunan konsentrasi protein plasma
Peningkatanan protein transporter (seruloplasmin, dan thyroxin
binding globulin)
GFR meningkat volume urin meningkat, CCT meningkat
Stress acute phase reactant meningkat
Young DS, Bermes EW. Specimen collectio and other preanalytical variables. In: Tietz Fundamental of Clinical Chemistry. 6th ed. Missouri: Elsevier; 2008. p. 42-62.
Jenis Sampel
Haverstick D, Groszbach A. Specimen collection and processing. In: TIETZ Fundamentals clinical chemistry and molecular diagnostics. 7th ed. Missouri: 2015. p.145
Formulir permintaan dari klinisi
Nama
Jenis kelamin
Umur
Tanggal lahir
Tanggal permintaan pemeriksaan laboratorium
Ruangan
Jenis pemeriksaan yang diminta
Diagnosa sementra / keterangan klinis
Nama klinisi yang meminta
Lifshitz MS. Preanalysis. In: McPherson RA, Pincus MR, editors. Henry’s Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Methods. St. Louis, Missouri: Elsevier. 2017. p.
Darah
Dalam 24 jam sebelum pemeriksaan, Sarankan pasien untuk :
Tidak mengubah pola diet
Mengkonsumsi alkohol
Tidak melakukan aktivitas fisik berlebihan
Persiapan pasien: Pemeriksaan Kimia
Tes Toleransi Glukosa Oral :
3 hari sebelum pemeriksaan, makan & aktifitas seperti biasa.
Malam sebelum pemeriksaan, puasa 8-14 jam.
Cek glukosa darah puasa
Konsumsi 75 g glukosa periksa glukosa darah 2 jam kemudian.
Glukosa darah puasa Puasa 8 jam
Glukosa darah post prandial Darah diperiksa 2 jam setelah makan
Kilomikron, trigliserida Puasa 9 jam
Kolesterol, LDL, HDL Tidak puasa
Lifshitz MS. Preanalysis. In: McPherson RA, Pincus MR, editors. Henry’s Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Methods. St. Louis, Missouri: Elsevier. 2017. p.
Pemeriksaan Hematologi
Tidak perlu
Stres & cemas meningkatkan jumlah leukosit
Aktivitas fisik berat & olah raga mengaktivasi koagulasi & fibrinolisis , serta
meningkatkan jumlah trombosit & leukosit
Merokok
sebelum pengambilan darah meningkatkan leukosit
merokok jangka panjang menurunkan fungsi paru-paru meningkatkan kadar
hemoglobin
Oleinsky R. Specimen collection for hematology and hemostasis. Clinical Hematology. 2 nd ed. Lippincott. New York ; 1998:p.9-15.
Pemeriksaan Hemostasis
Oleinsky R. Specimen collection for hematology and hemostasis. Clinical Hematology. 2 nd ed. Lippincott. New York ; 1998:p.9-15.
Pemeriksaan Mikrobiologi
Croft A, Woods G. Specimen collection and handling for diagnosis infectious. In. Henry’s Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Methods. 22nd ed. Elsevier.
Pemeriksaan Mikrobiologi
Croft A, Woods G. Specimen collection and handling for diagnosis infectious. In. Henry’s Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Methods. 22nd ed.
Elsevier. Philadelphia; p.1239-46.
Metode Pengumpulan Sampel Darah
Vena
Arteri
Kapiler
Lifshitz MS. Preanalysis. In: McPherson RA, Pincus MR, editors. Henry’s Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Methods. St. Louis, Missouri: Elsevier. 2017. p. 20-
31
Pagana KD, Pagana TJ. Mosby’s Manual Diagnostic and Laboratory Test. 5th Edition. St. Louis, Missouri: Elsevier. 2014. p. 14-21
Pungsi Vena
Turgeon ML. Linne & Ringsruds Clinical Laboratory Science. 5th ed. Maryland Heights: Elsevier. 2012. p. 53-74.
Perlengkapan Umum Flebotomi 1. Konter pengambilan darah kursi
flebotomi
2. Equipment carriers: tray / cart
1 3 3. Sarung Tangan (tanpa powder) & Hand
Cream
4. Antiseptik
5. Disinfektan
6. Pembersih tangan
7. Plester
8. Jarum & tempt pembuangan jarum
9. Plastik biohazard
10. Slides
8 11. Pena
12. jam
4
2
McCall RE, Tankersley CM. Phlebotomy essentials. 5th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2012
Perlengkapan pungsi Vena
1. Alat melokalisasi vena
2. Torniket
3. Jarum
4. Evacuated tube system
2
McCall RE, Tankersley CM. Phlebotomy essentials. 5th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2012
Evacuated blood collection tubes
Turgeon ML. Linne & Ringsruds Clinical Laboratory Science. 5th ed. Maryland Heights: Elsevier. 2012. p. 53-74.
Tube Pengambilan Sampel Darah Vena
Pagana KD, Pagana TJ. Mosby’s Manual Diagnostic and Laboratory Test. 5th Edition. St. Louis, Missouri: Elsevier. 2014. p. 14-21
Turgeon ML. Linne & Ringsruds Clinical Laboratory Science. 5th ed. Maryland Heights: Elsevier. 2012. p. 53-74.
Pungsi Vena
Turgeon ML. Linne & Ringsruds Clinical Laboratory Science. 5th ed. Maryland Heights: Elsevier. 2012. p. 53-74
Prosedur Flebotomi
Sapa pasien
Identifikasi pasien, formulir permintaan lab
Jika pemeriksaan harus puasa konfirmasi pasien
Buat pasien nyaman, informasikan prosedur
Siapkan alat dan bahan flebotomi
Turgeon ML. Linne & Ringsruds Clinical Laboratory Science. 5th ed. Maryland Heights: Elsevier. 2012. p. 53-74.
Prosedur Flebotomi
Turgeon ML. Linne & Ringsruds Clinical Laboratory Science. 5th ed. Maryland Heights: Elsevier. 2012. p. 53-74.
a. Pegang jarum dengan posisi ibu jari di
atas, jari telunjuk dan jari tengah di
bawah. Tusuk jarum dengan sudut 15-300
b. Ibu jari tangan lain mendorong wadah
bawah tabung vakum ke dalam holder. Jari
telunjuk dan jari tengah menstabilkan
tabung vakum
c. Sampel darah mengalir ke dalam tabung
vakum. Lepaskan torniket dengan tangan
kiri, pastikan pegangan pada tabung vakum
tetap stabil
Turgeon ML. Linne & Ringsruds Clinical Laboratory Science. 5th ed. Maryland Heights: Elsevier. 2012. p. 53-74
Garza D,McBride KB. Phlebotomy Handbook-Blood Collection Essentials 2002:252-4.
d. Pegang tabung jarum dengan lembut, lepaskan
tabung vakum dengan cara ditarik sedikit diputar
e. Homogenkan sampel darah bolak-balikkan tabung
beberapa kali. Jangan dikocok
Ulangi langkah b dan d jika perlu lebih dari 1 tabung
Lepaskan holder dan jarum, buang jarum ke
penampungan jarum. Tutup bekas tusukan dengan
kasa steril, diberi plester.
Carreiro-Lewandowski E. Basic principles & practices of clinical chemistry. In: Bishop ML, Fody EP, Shoeff LE, editors. Chemical Chemistry. 7th ed. Philadephia:
Lippincott Williams & Wilkins, a Wolter Kluwer. 2013. p. 29.
Blood Collection Additive
1. Antikoagulan mencegah pembekuan dengan 2 metode: Kelasi
(pengikatan) & Presipitasi kalsium
A. Sitrat :
Sodium sitrat
Cara kerja : mengikat kalsium
Paling baik preservasi faktor pembekuan
Masukkan sampel sesuai tanda bolak-balik 3-4 kali
faktor pembekuan menggunakan Plasma: spesimen di sentrifugasiditambahkan
kembali kalsium (agar pembekuan dapat di inisiasi dan di ukur)
B . Heparin :
B A
Ammonium, lithium, sodium heparin
Mencegah pembentukan thrombin (enzim yang mengubah fibrinogen menjadi
fibrin)
Plasma yang terheparinisasi digunakan untuk pemeriksaan kimia terutma untuk
pemeriksaan yang dibutuhkan cepat (ex: elektrolit) Memangkas Turn Around
Time sehingga belum sempat terjadi bekuan
Sampel yang dimasukkan harus segera di campurkan (mencegah pembentukan
bekuan) bolak-balik 5-10 x
Blood Collection Additive
C. EDTA :
Ethylenediaminetetraacetic acid D
Cara kerja : mengikat kalsium
Paling sering digunakan untuk tes hematologi preservasi
morfologi sel (bentuk dan struktur) & inhibisi agregasi
trombosit
CLSI merekomendasikan spray-dred EDTA (EDTA cair
mendilusi spesimen)
Masukkan sampel sesuai tanda bolak-balik 8-10 kali
D. Oksalat
Kalium Oksalat
Cara kerja : presipitasi kalsium
C
Menghasilkan plasma untuk pemeriksaan glukosa
Sampel yang dimasukkan harus segera di campurkan
(mencegah pembentukan bekuan) bolak-balik 8-10 x
Blood Collection Additive
2. Clot Activator
Substansi yang mempercepat
pembentukan bekuan
Menambah permukaan untuk aktivasi
platelet ex: partikel silica (15-30
menit)
Faktor pembekuan ex: thrombin
(5menit)
5x bolak-balik
Urutan Memasukkan Sampel Darah
Jenis tabung Jenis additif Jenis Pemeriksaan
Steril/bactec - Kultur mikrobiologi
Lifshitz MS. Preanalysis. In: McPherson RA, Pincus MR, editors. Henry’s Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Methods. St. Louis, Missouri: Elsevier. 2017. p.
Darah Arteri
Haverstick D, Groszbach A. Specimen collection and processing. In: TIETZ Fundamentals clinical chemistry and molecular diagnostics. 7th ed. Missouri: 2015. p.151
Pagana KD, Pagana TJ. Mosby’s Manual Diagnostic and Laboratory Test. 5th Edition. St. Louis, Missouri: Elsevier. 2014. p. 14-21
Proses Pengambilan darah Arteri
Pagana KD, Pagana TJ. Mosby’s Manual Diagnostic and Laboratory Test. 5th Edition. St. Louis, Missouri: Elsevier. 2014. p. 14-21
Proses Pengambilan darah Arteri
Setelah mendapatkan sampel darah arteri sekitar 3-5 mL, tarik jarum dan
segera berikan tekanan pada area arteri tersebut selama 3-5 menit. Jika
pasien mengonsumsi obat antikoagulan atau memiliki abnormalitas clotting
time, penekanan harus dilakukan selama 15 menit.
Keluarkan udara dari spuit dan segera tutup spuit dengan protective cover.
Mixing secara lembut agar darah dan heparin tercampur
Berikan informasi di form apakah pasien mendapat suplementasi oksigen atau
dalam ventilator
Segera kirim ke laboratorium dalam kondisi dingin (berikan es)
Pagana KD, Pagana TJ. Mosby’s Manual Diagnostic and Laboratory Test. 5th Edition. St. Louis, Missouri: Elsevier. 2014. p. 14-21
Darah Kapiler
Darah pungsi kapiler atau pungsi kulit metode pengambilan darah untuk
anak-anak terutama bayi, namun juga dapat pada orang dewasa
Pengambilan darah kapiler dilakukan pada keadaan :
Volume sampel terbatas (pediatrik)
Kerusakan vena akibat pungsi vena berulang
Pasien luka bakar
Lokasi yang paling sering untuk pungsi darah kapiler:
Ujung jari 2,3,4 dewasa dan anak
Daung telinga dewasa dan anak yang cukup besar dapat juga untuk
memeriksa pH, pCO2, pO2
Tumit medial dan lateral bayi
Haverstick D, Groszbach A. Specimen collection and processing. In: TIETZ Fundamentals clinical chemistry and molecular diagnostics. 7th ed. Missouri: 2015. p.150
Turgeon ML. Linne & Ringsruds Clinical Laboratory Science. 5th ed. Maryland Heights: Elsevier. 2012. p. 53-74.
Pagana KD, Pagana TJ. Mosby’s Manual Diagnostic and Laboratory Test. 5th Edition. St. Louis, Missouri: Elsevier. 2014. p. 14-21
Lokasi pungsi Darah Kapiler
Turgeon ML. Linne & Ringsruds Clinical Laboratory Science. 5th ed. Maryland Heights: Elsevier. 2012. p. 53-74.
Turgeon ML. Linne & Ringsruds Clinical Laboratory Science. 5th ed. Maryland Heights: Elsevier. 2012. p. 53-74.
Proses Pengambilan Darah Kapiler
Identifikasi pasien
Memilih lokasi pungsi kapiler
Hangatkan tempat pungsi untuk meningkatkan aliran darah
Bersihkan area dengan alkohol 70%
Pungsi dengan menggunakan lanset
Buang tetesan pertama dengan menggunakan pad steril
Jangan memerah/memncet area pungsi karena dapat menyebabkan hemolisis
dan meningkatkan cairan jaringan
Tampung darah kapiler di tube kapiler atau kertas filter khusus
Catat waktu dan tanggal pengumpulan sampel
Pagana KD, Pagana TJ. Mosby’s Manual Diagnostic and Laboratory Test. 5th Edition. St. Louis, Missouri: Elsevier. 2014. p. 14-21
Urutan Pengambilan Darah Kapiler
AGD
EDTA
Minimicrotainer lain yang berisi additives
Serum
Turgeon ML. Linne & Ringsruds Clinical Laboratory Science. 5th ed. Maryland Heights: Elsevier. 2012. p. 53-74.
Label
Label terdiri dari:
Nama lengkap pasien
Tanggal lahir pasien
Nomor ID
Tanggal dan waktu sampel diambil
Inisial petugas yang melakukan phlebotomi
Pelabelan harus dilakukan oleh yang mengambil sampel
Wadah harus dilabel dan jika dimasukkan ke dalam kantung pastik zipper harus juga dilabel
harus sesuai
Pelabelan harus sesuai dengan form permintaan tes
Mullins C. Specimen Collection in Rodak’s Hematology Clinical Principles and Application. 5th ed.Missouri : 2016 ;p. 24
Turgeon ML. Linne & Ringsruds Clinical Laboratory Science. 5th ed. Maryland Heights: Elsevier. 2012. p. 53-74.
Pengiriman sampel
Bishop M, Fody E, Schoeff L. Phlebotomy and Specimen Consideration in Clinical Chemistry. 6th ed. Philadelphia : 2010 ; p.71
Kriteria Penolakan Sampel
Bishop M, Fody E, Schoeff L. Phlebotomy and Specimen Consideration in Clinical Chemistry. 6th ed. Philadelphia : 2010 ; p.72
Turgeon ML. Linne & Ringsruds Clinical Laboratory Science. 5th ed. Maryland Heights: Elsevier. 2012. p. 53-74.
URIN
Pemeriksaan Urin
Strasinger S. Lorenzo M. Introduction to Urinalysis in Urinalysis and Body Fluids. 7 th ed. Philadelphia : 2014 ; p. 33
Jenis Pengumpulan Sampel Urin
Urin sewaktu:
kapan saja
Rutin dilakukan
Urin pagi hari:
Tes kehamilan, proteinuria orthostatik
Harus dikumpulkan segera setelah bangun tidur dan
diantar ke lab dalam 2 jam
Strasinger S. Lorenzo M. Introduction to Urinalysis in Urinalysis and Body Fluids. 7 th ed. Philadelphia : 2014 ; p. 33
Jenis Pengumpulan Sampel Urin
Strasinger S. Lorenzo M. Introduction to Urinalysis in Urinalysis and Body Fluids. 7 th ed. Philadelphia : 2014 ; p. 33
Cara pengambilan sampel urin
Urin Porsi Tengah (midstream clean catch)
Kateterisasi
Aspirasi suprapubik
Urin bag pediatrik
Strasinger S. Lorenzo M. Introduction to Urinalysis in Urinalysis and Body Fluids. 7 th ed. Philadelphia : 2014 ; p. 33
Jenis Kontainer
Secara umum:
Bersih, Kering, Tahan bocor, berbahan transparan (platik
atau gelas), penutup diseal tahan bocor
Ukuran dan bentuk
kapasitas 50mL (untuk urinalisis rutin)
kontainer besar untuk spesimen urin 24 jam (kapasitas 3-4
L)
adhesive bag untuk anak-anak
Kontainer steril disarankan jika jarak pengambilan
sampel dan analisis lebih dari 2 jam
Lifshitz MS. Preanalysis. In: Henry’s Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Methods. 22 nd ed. 2011. p 28.
Strasinger S. Lorenzo M. Introduction to Urinalysis in Urinalysis and Body Fluids. 7 th ed. Philadelphia : 2014 ; p. 33
Brunzel N. Urine Specimen Types, Collection, and Preservation in Fundamental of Urine and Body Fluids Analysis. 3 rd ed. Missourri : 2013 ; p 44
Label
Nama
No MR
Tanggal dan waktu
Informasi lain: usia, lokasi, nama DPJP
Strasinger S. Lorenzo M. Introduction to Urinalysis in Urinalysis and Body Fluids. 7 th ed. Philadelphia : 2014 ; p. 33
Urin porsi tengah laki-laki
• Cuci tangan dengan sabun dan air, keringkan dengan handuk bersih dan kering
• Tarik kulit ujung penis jika belum disunat, ujung penis ditarik dengan kasa steril .
Disinfektan tidak boleh digunakan
• Bilas ujung penis dengan air hangat dan keringkan dengan kasa steril, selama proses
pasien tidak boleh menyentuh daerah yang telah dibersihkan dengan tangan.
• Menarik kulit ujung penis dan mulai berkemih.beberapa tetesan urin yang pertama
keluar dibuang. Urin yang berikutnya ditampung pada penampung urin steril, tutup
wadah segera setelah urin dikumpulkan.
• Berikan wadah urin tertutup pada perawat/petugas untuk diantar segera ke
laboratorium.
Strasinger S. Lorenzo M. Introduction to Urinalysis in Urinalysis and Body Fluids. 7 th ed. Philadelphia : 2014 ; p. 33
Urin porsi tengah wanita
• Cuci tangan dengan sabun dan air, Keringkan dengan handuk kering.
• Buka bibir luar kelamin, membersihkan bibir luar dan dalam kelamin
dengan kapas steril dan air sabun yang hangat, bersihkan dari depan ke
belakang. Disinfektan tidak boleh digunakan
• Bilas bibir luar dan dalam alat kelamin dengan air hangat dan keringkan
dengan kasa steril. Pasien harus menjaga bibir luar kelamin tetap
terbuka dan tidak menyentuh daerah yang telah dibersihkan dengan
tangan.
• Keluarkan sedikit urin. Urin yang berikutnya ditampung pada wadah
penampung steril, tutup wadah segera setelah urin dikumpulkan.
• Berikan wadah penampung urin yang tertutup pada perawat/petugas
untuk diantar segera ke laboratorium.
Strasinger S. Lorenzo M. Introduction to Urinalysis in Urinalysis and Body Fluids. 7 th ed. Philadelphia : 2014 ; p. 33
Pengambilan
Sampel Urin
Koleksi pribadi
Pengambilan sampel
Strasinger S. Lorenzo M. Introduction to Urinalysis in Urinalysis and Body Fluids. 7 th ed. Philadelphia : 2014 ; p. 32
Brunzel N. Urine Specimen Types, Collection, and Preservation in Fundamental of Urine and Body Fluids Analysis. 3 rd ed. Missourri : 2013 ; p 44
Penanganan Sampel
Lifshitz MS. Preanalysis. In: Henry’s Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Methods. 22 nd ed. 2011. p 28.
Strasinger S. Lorenzo M. Introduction to Urinalysis in Urinalysis and Body Fluids. 7 th ed. Philadelphia : 2014 ; p. 33
Pengawet Urin
Lifshitz MS. Preanalysis. In: Henry’s Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Methods. 22 nd ed. 2011. p 28.
Strasinger S. Lorenzo M. Introduction to Urinalysis in Urinalysis and Body Fluids. 7 th ed. Philadelphia : 2014 ; p. 33
Pengawet Urin
Strasinger S. Lorenzo M. Introduction to Urinalysis in Urinalysis and Body Fluids. 7 th ed. Philadelphia : 2014 ; p. 32
Pengawet Keuntungan Kerugian Keterangan
Tidak mempengaruhi tes/ pemeriksaan kimia Menaikkan berat jenis (hydrometer) Mencegah pertumbuhan bakteri
Didinginkan
Dapat untuk urinalisis rutin dan kultur urin Presipitasi amorf fosfat dan urat selama 24 jam
Baik untuk pengawet sedimen Mempengaruhi pemeriksaan presipitasi protein urin Digunakan untuk mengawetkan
Thymol
Menghambat pertumbuhan bakteri dan ragi Dalam konsentrasi yang tinggi dapat mempresipitasu sedimen
kristal
Mencegah pertumbuhan dan metabolism bakteri Mempengaruhi analisis obat dan hormon Pertahankan Ph 6.0. Dapat digunakan
Asam Borat dalam transport urin biakan
Pengawet sedimen yang sangat baik Hasil negatif palsu pada test dengan menggunkan
Formalin
reagen strip untuk darah dan urobilinogen
Mencegah glikolisis Menghambat tes strip reagen pada glukosa, darah dan Untuk tes strip reagen sebaiknya
Sodium florida
Baik untuk analisa obat leukosit gunakan sodium benzoat
Murah Tidak dapat untuk urinalisis Digunakan untuk analisis porfirin,
Sodium Dapat menstabilkan porfirin, porphobilinogen
porphobilinogen
karbonat
Strasinger S. Lorenzo M. Introduction to Urinalysis in Urinalysis and Body Fluids. 7 th ed. Philadelphia : 2014 ; p. 32
Brunzel N. Urine Specimen Types, Collection, and Preservation in Fundamental of Urine and Body Fluids Analysis. 3 rd ed. Missourri : 2013 ; p 44
Kriteria Penolakan Sampel Urin
Lifshitz MS. Preanalysis. In: Henry’s Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Methods. 22 nd ed. 2011. p 28.
Strasinger S. Lorenzo M. Introduction to Urinalysis in Urinalysis and Body Fluids. 7 th ed. Philadelphia : 2014 ; p. 33
Brunzel N. Urine Specimen Types, Collection, and Preservation in Fundamental of Urine and Body Fluids Analysis. 3 rd ed. Missourri : 2013 ; p 44
Feses
Persiapan Pasien
Tingkat ketidakpatuhan tinggi (50-90%)
Edukasi pasien:
Jumlah feses yang harus ditampung
Restriksi diet untuk pemeriksaan darah samar dan pemeriksaan
kuantitatif lemak feses
Cara menampung feses yan benar
Tidak boleh mengotori bagian luar wadah
Tidak boleh terlalu penuh
Tidak boleh terkontaminasi dengan air, urine, atau tissue toilet.
Ditutup dengan tissue disekeliling
Strasinger S. Lorenzo M. Fecal analysis. In: Introduction to Urinalysis in Urinalysis and Body Fluids. 7 th ed. Philadelphia : 2014 ; p. 270
Brunzel N. Fecal analysis. In: Fundamental of Urine and Body Fluids Analysis. 3rd ed. Missourri : 2013 ; p 271
Kontainer
Strasinger S. Lorenzo M. Fecal analysis. In: Introduction to Urinalysis in Urinalysis and Body Fluids. 7 th ed. Philadelphia : 2014 ; p. 270
Brunzel N. Fecal analysis. In: Fundamental of Urine and Body Fluids Analysis. 3rd ed. Missourri : 2013 ; p 271
Jenis Pemeriksaan Feses
Spesimen random:
Kontainer mirip urin
tes kualitatif pemeriksaan darah samar, dan mikroskopik leukosit,
serat otot
Spesimen timed
Tes kuantitatif: lemak (2 atau 3 hari) dalam kontainer besar
Strasinger S. Lorenzo M. Fecal analysis. In: Introduction to Urinalysis in Urinalysis and Body Fluids. 7 th ed. Philadelphia : 2014 ; p. 270
Brunzel N. Fecal analysis. In: Fundamental of Urine and Body Fluids Analysis. 3rd ed. Missourri : 2013 ; p 271
Cerebrospinal Fluid
Cerebrospinal Fluid (CSF)
Brunzel N. Cerebrospinal fluid analysis. In: Fundamental of Urine and Body Fluids Analysis. 3 rd ed. Missourri : 2013 ; p 313
Jenis Tabung Penampungan CSF
Strasinger S. Lorenzo M. Cerebrospinal fluid. In: Introduction to Urinalysis in Urinalysis and Body Fluids. 7 th ed. Philadelphia : 2014 ; p. 181
Brunzel N. Cerebrospinal fluid analysis. In: Fundamental of Urine and Body Fluids Analysis. 3rd ed. Missourri : 2013 ; p 313
Cairan Sendi
Cairan Sendi
Lifshitz MS. Preanalysis. In: McPherson RA, Pincus MR, editors. Henry’s Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Methods. St. Louis, Missouri: Elsevier. 2017. p. 20-31
Strasinger S. Lorenzo M. Synovial fluid. In: Introduction to Urinalysis in Urinalysis and Body Fluids. 7 th ed. Philadelphia : 2014 ; p. 217
Persiapan Pengambilan Sampel
Mundt L. Shanahan K. Synovial Fluid in Gaff’s Textbook of Urinalysis and Body Fluids . 3 rd ed. Philadelphia : 2016 ; p. 213
Strasinger S. Lorenzo M. Synovial fluid. In: Introduction to Urinalysis in Urinalysis and Body Fluids. 7 th ed. Philadelphia : 2014 ; p. 217
Pengambilan Cairan Sendi: Arthrosentesis
Mundt L. Shanahan K. Synovial Fluid in Gaff’s Textbook of Urinalysis and Body Fluids . 3 rd ed. Philadelphia : 2016 ; p. 212
Brunzel N. Synovial fluid analysis. In: Fundamental of Urine and Body Fluids Analysis. 3 rd ed. Missourri : 2013 ; p 313
Sampel Cairan Sendi
Cairan synovial harus segera diperiksa hindari perubahan komposisi kimia,
lisis sel, perubahan kristal, dan masalah dalam identifikasi mikroorganisme
Spesimen ditransport dan dianalisis pada suhu ruang
Spesimen yang didinginkan/disimpan di kulkas:
Dapat mengalami perubahan komposisi kimia
deteksi mikroba dapat terganggu
Analisis kristal tidak boleh menggunakan spesimen yang telah didinginkan dapat
menghasilkan kristal tambahan
Pemeriksaan glukosa pada cairan synovial pasien puasa 6 jam
Mundt L. Shanahan K. Synovial Fluid in Gaff’s Textbook of Urinalysis and Body Fluids . 3 rd ed. Philadelphia : 2016 ; p. 213
Strasinger S. Lorenzo M. Synovial fluid. In: Introduction to Urinalysis in Urinalysis and Body Fluids. 7 th ed. Philadelphia : 2014 ; p. 217
Sampel Cairan Pleura,
Perikardial dan Peritoneal
Jenis Pengambilan Sampel
Parasentesis prosedur untuk mendapatkan cairan
aspirasi dari kavitas tubuh melalui pungssi
perkutaneus , yang terdiri dari:
Torakosentesis : pungsi surgikal pada dinding dada
cairan pleura
Perikardiosentesis : pungsi surgikal ke dalam kavum
pericardial cairan pericardial
Peritoneosentesis / abdominal parasentesis : pungsi
surgikal ke dalam kavum peritoneal cairan peritoneal
/ cairan asites
Braunzel N. Pleural, Pericardial, and Peritoneal Fluid Analysis in Fundamental of Urine and Body Fluids Analysis. 3rd ed. Missouri : 2013 ; p. 349
Prosedur Pengambilan Sampel
Cairan serous disimpan pada suhu ruangan dan ditransport sesegera mungkin
untuk mencegah perubahan kimia, degradasi sel dan proliferasi bakteri
Penyimpanan di kulkas (4ᴼC - 8ᴼC) tidak dianjurkan dapat pengaruhi
kelangsungan hidup mikroorganisme
Pemeriksaan sitologi dapat disimpan pada suhu 4ᴼC
Sampel darah harus diambil segera sebelum atau sesudah parasentesis
bandingkan komposisi kimia cairan serous dengan plasma pasien
Braunzel N. Pleural, Pericardial, and Peritoneal Fluid Analysis in Fundamental of Urine and Body Fluids Analysis. 3 rd ed. Missouri : 2013 ; p. 350
TERIMA KASIH