Anda di halaman 1dari 44

[SNI 7656:2012]

TATA CARA PEMILIHAN CAMPURAN


UNTUK BETON NORMAL,
BETON BERAT DAN BETON MASSA
By: Mulyono,T@2019
Sumber:
Preface
■ Standar ini menjelaskan tata cara pemilihan campuran untuk beton
normal, beton berat dan beton massa dengan menggunakan berbagai
jenis/ tipe semen. Standar ini merupakan adopsi modifikasi dari ACI
211.1-91 ‘Standar practice for selecting proportion for normal,
heavyweight, and mass concrete’.
■ Standar ini disusun oleh Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi
Bangunan dan Rekayasa Sipil melalui Gugus Kerja Bahan Bangunan
pada Subpanitia Teknis 91-01-S4 Bahan, Sains, Struktur dan
Konstruksi Bangunan.
■ Tata cara penulisan disusun mengikuti Pedoman Standardisasi
Nasional (PSN) Nomor 8 Tahun 2007 dan dibahas dalam forum
konsensus tanggal 16 September 2009 di Bandung yang melibatkan
para narasumber, pakar dan lembaga terkait.
Umumnya proporsi beton yang tidak mengandung
bahan tambahan kimia dan atau bahanbahan selain
semen hidrolis, dicampur ulang dengan menggunakan
Beton
Beton dapat mengandung sejumlah rongga udara yang
bahan-bahan tersebut di atas atau semen yang
berbeda. Karakteristik dari beton yang dicampur ulang
ini harus diperiksa kembali dengan campuran
terperangkap atau dapat juga rongga udara yang sengaja percobaan di laboratorium atau di lapangan.
dimasukkan melalui penambahan bahan tambahan.

boleh
mengandung
semen bahan bersifat

hidrolis air agregat semen lainnya


dan atau bahan
Beton
tambahan kimia
lainnya.

Bahan tambahan kimia sering bahan bersifat semen seperti abu terbang, pozolan alam / tras,
digunakan untuk mempercepat, tepung terak tanur tinggi dan serbuk silika dapat digunakan
memperlambat, memperbaiki sifat bersama-sama dengan semen hidrolis untuk menekan harga atau
kemudahan pengerjaan untuk memberikan sifat-sifat tertentu seperti misalnya untuk
(workability), mengurangi air mengurangi panas hidrasi awal, menambah perkembangan
pencampur, menambah kekuatan, kekuatan akhir, atau menambah daya tahan terhadap reaksi
atau mengubah sifat-sifat lain dari alkali-agregat atau serangan sulfat, menambah kerapatan, dan
beton yang dihasilkan. ketahanan terhadap masuknya larutan-larutan perusak.
Ruang lingkup
■ Tata cara ini menguraikan tentang metode pemilihan campuran beton dengan semen
hidrolis yang dibuat dengan atau tanpa bahan-bahan bersifat semen atau bahan tambahan
kimia lainnya.
■ Beton ini terdiri dari agregat normal dan atau berat (untuk membedakannya dari agregat
ringan) dengan sifat kemudahan pengerjaan (workability) yang sesuai untuk pekerjaan-
pekerjaan konstruksi umumnya.
■ Bahan pengikat hidrolis yang diacu dalam standar ini adalah Semen Portland (SNI 15-2049-
2004), Semen Portland Pozzolan (SNI 15-0302-2004), Semen Portland Komposit (SNI 15-
7064-2004), dan Semen Portland Campur (SNI 15-3500-2004).
■ Standar ini tidak untuk menentukan pemilihan campuran yang menggunakan serbuk silika
padat (condensed silica fume).
■ Metode ini memberikan perkiraan awal pemilihan campuran yang diperiksa lebih lanjut
dengan percobaan di laboratorium sesuai dengan lampiran D atau di lapangan, dan bila
perlu disesuaikan, untuk mendapatkan karakteristik atau sifat-sifat khusus yang diinginkan
dari beton yang dihasilkan.
■ Dalam standar ini, digunakan satuan SI.
Acuan normatif
■ SNI 1750, Mutu dan cara uji agregat. ■ ACI 201, Guide to durable concrete.
■ SNI 1969, Cara uji berat jenis dan penyerapan air ■ ACI 226.1R, Ground granulated blast-furnace
agregat kasar. slag as a cementious constituent in concrete.
■ SNI 1970, Cara uji berat jenis dan penyerapan air ■ ACI 214, Recommended practice for evaluation
agregat halus. of strength test results of concrete.
■ SNI 1968, Metode pengujian tentang analisis ■ ACI 225R, Guide to the selection and use of
saringan agregat halus dan kasar. hydraulic cements.
■ SNI 1973, Cara uji berat isi, volume produksi ■ ACI 301, Specification for structural concrete for
campuran dan kadar udara beton. buildings.
■ SNI 2495, Spesifikasi bahan tambahan untuk beton. ■ ACI 302, Guide for concrete floor and slab
■ SNI 2460, Spesifikasi abu terbang sebagai construction.
tambahan untuk campuran beton. ■ ACI 318, Building code requirements for
■ SNI 2493, Metode pembuatan dan perawatan reinforced concrete.
benda uji beton di laboratorium. ■ ACI 345, Standard practice for concrete highway
■ SNI 3418, Metode pengujian kandungan udara pada bridge deck construction.
beton segar.
■ SNI 4433, Spesifikasi beton siap pakai.
■ SNI 4804, Metode pengujian bobot isi dan rongga
udara dalam agregat.
■ SNI 3500, Semen portland campur.
■ SNI 2049, Semen portland.
■ SNI 7064, Semen portland komposit.
Data perencanaan campuran beton
Analisa ayak (gradasi) agregat halus dan agregat kasar;

Bobot isi agregat;

Berat jenis, penyerapan air, dan kadar air agregat;


Air pencampur yang dibutuhkan beton berdasarkan pengalaman dengan
menggunakan agregat yang ada;
Hubungan antara kekuatan dan rasio air-semen atau rasio air terhadap
semen+bahan bersifat semen lainnya;
Berat jenis semen atau bahan bersifat semen lainnya bila digunakan.
Prosedur
■ Prosedur pemilihan proporsi campuran yang dijelaskan dalam pasal ini mencakup
untuk beton normal, beton massa dan beton berat, dengan didukung oleh data-data
bahan dasar yang akan digunakan.
■ Spesifikasi/persyaratan beton yang akan diproduksi dapat didasarkan sebagian atau
seluruh dari ketentuan:
– Rasio air-semen maksimum atau rasio air-bahan bersifat semen;
– Kadar semen minimum;
– Kadar udara;
– Slump;
– Ukuran besar butir agregat maksimum;
– Kekuatan tekan yang ditargetkan;
– Persyaratan lain yang berkaitan dengan kekuatan yang berlebihan, bahan
tambahan, semen tipe khusus, bahan bersifat semen lainnya, atau agregat.
FLOW CHART
Data:
Mulai Hasil uji bahan
Dan rencana konstruksi

Langka 1: Pemilihan slump (Tabel 1)

Langka 2: Pemilihan ukuran besar butir agregat maksimum Data:Jenis konstruksi dan
kemudahan pekerjaan
Langka 3: Perkiraan air pencampur dan kandungan udara
Data:kuat tekan rencana,
Langka 4: Pemilihan rasio air-semen atau rasio air-bahan bersifat semen penyimpangan dan kuat
tekan perlu

Langka 5: Perhitungan kadar semen Data:BJ Semen

Langka 6: Perkiraan kadar agregat kasar Data:Analisa saringan

Langka 7: Perkiraan kadar agregat halus


Data:BJ & Penyerapan
Agregat
Langka 8: Penyesuaian terhadap kelembaban agregat
Rencana konstruksi:
Deviasi, Kuat Tekan Rencana dan Kuat
tekan Perlu
Tabel 3.4: Faktor modifikasi untuk deviasi standar benda uji
Faktor Pengali Faktor Pengali
Jumlah Pengujian Jumlah Pengujian
Deviasi Standar Deviasi Standar
15 1,160 23 1,050
16 1,144 24 1,040
17 1,128 25 1,030
18 1,112 26 1,024
19 1,096 27 1,018
20 1,080 28 1,012
21 1,070 29 1,006
22 1,060 30 atau lebih 1,000
Sumber: Modifikasi Tabel 5.3.1.2 SNI 2847: 2013 dalam Mulyono,T (2015), Modul 3:Praktek Teknologi Beton, Jakarta:FT UNJ
Kembali Ke Penyelesaian

Tabel 3.5: Kekuatan tekan perlu


Tabel 3.5: Kekuatan tekan rata-rata perlu jika data tidak tersedia untuk menetapkan deviasi standar benda uji
Kekuatan tekan disyaratkan Kekuatan tekan rata-rata perlu Persamaan
𝑓𝑐′ < 21 𝑀𝑃𝑎 ′
𝑓𝑐𝑟 = (𝑓𝑐′ + 7,0) 𝑀𝑃𝑎 (3.1)

21 𝑀𝑃𝑎 ≤ 𝑓𝑐′ ≤ 35 𝑀𝑃𝑎 ′ = (𝑓 ′ + 8,3) 𝑀𝑃𝑎


𝑓𝑐𝑟 𝑐 (3.2)

𝑓𝑐′ > 35 𝑀𝑃𝑎 ′ = (1,10𝑓 ′ + 5,0) 𝑀𝑃𝑎


𝑓𝑐𝑟 𝑐 (3.3)
Sumber: SNI 2847: 2013 dalam Mulyono,T (2015), Modul 3:Praktek Teknologi Beton, Jakarta:FT UNJ

Kekuatan tekan rata-rata perlu fcr' yang digunakan sebagai dasar pemilihan proporsi campuran beton
menggunakan deviasi standar benda uji, ss, dihitung menggunakan Persamaan 3.4 dan Persamaan 3.5 untuk
kuat tekan rencana yang disyaratkan fc'≤35 MPa (SNI 2847:2013) dengan mengambil nilai terbesar.

𝑓𝑐𝑟 = 𝑓𝑐′ + 1,34𝑠𝑠 (3.4)
′ = 𝑓 ′ + 2,33𝑠 − 3,5
𝑓𝑐𝑟 𝑐 𝑠 (3.5)
Kuat tekan perlu

′ untuk kuat tekan rencana yang disyaratkan


■ Kekuatan tekan rata-rata perlu 𝑓𝑐𝑟
sebesar 𝑓𝑐′ > 35 𝑀𝑃𝑎 dihitung menggunakan Persamaan 3.6 dan Persamaan 3.7
(SNI 2847:2013) dengan mengambil nilai terbesar.

𝑓𝑐𝑟′ = 𝑓𝑐′ + 1,34𝑠𝑠 (3.6)


𝑓𝑐𝑟′ = 0,90𝑓𝑐′ + 2,33𝑠𝑠 (3.7)
Kembali Ke Penyelesaian

Langkah 1
Tabel 1 - Nilai slump yang dianjurkan untuk berbagai pekerjaan konstruksi (*)
Slump (mm)
Tipe konstruksi
Maksimum(**) Minimum
Pondasi beton bertulang (dinding dan pondasi telapak) 75 25
Pondasi telapak tanpa tulangan, pondasi tiang pancang, 75 25
dinding bawah tanah
Balok dan dinding bertulang 100 25
Kolom bangunan 100 25
Perkerasan dan pelat lantai 75 25
Beton massa 50 25

* Slump dapat ditambah bila digunakan bahan tambahan kimia, asalkan beton yang diberi
bahan tambahan tersebut memiliki rasio air-semen atau rasio air-bahan bersifat semen yang
sama atau lebih kecil dan tidak menunjukkan segregasi yang berarti atau bliding berlebihan.
** Slump boleh ditambah 25 mm untuk metode pemadatan selain dengan penggetaran
Langkah 2: Ukuran Butir Maksimum
■ Ukuran nominal agregat kasar maksimum dengan gradasi
yang baik memiliki rongga udara yang lebih sedikit
dibandingkan dengan agregat berukuran lebih kecil. 1/5 dari
Dengan demikian, beton dengan agregat berukuran lebih ukuran terkecil
besar membutuhkan lebih sedikit adukan mortar per dimensi
satuan isi beton.
■ Secara umum ukuran nominal agregat maksimum harus
yang terbesar yang dapat diperoleh secara ekonomi dan 1/3 tebal
tetap menurut dimensi komponen struktur/konstruksinya.
Ukuran nominal agregat maksimum tidak boleh melebihi:
a. 1/5 dari ukuran terkecil dimensi antara dinding-dinding
cetakan/bekisting,
b. 1/3 tebalnya pelat lantai,
c. ¾ jarak minimum antar masing-masing batang tulangan,
berkas-berkas tulangan, atau tendon tulangan pra-
tegang (pretensioning strands). ¾ jarak minimum
■ Bila diinginkan beton berkekuatan tinggi, maka hasil
terbaik dapat diperoleh dengan ukuran nominal agregat
maksimum yang lebih kecil karena hal ini akan
memberikan kekuatan lebih tinggi pada rasio air-semen
yang diberikan.
Langkah 3
■ Banyaknya air untuk tiap satuan isi beton yang dibutuhkan agar menghasilkan slump tertentu tergantung
pada :
a) Ukuran nominal maksimum, bentuk partikel dan gradasi agregat;
b) Temperatur beton;
c) Perkiraan kadar udara, dan;
d) Penggunaan bahan tambahan kimia.
■ Slump tidak terlalu dipengaruhi oleh jumlah semen atau bahan bersifat semen lainnya dalam tingkat
pemakaian yang normal, penggunaan sedikit bahan tambahan mineral yang halus dapat mengurangi
kebutuhan air, perkiraan kebutuhan air untuk beberapa ukuran agregat dan target slump yang diinginkan
lihat Tabel 2.
■ Perbedaan dalam kebutuhan air tidak selalu ditunjukkan dalam kekuatan mengingat adanya faktor-
faktor penyimpangan lainnya yang juga terlibat. Agregat kasar yang bundar dan bersudut, keduanya
bermutu baik dan memiliki gradasi yang sama, dapat diharapkan menghasilkan beton dengan kekuatan
tekan yang kira-kira sama untuk jumlah semen yang sama, sekalipun ada perbedaan dalam rasio air-
semen atau rasio air-(semen+pozolanik) yang dihasilkan dari kebutuhan air pencampur yang berbeda.
■ Bentuk partikel agregat tidak selalu merupakan indikator, baik lebih tinggi atau lebih rendah dari
kekuatan rencana.
Air Campuran Kembali Ke Penyelesaian
Tabel 3.7: Perkiraan Air Campuran untuk nilai slum yang berbeda dan Ukuran Maksimum Nominal Agregat
Beton tanpa tambahan udara
Air (kg/m3) untuk ukuran nominal agregat maksimum batu pecah
Slump, mm
9,5 mm* 12,5 mm* 19 mm* 25 mm* 37,5 mm* 50 mm†* 75 mm†‡ 150 mm†‡
25 s.d 50 207 199 190 179 166 154 130 113
75 s.d 100 228 216 205 193 181 169 145 124
150 s.d
175 243 228 216 202 190 178 160 —
>175* - - - - - - - -
Beton dengan tambahan udara
Air (kg/m3) untuk ukuran nominal agregat maksimum batu pecah
Slump, mm
9,5 mm* 12,5 mm* 19 mm* 25 mm* 37,5 mm* 50 mm†* 75 mm†‡ 150 mm†‡
Banyaknya
udara dalam 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0,3 0,2
beton (%)
25 s.d 50 181 175 168 160 150 142 122 107
75 s.d 100 202 193 184 175 165 157 133 119
150 s.d 175 216 205 197 184 174 166 154 —
>175* - - - - - - - -
Kembali Ke Penyelesaian

Jumlah kadar udara yang disarankan untuk


tingkat pemaparan sebagai berikut†
Slump, Air (kg/m3) untuk ukuran nominal agregat maksimum batu pecah
mm 9,5 mm* 12,5 mm* 19 mm* 25 mm* 37,5 mm* 50 mm†* 75 mm†‡ 150 mm†‡
Pemapara 1,5 1,0
n ringan 4,5 4,0 3,5 3,0 2,5 2,0 **†† **††
Pemapara
n Sedang 6,0 5,5 5,0 4,5 4,5 4,0 3,5**†† 3,0**††
Pemapara
n Berat# 7,5 7,0 6,0 6,0 5,5 5,0 4,5**†† 4,0**††
Keterangan:
* Banyaknya air pencampur untuk beton dengan tambahan udara didasarkan pada persyaratan kadar air total, khusus untuk
“pemaparan sedang”. Jumlah air ini digunakan untuk menghitung banyaknya semen dalam campuran percobaan pada suhu
(20-25)ºC. Agregat bentuk bulat umumnya membutuhkan lebih sedikit air sekitar 18 kg bagi beton tanpa tambahan udara dan
sekitar 15 kg untuk beton dengan tambahan udara. Penggunaan bahan tambahan kimia, ASTM C 494, dapat pula mengurangi
air pencampur sebanyak 5% atau lebih. Volume bahan tambahan cair dimasukkan sebagai bagian dari jumlah seluruh air
pencampur. Slump dengan nilai lebih dari 175 mm hanya dapat dicapai dengan penggunaan bahan kimia tambahan untuk
beton dengan ukuran nominal agregat maksimum 25 m.
** Nilai slump untuk beton dengan agregat lebih besar dari 40 mm didasarkan dari uji slump setelah partikel agregat lebih besar
dari 40 mm dikeluarkan dengan cara disaring basah.
‡ Jumlah air pencampur ini digunakan untuk menghitung campuran percobaan bila menggunakan agregat yang berukuran
maksimum 75 mm atau 150 mm. Ini adalah nilai rata-rata untuk agregat dengan bentuk yang baik dan dengan susunan besar
butir yang baik pula dari kasar hingga halus.
** Untuk beton dengan ukuran agregat lebih besar dari 40 mm sebelum dilakukan uji kadar udara harus disaring basah pada 40
mm, persen udara yang diharapkan pada bahan-bahan yang lebih kecil dari 40 mm termasuk nilai-nilai dalam kolom 40 mm.
Namun demikian, perhitungan proporsi awal harus memasukkan kadar udara dalam persen dari keseluruhannya.
†† Bila beton menggunakan agregat berukuran besar dan faktor air-semen rendah, tambahan udara tidak akan mengurangi
kekuatannya. Dalam banyak kasus, jika air pencampur dikurangi cukup banyak untuk memperbaiki rasio air-semen maka
ditambahkan udara untuk mengimbangi pengaruh berkurangnya kekuatan beton. Oleh karena itu, pada umumnya, untuk
agregat-agregat berukuran nominal maksimum yang besar, kadar udara yang disarankan untuk pengaruh kondisi lingkungan
yang berat haruslah dipertimbangkan, sekalipun kemungkinan pemaparannya terhadap kelembaban atau pembekuan adalah
kecil atau sama sekali tidak terjadi.
‡‡ Nilai-nilai ini didasarkan pada kriteria bahwa diperlukan 9 % udara untuk fase mortar dari beton. Bila volume mortar berbeda
dari yang dianjurkan dalam standar ini, mungkin diperlukan untuk menghitung kadar udara dengan memakai angka 9 % dari
volume mortar sebenarnya
Diadaptasi dari ACI 211.1 dan ACI 318. Hover (1995) dan (SNI 7656: 2012), dalam Mulyono,T (2015), Modul
3:Praktek Teknologi Beton, Jakarta:FT UNJ
Langkah 4: Pemilihan Rasio Air-Semen Atau Rasio Air-Bahan Bersifat Semen
𝑤 𝑤 Kembali Ke Penyelesaian
■ Rasio atau Tabel 3.9.
𝑐 𝑐+𝑝
Tabel 3.8: Hubungan antara Rasio Material Air – Semen dan Kekuatan Tekan Beton
Kekuatan Tekan umur 28 hari Rasio air semen berdasarkan berat (Water-cementitious materials ratio by
[(Compressive strength at 28 days), mass)
Mpa (Kg/cm2*)] Beton tanpa tambahan udara (Non- Beton dengan tambahan udara (Air-
air-entrained concrete) entrained concrete)
45 (450) 0,38** 0,30**
40 (400) 0,42 0,34**
35 (350) 0,47 0,39
30 (300) 0,54 0,45
25 (250) 0,61 0,52
20 (200) 0,69 0,60
15 (150) 0,79 0,70
Kekuatan tekan sesuai dengan hasil uji silinder beton yang dirawat dengan perendaman pada umur 28 hari sesuai dengan standar ASTM C 31 (AASHTO T
23). Hubungan didasarkan dengan asumsi penggunaan agregat maksimum 19 mm. sampai 25 mm. Diadopsi dari ACI 211.1 danACI 211.3.
* 1 Mpa ekwivalensi dengan 10 Kg/cm2. Nilai-nilai ini adalah perkiraan rata-rata kekuatan beton yang mengandung tidak lebih dari 2 % udara untuk beton
tanpa tambahan udara dan 6 % kadar udara total untuk beton dengan tambahan udara. Untuk w/c atau w/(c+p) yang tetap, kekuatan beton berkurang
bila kadar udara bertambah. Nilai kekuatan umur 28 hari adalah nilai lama dan dapat berubah bila digunakan berbagai bahan bersifat semen. Nilai
kekuatan ini didasarkan pada benda uji silinder (150 x 300) mm yang dipelihara dalam kondisi lembab pada temperatur (23 ± 1,7)0C sebelum diuji.
Hubungan yang ditunjukkan dalam Tabel 3 adalah untuk ukuran nominal agregat maksimum (19 - 25) mm. Untuk agregat yang telah ditentukan, w/c
atau w/(c+p) tertentu, kekuatan akan bertambah bila ukuran nominal maksimum agregat berkurang (SNI 7656: 2012, 2012)
** Nilai tidak tercantum pada SNI 7656:2012
W/C Ratio
Tabel 3.9: Maksimum rasio w/c atau rasio w/(c+p) yang dijinkan untuk beton tingkat
pemaparan berat (severe exposures)*
Struktur
selalu/seringkali basah Struktur yang
Tipe struktur dan terpapar dipengaruhi air laut
pembekuan serta atau sulfat
pencairan
Bagian tipis (pegangan tangga, gili-gili, sills, 0,45 0,45**
talang, ornamental work) dan bagian
selimut beton kurang dari 25 mm.
Struktur lain 0,50 0,45**
* bahan bersifat semen selain semen portland harus sesuai dengan SNI 15-0302-2004 .
** Jika digunakan semen Portland tahan sulfat (Tipe II atau Tipe V sesuai SNI 15-2049-2004),
atau semen Portland Pozzolan tipe IPK (SNI 15-0302-2004), rasio w/c atau rasio w/(c+p)
yang diijinkan dapat dinaikkan sebanyak 0,05.

Pendekatan lainnya dapat menggunakan SNI 2847:2013 yang memperhitungkan kuat tekan perlu
dan deviasi standar hasil uji.
Langkah 5: Perhitungan Kadar Semen

■ Banyaknya semen untuk tiap satuan volume beton


𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝐴𝑖𝑟 𝐶𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛
𝑊𝐶𝑅

𝐿𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎ℎ 3
𝐿𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎ℎ 4
Langkah 6: Perkiraan Kadar Agregat
Kasar

Gambar 3.3: Hubungan Ukuran Nominal Maksimum Agregat dengan Fraksi Halus
Sumber: Diadaptasi dari Tabel 9-4, ACI 211.1 dan Hover (1995 dan 1998) dan Tabel 5 SNI 7656:2012 dalam
Perkiraan Kadar Agregat Kasar
Tabel 3.10: Berat Isi Volume Agregat Kasar Per Satuan Volume Beton
Volume agregat kasar kering oven* per satuan volume beton untuk berbagai
Nominal modulus kehalusan** dari agregat halus (Bulk volume of dry-rodded coarse
maximum size of aggregate* per unit volume of concrete for different fineness moduli of fine
aggregate, mm aggregate**)
(in.)
2.40 2.6 2.8 3.00
9.5 (3/8) 0,50 0,48 0,46 0,44
12.5 (1/2) 0,59 0,57 0,55 0,53
19 (3/4) 0,66 0,64 0,62 0,60
25 (1) 0,71 0,69 0,67 0,65
37.5 (1 ½) 0,75 0,73 0,71 0,69
50 (2) 0,78 0,76 0,74 0,72
75 (3) 0,82 0,80 0,78 0,76
150 (6) 0,87 0,85 0,83 0,81
* Volume berdasarkan berat kering oven sesuai SNI 03-4804-1998 atau ASTM C 29 (AASHTO T
19). Adapted from ACI 211.1. (SNI 7656: 2012)
** Modulus halus butir adalah jumlah prosentase kumulatif dalam satu set ayakan sesuai (SNI
03-1968-1990)
Lanjutan Tabel 3.11: Perkiraan awal berat beton segar
Ukuran nominal maksimum Perkiraan awal berat beton*, kg/m3
agregat Beton tanpa tambahan udara Beton dengan tambahan udara
9,5 2280 2200
12,5 2310 2230
19 2345 2275
25 2380 2290
37,5 2410 2350
50 2445 2345
75 2490 2405
150 2530 2435
* Nilai yang dihitung menggunakan W/C. untuk beton dengan jumlah semen cukup banyak (330 kg/m3), dan dengan slump
sedang serta berat jenis agregat 2,7. Pada slump (75 – 100) mm sesuai Tabel 3.6. Bila informasi yang diperlukan cukup, maka
berat perkiraan dapat diperhalus lagi dengan cara sebagai berikut :
1) Setiap perbedaan air pencampur 5 kg dengan slump slump (75 – 100) mm sesuai Tabel 3.6, koreksi berat tiap m3 sebanyak
8 kg pada arah berlawanan;
2) Setiap perbedaan 20 kg kadar semen dari 330 kg, koreksi berat per m3 sebesar 3 kg dalam arah bersamaan;
3) Setiap perbedaan berat jenis agregat 0,1 terhadap nilai 2,7, koreksi berat beton sebesar 60 kg dalam arah yang sama;
4) Beton dengan tambahan udara, gunakan Tabel 3.6. Berat dapat ditambah 1 % untuk setiap 1 % berkurangnya kadar udara
dari jumlah tersebut.Sumber: Mulyono,T (2015), Modul 3:Praktek Teknologi Beton, Jakarta:FT UNJ
Lanjutan

Gambar 3.4: Hubungan butir maksimum agregat dengan perkiraan awal berat beton segar
Sumber: Diadaptasi dari Tabel 6 SNI 7656:2012), dalam Mulyono,T (2015), Modul 3:Praktek
Teknologi Beton, Jakarta:FT UNJ
Langkah 7: Perkiraan Kadar Agregat
Halus
■ Agregat halus didapatkan dari perkiraan awal berat beton segar dengan data
ukuran nominal maksimum agregat (mm) dan penggunaan tanpa tambahan udara
atau tidak dalam beton menggunakan Tabel 3.11 atau Gambar 3.4.
■ Nilainya didapatkan dengan mengurangkan berat semen dan air pada berat isi
perkiraan beton segar.
Langkah 8: Penyesuaian Terhadap Kelembaban Agregat
■ Banyaknya air pencampuran yang harus ditambahkan ke dalam campuran haruslah
dikurangi sebanyak air bebas yang didapat dari agregat, yaitu jumlah air dikurangi
air terserap yang didapatkan dari hasil uji berat jenis dan penyerapan agregat.
■ Penyesuaian menggunakan Persamaan 3.8, 3.9 dan 3.10

𝐶 (3.8)
𝐴𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡 𝐻𝑎𝑙𝑢𝑠 (𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ) = 𝐶 + 𝐷𝑎
100

𝐷 (3.9)
𝐴𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡 𝐾𝑎𝑠𝑎𝑟 (𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ) = 𝐷 + 𝐷𝑘
100

𝐶 𝐷 (3.10)
𝐴𝑖𝑟 = 𝐵 − 𝐷𝑎 − 𝐶𝑎 − 𝐷𝑘 − 𝐶𝑘
100 100
dimana
𝐵 = jumlah air bebas (kg/m3).
𝐶 = jumlah agregat halus (kg/m3)
𝐷 = jumlah agregat kasar (kg/m3)
𝐷𝑎 = Kandungan air pada agregat halus (%)
𝐷𝑘 = Kandungan air pada agregat kasar (%)
Proporsi Campuran Percobaan

■ Campuran percobaan di laboratorium, akan lebih mudah bila berat campuran


tersebut diperkecil dalam volume tertentu sesuai kapasitas alat adukan atau sesuai
volume benda uji yang akan dibuat.
■ Pertimbangan terhadap kemudahan pekerjaan diperhitungkan.
Contoh C3.1
Rancanglah campuran beton dengan data sebagai berikut:
■ Struktur beton akan digunakan untuk struktur di bawah permukaan tanah (Pondasi Tapak) pada lokasi yang tidak akan
terpapar pada cuaca terlalu buruk atau serangan sulfat.
■ Pemadatan beton dikerjakan secara manual dengan menggunakan tangan.
■ Syarat kekuatan tekan rencana pada umur 28 hari sebesar 25 MPa dengan bagian yang cacat 5 % dan data deviasi
standar (penyimpangan) beton tidak tersedia.
■ Ukuran nominal agregat maksimum 37,5 mm hasil uji ayakan memberikan Modulus halus butir agregat kasar 6,25 dan
agregat halus 2,75
■ Berat jenis pada kondisi jenuh kering permukaan dan penyerapan agregat halus sebesar 2,65 dan 0,85%.
■ Berat jenis pada kondisi jenuh kering permukaan dan penyerapan agregat kasar hasil uji sebesar 2,675 dan 0,65%.
■ Hasil uji kadar air agregat halus sebesar 2,62% dan agregat kasar 1,05%.
■ Hasil uji berat kering oven agregat halus 1625 kg/m3 dan agregat kasar adalah 1585 kg/m3
■ Semen yang digunakan adalah semen tanpa tambahan udara Tipe 1 dengan hasil uji berat jenis sebesar 3,125.
■ Air menggunakan potable water (air yang dapat diminum) dengan berat jenis air sebesar 1.
■ Kandungan organis dalam pasir 2%, lumpur 2,5% dan butir yang lolos #200 sebesar 1,75%.
Penyelesaian:
Langkah 1: Menentukan nilai slum
■ Menggunakan Tabel 3.6,
– untuk struktur di bawah permukaan tanah (Pondasi Tapak) pada lokasi yang tidak
akan terpapar pada cuaca terlalu buruk atau serangan sulfat. Nilai Slum Minimum
25 mm dan Maksimum 75 mm.
– Untuk beton dikerjakan secara manual dengan pencampuran menggunakan
tangan Slump boleh ditambah 25 mm sehingga nilai slum 50 mm – 100 mm.
Langkah 2: Pemilihan ukuran besar butir agregat maksimum
Agregat yang digunakan memiliki ukuran nominal maksimum 37,5 mm
Langkah 3: Perkiraan air pencampur dan kandungan udara
■ Beton yang dibuat adalah beton tanpa tambahan udara, karena strukturnya tidak akan
terkena pemaparan tingkat berat.
■ Perkiraan kebutuhan air untuk besar butir agregat maksimum yang dipakai 37,5 mm
dan target nilai slump 100 mm (75 mm – 100 mm) sesuai Tabel 3.7 untuk didapatkan
Perkiraan kebutuhan air 181 kg/m3.
Penyelesaian:
Langkah 4: Pemilihan rasio air-semen atau rasio air-bahan bersifat semen
■ Syarat kekuatan tekan rencana pada umur 28 hari sebesar 25 MPa dengan
bagian yang cacat 5 % dan data deviasi standar (penyimpangan) beton tidak
tersedia diambil dari Tabel 3.5.
■ Untuk kuat tekan 𝑓𝑐′ = 25 𝑀𝑃𝑎 (21 𝑀𝑃𝑎 ≤ 𝑓𝑐′ ≤ 35 𝑀𝑃𝑎), maka kuat tekan
rata rata perlu sebesar (SNI 2847:2013).

𝑓𝑐𝑟 = 𝑓𝑐′ + 8,3 𝑀𝑃𝑎 = 25 + 8,3 = 33,3 𝑀𝑃𝑎
■ Menggunakan semen Portland tipe I untuk beton tanpa kandungan udara,
diberikan dalam Tabel 3.8 didapatkan untuk Kekuatan Tekan umur 28 hari
sebesar 35 MPa Rasio material air semen berdasarkan berat sebesar 0,47
dan untuk 𝑓𝑐𝑟′ = 30 𝑀𝑃𝑎, 𝐹𝐴𝑆 = 𝑊 = 0,54, sehingga untuk 𝑓 ′ = 33,3 𝑀𝑃𝑎
𝐶 𝑐𝑟
diinterpolasikan.
𝑤 0,47 − 0,54
= 33,3 − 30 + 0,54 = 0,494 ≅ 0,50
𝑐 35 − 30
Lanjutan:
Langkah 5: Perhitungan kadar semen
■ banyaknya kadar semen adalah 𝐾𝐴𝐵, Perkiraan kebutuhan air beton, dan 𝑤𝑐𝑟 adalah
Rasio material air semen
𝐾𝐴𝐵 181 𝑘𝑔/ 𝑚3
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑆𝑒𝑚𝑒𝑛 = = = 362 𝑘𝑔/ 𝑚3
𝑤𝑐𝑟 0,5
Langkah 6: Perkiraan kadar agregat kasar
■ Banyaknya agregat kasar diperkirakan menggunakan dari Tabel 3.10 atau Gambar 3.3.
■ Agregat halus dengan modulus kehalusan 2,6 dengan ukuran nominal maksimum 37,5
mm memberikan angka sebesar 0,73 m3 untuk setiap m3 beton serta untuk MHB 2,8
dan maksimum 37,5 mm sebesar 0,71.
■ Menggunakan interpolasi didapatkan untuk MHB 2,75 dan agregat kasar dengan
ukuran nominal maksimum 37,5 mm memberikan angka sebesar
0,71 − 0,73
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡 𝐾𝑎𝑠𝑎𝑟 = 2,75 − 2,6 + 0,73 = 0,715
2,8 − 2,6
■ Hasil uji berat kering oven agregat kasar adalah 1585 kg/m3, dengan demikian, berat
keringnya,
𝑘𝑔
0,715𝑥1585 3 = 1133,275 𝑘𝑔/ 𝑚3 ≅ 1133 𝑘𝑔/ 𝑚3
𝑚
Lanjutan
Langkah 7: Perkiraan kadar agregat halus
Banyaknya agregat halus dapat ditentukan berdasarkan berat atau volume absolut sebagai
berikut:
■ Menggunakan perhitungan massa (berat)
– Menggunakan Tabel 3.11 atau Gambar 3.4, massa 1 m3 beton tanpa tambahan
udara yang dibuat dengan agregat berukuran nominal maksimum 37,5 mm,
diperkirakan sebesar 2410 kg.
– Campuran percobaan pertama, pengaturan pasti nilai ini akibat adanya perbedaan
slump, faktor semen, dan berat jenis agregat tidaklah begitu penting. Berat
(massa) yang sudah diketahui hasil hitungan sebelumnya untuk satu meter kubik
adalah
■ Air (berat bersih) = 181 kg
■ Semen = 362 kg
■ Agregat kasar = 1133 kg
■ Jumlah = 1676 kg
■ Didapatkan berat agregat halus = 2410 – 1676 = 734 kg.
Lanjutan
■ Menggunakan perhitungan volume absoulut
– Perkiraan adanya udara terperangkap sebesar 1 persen diberikan pada Tabel 3.7.
sebesar 1%.
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑖𝑟 181
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐴𝑖𝑟 = = 𝑘𝑔/𝑚3 = 0,181 𝑚3
𝐵𝑗 𝐴𝑖𝑟 1000

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑒𝑚𝑒𝑛 362 𝑘𝑔


𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛 = = 3
= 0,11584 ≅ 0,116 𝑚3
𝐵𝑗 𝑆𝑒𝑚𝑒𝑛 3,125(1000) 𝑚

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡 𝐾𝑎𝑠𝑎𝑟 1133 𝑘𝑔


𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝐴𝑔. 𝐾𝑎𝑠𝑎𝑟 = = = 0,42355
𝐵𝑗 𝐴𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡 𝐾𝑎𝑠𝑎𝑟 2,675(1000) 𝑚3
≅ 0,424 𝑚3

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑈𝑑𝑎𝑟𝑎 = %𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 𝑥 1000 = 1% 𝑥 1000 = 0,01 𝑚3


■ Jumlah total (tidak termasuk agregat halus) = 0,72 𝑚3
■ Volume agregat halus dibutuhkan = 1 − 0,72 = 0,28 𝑚3
■ Berat agregat halus kering yang dibutuhkan =0,28 𝑚3 2,65𝑥1000 = 742 𝑘𝑔
■ Hasil hitungan campuran Tabel C3.1 berikut.
Tabel C3.1: Hasil hitungan campuran
Berdasarkan perkiraan
Berdasarkan perkiraan
Bahan Campuran volume absolut bahan-
massa beton, kg
bahan, kg
Semen 362 362
Air 181 181
Agregat Halus (kering) 734 742
Agregat Kasar (kering) 1133 1133
Perkiraan Berat Isi Beton Segar 2410 2418
Langkah 8: Penyesuaian terhadap
kelembaban agregat
digunakan, maka berat (massa) penyesuaian maka air pada permukaan yang diberikan dari agregat pada kondisi
menggunakan Persamaan 3.8, 3.9 dan 3.10, basah menjadi:
dengan data 𝐶 734
𝐴𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡 𝐻𝑎𝑙𝑢𝑠 = 𝐶 + 𝐷𝑎 = 734 + 2,62 = 753,23
■ Jumlah air bebas 𝐵 = 181 𝑘𝑔/𝑚3 100 100
■ Jumlah agregat halus 𝐶 = 734 𝑘𝑔/𝑚3 ≅ 753 𝑘𝑔/𝑚3
𝐷 1133
■ Jumlah agregat kasar 𝐷 = 1133 𝑘𝑔/𝑚3 𝐴𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡 𝐾𝑎𝑠𝑎𝑟 = 𝐷 + 𝐷𝑘 = 1133 + 1,05
100 100
■ Kandungan air pada agregat halus 𝐷𝑎 = = 1144,90 ≅ 1145 𝑘𝑔/𝑚 3
2,62%
■ Kebutuhan perkiraan air yang ditambahkan:
■ Kandungan air pada agregat kasar 𝐷𝑘 = 𝐶 𝐷
1,05% 𝐴𝑖𝑟 = 𝐵 − 𝐷𝑎 − 𝐶𝑎 − 𝐷𝑘 − 𝐶𝑘 = 181 − 17,52
100 100
■ Penyerapan pada agregat halus, 𝐶𝑎 = 0,85% = 163,48 ≅ 163 𝑘𝑔/𝑚3
■ Penyerapan pada agregat kasar, 𝐶𝑘 = 0,65% ■ Perkiraan terkoreksi hitungan campuran seperti Tabel C3.2
berikut.
Tabel C3.2: Koreksi campuran berdasarkan berat
Berdasarkan perkiraan
Bahan Campuran Hitungan
massa beton, kg
Semen 362 362
Air (ditambahkan dari agregat) 181 - (12,99 + 4,53) 163
Agregat Halus (Basah) 734 + 19,23 753
Agregat Kasar (Basah) 1133 + 11,90 1145
Perkiraan Berat Isi Beton Segar 2410 2424

Proporsi Campuran Percobaan dengan Berat Massa beton

Proporsi Percobaan
Bahan Campuran Hitungan Berdasarkan perkiraan massa
beton, kg
Semen 362 x 0,0101603 3,84
Air (ditambahkan dari agregat) 167 x 0,0101603 1,73
Agregat Halus (Basah) 753 x 0,0101603 7,98
Agregat Kasar (Basah) 1145 x 0,0101603 12,15
Perkiraan Berat Isi Beton Segar 2424 x 0,0101603 25,74
PenyesuaianProporsi Campuran Percobaan dengan Berat Massa beton
■ Hasil proporsi untuk 0,0101603 m3 disesuaikan dengan kondisi agregat, yaitu Tabel C3.4 berikut.
Tabel C3.4: Penyesuaian Proporsi Campuran Percobaan
Proporsi Percobaan Berdasarkan
Bahan Campuran Hitungan
perkiraan massa beton, kg
Semen 362 x 0,0101603 3,84
Air (ditambahkan dari agregat) 167* x 0,0101603 1,77
Agregat Halus (Basah) 753 x 0,0101603 7,98
Agregat Kasar (Basah) 1145 x 0,0101603 12,15
Perkiraan Berat Isi Beton Segar 2424 x 0,0101603 25,74
Prosedur pembuatan campuran percobaan di laboratorium mengijinkan mencampur agregat dalam kondisi kering udara
(SSD), bila penyerapannya kurang dari 1,0 % dengan kemungkinan diserapnya air dari beton yang belum menjalani
proses pengikatan (unset concrete). Disarankan (SNI 2493:2011) bahwa jumlah yang diserap dapat dianggap sebesar
80% dari perbedaan antara jumlah air sebenarnya yang terdapat dalam pori-pori agregat (kondisi kering udara) dan
penyerapan jumlah nominal 24 jam yang ditentukan (SNI 1969:2008; SNI 1970: 2008). Untuk agregat dengan
penyerapan lebih besar, (SNI 2493:2011) mensyaratkan pengondisian sebelumnya untuk memenuhi syarat penyerapan
dengan pengaturan berat agregat yang didasarkan pada jumlah kadar air dan pengaturan termasuk air permukaan
sebagai bagian dari air pencampur yang disyaratkan. Perkiraan kebutuhan air target nilai slump dinaikan 25 mm maka
perkiraan kebutuhan air agar campuran mudah dikerjakan menjadi
734 1133
𝐴𝑖𝑟 = 181 − 80% 2,62 − 0,85 + 1,05 − 0,65 = 166,98 ≅ 167 𝑘𝑔/𝑚3
100 100
Proporsi air 167 𝑥 0,0101603 = 1,77 𝑘𝑔
Lanjutan
■ Beton memiliki slump yang diukur sebesar 50 mm dan bobot isi 2390 kg/m3 dianggap memuaskan dari sudut pandang sifat
pengerjaan dan penyelesaian akhir. Untuk memberikan hasil yang sesuai, dibuatlah penyesuaian untuk campuran percobaan
seberat 25,70 dengan volume yaitu:
25,74
𝑉= = 0,01077 𝑚3
2390
■ kadar air pencampur adalah 1,77 (yang ditambahkan) + (air pada agregat kasar) + (air pada agregat halus)
■ air pada agregat kasar = 1,05 – 0,65 % x 1133 𝑥 0,0101603 = 0,05 𝑘𝑔
■ air pada agregat halus = 2,62 – 0,85 % x 734 𝑥 0,0101603 = 0,14 𝑘𝑔
■ Jumlah = 1,77 + 0,05 + 0,14 = 1,96 𝑘𝑔
■ Maka banyaknya air pencampur untuk tiap satu m3 beton dengan slump yang sama adalah
1,96
𝑎𝑖𝑟 = = 182 kg/𝑚3
0,01077
■ Setiap perbedaan air pencampur 5 kg dengan slump slump (75 – 100) mm sesuai Tabel 3.6, koreksi berat tiap m3 sebanyak 8
kg pada arah berlawanan. Perbedaan air pencampur (182 – 181) = 1 kg, sehingga jumlah ini tidak harus ditambah untuk
menaikkan slump yang terukur dari 50 mm menjadi 75 mm sampai dengan 100 mm seperti yang diinginkan.
182
■ Rasio air-semen 0,50 maka kadar semen yang baru menjadi = = 363 𝑘𝑔
0,5

■ Karena sifat pengerjaan ternyata cukup memuaskan, jumlah agregat kasar per satuan volume beton akan dipertahankan sama
seperti dalam campuran percobaan. Banyaknya agregat kasar adalah
12,15
= 1128 kg/𝑚3 (𝐾𝑜𝑛𝑑𝑖𝑠𝑖 𝐵𝑎𝑠𝑎ℎ)
0,01077
Lanjutan
■ Pada kondisi kering berat agregat dimana kadar air agregat kasar sebesar 1,05%
1128
= 1116 𝑘𝑔 (𝐾𝑜𝑛𝑑𝑖𝑠𝑖 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔)
1 + 1,05%
■ Pada kondisi jenuh permukaan kering (SSD)
1128 𝑥 (1 + 0,65%) = 1124 𝑘𝑔 (𝐾𝑜𝑛𝑑𝑖𝑠𝑖 𝑗𝑒𝑛𝑢ℎ 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑟𝑚𝑢𝑘𝑎𝑎𝑛)
■ Perkiraan baru untuk berat (massa) dari satu m3 beton adalah bobot isi sebesar 2390 kg/m3,
didapatkan berat agregat halus kondisi jenuh kering permukaan:
2390 − 182 + 363 + 1124 = 721 𝑘𝑔 (𝑘𝑜𝑛𝑑𝑖𝑠𝑖 𝐽𝑃𝐾)
721
■ Pada kondisi kering = 1+0,85% = 715 𝑘𝑔

■ berat campuran per satu m3 beton adalah Tabel C3.5 berikut.


Tabel C3.5: berat campuran per satu m3 beton hasil penyesuaian
Bahan Proporsi
Semen 363 kg
Air (berat bersih) 182 kg
Agregat Halus (Kondisi kering) 715 kg
Agregat Kasar (Kondisi kering) 1116 kg
Perkiraan Berat Isi Beton Segar 2377 kg
PenyesuaianProporsi Campuran Percobaan
dengan Volume Absolut beton
■ Hasil proporsi untuk 0,0101603 m3 disesuaikan dengan kondisi agregat dengan
cara yang sama, yaitu adalah Tabel C3.6 berikut.
Tabel C3.6: Proporsi campuran percobaan Berdasarkan perkiraan Volume Absolut

Proporsi Percobaan
Bahan Campuran Hitungan Berdasarkan perkiraan
Volume Absolut beton, kg
Semen 362 x 0,0101603 3,84
Air (ditambahkan dari agregat) 167* x 0,0101603 1,77
Agregat Halus (Basah) 742 x 0,0101603 7,98
Agregat Kasar (Basah) 1145 x 0,0101603 12,15
Perkiraan Berat Isi Beton Segar 2424 x 0,0101603 25,74
742 1133
𝐴𝑖𝑟 = 181 − 80% 2,62 − 0,85 + 1,05 − 0,65 = 166,86 ≅ 167 𝑘𝑔/𝑚3
100 100

Proporsi air 167 𝑥 0,0101603 = 1,77 𝑘𝑔


Lanjutan
■ Slump diukur 50 mm; massa satuan 2390 kg/m3; menghasilkan 25,74/2390 =
0,010770 m3; sifat pengerjaan memenuhi syarat
■ Perkiraan jumlah air yang diperlukan untuk slump yang sama dengan campuran
percobaan adalah
1,77 + 0,05 + 0,14
= 182 𝑘𝑔
0,010770
■ Air pencampur untuk mendapatkan slump 75 mm sampai dengan 100 mm sesuai Tabel
3.6, koreksi berat tiap m3 sebanyak 8 kg pada arah berlawanan dengan selisih (182-
181) = 1 kg, sehingga tidak perlu ditambahkan air.
■ Penyesuaian kadar semen untuk air 182 dengan FAS = 0,5
182
= 363 𝑘𝑔
0,5
■ Kebutuhan agregat kasar yang disesuaikan
12,15
= 1128 𝑘𝑔 (𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ)
0,010770
1128
= 1116 𝑘𝑔 (𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔)
(1 + 1,05%)
1116
= 1121 𝑘𝑔 (𝐽𝑃𝐾)
(1 + 1,05% − 0,65% )
Lanjutan
■ Perkiraan baru untuk berat (massa) dari satu m3 beton adalah bobot isi sebesar 2390 kg/m3, didapatkan
berat agregat halus kondisi jenuh kering permukaan:
■ 2390 − 182 + 363 + 1121 = 724 𝑘𝑔 (𝑘𝑜𝑛𝑑𝑖𝑠𝑖 𝐽𝑃𝐾)
724
■ Pada kondisi kering = = 718 𝑘𝑔
1+0,85%
■ berat campuran per satu m3 beton adalah seperti Tabel C3.7 dan Volume bahan-bahan selain udara
dalam campuran percobaan awal seperti Tabel C3.8 berikut.
Tabel C3.7: berat campuran per satu m3 beton berdasarkan volume absolut
Semen 363 kg
Air (berat bersih) 182 kg
Agregat Halus (Kondisi kering) 718 kg
Agregat Kasar (Kondisi kering) 1116 kg
Perkiraan Berat Isi Beton Segar 2379 kg
Tabel C3.8: Volume bahan-bahan selain udara dalam campuran percobaan awal
Semen 3,84/(3,125 x 1000) 0,001229 m3
Air (berat bersih) 1,77/1000 0,001770 m3
Agregat Halus (Kondisi kering) 7,98/(2,65 x 1000) 0,003011 m3
Agregat Kasar (Kondisi kering) 12,15/(2,675 x 1000) 0,004542 m3
Perkiraan Berat Isi Beton Segar 25,74 0,010552 m3
Lanjutan
■ Oleh karena jumlah yang dihasilkannya sebesar 0,010552 m3 lebih kecil dari
0,010770 m3, udara yang dapat diketahui sebesar 0,0002177 m3, atau udara yang
terjebak dalam campuran sekitar
0,010770 − 0,010552
𝑥100% = 2,02%
0,010770

Anda mungkin juga menyukai