Anda di halaman 1dari 14

IMPLEMENTASI NAWA CITA

DALAM BIDANG KESEHATAN

Disusun oleh:
(VB)
Dhien Fatimah A.
Jessica Selvira
Nindya Ayu Pratiwi
Safira Sakarinita
Siti Ulfiyana
Apa itu Nawa Cita ?
Nawa Cita Sansekerta Nawa = Sembilan
Cita = Harapan
Program-Program Nawa Cita

Menghadirkan kembali Negara untuk melindungi segenap


bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga
Negara.

Membuat pemerintahan tidak absen dengan membangun tata


kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan
terpercaya.

Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat


daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara Kesatuan.
Program-Program Nawa Cita

Menolak Negara lemah dengan melakukan reformasi sistem


dan penegakan hokum yang bebas korupsi, bermartabat dan
terpercaya.

Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.

Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar


internasional.
Program-Program Nawa Cita

Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakan


sektor-sektor strategis ekonomi domestik.

Melakukan revolusi karakter bangsa.

Memperteguh Ke-Bhinneka-an dan memperkuat restorasi


sosial Indonesia.
NAWA CITA DALAM BIDANG KESEHATAN

Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung


pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam
upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan
harus dipandang sebagai suatu investasi untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia.
Dalam pengukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM),
kesehatan adalah salah satu komponen utama selain
pendidikan dan pendapatan Dalam Undang-undang Nomor
23 tahun 1992 tentang Kesehatan ditetapkan bahwa
kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan
sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif
secara sosial dan ekonomi. Dalam pembangunan kesehatan,
peran promosi kesehatan diakui sangat penting dan termasuk
komitmen global menuju masyarakat sehat.
Dalam agenda pembangunan nasional (Nawacita),
pembangunan kesehatan itu sendiri termasuk kedalam poin
nawacita 5 yang berbunyi ‘meningkatkan kualitas hidup
manusia Indonesia’ dengan salah satu programnya yaitu
kartu Indonesia sehat yang lebih dikenal dengan JKN.

Sedangkan dalam RPJMN III 2015-2019 arah pembangunan


kesehatan dari kuratif bergerak ke arah promotif dan
preventif dengan visi masyarakat sehat yang mandiri dan
berkeadilan, yang berarti promkes adalah salah satu agenda
utama dalam pembangunan kesehatan nasional.
Berdasarkan National Health Account 2011, pengeluran
belanja kesehatan Indonesia menurut fungsinya tahun 2011
yaitu sebagai berikut: sebanyak 78% upaya kuratif-
rehabilitatif, 9% untuk administrasi dan manajemen
asuransi, 8% upaya pencegahan penyakit dan 5% jasa
tenaga kesehatan.

Besarnya anggaran belanja yang digunakan dalam upaya


kuratif-rehabilitatif dikhawatirkan dapat semakin
membengkak dan akan berbahaya bagi pendanaan
Indonesia. Padahal dengan adanya promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat di era JKN berperan penting
dalam menekan angka kesakitan, sehingga dana kesehatan
yang ada dapat digunakan secara efektif dan efisien.
Untuk itulah sebagai Kesehatan Masyarakat yang
salah satu tugasnya adalah mempromosikan
kesehatan, peran kita dalam melaksanakan
pembangunan kesehatan yaitu:

Mendorong adanya kebijakan publik berwawasan


kesehatan.
Melakukan edukasi sehingga masyarakat sadar, mau
dan mampu berperilaku sehat.
Bermitra dengan berbagai pihak dalam upaya
kesehatan.
Daftar Pustaka
• tps://medium.com/@22Laily/apasih-nawa-
cita-d1b6f2599862#.5r1mvay6g
• https://nuzululku.wordpress.com/2015/02/08
/nawa-cita-itu-apa/
• http://hmpskesmas.uinjkt.ac.id/articles/peran
-promosi-kesehatan-di-era-nawacita
Pertanyaan
1. Aisyah : Sebelum adanya JKN dan setelah
adanya JKN ada efeknya atau tidak?
Jawaban : Ada. Setelah adanya JKN, pelayanan
kesehatan jadi lebih merata. Yang miskin jadi
bisa dapat fasilitas kesehatan karena JKN
berlaku untuk semua kalangan.
2. Diah : Apakah nawacita point ke 5 sudah
terlaksanakan atau terwujud dengan baik?
Jawaban : Kalau dibilang belum, tidak bisa
dikatakan belum terwujud karena sudah ada
orang-orang yang ahli dalam bidang kesehatan
(dokter, bidan, perawat, dll.) yang dikirim ke
pelosok-pelosok. Tetapi jika dibilang sudah
terwujud dengan baik, tidak bisa dikatakan
seperti itu karena masih ada masyarakat yang
sakit yang belum tertangani dengan baik.
3. Genter : Kenapa askes JKN dirubah menjadi BPJS?
Jawaban : Seiring dengan dimulainya JKN per 1
Januari 2014, semua program jaminan kesehatan
yang telah dilaksanakan pemerintah tersebut
(Askes PNS, JPK Jamsostek, TNI, Polri, dan
Jamkesmas), diintegrasikan ke dalam satu Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS
Kesehatan).

Anda mungkin juga menyukai