Anda di halaman 1dari 82

Koas IK Kulit dan Kelamin RSUP Dr.

Soeradji Tirtonegoro,
Klaten periode 14-25 Januari 2019

TUTORIAL

TINEA / DERMATOFITOSIS

Ririn Enggy Y. | Tita Nandini F. | Shabrina Nur A.


Dibimbing oleh dr. Nur Dwita Larasati, Sp.KK
1. Status Pasien
Identitas Pasien

◉ Nama : Sdr. A
◉ Jenis Kelamin : Laki-laki
◉ Usia : 19 tahun
◉ Alamat : Klaten
◉ Pekerjaan : Mahasiswa
◉ Status : Belum menikah
Anamnesis

Keluhan Utama :
Bercak kemerahan pada selangkangan disertai rasa
gatal sejak 2 minggu yang lalu
Anamnesis

14 HSPRS HPRS

14 HPRS Os mengeluhkan Bercak merah


bintik merah gatal di dirasakan semakin
selangkangan, yang membaik membesar, dengan
saat digaruk. Gatal dirasakan peninggian dan sisik
terus menerus. Bintik merah warna putih
semakin lama semakin meluas diatasnya disertai
menjadi bercak merah dengan rasa gatal. Sisik
peninggian dan sisik warna warna putih rontok
putih diatasnya disertai rasa ketika digaruk
gatal.
Anamnesis

Riwayat Penyakit Dahulu Keluhan serupa (-)


Alergi (-)
Hipertensi (-)
DM (-)

Riwayat Penyakit Keluarga Keluhan serupa (-)


Alergi (-)
Hipertensi (-)
DM (-)

Riwayat Pengobatan Os mengobati obat yang dibelikan


teman namun keluhan tidak membaik
Pemeriksaan Fisik

Kondisi Umum
Kompos mentis, E4V5M6
Tanda Vital
TD : 117/75 mmHg
Suhu : 36,8oC
RR : 20x/menit
HR : 87x/menit
Pemeriksaan Fisik

Status Dermatologis
Pemeriksaan Fisik

◉ Pada regio inguinal terdapat plak eritem berbatas


tegas dengan tepi meninggi polisklik central healing
jumlah soliter distribusi terlokalisir, seluruh plak
dilapisi skuama warna putih tipis
Diagnosis

Diagnosis Banding :
◉ Tinea kruris
◉ Neurodermatitis
◉ Eritrasma

Diagnosis Kerja :
◉ Tinea kruris
Pemeriksaan Penunjang

◉ Pemeriksaan KOH (+)


Tatalaksana

◉ R/ Tab Griseofulvin 125 mg No.XV


S.4.d.d tab I
◉ R/ Salep Ketokonazol 2% Tube I
S.2.d.d.u.e
2. TEORI
Tinea / Dermatofitosis

Merupakan penyakit infeksi jamur superfisial yang disebabkan oleh


jamur kelompok dermatofita (Trichophyton sp., Epidermophyton sp.
dan Microsporum sp).
◉ Tinea kapitis
◉ Tinea barbe
◉ Tinea fasialis
◉ Tinea korporis
◉ Tinea manus
◉ Tinea unguium
◉ Tinea kruris
◉ Tinea pedis
Tinea kapitis
Tanda Kardinal

◉ Populasi risiko tinggi


◉ Terdapat kerion atau gejala klinis yang khas berupa skuama
tipikal, alopesia dan pembesaran kelenjar getah bening.
Anamnesis

◉ Gatal, kulit kepala berisisik, alopesia


Pemeriksaan fisik

◉ Noninflammatory, ◉ Inflammatory ◉ “Black dot” ◉ Favus- berat dan


human, or epidemic type, kerion Rambut mudah kronis
type (“grey patch”) Spektrum klinis patah, Plak eritematosa
Inflamasi minimal, rambut mulai dari meninggalkan perifolikular dengan
pada daerah terkena  folikulitis pustular kumpulan titik skuama. Awalnya papul
warna abuabu dan tidak hingga furunkel hitam pada kuning kemerahan 
berkilat, rambut mudah atau kerion. daerah alopesia krusta tebal kekuningan
patah di atas permukaan Sering terjadi (black dot). (skutula). Skutula dapat
skalp. Lesi tampak alopesia Kadang masih berkonfluens membentuk
berskuama, sikatrisial. Lesi terdapat sisa plak besar dengan
hiperkeratosis, dan biasanya gatal, rambut normal di mousy odor. Plak dapat
berbatas tegas karena ±nyeri dan antara alopesia. meluas meninggalkan
rambut yang patah. limfadenopati Skuama difus area sentral yang atrofi
servikalis umum ditemui dan alopesia
posterior.
Pemeriksaan Penunjang

◉ Pemeriksaan sediaan langsung kerokan kulit menggunakan


mikroskop dan KOH 20%:
 tampak hifa panjang dan atau artrospora
○ Pengambilan spesimen pada tinea kapitis dapat dilakukan dengan
mencabut rambut, menggunakan skalpel untuk mengambil rambut dan
skuama, menggunakan swab (untuk kerion) atau menggunakan cytobrush
◉ Lampu Wood
○ hanya berfluoresensi pada tinea kapitis yang disebabkan oleh
Microsposrum spp. (kecuali M.gypsium)
Diagnosis Banding

◉ Dermatitis seboroik
◉ Psoriasis
◉ Dermatitis atopic
◉ Liken simpleks kronik
◉ Alopesia areata
◉ Trikotilomania
◉ Liken plano pilari
Terapi

1.Topikal: tidak disarankan bila hanya terapi topikal saja


○ Rambut dicuci dengan sampo antimikotik: selenium sulfida 1% dan 2,5% 2- 4
kali/minggu10 (B,2) atau sampo ketokonazol 2% 2 hari sekali selama 2-4 minggu
2. Sistemik
○ Spesies Microsporum • Spesies Trichophyton:
■ Obat pilihan: griseofulvin fine ■ Obat pilihan: terbinafin 62,5
particle/microsize 20-25 mg/kgBB/hari dan mg/hari untuk BB 10-20 kg, 125
ultramicrosize 10-15 mg/kgBB/hari selama mg (BB 20-40 kg) dan 250 mg/hari
8 minggu (BB >40 kg) selama 2-4 minggu
■ Alternatif: ■ Alternatif :
● Itrakonazol 50-100 mg/hari atau 5 ● Griseofulvin 8 minggu
mg/kgBB/hari selama 6 minggu ● Itrakonazol 2 minggu
● Terbinafin 62,5 mg/hari untuk BB 10- ● Flukonazol 6 mg/kgBB/hari
20 kg, 125 mg (BB 20-40 kg) dan 250 selama 3-4 minggu
mg/hari (BB >40 kg) selama 4 minggu
Tinea barbe
Definition

◉ Tinea barbae is a rare dermatophtytosis localized on the bearded


areas of the face and neck. This fungal infection is caused by both
zoophilic and antropophilic dermatophytes. Pathogenic dermatophytes
can be found worldwide, but are most common in tropical climates.
Tinea barbea can mimic many other skin disorders and be easy
misdiagnosed. Due to diagnostic problems basic mycological
examination is essential in all cases.
Etiology

◉ Tinea barbae is caused by zoophilic and antropophilic fungi.


◉ Zoophilic dermatophytes - Trichophyton mentagrophytes var.
granulosum and Trichophyton verrucosum are most often responsible
for inflammatory kerion-like plaques and infection caused by them is
more severe.
◉ Infections caused by other zoophilic fungi e.g. Microsporum canis and
Trichophyton mentagrophytes var. intrdigitale are rare
Clinical Manifestation

◉ Infection often begins on the neck or chin, but the clinical manifestations of
tinea barbae depend upon the causative pathogen. Sometimes this
dermatophytosis can develop without characteristic lesions, but always with
pruritus.
◉ Tinea caused by zoophilic dermatophytes is more severe, It typically forms
an inflamed nodule/nodules with multiple pustules and draining sinuses on
its surface. Hairs are loose or broken; exudate, pus and crusts cover the
skin surface (kerion Celsi).
◉ Plucking hairs is easy and painless. Accompanying regional
lymphadenopathy may be evident; fever and malaise is not rare.
◉ Noninflammatory type caused by antropophilic dermatophytes begins as flat,
erythematous patches with raised border. Scaly patches may be studded
with papules, pustules or crusts. Hairs are broken close to the skin, they
may plug the hair follicle. Cutaneous patches may be single or multiple and
may be annular in shape. Patches can remain stabile for years or may
enlarge.
Differential Diagnosis

◉ Bacterial folliculitis,
◉ atopic dermatitis,
◉ contact dermatitis
◉ seborrheic dermatitis
Additional Examination

◉ Mycologic investigation is the basis for diagnosis. Mycological examination includes direct
microscopyand culture.
◉ In rare cases when Microsporum caniscauses tinea, Wood’s lamp examination is helpful, showing a
dull green fluorescence of the infected hairs.
◉ Collected material usually consists of depilated hairsand pustular masses. When the plaques are
superficial and without pustules the best examination material are scrapings from its border. Direct
examination in 20% potassium hydroxide with addition of dimethyl sulfoxide is fast, but requires
experience. Additional stain, such as Swartz-Lamkin, Parker blue-black ink or chlorazol
◉ black E stain, are sometimes helpful. The specimen is examined with a light microscope and
depending upon the causal fungi this examination shows typical hyphae.
◉ Cultures take approximately 3-4 weeks and are typically performed on Saburaud agar
◉ Histological examination is required only in difficult cases. Hematoxylin and eosin staining often does
not reveal fungal elements and periodic acid-Schiff (PAS) staining is recommended.
◉ In biopsy specimens, folliculitis and perifolliculitis are observed, with spongiosis and lymphocytic
follicular infiltrates. Sometimes microabscesses are formed by neutrophils within follicular keratin. A
mixed cellular inflammatory infiltrate is often present in in the dermis; in chronic kerions giant cells can
be observed. Arthroconidia and/or hyphae may be detected in stratum corneum, hair follicle and hair
shaft.
Treatment

◉ Treatment of tinea barbae is similar to that of tinea capitis.


◉ Oral antimycotic therapy is required. in the majority of cases combined treatment
with systemic and topical antimycotics is recommended. When hairs are involved,
shaving or depilation should be taken into the consideration.
◉ Warm compresses used to remove crusts and debris, as unspecific treatments,
may usually be applied.
◉ Nowadays terbinafine 250 mg applied once daily for the period of at least four
weeks is regarded as a treatment of choice. In our department we have a
◉ good experience with this agent . In some cases griseofulvin at the dose of at least
20
◉ mg/kg/day (therapy lasting not less than 8 weeks) may be considered. Itraconazole
100 mg/day for 4-6 weeks of the therapy could also be highly effective. This was
confirmed by Maeda et al. who effectively treated with itraconazole 100 mg/day
(two months of
◉ the therapy) a farmer infected by Trichophyton verrucosusm.
◉ As topical agents usually two antifungal groups are used: azoles and allylamines.
Tinea fasialis
Definisi

Tinea fasialis (tinea faciei) adalah suatu dermatofitosis superfisial


yang terbatas pada kulit yang tidak berambut, terjadi pada wajah,
memiliki karakteristik sebagai plak eritema yang melingkar dan gatal
dengan atau tanpa batas yang jelas.
Anamnesis

◉ Ruam-ruam kulit pada wajah


◉ Ruam dapat disertai rasa gatal, terbakar, dan kedua rasa ini
semakin memberat setelah daerah lesi terpapar dengan sinar
matahari
◉ Ada riwayat kontak langsung dengan penderita dermatofitosis
◉ Ada riwayat penggunaan bersama barang-barang penderita
dermatofitosis, misalnya handuk
Pemeriksaan Fisik

Bercak, macula sampai dengan plak, sirkular,


batas yang meninggi, dan regresi sentral
memberi bentuk seperti ring-like appearance.
Keemerahan dan skuama tipis juga dapat
ditemukan.
Pada setengah penderita, dapat ditemukan
juga vesikel atau pustul.
Pada penderita yang
berkulit hitam, terjadi lesi hiperpigmentasi. Lesi
bisa terdapat pada seluruh bagian
wajah, tetapi biasanya tidak simetris
Differential Diagnosis

◉ Bacterial folliculitis,
◉ atopic dermatitis,
◉ contact dermatitis
◉ seborrheic dermatitis
Pemeriksaan Penunjang

◉ Pemeriksaan KOH: hifa +


◉ Pemeriksaan lampu Wood:
genus Microsporum  warna hijau
T. schoenleinii  warna hijau pucat.
Terapi

1. Sistemik 2. Topikal
• Flukonazol
Dewasa 150–200 mg/minggu selama 4–6 minggu,
Anak 6 mg/kg/minggu selama 4–6 minggu.
Ketokonazole 17
Dewasa 200-400 mg per hari, Anak 3,3-6,6 mg/kgBB/hari
• Itrakonazole 17
Dewasa 400 mg/hari selama 1 minggu, A5 mg/kg/hari
selama 1 minggu. Sediaan: 100 mg kapsul
• Griseofulvin
dewasa 500–1000 mg/hari (atau lebih) selama 4 minggu,
anak-anak 15–20 mg/kg/hari selama 4 minggu
• Terbinafin
Dewasa 250 mg/hari selama 2 minggu, Anak: 62,5 mg/hari
(<20 kg), 125 mg/hari (20–40 kg) atau 250 mg/hari (>40 kg)
selama 2 minggu. Sediaan: tablet 250 mg
Edukasi

◉ Menghindari menggaruk daerah lesi,


◉ Menjaga kulit tetap kering dan bersih dengan menghindari
aktivitas yang dapat mengeluarkan keringat.
◉ Mandi minimal sekali sehari dan ingat untuk mengeringkan
tubuh seluruhnya.
◉ Aplikasi krim topikal anti jamur, dengan menjelaskan cara
pemakaian.
◉ Memperhatikan bila ada efek samping yang terjadi maupun
tanda-tanda makin parahnya lesi setelah berobat (muncul pus,
nyeri, demam, tidak adanya perbaikan sama sekali setelah 2
minggu terapi)
Tinea korporis
Definisi

Tinea corporis adalah infeksi dermatofita kulit yang terjadi di


lokasi selain kaki, pangkal paha, wajah, atau tangan.
Etiologi

◉ T. rubrum  penyebab paling sering


◉ Trichophyton tonsurans
◉ Microsporum canis
◉ T. interdigitale
◉ Microsporum gypseum
◉ Trichophyton violaceum
◉ Microsporum audouinii.
Anamnesis

◉ ruam yang gatal di badan, ekstremitas atau wajah.


◉ keluhan gatal terutama bila berkeringat
Pemeriksaan Fisik

◉ Mengenai kulit berambut halus,


◉ ecara klinis tampak lesi berbatas tegas, polisiklik, tepi aktif karena
tanda radang lebih jelas, dan polimorfi yang terdiri atas eritema,
skuama, dan kadang papul dan vesikel di tepi, normal di tengah
(central healing).
Pemeriksaan Penunjang

◉ KOH: + (karakteristik hifa tersegmentasi).


○ Hasil tertinggi diperoleh dari kerokan kulit yang diambil dari batas aktif plak.
◉ Kultur jamur adalah alternatif, meskipun lebih lambat.
Diagnosis Banding

◉ Subakut lupus erythematosus (scle)


◉ Granuloma annulare
◉ Eritema annulare centrifugum
◉ Eksim nummular
◉ Psoriasis
◉ Pityriasis rosea
◉ Eritrasma diskiform
Terapi

1. Topikal: 2. Sistemik:
◉ Obat pilihan: golongan ◉ Obat pilihan: terbinafin oral 1x250
alilamin (krim terbinafin, mg/hari (hingga klinis membaik
butenafin) sekali sehari dan hasil pemeriksaan
selama 1-2 minggu. laboratorium negatif) selama 2
◉ Alternatif: Golongan azol: minggu
misalnya, krim mikonazol, ◉ Alternatif:
ketokonazol, klotrimazol 2 ○ Itrakonazol 2x100 mg/hari selama 2
minggu
kali sehari selama 4-6 ○ Griseofulvin oral 500 mg/hari atau 10-25
minggu. mg/kgBB/hari selama 2-4 minggu
○ Ketokonazol 200 mg/hari
Tinea manus
Definisi

Tinea manuum adalah infeksi dermatofita pada tangan. Pasien datang


dengan erupsi hiperkeratotik pada telapak tangan atau plak annular yang
mirip dengan tinea korporis pada dorsum tangan.
Manifestasi Klinis

◉ Tinea manuum umumnya


terjadi dalam hubungan
dengan tinea pedis dan
seringkali unilateral.
Presentasi klinis ini sering
disebut "sindrom dua
kaki, satu tangan.
Tipe

1. Dishidrotik: lesi segmental atau anular berupa vesikel


dengan skuama di tepi pada telapak tangan,jari
tangan, dan tepi lateral tangan.
2. Hiperkeratotik: vesikel mengering dan membentuk lesi
sirkular atau iregular, eritematosa, dengan skuama
difus. Garis garis tangan menjadi semakin jelas. Lesi
kronik dapat mengenai seluruh telapak tangan dan jari
disertai fisur.
Diagnosis Banding

◉ tinea pedis
◉ Tinea kruris
◉ Dermatitis kontak
◉ psoriasis
◉ keratoderma
◉ skabies
◉ pompoliks (eksema dishidrotik)
Pemeriksaan Penunjang

◉ KOH : Pemeriksaan sediaan langsung kerokan kulit atau kuku


menggunakan mikroskop dan KOH 20%: tampak hifa panjang dan
atau artrospora. Pengambilan spesimen pada tinea kapitis dapat
dilakukan dengan mencabut rambut, menggunakan skalpel untuk
mengambil rambut dan skuama, menggunakan swab (untuk kerion)
atau menggunakan cytobrush.Pengambilan sampel terbaik di bagian
tepi lesi.
◉ Kultur terbaik dengan agar Sabouraud plus (Mycosel, Mycobiotic):
pada suhu 280C selama 1-4 minggu (bila dihubungkan dengan
pengobatan, kultur tidak harus selalu dikerjakan kecuali pada tinea
unguium).
Terapi

1. Topikal: 2. Sistemik:
◉ Obat pilihan: golongan alilamin ◉ Obat pilihan: terbinafin 250
(krim terbinafin, butenafin**) sekali mg/hari selama 2 minggu.
sehari selama 1-2 minggu. ◉ Anak-anak 5 mg/kgBB/hari
◉ Alternatif: selama 2 minggu.
○ Golongan azol: misalnya, krim mikonazol,
ketokonazol, klotrimazol 2 kali sehari
◉ Alternatif: itrakonazol 2x100
selama 4-6 minggu. mg/hari selama 3 minggu
○ Siklopiroksolamin (ciclopirox gel 0,77% atau 100 mg/hari selama 4
atau krim 1%) 2 kali sehari selama 4 minggu.
minggu untuk tinea manuum dan tinea int
erdigitalis
Tinea kruris
Anamnesis

Gatal dan kemerahan di daerah lipat paha, sekitar ano


genital, sering bertambah berat sewaktu berkeringat
Pemeriksaan Fisik

Plak berbatas tegas polimorfik bentuk lesi yang beraneka


ragam dapat berupa sedikit hiperpigmentasi dan skuamasi
menahun. eritema, skuama, kadang-kadang dengan
vesikel dan papul di tepi lesi. daerah ditengahnya biasanya
lebih tenang, sementara yang di tepi lebih aktif disebut
dengan central healing
Pemeriksaan Penunjang

◉ KOH: + (karakteristik hifa tersegmentasi).


○ Hasil tertinggi diperoleh dari kerokan kulit yang diambil dari batas aktif plak.
◉ Kultur jamur adalah alternatif, meskipun lebih lambat.
Diagnosis Banding

◉ Eritrasma
◉ Kandidosis
◉ Dermatitis intertriginosa
◉ Dermatitis seboroik
◉ Dermatitis kontak
◉ Psoriasis
◉ Lichen simpleks kronis
Terapi

1. Topikal: 2. Sistemik:
◉ Obat pilihan: golongan ◉ Obat pilihan: terbinafin oral 1x250
alilamin (krim terbinafin, mg/hari (hingga klinis membaik
butenafin) sekali sehari dan hasil pemeriksaan
selama 1-2 minggu. laboratorium negatif) selama 2
◉ Alternatif: Golongan azol: minggu
misalnya, krim mikonazol, ◉ Alternatif:
ketokonazol, klotrimazol 2 ○ Itrakonazol 2x100 mg/hari selama 2
minggu
kali sehari selama 4-6 ○ Griseofulvin oral 500 mg/hari atau 10-25
minggu. mg/kgBB/hari selama 2-4 minggu
○ Ketokonazol 200 mg/hari
Tinea unguium /Onikomikosis
Definisi

Onikomikosis merujuk pada semua infeksi pada kuku yang


disebabkan oleh jamur dermatofita, jamur nondermatofita, atau ragi
(yeasts). Dapat mengenai kuku tangan maupun kuku kaki, dengan
bentuk klinis:
◉ Onikomikosis subungual proksimal (OSP)
◉ Onikomikosis subungual distal lateral (OSDL)
◉ Onikomikosis superfisial putih (OSP)
◉ Onikomikosis endoniks (OE)
◉ Onikomikosis distrofik totalis (ODT)
Manifestasi Klinis

Distrofi, hiperkeratosis, onikolisis, debris subungual, perubahan


warna kuku, dengan lokasi sesuai bentuk klinis
Manifestasi Klinis

Distrofi, hiperkeratosis, onikolisis, debris subungual, perubahan


warna kuku, dengan lokasi sesuai bentuk klinis
Onikomikosis Subungual Distal/Lateral

Paling sering menjalar ke proksimal dan di bawah kuku terbentuk


sisa kuku yang rapuh  permukaan kuku bagian distal akan hancur
dan terlihat menyerupai kapur. Biasanya nampak pewarnaan putih
atau kuning pada ujung bantalan kuku, paling sering di lipatan kuku
lateral. Bentuk ini umumnya disebabkan T. rubrum Jika mengenai
kuku tangan, pada umumnya dengan pola dua kaki dan satu tangan.
Bagian kuku subungual distal menunjukkan hiperkeratosis dan
onikolisis. Penyebaran bagian proksimal terjadi sepanjang jalur
longitudinal.
Onikomikosis superficial putih (leukonikia trikofita)

leukonikia atau keputihan di permukaan kuku yang dapat


dikerok untuk dibuktikan adanya elemen, bercak bersisik
putih. Kelainan ini dihubungkan dengan Trichophyton
mentagrophytes sebagai penyebabnya.Dapat pula
disebabkan oleh Trichophyton rubrum pada pasien yang
terinfeksi HIV. Onikomikosis superficial putih (leukonikia
trikofita)
Onikomikosis subungual proksimal

Onikomikosis subungual proksimal disebabkan oleh T. rubrum


dan T. Megninii. Jamur mencapai zona matriks keratogenus
kuku melalui lapisan kuku proksimal. Penyebab terseringnya
yaitu jamur (Scopulariopsis brevicaulis, Fusarium spp. dan
Aspergillus spp). Secara bertahap, warna keputihan mulai
memasuki lunula, lalu berpindah ke distal kuku yang
terinfeksi. Terjadi pembesaran hingga dapat menyebar pada
seluruh kuku, hiperkeratosis subungual, leukonikia, onikolisis
proksimal dan destruksi pada seluruh kuku. Pola seperti ini
jarang terjadi, namun 10 tahun belakangan telah menjadi
bagian pada pasien AIDS. Onikomikosis subungual proksimal
Onikomikosis Endoniks

Onikomikosis endoniks adalah tipe yang paling jarang.


Umumnya disebabkan oleh T.soundanese dan
T.violaceum. Dapat diasosiasikan dengan infeksi pada
plantar. Gambaran klinis berupa perubahan warna putih
susu dan difus opak pada lempeng kuku tanpa subungual
keratosis dan onikolisis
Diagnosis Banding

◉ Kandidosis kuku,
◉ Onikomikosis dengan penyebab lain,
◉ Onikolisis,
◉ 20-nail dystrophy (trachyonychia),
◉ Brittle nail,
◉ Dermatitis kronis,
◉ Psoriasis,
◉ Lichen planu
Pemeriksaan Penunjang

Kultur terbaik dengan agar Sabouraud plus (Mycosel , Mycobiotic ):


pada suhu 28ºC selama 1-4 minggu
Terapi

 Obat pilihan:
Terbinafin 1x250 mg/hari selama 6 minggu untuk kuku tangan dan
12-16 minggu untuk kuku kaki.
 Alternatif:
Itrakonazol dosis denyut (2x200 mg/hari selama 1 minggu,
istirahat 3 minggu) sebanyak 2 denyut untuk kuku tangan dan 3-4
denyut untuk kuku kaki atau 200 mg/hari selama 2 bulan untuk
kuku tangan dan minimal 3 bulan untuk kuku kaki
Edukasi

 Menjaga kebersihan diri


 Mematuhi pengobatan yang diberikan untuk mencegah resistensi obat.
 Menggunakan pakaian yang tidak ketat dan menyerap keringat.
 Pastikan kulit dalam keadaan kering sebelum menutup area yang
rentan terinfeksi jamur
 Gunakan sandal atau sepatu yang lebar dan keringkan jari kaki setelah
mandi.
 Hindari penggunaan handuk atau pakaian bergantian dengan orang
lain. Cuci handuk yang kemungkinan terkontaminasi.
 Skrining keluarga
Tinea pedis
Definisi

◉ Tinea pedis atau athlete’s foot atau jungle rot merupakan


dermatomikosis pada kaki.Tinea pedis paling sering terjadi di sela-
sela jari dan telapak kaki. Pada umumnya sering terjadi pada orang
yang berkeringat banyak dan memakai sepatu tertutup dan ketat.
Tinea pedis diakibatkan oleh Trichophyton rubrum, Trichophyton
interdigitale, dan Epidermophyton floccosum.Gejala dan tanda dari
tinea pedis adalah ruam bersisik yang menyebabkan gatal,
menyengat dan terbakar. Infeksi pada daerah lain seperti tinea cruris
biasanya berasosiasi dengan tinea pedis.
Etiologi

◉ Tiga spesies antropofilik, T. rubrum, T.


mentagrophytes var interdigitale dan E.
Floccosum merupakan penyebab utama tinea
pedis.
Anamnesis

◉ Gatal di kaki terutama sela-sela jari. Kulit kaki bersisik, basah dan
mengelupas.
Pemeriksaan Fisik

○ Tipe interdigital (chronic intertriginous type) Bentuk klinis yang paling banyak dijumpai.
Terdapat skuama, maserasi dan eritema pada daerah interdigital dan subdigital kaki,
terutama pada tiga jari lateral. Pada kondisi tertentu, infeksi dapat menyebar ke telapak
kaki yang berdekatan dan bagian dorsum pedis. Oklusi dan ko-infeksi dengan bakteri
dapat menyebabkan maserasi, pruritus, dan malodor (dermatofitosis kompleks atau
athlete’s foot).
○ Tipe hiperkeratotik kronik Klinis tampak skuama difus atau setempat, bilateral, pada
kulit yang tebal (telapak kaki, lateral dan medial kaki), dikenal sebagai “moccasin-type.”
Dapat timbul sedikit vesikel, meninggalkan skuama kolaret dengan diameter kurang
dari 2 mm. Tinea manum unilateral umumnya berhubungan dengan tinea pedis
hiperkeratotik sehingga terjadi “two feet-one hand syndrome”.
○ Tipe vesikobulosa Klinis tampak vesikel tegang dengan diameter lebih dari 3 mm,
vesikopustul, atau bula pada kulit tipis telapak kaki dan periplantar. Jarang dilaporkan
pada anak-anak.
○ Tipe ulseratif akut Terjadi ko-infeksi dengan bakteri gram negatif menyebabkan
vesikopustul dan daerah luas dengan ulserasi purulen pada permukaan plantar. Sering
diikuti selulitis, limfangitis, limfadenopati, dan demam.
Diagnosis Banding

◉ Tinea Manum
◉ Tinea Kruris
◉ Dermatitis Kontak
◉ Psoriasis
◉ Keratoderma
◉ Skabies
◉ Pompoliks (Eksema Dishidrotik)
Pemeriksaan Penunjang

◉ KOH : Pemeriksaan sediaan langsung kerokan kulit atau kuku


menggunakan mikroskop dan KOH 20%: tampak hifa panjang dan
atau artrospora. Pengambilan spesimen pada tinea kapitis dapat
dilakukan dengan mencabut rambut, menggunakan skalpel untuk
mengambil rambut dan skuama, menggunakan swab (untuk kerion)
atau menggunakan cytobrush.Pengambilan sampel terbaik di bagian
tepi lesi.
◉ Kultur terbaik dengan agar Sabouraud plus (Mycosel, Mycobiotic):
pada suhu 280C selama 1-4 minggu (bila dihubungkan dengan
pengobatan, kultur tidak harus selalu dikerjakan kecuali pada tinea
unguium).
Tatalaksana

◉ Menghindari dan mengeliminasi agen penyebab


◉ Mencegah penularan
◉ Topikal:
○ Obat pilihan: golongan alilamin (krim terbinafin, butenafin) sekali sehari selama 1-2
minggu.
○ Alternatif: Golongan azol: misalnya, krim mikonazol, ketokonazol, klotrimazol 2 kali
sehari selama 4-6 minggu. Siklopiroksolamin (ciclopirox gel 0,77% atau krim 1%) 2 kali
sehari selama 4 minggu untuk tinea pedis dan tinea interdigitalis.
○ Sistemik: Obat pilihan -> terbinafin 250 mg/hari selama 2 minggu. Anak-anak 5
mg/kgBB/hari selama 2 minggu. Alternatif: itrakonazol 2x100 mg/hari selama 3 minggu
atau 100 mg/hari
Terimakasih

Mohon masukan dan saran


Referensi

◉ PERDOSKI. (2017). Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Spesialis Kulit


dan Kelamin di Indonesia. PERDOSKI
◉ Goldstein, Adam O., Goldstein, Beth G. (2018). Dermatophyte (tinea)
Infections. UpToDate

Anda mungkin juga menyukai