Anda di halaman 1dari 11

SWAMEDIKASI BATUK DAN FLU

KELOMPOK 1:
EBENI JUANG ZEBUA
KHOIRUN NISA
LIA AYU NARA
MAGDALENA PASARIBU
SUKAMAN BULOLO
PENGERTIAN
• swamedikasi atau pengobatan diri sendiri adalah penggunaan obat oleh
masyarakat untuk tujuan pengobatan sakit tanpa resep/nasihat tenaga medis
(Anderson, 1979).
Batuk
adalah suatu reflek pertahanan tubuh untuk mengeluarkan benda asing dari saluran
pernapasan.
• Patofisiologi batuk
• Batuk adalah suatu refleks pertahanan tubuh untuk mengeluarkan benda asing
dari saluran nafas. Ada 4 fase mekanisme batuk, yaitu fase iritasi, fase inspirasi,
fase kompresi dan fase ekspulsi/ekspirasi. Iritasi salah satu ujung saraf sensoris
nervus vagus di laring, trakea, bronkus besar atau sera aferen cabang faring dari
nervus glossofaringeal dapat menimbulkan batuk. Batuk juga timbul bila reseptor
batuk di lapisan faring dan esofagus, rongga pleura dan saluran telinga luar
dirangsang. Rangsang pada reseptor batuk dialirkan ke pusat batuk ke medula, dari
medula dikirim jawaban ke otot-otot dinding dada dan laring sehingga timbul
batuk (Aditama, 1993; Yunus 1993).

Batuk bisa dibedakan berdasarkan lamanya. Pertama batuk akut yang terjadi kurang dari tiga
minggu pada keadaan sebelumnya tidak ada keluhan, dapat terjadi iritasi, penyempitan saluran
nafas akut, dan infeksi akut virus dan bakteri.

Kedua, batuk kronik yang berlangsung lebih dari tiga minggu. Pada infeksi akut pernafasan
akibat virus sering diikuti dengan batuk lama sekitar tiga sampai delapan minggu akibat
kerusakan epitel saluran nafas, karena itu ada juga istilah batuk subakut yang berkisar tiga
sampai delapan minggu.
Ketiga, batuk sub akut atau produktif dan keempat, batuk kering atau non produktif. Batuk
produktif disebabkan sistem pernafasan perlu mengeluarkan lendir yang banyak dan
berlebihan.

Untuk pengobatan diciptakan lingkungan yang hangat, minum air hangat yang cukup, istirahat
yang cukup, makan sayur dan buah, makan makanan yang bergizi, serta mengkonsumsi obat
batuk-pilek. Jika takut dengan obat-obatan yang mengandung banyak bahan kimia, dapat
mencoba alternatif dengan terapi udara bersih.
Terapi Non Farmakologi

• a. Pengobatan spesifik
Apabila penyebab batuk diketahui maka pengobatan harus ditujukan terhadap
penyebab tersebut. Dengan evaluasi diagnostik yang terpadu, pada hampir semua
penderita dapat diketahui penyebab batuk kroniknya. Pengobatan spesifik batuk
tergantung dari etiologi atau mekanismenya :
• Asma diobati dengan bronkodilator atau dengan kortikosteroid.Postnasal
drip karena sinusitis diobati dengan antibiotik, obat semprot hidung dan kombinasi
antihistamin - dekongestan;
• postnasal drip karena alergi atau rinitis nonalergi ditanggulangi dengan
menghindari lingkungan yang mempunyai faktor pencetus dan kombinasi
antihistamin - dekongestan.
Refluks gastroesophageal diatasi dengan meninggikan kepala, modifikasi diet, antasid
dan simetidin.
Batuk pada bronkitis kronik diobati dengan menghentikan merokok. Antibiotik diberikan
pada pneumonia, sarkoidosis diobati dengan kortikosteroid dan batuk pada gagal jantung
kongestif dengan digoksin dan furosemid.
Pengobatan spesifik juga dapat berupa tindakan bedah seperti reseksi paru pada kanker
paru, polipektomi, menghilangkan rambut dari saluran telinga luar (Yunus, 1993).
b. Pengobatan simptomatik
Diberikan baik kepada penderita yang tidak dapat ditentukan penyebab batuknya maupun
kepada penderita yang batuknya merupakan gangguan, tidak berfungsi baik dan potensial
dapat menimbulkan komplikasi
Batuk produktif
Emolliensia
Memperlunak rangsangan batuk, memperlicin tenggorokan agar tidak kering, dan
melunakan selaput lendir yang teriritasi untuk tujuan ini banyak digunakan sirup, zat-zat
lendir, dan gula-gula
Ekspektoransia
Memperbanyak produksi dahak (yang encer) dan demikian mengurangi kekentalannya,
sehingga mempermudah pengeluarannya dengan batuk, misalnya guaiakol, radix Ipeca, dan
ammonium klorida dalam obat batuk hitam yang terkenal.
, seperti, drop, permen, pastilles isap.
Mukolitika
Obat ini memecah rantai molekul mukoprotein sehinggamenurunkan viskositas
mukus. Asetilsistein, karbosistein, mesna, bromheksin, dan ambroksol.
Batuk non produkttif
Usaha yang terbaik adalah dengan menekan susunan saraf pusat yang menjadi pusat
batuk, yaitu dengan obat penekan batuk. Obat-obat yang berdaya menekan rangsangan
batuk:
zat-zat pereda : kodein, noskapin, dekstrometorfan.
Antihistaminika : prometazin, difenhidramin, dan d-klorfeniramin. Obat-obat ini sering kali
efektif pula berdasarkan efek sedatifnya dan terhadap perasaan menggelitik pada
tenggorokan.
Anestetika lokal : pentoksiverin. Obat ini menghambat penerusan rangsangan batuk ke
otak (Tjay dan Rahardja, 2002).
FLU
• Flu adalah infeksi virus, dengan gejala demam, sakit kepala, sakit otot, pilek,
batuk, kering tenggorokan, kadang-kadang disertai diare. Obat bebas yang
digunakan mengandung kombinasi zat berkhasiat analgetika/antipiretika,
antihistamin, obat batuk dan dekongestan, lama pengobatan sendiri tidak boleh
lebih dari 3 hari.
• Flu disebabkan oleh serangan Virus influenza tipe A atau B. Virus ditularkan
melalui air liur terinfeksi yang keluar pada saat penderita batuk atau bersin; atau
melalui kontak langsung dengan sekresi (ludah, air liur, ingus) penderita.
Patofisiologi flu

• Transimisi virus flu lewat partikel udara dan lokalisasinya ditraktus respiratorius.
Penularan bergantung pada ukuran partikel (droplet) tang membawa virus
tersebut masuk ke dalam saluran nafas. Pada dosisi infeksius 10 virus/droplet 50%
orang-orang terserang dosis ini akan menderita influenza. Virus akan melekat pada
epitel sel di hidung dan bronkus. Setelah virus berhasil menerobos masuk ke dalam
sel, dalam beberapa jam sudah mengalami replikasi. Partikel-partikel virus baru ini
kemudian menggabungkan diri dekat permukaan sel, dan langsung dapat
meninggalkan sel untuk pindah ke sel lain. Virus influenza dapat mengakibatkan
demam tapi tidak sehebat efek pirogen lipopoli-sakarida kuman Gram negatif
(Nelwan, 2006).
KESIMPULAN
• pengobatan flu dan batuk secara konvensional hanyalah menekan gejala yang ada, namun as
• Influenza umumnya dapat sembuh sendiri oleh daya tahan tubuh. Beberapa tindakan yang
dianjurkan untuk meringankan gejala influenza antara lain:
• Beristirahat antara 2-3 hari, mengurangi kegiatan fisik berlebihan.
• Meningkatkan gizi makanan. Makanan dengan kalori dan protein yang tinggi akan menambah daya
tahan tubuh. Makan buah-buahan segar yang banyak mengandung vitamin.
• Banyak minum air, teh, sari buah akan mengurangi rasa kering ditenggorokan mengencerkan dahak
dan membantu menurunkan demam.
• Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan rapat, lebih-lebih pada
anak dengan demam.
• Jika pilek, bersihkan hidung yang berguna untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari
komplikasi yang lebih parah.
• Hidung tersumbat dapat diatasi dengan menghirup uap hangat yang dihasilkan dari air hangat di
wadah bermulut lebar (panci), ditetesi dengan beberapa tetes minyak atsiri. Minyak atsiri yang
ditambahkan bisa berupa minyak mint (berasal dari daun menta piperita), minyak kayu putih,
minyak adas, atau tea tree oil (berasal dari penyulingan daun eucalyptus)
• Minum minuman pelega tenggorokan/pengencer dahak dan pelancar aliran darah seperti
jahe, lemongrass/sereh, kayu manis, mint,chamomil (Depkes RI, 1997, Rasmaliah, 2004,
Puspitasari, 2007).
• al penyakitnya tidak diatasi dengan tuntas.
Pengobatan flu yang utama adalah istirahat dan berbaring di tempat tidur, minum banyak
cairan dan menghindari kelelahan. Tirah baring sebaiknya dilakukan segera setelah gejala
timbul sampai 24-48 setelah suhu tubuh kembali normal. Untuk penyakit yang berat tetapi
tanpa komplikasi, bisa diberikan asetaminofenn, aspirin, ibuprofen atau naproksen. Obat
lainnya yang biasa diberikan adalah dekongestan hidung dan penghirupan uap.

Anda mungkin juga menyukai