Anda di halaman 1dari 96

PELAYANAN

KESEHATAN JIWA
REFRESING PENEGAKAN DIAGNOSIS DAN
PENATALAKSANAAN ORANG DENGAN GANGGUAN JIWA

KAB BOYOLALI, APRIL 2019


LATAR BELAKANG
Pelayanan Kesehatan Pada ODGJ Berat Sesuai Standar
Bagi Psikotik Akut Dan Skizofrenia
PMK NO 4 TAHUN 2019 TENTANG STANDAR TEKNIS PEMENUHAN MUTU PELAYANAN DASAR PADA STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN

Pelayanan kesehatan pada ODGJ berat sesuai standar bagi psikotik akut dan
Skizofrenia meliputi:
– Pemeriksaan kesehatan jiwa;
– Edukasi

Mekanisme Pelayanan
1. Penetapan sasaran pada ODGJ berat ditetapkan oleh Kepala Daerah dengan
menggunakan data RISKESDAS terbaru yang di tetapkan oleh Menteri
Kesehatan.
2. Pemeriksaan kesehatan jiwa meliputi:
– Pemeriksaan status mental
– Wawancara
3. Edukasi kepatuhan minum obat.
4. Melakukan rujukan jika diperlukan
KESEHATAN JIWA

Adalah kondisi dimana seorang individu dapat


berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan
sosial sehingga individu tersebut:
– menyadari kemampuan sendiri,
– dapat mengatasi tekanan,
– dapat bekerja secara produktif, dan
– mampu memberikan kontribusi untuk
komunitasnya.

Undang-Undang No.18/2014 tentang Kesehatan Jiwa


UU Keswa 18/2014

• kondisi seorang individ Orang Dengan Masalah Orang Dengan Ganggua


u dapat berkembang se Kejiwaan: org yg memp n Jiwa : org yg mengala
cara fisik, mental, spirit unyai masalah fisik, me mi gangguan pikiran, pe
ual, dan sosial, menyad ntal, sosial, pertumbuha rlaku, dan perasaan yg t
ari kemampuannya, da n dan perkembangan da ermanifestasi dlm bentu
pat mengatasi tekanan n atau kualitas hidup se k sekumpulan gejada d
, produktif, dan mampu hingga memiliki risko m an atau perubahan peril
memberikan kontribusi engalamai gangguan jiw aku
untuk komunitasnya a
Alur Tatalaksana Keswa
• Deteksi Dini Posbindu  SRQ
• Managemen Stres
• Deteksi Dini Puskesmas  metode 2 menit
• Diagnosis Penatalaksanaan Gangguan Psikiatri
Manifestasi
Fase positif dari stres Fase negatif dari stres
(Eustres) (Distres)
• Kewaspadaan ↗ • Kelelahan
• Vitalitas ↗, Antusiasme ↗ • Gangguan konsentrasi
• Optimisme ↗ • Kemampuan komunikasi ↙
• Daya tahan tubuh ↗ • Risiko kecelakaan ↗
• Stamina fisik ↗ • Penyakit fisik dan psikis
• Hubungan personal/sosial ↗ • Kreativitas ↙, Produktivitas ↙
• Kreativitas ↗, Produktivitas ↗ • Dll
• Dll
Efek dari reaksi stres memengaruhi otak dan seluruh
fungsi tubuh

• Stres dapat mempengaruhi :


• Sistim kekebalan tubuh
• Sistim saraf
• Keseimbangan hormonal
• Sistim jantung & pembuluh darah
• Sistim pencernaan
• Sistim pernapasan
• Kulit
• Sistim uro-genital
• Kesehatan jiwa
DETEKSI DINI KESEHATAN JIWA
MELALUI POSBINDU
PTM DAN KESWA
Deteksi Masalah Mental Emosional
• Self-Reporting Questionnaire
• Kuesioner untuk mendeteksi adanya masalah mental
emosional (ODMK)
• Bukan alat diagnosis gangguan jiwa
• Ada 20 dan 29 pertanyaan
• Untuk pertanyaan 1-20, jika terdapat ≥ 6 Jawaban “YA” dan/
atau untuk pertanyaan 21-29, jika terdapat minimal 1
Jawaban “YA”
• Interpretasi: Ada masalah mental emosional
• Maka sebaiknya dirujuk ke profesional kesehatan jiwa
(psikiater, psikolog, dokter umum dan perawat yang sudah
dilatih keswa)
Self Reporting Questionair

• Petunjuk: Bacalah petunjuk ini seluruhnya


sebelum mulai mengisi. Pertanyaan berikut
berhubungan dengan masalah yang mungkin
mengganggu Anda selama 30 hari terakhir.
Apabila Anda menganggap pertanyaan itu
Anda alami dalam 30 hari terakhir, berilah
tanda silang (X) pada kolom Y (berarti Ya).
Sebaliknya, Apabila Anda menganggap
pertanyaan itu tidak Anda alami dalam 30
hari terakhir, berilah tanda silang (X) pada
kolom T (Tidak). Jika Anda tidak yakin
tentang jawabannya, berilah jawaban yang
paling sesuai di antara Y dan T. Kami
tegaskan bahwa jawaban Anda bersifat
rahasia dan akan digunakan hanya untuk
membantu pemecahan masalah Anda
Self Reporting Questionair

Keterangan :
Dikategorikan mengalami
masalah mental
emosional bila :
• Bila Jumlah “Ya” sebanyak
6 atau lebih pada
pertanyaan No 1 s.d 20
• Bila Jumlah “Ya” sebanyak
1 atau lebih pada
pertanyaan No 21 s.d 29
• Bila dikategorikan
mengalami gejala
gangguan mental
emosional segera
menghubungi petugas
untuk mendapatkan
bantuan
Format Pencatatan Pelaporan
Puskesmas
DETEKSI DINI MASALAH
KESEHATAN JIWA DI PUSKESMAS

mhGAP Intervention Guide WHO


I. Prinsip Umum Layanan Keswa
1. Komunikasi dengan pasien dan keluarga
(carers)
2. Pemeriksaan (assessment)
3. Tatalaksana dan monitoring
4. Penggerakan dan penyediaan dukungan
sosial
5. Perlindungan terhadap hak asasi
6. Perhatikan kesehatan secara umum
II. Pengenalan Deteksi Dini
Masalah Kesehatan Jiwa
• Deteksi Dini:
– tahap awal dari rangkaian proses penatalaksanaan
penyakit/gangguan
– langkah sebelum dilakukannya proses diagnosis
– menjamin terlaksananya pengobatan atau
penatalaksanaan penyakit sedini mungkin sehingga
mencegah terjadinya konsekuensi yang lebih buruk,
seperti bertambah parahnya penyakit, terjadinya
penyulit dan kecacatan.
– Idealnya setiap pasien yang datang dilakukan pendekatan
dengan prinsip holistik, baik fisik maupun jiwa.
Kelompok Pasien Berisiko Tinggi
• Apabila tidak memungkinkan untuk melakukan
penapisan/pemeriksaan psikiatrik pada seluruh pasien, maka
perhatian terutama harus ditujukan kepada beberapa
kelompok pasien yang berisiko tinggi, yaitu:
1. Pasien dengan penyakit fisik kronis (infeksi & non-infeksi)
2. Pasien dengan keluhan fisik yang diduga ada
hubungannya dengan masalah kejiwaan (keluhan fisik
timbul/memberat jika ada masalah psikis)
3. Keluhan fisik beraneka ragam/berganti-ganti, gangguan
fisik/kelainan organik (-)
4. Pasien yang mengalami pengalaman hidup yang ekstrem
(trauma psikologis, stress yang berat, kehilangan)
5. Pasien dengan disabilitas
MASTER CHART: KONDISI PRIORITAS UNTUK PENAPISAN

• Merasa murung, mudah sedih


• Hilang minat & ketertarikan terhadap aktivitas yang biasanya menyenangkan DEPRESI
• Perasaan mudah lelah, gangguan lambung, sakit kepala, atau keluhan
fisik lain yang berkepanjangan
• Gangguan tidur

•Pikiran, rencana, tindakan menyakiti diri sendiri atau bunuh diri yang MENYAKITI
dimiliki saat ini / riwayat sebelumnya DIRI/USAHA
BUNUH DIRI

• Merasa kuatir atau takut yang berlebihan


• Merasa gelisah atau tidak dapat duduk tenang ANSIETAS
• Mudah berkeringat dingin, berdebar-debar, gemetar, keluhan fisik lain seperti
pusing, mual

• Mengalami ketakutan atau mempunyai pikiran-pikiran tidak masuk akal


(merasa seseorang bermaksud mencelakai, curiga berlebihan, orang-orang
membicarakan dirinya) – (waham) PSIKOSIS
• Melihat bayangan atau suara-suara yang tidak jelas sumbernya (halusinasi)
• Gejala manik (gembira abnormal, terlalu bersemangat, banyak bicara,
mudah tersinggung)
KENDALA UNTUK PEMERIKSAAN
PSIKIATRIK DI KLINIK/PUSKESMAS:
• JUMLAH PASIEN BANYAK
• WAKTU DAN TENAGA TERBATAS

STRATEGINYA:
SKRINING GANGGUAN DEPRESI & ANXIETAS
PADA
PASIEN DENGAN KONDISI YANG
MENGINDIKASIKAN/BERISIKO TINGGI
Diagram Alur Pemeriksaan Masalah Keswa di Poli Umum
Keluhan Utama

KU Fisik KU Mental-Emosional

KU Fisik Murni KU Fisik Terindikasi ME Keluhan berhubungan


dengan perasaan, pikiran
• Keluhan fisik banyak • Keluhan Psikosomatik & perilaku:
dan berganti-ganti • Hipertensi • Gangguan tidur
• Penyakit kronis • Rheumatoid Arthtritis • Gangguan perilaku
(infeksi dan non- • Tirotoksikosis • Gangguan emosi
infeksi) • Ulkus Peptikum • Gangguan pikiran
• Pengalaman hidup • Kolitis Ulserativa
yang ekstrem • Asma Bronkial
• Disabilitas • Neurodermatitis

MASTER
SKRINING CHART
Pemeriksaan Fisik
• Pemeriksaan Status Mental
• Pemeriksaan Fisik

• Diagnosis Banding
• DIAGNOSIS
Contoh Kasus
• ILUSTRASI KASUS 1:
• Seorang remaja laki-laki, bernama BS berusia 19 tahun
datang dengan keluhan sakit kepala.Sakit kepala hilang
timbul, tetapi hampir setiap hari dialaminya.Saat
keluhan sakit kepala menghebat, BS sampai
membentur-benturkan kepala atau menarik-narik
rambut.BS baru lulus SMA tahun lalu dan hingga saat
inibelummempunyai rencana selanjutnya, tidak bisa
memutuskan apakah akan kuliah, di fakultas apa, atau
akan bekerja. Sehari-hari tidak banyak yang dilakukan,
tampak murung dan mengurung diri di kamar.
• ILUSTRASI KASUS 2:
• Ny. S, 25 tahun, seorang ibu yang baru
melahirkan dua bulan yang lalu datang dibawa
suaminya.Ny. S tidak bisa tidur belakangan
ini.Dia tampak tidak bersemangat dalam
merawat bayinya, sering kali dibiarkan
menangis atau terlambat mengganti
popoknya.Bayinya perempuan, lahir cukup
bulan, lahir normal, ditolong oleh bidan.
• ILUSTRASI KASUS 3:
• Tn. A. yang berusia 48 tahun telah sering datang ke
Puskesmas untuk berobat gangguan lambungnya yang
sudah diderita sejak beberapa tahun yang lalu.Ia sering
mengeluh lambungnya sakit dan berkali-kali berobat.
Setelah minum antasida keluhannya agak mereda
tetapi tidak hilang dan kemudian memburuk
lagi.Keluhan disertai dengan jantung berdebar dan
telapak tangan yang sering berkeringat.Tn. A juga
menderita penyakit kencing manis (diabetes mellitus)
yang diketahui sejak setahun yang lalu.
Bila Dengan Metode 2 Menit Terdeteksi Ke Arah Gangguan
Jiwa, Lanjut ke Pemeriksaan Psikiatri untuk Diagnosis

18/06/2019
Permenkes No.5 tahun 2014 tentang Panduan
Praktik Klinis bagi Dokter di Fasyankes Primer

• Gangguan psikotik (kompetensi 3A)


• Gangguan campuran ansietas dan depresi
(kompetensi 3A)
• Insomnia (kompetensi 4 A)
• Demensia (kompetensi 3 A)
GANGGUAN PSIKIATRI
ORANG DENGAN GANGGUAN JIWA
(ODGJ)

• Orang yang mengalami gangguan (pikiran,


perilaku, dan perasaan)
• Manifestasi sekumpulan gejala dan atau
perubahan perilaku yang bermakna
• Menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam
menjalankan fungsi orang sebagai manusia.

Undang-Undang No.18/2014 tentang Kesehatan Jiwa


Hendaya Fungsi
• Ketidakmampuan mengerjakan fungsi
• Meliputi fungsi pekerjaan, sosial, perawatan diri dan pemanfaatan
waktu luang
– Sering melakukan kesalahan pada pekerjaan
– Sering bolos sekolah, prestasi sangat turun
– Pekerjaan tidak selesai-selesai
– Sering ditegur atasan, sering bentrok dengan teman sekerja
– Tidak ingin bertemu dengan orang lain, menarik diri dari pergaulan
– Tidak lagi berdandan, mandi
– Lebih banyak melamun
– Tidak lagi mengerjakan hobi
GANGGUAN CEMAS
Gangguan Ansietas

FISIK PIKIRAN PERASAAN PERILAKU


• Anorexia • Kegelisahan • Kecemasan
• Khawatir
• Mual
• Muntah • Pikiran yang dan memicu
• Nyeri perut ketidaknyaman perilaku untuk
berkaitan
• Berdebar
an atas teror mengurangi
• Berkeringat dengan
• Mulut kering dan panik yang ataupun
ancaman pada
• Sesak nafas terjadi menghindari
• Ketegangan emosi dan fisik
penderitaan
otot
• Nyeri kepala yang terjadi
Spektrum Gangguan Ansietas Menurut
DSM IV TR
Ansietas/cemas
Skizofrenia Depresi
•Perasaan yang tidak menyenangkan,
cemas/khawatir tanpa sebab yang jelas,

•seringkali disertai oleh gejala otonomik


(gejala fisik), seperti nyeri kepala,
berkeringat, jantung berdebar, sesak nafas,
Gangguan Bipolar
seperti tercekik, mual, muntah, diare,
Ansietas/cemas
kesemutan, gelisah, dan sebagainya
GANGGUAN DEPRESI
Gangguan Depresi
Depresi ~ gangguan alam perasaan ditandai:

• Afek depresif
• Pesimis
• Minat (-)
• Rasa bersalah
• Murung, sulit merasa senang
• Konsentrasi turun
• Retardasi psikomotor

• Gangguan fungsi kognitif

• Gangguan fungsi vegetatif

37
Gangguan Depresi
• Berdasar frekuensi
– Tunggal (pertama kali): episode depresi
– Lebih dari 1 episode: gangguan depresi berulang
• Berat ringan gejala
– Depresi ringan
– Depresi sedang
– Depresi berat
• Ada tidak gejala somatik (pada depresi ringan dan
sedang)
• Ada tidak gejala psikotik (pada depresi berat)
Depresi
•Perasaan sedih berkepanjangan
Skizofrenia
•Kehilangan minat terhadap segala Depresi
sesuatu
•Perasaan bersalah, tidak ada harapan,
dan tidak berharga
•Mudah lelah dan nyeri di beberapa
bagian tubuh
•Gangguan pada pola makan dan tidur
Gangguan Bipolar
•Risiko bunuh diri
Ansietas/cemas
Gangguan Bipolar
Skizofrenia
•Perubahan mood naik turun Depresi
•Mood meningkat (disebut manik/ mania/ hipomanik)
•ditandai dengan ide-ide kebesaran, energi yang
berlebih, banyak bicara, tidak butuh tidur, banyak ide,
dan sering melakukan perilaku yang berisiko.
•Penurunan mood (disebut depresi)
•Sesuai gejala depresi
Gangguan Bipolar Ansietas/cemas
Gejala Negatif
• Emosi yang mendatar
• Tidak adanya motivasi dan energi
• Kehilangan minat dan kesenangan dalam
aktivitas
• Interaksi sosial berkurang

Sering kali gejala negatif menjadi lebih menonjol pada fase


yang lebih lanjut (kronis)
Gejala Positif

Distorsi persepsi Halusinasi

Distorsi pikiran Waham

Kesulitan dalam
Pembicaraan mempertahankan percakapan
dan/atau tetap fokus pada
terdisorganisasi suatu topik

Perilaku yang tidak biasa dan


Perilaku aneh serta kesulitan dalam
terdisorganisasi merencanakan dan
menyelesaikan aktivitas
Respons terhadap obat

• Gejala positif biasanya berespon terhadap


pengobatan dengan antipsikotik.
• Gejala negatif kurang responsif terhadap obat
antipsikotik
Identifikasi Gangguan Psikotik

• Perilaku abnormal atau disorganisasi


– contoh: pembicaraan inkoheren atau tidak relevan, penampilan yang
tidak lazim, tidak rapi, perawatan diri buruk
• Delusi/waham
– kecurigaan atau keyakinan yang jelas keliru dan dipertahankan
• Halusinasi
– Mendengar suara atau melihat sesuatu yang tidak nyata
• Mengabaikan tanggung jawab yang biasa dikerjakan terkait
dengan pekerjaan, sekolah, rumah tangga, dan aktivitas sosial
• Gejala manik
– Beberapa hari merasakan kebahagiaan yang abnormal, terlalu
bersemangat, banyak bicara, sangat mudah tersinggung, tidak tidur,
perilaku tidak bertanggung jawab
Catatan:
• Orang yang mengalami episode manik saja
(tanpa depresi) juga diklasifikasikan sebagai
menderita gangguan bipolar

• Remisi sempurna di antara episode sangat


sering terjadi pada gangguan bipolar
Cari kondisi penyerta
• Gangguan penggunaan alkohol atau obat/zat
• Bunuh diri/mencederai diri
• Demensia
• Penyakit fisik yang bersamaan: pertimbangkan
khususnya tanda/gejala yang mencurigakan stroke,
diabetes, hipertensi, HIV/AIDS, malaria serebral atau
obat-obatan (misalnya steroid)

ya
Jika YA, maka Tangani keduanya, baik psikosis maupun
kondisi yang menyertai itu
KEGAWAT-
DARURATAN
PSIKIATRI
PENATALAKSANAAN GANGGUAN
PSIKOTIK DI PELAYANAN KESEHATAN
PRIMER
Rencana Penatalaksanaan
• Terdiri dari 2 komponen utama:
1. Intervensi psikososial
2. Intervensi farmakologik
Intervensi Farmakologik
Gangguan Psikotik
Intervensi Farmakologik

1. Memulai medikasi antipsikotik


2. Monitoring seseorang dalam terapi
antipsikotik
3. Menghentikan medikasi antipsikotik
1. Memulai medikasi antipsikotik

• Untuk mengontrol gejala-gejala psikotik akut secara tepat,


sebaiknya memulai terapi antipsikotik secepatnya sesudah
penilaian.

• Pertimbangkan terapi intramuskular akut jika terapi oral tidak


mungkin dilaksanakan. Jangan meresepkan injeksi depo/jangka
panjang untuk mengontrol gejala-gejala psikotik akut secara
tepat.

• Resepkan satu antipsikotik dalam 1 waktu (monoterapi).


• “Start low, go slow”: Mulai dengan dosis rendah yang ada
dalam kisaran terapeutik (lihat tabel medikasi antipsikotik
untuk detilnya) dan naikkan dosis secara perlahan hingga
mencapai dosis efektif terendah, untuk tujuan menurunkan
risiko efek samping.

• Coba melakukan terapi pada dosis optimum sedikitnya


4 – 6 minggu sebelum mempertimbangkan bahwa obat
tersebut tidak efektif.

• Haloperidol atau Klorpromazin oral sebaiknya ditawarkan


secara rutin pada orang dengan gangguan psikotik.
23.4 Antipsikosis

flufenazin cairan inj i.m. 25 mg/mL (dekanoat)


haloperidol ---
tab 1,5 mg
tab 2 mg
tab 5 mg
tts 2 mg/mL
cairan inj i.m.5 mg/mL (HCl)
cairan inj 50 mg/mL (dekanoat)
klorpromazin tab salut 25 mg
tab salut 100 mg
inj i.m.5 mg/mL
risperidon tab 2 mg
Obat Antipsikotik di Layanan Primer
Medikasi Haloperidol Klorpromazin Risperidon

Dosis Awal 1,5 – 3 mg 50 – 75 mg 1 – 3 mg


Dosis Efektif Tipikal (mg) 3 – 20 mg/hari 75 – 300 mg/hari* 2 – 8 mg

Cara Pemberian Oral; Intramuskular (HCl untuk Oral Oral, Intramuskular


psikosis akut; dekanoat untuk
rumatan)

Efek samping bermakna

Sedasi + +++ +
Kencing tersendat + ++ +
Hipotensi ortostatik + +++ +
Efek samping +++ + + (bergantung dosis)
ekstrapiramidal**
Sindrom Neuroleptik Jarang Jarang Jarang
Maligna***
Tardive dyskinesia**** + + +
Perubahan EKG + + +
Kontraindikasi Hipersensitivitas, kesadaran Hipersensitivitas, kesadaran Hipersensitivitas terhadap
menurun, penyakit Parkinson menurun, penyakit risperidon
Parkinson
* Dosis lebih hingga mencapai 1 g mungkin diperlukan pada kasus-kasus yang berat.
** Gejala-gejala Ekstrapiramidal di antaranya reaksi distonia akut, tik, tremor, rigiditas otot dan roda gerigi (cogwheel).
***Sindroma Neuroleptik Maligna merupakan gangguan yang jarang tapi berpotensi mengancam nyawa. Dtandai dengan kekakuan otot,peningkatan suhu tubuh dan tekanan darah.
**** Tardive dyskinesia adalah efek samping jangka panjang dari medikasi antipsikotik yang ditandai oleh gerakan-gerakan otot yang involunter, khususnya wajah, tangan, dan dada.
Obat Antipsikotik Injeksi
Medikasi Haloperidol HCl Haloperidol Dekanoat Flufenazin Dekanoat

Cara Pemberian Injeksi intramuskular, injeksi Injeksi intramuskular Injeksi intramuskular


intravena
Sifat Aksi pendek (short acting) Aksi panjang (Long Aksi panjang (Long
acting)/Depot acting)/Depot
Indikasi Untuk mendapatkan efek Untuk terapi rumatan Untuk terapi rumatan
yang cepat dalam (maintenance) pada kasus (maintenance) pada kasus
mengendalikan gejala psikotik yang sulit untuk obat oral yang sulit untuk obat oral
Tidak boleh Terapi rumatan Kondisi kedaruratan Kondisi kedaruratan
digunakan untuk
Tempat Injeksi Deltoid, gluteal, vena Gluteal Gluteal

Dosis percobaan -- 25 mg 12,5 mg

Rentang Dosis 2,5 – 10 mg 12,5 – 75 mg 6,25 – 50 mg

Interval Pemberian 1 jam (kedaruratan) 4 minggu 2 – 5 minggu

Sediaan 5 mg/ml 50 mg/ml 25 mg/ml


Kesetaraan Dosis
Dosis Ekuivalen Rentang Dosis
OBAT
(Konsensus) (Literatur)

Klorpromazin 100 mg/hari

Haloperidol 3 mg/hari 1,5 – 5 mg/hari

Risperidon

Haloperidol HCl injeksi

Haloperidol dekanoat injeksi 15 mg/minggu 5 – 25 mg/minggu

Flufenzin dekanoat injeksi 5 mg/minggu 1 – 12,5 mg/minggu


2. Monitoring seseorang dalam terapi
antipsikotik
Jika respons tidak adekuat pada lebih dari satu antipsikotik, menggunakan satu jenis
medikasi pada durasi waktu dan dosis yang adekuat:
• Kaji ulang diagnosis (dan kemungkinan diagnosis komorbid).
• Singkirkan psikotik yang diakibatkan oleh alkohol atau penyalahgunaan zat psikoaktif
(meskipun sudah disingkirkan sejak awal).
• Pastikan kesetiaan pengobatan; pertimbangkan injeksi antipsikotik depo/kerja
panjang untuk memperbaiki kesetiaan.
• Pertimbangkan untuk menaikkan medikasi saat ini atau menggantinya dengan
medikasi lain.
• Pertimbangkan antipsikotik generasi kedua (dengan pengecualian pada clozapine),
jika harga dan ketersediaannya tidak terbatas, sebagai alternatif untuk haloperidol
atau klorpromazin.
• Pertimbangkan clozapine bagi mereka yang tidak berespons pada antipsikotik lain
meskipun dalam durasi waktu dan dosis yang adekuat. Clozapine mungkin
dipertimbangkan oleh penyedia layanan kesehatan non-spesialistik di bawah supervisi
profesional kesehatan jiwa. Hal ini sebaiknya dipertimbangkan bila monitoring
laboratorium rutin tersedia, karena adanya risiko agranulositosis yang mengancam
nyawa
2. Monitoring seseorang dalam terapi
antipsikotik
Jika efek samping ekstrapiramidal (seperti
parkinsonism atau distonia) terjadi:
• Turunkan dosis antipsikotik, dan
• Pertimbangkan untuk mengganti ke antipsikotik lain
(contoh mengganti dari haloperidol ke
klorpromazine).
• Pertimbangkan pemberian antikolinergik untuk
penggunaan jangka pendek jika strategi tersebut
gagal atau efek samping ekstrapiramidal akut, hebat,
atau mengakibatkan disabilitas.
2. Monitoring seseorang dalam terapi
antipsikotik
Medikasi Antikolinergik:
• Triheksifenidil
digunakan dengan dosis 4 – 12 mg per hari.
Efek samping meliputi sedasi,
kebingungan/konfusi, dan gangguan memori,
terutama pada usia lanjut. Efek samping yang
jarang meliputi glaucoma sudut tertutup,
miasthenia gravis, obstruksi gastrointestinal.
3. Menghentikan medikasi antipsikotik
• Untuk psikosis akut, lanjutkan terapi antipsikotik
hingga 12 bulan setelah remisi total.

• Untuk orang dengan psikosis kronik, pertimbangkan


penghentian tatalaksana jika orang tersebut stabil
untuk beberapa tahun, titikberatkan pada risiko
kekambuhan setelah penghentian di samping
kemungkinan efek samping medikasi, pertimbangkan
pilihan pasien melalui konsultasi dengan keluarga.

• Jika memungkinkan, KONSUL KE SPESIALIS terkait


keputusan penghentian medikasi antipsikotik.
Penatalaksanaan Efek Samping Obat
Antipsikotik
• Distonia
• Parkonsonisme
• Akatisia
• Diskinesia Tardiva
Distonia: Gejala
• Spasme otot pada bagian tubuh
– Mata terputar ke atas (krisis okulogirik)
– Kepala dan leher terputar ke satu arah (tortikolis)
– Pasien mungkin tidak dapat menelan atau
berbicara dengan jelas
– Ekstrem: punggung melengkung atau rahang
terdislokasi
• Distonia akut sangat menakutkan dan
menyakitkan
Distonia: Awitan
• Distonia akut:
– Dalam beberapa jam setelah awal pemberian
antipsikotik
– Dalam beberapa menit jika im atau iv
• Distonia tardiva:
– Setelah beberapa bulan atau tahun
Distonia: Pengobatan
• Obat antikolinergik:
– Oral, im, atau iv  tergantung keparahan gejala
– Ingat, pasien mungkin tidak dapat menelan
• Respon:
– Iv  dalam 5 menit
– Im  sekitar 20 menit
• Mungkin perlu diganti dengan antipsikotik yang
rendah risiko EPSnya
• Tablet triheksifenidil 2 mg
• Injeksi Difenhidramin 25 mg/ml
Parkinsonisme: Gejala
• Tremor dan/atau digiditas
• Bradikinesia (ekspresi wajah berkurang, datar,
suara monoton, gerakan lamban, tidak dapat
memulai gerakan)
• Bradifrenia (berpikir lambat)
• Keluar banyak air liur
• Parkinsonisme dapat dikelirukan dengan
depresi atau gejala negatif skizofrenia
Parkinsonisme: Awitan
• Beberapa hari sampai minggu setelah awal
pemberian atau setelah peningkatan dosis
antipsikotik
Parkinsonisme: Pengobatan
• Beberapa pilihan (tergantung situasi):
– Mengurangi dosis antipsikotik
– Ganti ke obat antipsikotik atipikal (monoterapi)
– Pemberian antikolinergik

• Obat antikolinergik
– Triheksifenidil tab 2 mg
– Mayoritas pasien tidak memerlukan antikolinergik jangka
panjang  evaluasi setiap 3 bulan
– Jangan diberikan malam hari  gejala biasanya tidak
terjadi waktu tidur
Akatisia: Gejala
• Perasaan subektif yang tidak menyenangkan
mengenai kegelisahan dari dalam dirinya dan
dorongan kuat untuk bergerak
• Menghentakkan kaki waktu duduk
• Menggerakkan/menggoyangkan kaki, menyilangkan
dan meluruskan
• Bergantian memindahkan berat badan ke kaki kiri
dan kanan
• Mondar mandir
• Sering dikelirukan dengan agitasi psikotik
Akatisia: Awitan
• Akatisia akut
– Dalam beberapa jam sampai minggu setelah
dimulainya antipsikotik atau peningkatan dosis
• Akatisia tardiva:
– Perlu waktu lebih lama
– Dapat persisten setelah antipsikotik dihentikan
Akatisia: Pengobatan
• Mengurangi dosis antipsikotik
• Penggantian ke antipsikotik atipikal
• Obat yang dapat digunakan
– Propranolol 30 – 80 mg/hari (dosis terbagi)
– Klonazepam dosis rendah
– Difenhidramin
• Antikolinergik tidak memberi manfaat
Intervensi Psikososial
Gangguan Psikotik
Intervensi Psikososial
Gangguan Psikotik
1. Psikoedukasi
2. Fasilitasi rehabilitasi di komunitas
3. Follow-up
1. Psikoedukasi:
Pesan untuk Orang dengan Psikosis
• Kemampuan orang tersebut dapat dipulihkan;
• Penting: melanjutkan aktivitas sosial yang biasanya,
pendidikan, dan pekerjaan  sejauh memungkinkan;
• Penderitaan dan masalah dapat dikurangi dengan
pengobatan;
• Penting: minum obat secara teratur;
• Hak setiap orang: dilibatkan dalam setiap keputusan yang
diambil berkaitan dengan pengobatannya;
• Penting: menjaga kesehatan dengan diet sehat, melakukan
aktivitas fisik secara aktif, mempertahankan perawatan diri.
1.Psikoedukasi:
Pesan tambahan untuk keluarga dari orang dengan
gangguan psikotik (1)
• Orang dengan psikosis mungkin mendengar suara-suara atau
menyakini secara jelas sesuatu yang salah.
• Orang dengan psikosis sering tidak menyadari bila dirinya sakit
dan kadang menjadi bersikap kasar..
• Harus ditekankan: Pentingnya pengenalan akan
kambuhnya/memburuknya gejala-gejala dan perlunya
penilaian ulang.
• Perlu ditekankan: pentingnya melibatkan orang dengan
psikosis dalam aktivitas keluarga dan sosial lainnya.
• Anggota-anggota keluarga sebaiknya tidak melakukan kritik
yang terus menerus atau keras atau bersikap kasar terhadap
anggota keluarga yang mengalami gangguan psikosis.
1.Psikoedukasi:
Pesan tambahan untuk keluarga dari orang dengan
gangguan psikotik (2)
• Orang dengan psikosis sering didiskriminasi meskipun
seharusnya mereka menikmati hak asasi manusia yang sama
dengan semua orang
• Orang dengan psikosis mungkin memiliki kesulitan
– untuk pulih, atau
– untuk berfungsi dalam lingkungan hidup atau lingkungan kerja yang
penuh stres.
• Secara umum, lebih baik seseorang tinggal bersama keluarga
atau anggota masyarakat di lingkungan yang mendukung di
luar lingkup rumah sakit.
– Perawatan di rumah sakit dalam waktu yang lama sebaiknya dihindari.
2. Fasilitasi Rehabilitasi di Komunitas (1)

• Koordinasikan intervensi dengan:


– staf kesehatan
– sejawat yang bekerja di layanan sosial
– organisasi yang bergerak di bidang disabilitas.
• Fasilitasi hubungan dengan sumber-sumber di bidang
kesehatan dan sosial demi terpenuhinya kebutuhan
keluarga secara fisik, mental dan kebutuhan di
bidang kesehatan jiwa.
2. Fasilitasi Rehabilitasi di Komunitas (2)
• Dorong secara aktif orang dengan psikosis untuk mencoba
kembali aktivitas sosial, edukasional, dan okupasional yang
sesuai dan disarankan oleh anggota keluarga.
– Fasilitasi keterlibatan kembali dalam aktivitas ekonomi dan
sosial, termasuk dukungan pekerjaan yang sesuai dengan
konteks sosial dan budaya.
– Orang dengan psikosis seringkali didiskriminasi, oleh
karenanya penting untuk mengatasi pandangan negatif
baik internal maupun eksternal dan bekerja untuk
mencapai kemungkinan kualitas hidup terbaik.
– Bekerjasama dengan agen-agen lokal untuk menggali
kemungkinan-kemungkinan kerja dan pendidikan,
berdasarkan kebutuhan dan tingkat keterampilan orang
tersebut.
2. Fasilitasi Rehabilitasi di Komunitas (3)

• Jika diperlukan dan tersedia, pikirkan


kemungkinan adanya dukungan
perumahan/bantuan hidup.
– Pertimbangkan secara matang kapasitas
fungsional dan kebutuhan akan dukungan
dalam rangka memberikan petunjuk dan
memfasilitasi pengurusan perumahan yang
optimal, pertimbangkan hak asasi orang
tersebut.
3. Follow-up (1)
• Orang dengan psikosis diminta untuk datang kontrol
secara teratur.
• Follow-up awal sebaiknya sesering mungkin, bahkan
setiap hari, sampai gejala akutnya mulai berespons
dengan pengobatan.
– Setelah gejala-gejala menunjukkan respons, kontrol satu
kali sebulan atau satu kali dalam 3 bulan dapat
direkomendasikan sesuai dengan kebutuhan klinis, faktor-
faktor yang mungkin laksana seperti ketersediaan staf,
jarak dari klinik, dll.
3. Follow-up (2)
• Pelihara harapan dan optimisme yang relistis selama
terapi.
• Di setiap follow-up, lakukan penilaian gejala, efek
samping obat dan kesetiaan terhadap pengobatan.
– Ketidaksetiaan terhadap pengobatan umum terjadi dan
pelibatan pelaku rawat adalah penting dalam periode
tersebut.
• Nilai dan kelola kondisi medis penyerta.
• Nilai kebutuhan akan intervensi psikososial di setiap
kunjungan follow-up.
Rujukan Kasus Gangguan Psikotik
Sistem rujukan berjenjang

rujukan

Rujukan Rujukan
eksternal internal

horisontal vertikal parsial


Indikasi untuk merujuk kasus
1. Kegawatdaruratan: perilaku kekerasan dan
agitasi yang tidak teratasi, efek samping yang
berat
2. Resistensi pengobatan: tidak berespon
adekuat terhadap percobaan dua jenis
antipsikotik dalam dosis dan lama pemberian
yang tepat
Konsultasi spesialis, jika tersedia,
dianjurkan untuk kasus:
1. Penderita wanita yang hamil atau menyusui
2. Penghentian pengobatan
3. Episode pertama
4. Jika terjadi keraguan dalam diagnosis dan
penatalaksanaan
Sistem rujukan berjenjang :
Pelayanan rujukan pada pasien jiwa terbagi atas rujukan internal
(parsial) dan eksternal(horisontal dan vertikal).
• Rujukan Partial adalah pengiriman pasien ke pemberi pelayanan
kesehatan lain dalam rangka menegakkan diagnosis atau pemberian
terapi, yang merupakan satu rangkaian perawatan pasien di fasilitas
kesehatan tersebut.
• Rujukan horizontal adalah rujukan yang dilakukan antar pelayanan
kesehatan dalam satu tingkatan apabila perujuk tidak dapat
memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien
karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau ketenagaan yang
sifatnya sementara atau menetap.
• Rujukan vertikal adalah rujukan yang dilakukan antar pelayanan
kesehatan yang berbeda tingkatan, dapat dilakukan dari tingkat
pelayanan yang lebih rendah ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi
atau sebaliknya.
FKTP  FK tersier
• Kasus yg sudah ditegakkan diagnosis &
rencana terapinya
• Merupakan pelayanan berulang
• Hanya tersedia di faskes tersier
Ruang lingkup program rujuk balik
1. Jenis penyakit : penyakit kronis stabil :
– Diabetes Mellitus
– Hipertensi
– Jantung
– Asma
– Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
– Epilepsy
– Schizophrenia
– Stroke
– Sistemic Lupus Erythematosus (SLE)
2. Ditetapkan oleh dokter spesialis/subspesialis
Rujukan Skizofrenia
Penyakit kronis spt Skizofrenia  penanganan
jangka panjang, meliputi :
FASE KONDISI TARGET TERAPI LAMA TERAPI KET

FASE AKUT Akut Menghilangkan 4-8 minggu


gejala psikotik

FASE Fase akut Konsolidasi Min 6 bulan Dosis sama dg


STABILISASI teratsi pencapaian fase akut
terapeutik

FASE Remisi Mencegah


RUMATAN kekambuhan
Memperbaiki
derajad fungsi
Kriteria pasien skizofrenia yg dirujuk dr
FKTP ke FKTL
Jenis rujukan Tujuan/ indikasi Sifat rujukan
Rujukan rutin - Evaluasi medis rutin - Konsultasi
- Deteksi dini komorbiditas/komplikasi - Pemeriksaan
penunjang
Rujukan urgent - Skiz dg komorbiditas yg mengganggu Tatalaksana di FKTL
fungsi sehari2
- Skiz + epilepsi
- Skiz tdk responsif dg pengobatan yg
tersedia
- Skiz + penyalahgunaan zat
- Skiz dg masalah hukum
- Skiz + komorbiditas gg psikiatrik lain
- Penilaian kebutuhan rehabilitasi
psikososial

Rujukan emergency Skiz + kondisi emergency Tatalaksana di FTKL


Surat Rujukan
• Dalam surat rujukan hendaknya disertakan
informasi yang cukup lengkap untuk menjamin
kesinambungan layanan:
1. Riwayat singkat penyakit/kondisi sekarang
2. Hasil pemeriksaan dan diagnosis
3. Masalah yang dihadapi
4. Penatalaksanaan yang telah dilakukan
5. Tujuan rujukan
Tatacara rujuk balik
• Dr spes/subspes melakukan evaluasi kondisi pasien
• Bila stabil & memungkinkan ditatalaksana di FKTP 
membuat surat rujukan balik (mencantumkan
diagnosis & penatalaksanaan yg dilakukan)
• Dokter FKTP menerima rujukan & melakukan
penatalaksanaan thd pasien sesuai rujuk balik
• 3 bl : peserta dpt dirujuk kembali oleh FKTP ke FKTL
utk dilakukan evaluasi oleh dokter spes/subspes
Tatacara rujuk balik
• Pd saat kondisi pasien tidak stabil, peserta dpt
dirujuk kembali ke dokter spes/subspes sblm 3
bl  menyertakan keterangan medis indikasi
rujuk
• Apabila kondisi terkontrol  bisa
dikembalikan (rujuk balik)
Program rujuk balik utk pasien dg skizofrenia

RUJUKAN RUTIN RUJUKAN URGENT RUJUKAN EMERGENSI


Pemeriksaan rutin tdk ada Serangan kejang & gejala Bila sindrom neuroleptic
kelainan perilaku sudah teratasi maligna siudah teratasi
Onset > 5 th & dpt Skizofrenia remisi Indikasi bunuh diri sudah
diberikan rekomendasi tidak ada atau mampu
latihan kognitif sederhana dikendalikan
Kondisi intoksikasi & putus Perilaku kekerasan
zat teratasi minimal/bisa dikendalikan
Terdiagnosis pasti skiz EPS teratasi
tanpa penyulit
Komorbiditas sudah stabil Gaduh gelisah tertangani
Target remediasi kognitif
tercapai
Sudah ditentukan rencana
rehabilitasi lanjutan
erdas intelektual, emosional
dan spiritual
mpati dalam berkomunikasi
efektif
ajin beribadah sesuai agama dan
keyakinan
nteraksi yang bermanfaat bagi
kehidupan
sah, Asih dan Asuh Tumbuh
Kembang dalam Keluarga &
Masyarakat
Terima-Kasih

Anda mungkin juga menyukai