Anda di halaman 1dari 44

PEMERIKSAAN DASAR UROLOGI

PEMBIMBING: DR. ACHMAD RIZKY HERDA,


SP.U
BRENT 030.13.120
FENI ANDRIANI 030.11.216
ZULINDA AMELIA 030.14.206
RIMA JANUARISTI 030.14.166
MENTARI ERRY PUTRI 030.11. 187
MUHAMMAD ISHAK 030.14. 128
M.JAUHAN LABIBUL 030.14. 129
DELA INTAN P 030.14. 045
SHINA NIKO A 030.14. 176
ILMA FITRIANA 030.14.092
ANAMNESIS DAN RIWAYAT PENYAKIT

Anamnesis yang sistematik :


1.Keluhan utama pasien
2.Riwayat penyakit yang diderita saat ini
3.Riwayat penyakit yang pernah diderita /riwayat urologik
4.Riwayat penyakit keluarga
Macam – macam Keluhan
1. Nyeri
2. Keluhan berkemih (sebelum, saat berkemih, dan setelah berkemih)
3. Hematuria
4. Piuria
5. Inkontinensia Urine
6. Enuresis
7. Pneumaturia
8. Hematospermia
9. Keluhan pada skrotum dan isinya
10. Keluhan disfungsi seksual
• I. Nyeri
• Nyeri lokal
• nyeri yang dirasakan di sekitar organ itu sendiri
• Referred pain
• nyeri yang dirasakan jauh dari tempat organ yang sakit
KLASIFIKASI NYERI

Nyeri ginjal
– akibat dari regangan kapsul ginjal
Nyeri kolik ureter dan ginjal
– terjadi akibat spasmus otot polos ureter atau sistem kalises ginjal, disebabkan gerakan
peristaltik nya terhambat oleh batu, bekuan darah atau benda asing.
Nyeri buli-buli
– terjadi akibat overdistensi buli-buli yang mengalami retensi urine atau terdapat inflamasi pada
buli-buli
Nyeri prostat
– disebabkan karena inflamasi yang mengakibatkan edema kelenjar prostat dan distensi kapsul prostat.
Nyeri testis / epididimis
– nyeri dapat dirasakan pada daerah kantung skrotum, dapat berasal dari kelainan organ di kantong
skrotum sebagai nyeri primer atau nyeri yang berasal dari kelainan organ diluar kantong skrotum
Nyeri penis
– nyeri yang dirasakan pada daerah penis yang sedang tidak ereksi, biasanya merupakan referred pain dari
inflamasi pada mukosa buli-buli
II. Keluhan Berkemih
Keluhan dari mekanisme :
1.Penyimpanan urin
2.Pengeluaran urin
3.Keluhan pasca miksi
II.
1 Gejala penyimpanan urine
Urgensi
Frekuensi
Nokturia
Disuria
II.
2 Gejala pengeluaran urine
Karena adanya obstruksi infravesika :
Hesitensi
Pancaran urin menjadi lemah, tidak jauh, dan kecil
Intermitensi
II.
3 Keluhan pasca miksi
Tidak puas setelah miksi
Pasien masih merasa ada sisa urin
Urin menetes
III. Hematuri
Didapatkan sel darah merah di dalam urine.
secara visual, hematuri dibedakan menjadi :
– hematuri makroskopik
– hematuri mikroskopik
Penyebab hematuri :
– dalam sistem urogenital
– luar sistem urogenital
IV. Piuria
Terdapat sel lekosit dalam jumlah tertentu di dalam urine
Secara visual piuria dibedakan :
– piuria mikroskopis
– piuria makroskopis
V. Inkontinensia Urine
Merupakan ketidakmampuan seseorang untuk menahan urin yang keluar dari buli-buli, baik
disadari maupun tidak disadari.
Jenis inkontinensia urine :
– inkontinensia urine paradoksa
– inkontinensia urine stres
– inkontinensia urine urge
– inkontinensia urine continuous atau true
VI. Enuresis
Keluarnya urin yang terjadi pada saat tidur
jika keadaan ini dijumpai sejak lahir dan belum pernah tidak ngompol disebut enuresis primer
VII. Pneumaturia
Pneumaturia adalah berkemih tercampur dengan udara
terjadi karena terdapat fistula antara buli-buli dengan usus
VIII. Hematospermia
Hematospermia atau hemospermia adalah didapatkannya darah di dalam cairan ejakulat atau
cairan semen
jenis hematospermia :
– hematospermia primer
– hematospermia sekunder
IX. Keluhan pada skrotum dan isinya
Buah zakar membesar
Bentukan berkelok-kelok seperti cacing di dalam kantong
Buah zakar tidak berada didalam kantong skrotum
– Disebabkan oleh tumor testis, hidrokel, spermatokel, hematokel, hernia skrotalis
X. Keluhan disfungsi seksual
Meliputi :
Libido menurun
Kekuatan ereksi menurun
Disfungsi ereksi
Ejakulasi retrogad
Tidak pernah merasakan orgasmus
Ejakulasi prematur
PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Generalis
Pemeriksaan Ginjal
Pemeriksaan Buli-buli
Pemeriksaan Genitalia Eksterna
Pemeriksaan Skrotum dan Isinya
Pemeriksaan Colok Dubur
PEMERIKSAAN GENERALIS
Keadaan umum perlu diperhatikan seperti apakah pasien sadar penuh atau tidak, tampak lemas
atau tidak, apakah pasien terlihat kesakitan berat atau tidak, cara berjalan yang membungkuk
atau dngan melebarkan kaki untuk menghindari timbulnya rasa nyeri. Lalu dapat diperhatikan
pula adakah perubahan berat badan pada pasien, dan lain-lain.
GINJAL
– INSPEKSI : di daerah pinggang dimulai dengan meminta pasien duduk relaks dengan membuka
pakaian pada daerah perut sebelah atas. Perhatikan adakah benjolan atau massa, adakah
jaringan parut bekas irisan/operasi di suprasimfisis, adakah pembesaran asimetris pada daerah
pinggang atau abdomen sebelah atas. Pembesaran mungkin dapat disebabkan karena
hidronefrosis, abses paranefrik, atau tumor ginjal.
PALPASI : dilakukan secara bimanual dengan memakai dua tangan. Tangan kiri diletakkan di
sudut kostovertebra untuk mengangkat ginjal ke atas sedangkan tangan kanan meraba ginjal
dari depan di bawah arkus kosta. Dengan melakukan palpasi bimanual, ginjal kanan yang normal
pada anak atau dewasa kurus seringkali masih dapat diraba. Ginjal kiri sulit diraba karena
terletak lebih tinggi daripada sisi kanan
PERKUSI : dilakukan dengan memberikan ketokan pada sudut kostovertebra. Pembesaran ginjal
karena hidronefrosis atau tumor ginjal, pielonefritis, mungkin terasa nyeri pada perkusi.
AUSKULTASI : suara bruit yang terdengar di daerah episgastrium atau abdomen sebelah atas
curiga adanya stenosis arteria renalis. Bruit pada abdomen juga bias disertai oleh aneurisma
arteria renalis atau malformasi arteriovenus.
II. BULI-BULI
– Buli-buli normal sulit untuk diraba, kecuali jika sudah terisi urine paling sedikit 150 mL. Pada
pemeriksaan buli-buli diperhatikan adanya benjolan/massa atau jaringan parut bekas
irisan/operasi di suprasimfisis.
Massa di daerah suprasimfisis mungkin merupakan tumor ganas buli-buli atau karena buli-buli
yang terisi penuh dari suatu retensi urine. Dengan palpasi dan perkusi dapat ditentukan
batas atas buli-buli. Seringkali dengan inspeksi terlihat buli-buli yang terisi penuh hingga
melewati batas atas umbilikus.
IV. PEMERIKSAAN GENITALIA EKSTERNA PRIA
– INSPEKSI : Perhatikan meatus dan glans penis. Perhatikan kelainan yang ada, antara lain :
mikropenis, makropenis, hipospadia, kordae, epispadia, stenosis pada meatus uretra eksterna,
fimosis/parafimosis, fistel uretro-kutan dan ulkus.
– PALPASI : striktur uretra anterior yang berat menyebakan fibrosis korpus spongiusum yang
teraba disebalah ventral penis berupa jaringan keras (spiongiofibrosis).
PEMERIKSAAN GENITALIA
EKSTERNA WANITA
Vagina
Inspeksi
– Single opening, fusi labial, klitoris terbelah, lack of fusion of the anterior fourchette(epispadia),hipertrofi
klitoris, skrotalisasi labio mayora (adrenogenital sindrom)
– Meatus : kemerahan, nyeri tekan, karunkulae uretra, eversi bibir belakang vagina berhungan dengan
uretritis dan vaginitis senilis
Palpasi
– Pada nyeri tekan akan sukar untuk melakukan palpasi.
– Massa Tumor, infeksi, divertikel uretra(tekan pus), dll
– Batu pada uretra mungkin bisa teraba pada palpasi
PEMERIKSAAN SKROTUM DAN ISINYA
INSPEKSI :
– perhatikan adakah pembesaran pada skrotum
PALPASI :
– adakah persaan nyeri saat diraba, hipoplasi kulit skrotum pada kriptokismus
PEMERIKSAAN TRANSLUMINASI :
– dilakukan ditempat yang gelap dan menyinari skrotum dengan cahaya terang. Jika isi skrotum tampak
menerawang berarti berisi cairan kistus dan dikatan sebagai transluminasi positif (Hidrokel)
COLOK DUBUR (RECTAL TOUCHER)

Memasukan jari telunjuk ynag sudah diberi pelican ke dalam lubang dubur. Pada pemeriksaan colok dubur,
yang dinilai adalah :
– Tonus sfingter ani dan reflex bulbokavernosus (BCR)
– Penilaian BCR dilakukan dengan cara merasakan adanya reflex jepitan pada sfingter ani pada jari akibat
rangsangan sakit yang kita berikan pada glans penis atau klitoris
– Mencari kemungkinan adanya massa di dalam lumen rectum
– Menilai keadaan prostat
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS

Pemeriksaan neurologis dapat menentukan gangguan sensoris maupun motoris, misal:


– Residual urin ( neuropathic bladder )
– Incontinence
Pemeriksaan neurologis kulit perianal, tonus sfingter ani & menilai refleks bulbo kavernosus
PEMERIKSAAN
LABORATORIUM

Urinalisis
– Makroskopis (warna, bau, berat jenis)
– Kimiawi (pH, protein, gula)
– Mikroskopis (sel-sel, silinder, bentukan lain)
Darah
– Darah rutin
– Faal ginjal
– Elektrolit
– Faal hepar, pembekuan dan profil lipid
– Pemeriksaan penanda tumor
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Analisis semen
Analisis batu
Kultur urin
Sitologi urin
Histopatologi
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
1. Foto polos abdomen
2. Intravenous Pyelography (IVP)
3. Sistografi
4. Uretrografi
5. Pyelografi retrograd
6. Pyelografi antegrad
7. USG
8. CT scan
Foto Polos Abdomen
Foto polos abdomen atau KUB (kidney Ureter Blader) merupakan foto skrining untuk pemeriksaan kelainan
– kelainan urologi. Menurut Blandy pembacaan foto polos abdomen harus diperhatikan 4 S yaitu (side
(sisi), skeleton (tulang), soft tissue (jaringan lunak) dan stone (batu).
PIELOGRAFI INTRA VENA (PIV)

• Pielografi Intra Vena (PIV) adalah foto yang dapat menggambarkan keadaan system urinaria melalui
bahan kontras radio-opak. Pencitraan ini dapat menunjukkan adanya kelainan anatomi dan kelainan
fungsi ginjal.
• Bahan kontras yang dipakai adalah Jodium dengan dosis 300 mg atau 1 mg/kgbb.8
TAHAP PEMBACAAN FOTO IVP

Menit Uraian

0 Foto polos

5 Melihat fungsi eksresi ginjal. Pada ginjal normal system pelvikaliscal sudah
tampak
15 Kontras sudah mengisi ureter dan buli – buli

30 Foto dalam keadaan berdiri, dimaksudkan untuk melihat kemungkinan terdapat


perubahan posisi ginjal
60 Melihat keseluruhan anatomi saluran kemih, antara lain : filling defect,
hidronefrosis, double system, atau kelainan lain
Pada buli – buli diperhatikan adanya indentasi prostat, trabekulasi, penebalan
otot detrusor, dan sakulasi buli buli
Pasca miksi Menilai sisa kontras (residu urin) dan divertikel pada buli - buli
SISTOGRAFI

Sistogarfi adalah pencitraan buli – buli dengan memakai kontras. Foto ini dapat dikerjakan dengan
beberapa cara, antara lain:
Melalui foto PIV
Memasukkan kontras melalui kateter uretra langsung ke buli – buli
Memasukkan kontras melalui kateter sistotomi atau melalui pungsi suprapubik.
URETROGRAFI

Uretrogarfi adalah pencitraan uretra dengan memakai bahan kontras. Bahan kontras dimasukkan langsung
melalui meatus uretra eksterna sehingg jika terdapat striktura pada uretra akan tampak adanya
penyempitan atau hambatan kontras pada uretra, adanya ekstravasasi kontras pada trauma uretra, atau
adanya filling defect jika terdapat tumor pada uretra
PIELOGRAFI RETROGRAD (RPG)

Pielografi retrograd atau pyelography (RPG) adalah pencitraan sistem urinari bagian atas dengan cara
memasukkan bahan kontras radi – opak langsung melalui kateter ureter yang dimasukkan kontras uretra.
PIELOGRAFI ANTEGRAD

Foto pielografi antegrad adalah pencitraan system urinarius bagian atas dengan cara memasukan kontras
melalui sistem saluran (kaliks) ginjal
USG

USG dapat membedakan antara masa padat (hiperekoik) dengan masa kistik (hipoekoid), sedangkan batu
non opak yang tidak dapat dideteksi foto rontgen akan terdeteksi oleh USG sebagai echoic shadow. Salah
satunya renal ultrasonografi dimana pemeriksaan ini mengevaluasi adanya lesi massa pada ginjal,
hidronefrosis, atau terdapatnya batu atau pecahan batu ginjal
CT SCAN DAN MRI

Kedua pemeriksaan ini banyak dipakai di bidang onkologi untuk menentukan batas – batas tumor, invasi
keorgan di sekitar tumor dan mencari adanya metsastasis ke kelenjer limfe serta ke organ lain.

Anda mungkin juga menyukai