Campuran Tiga Komponen Diagaram Terner 2
Campuran Tiga Komponen Diagaram Terner 2
(DIAGARAM TERNER)
KELOMPOK 5
ANGGOTA :
1. ARIF GUNAWAN
2. AGUSTINA
3. HIDAYATUL AINI
4. ISRA MIRAWATI
5. RETNO SARI
Tujuan praktikum
1. Menjelaskan aturan fasa Gibbs
2. Memahami diagram fasa biner dan terner dengan contoh
3. Menjelaskan titik kritis isothermal atau titik plait
4. Membuat kurva kelarutan suatu cairan yang terdapat dalam dua
cairan tertentu
Landasan teori
Berdasarkan hukum fasa Gibbs, jumlah terkecil variabel bebas yang
diperlukan untuk menyatakan keadaan suatu sistem dengan tepat pada
kesetimbangan diungkapkan sebagai :
F = C–P+2
dimana,
F = jumlah derajat kebebasan
C = jumlah komponen
P = jumlah fasa
Dalam ungkapan diatas, kesetimbangan dipengaruhi oleh suhu,
tekaanan dan komposisi sistem. Jumlah derajat kebebasan untuk sistem
tiga komponen pada suhu dan tekanan tetap dapat dinyatakan sebagai :
F = 3–P
Keterangan :
A & B saling larut sebagian A : air
C larut sempurna dalam A & B B : asam asetat
tentukan rapat masa A B C C : kloroform
Erlenmeyer
mL C 9 8 7 6 5 4 3 2 1 28 °C 30 °C
Pembahasan
Praktikum kelarutan zat ini bertujuan untuk mengetahui berapa
perbandingan pelarut yang harus ditambahkan sehingga dapat
melarutkan suatu zat, sehingga didapatkan perbandingan komponen
yang mempunyai efisiensi yang besar, baik dari segi banyaknya zat
yang dibutuhkan ataupun dari segi sifat zatnya sendiri.
Pemisahan menggunakan pelarut yang tidak larut dengan sempurna
terhadap campuran, tetapi dapat melarutkan salah satu komponen
(solute) dalam campuran. Metode yang digunakan ialah metode titrasi.
Pemisahan dilakukan dengan menggunakan pelarut yang tidak larut
dengan sempurna terhadap campuran, tetapi dapat melarutkan salah
satu komponen dalam campuran tersebut.
Pada praktikum dicampurkan tiga komponen berfasa cair (aquades,
kloroform dan asam asetat glasial). Air dan asam asetat dapat larut
sempurna, demikian pula halnya dengan CCl4 dan asam asetat .
Berbeda dengan air dan CCl4, dimana CCl4 tidak larut dalam air ,
karena CCl4 bersifat non polar sehingga tidak dapat larut dalam
campuran air yang bersifat polar.
Ditambahkan asam asetat glasial yang berfungsi sebagai emulgator
karena asam asetat glasial larut dalam kloroform maupun air.
Percobaan dibagi menjadi 2 yaitu percobaan titrasi 1 dimana titrat yang
digunakan adalah CCl4 dan asam asetat glasial, serta kloroform
sebagai titran. Untuk percobaan titrasi 2 titrat yang digunakan yaitu
CCl4 dan etanol, sedangkan titran yang digunakan yaitu aquades.
Titik akhir titrasi telah tercapai dengan terbentuknya larutan keruh
yang menandakan telah terpisahnya komponen-komponen campuran
dari larutan tiga komponen menjadi dua komponen larutan terner
terkonjugasi.
Semakin banyak asam asetat glasial yang dicampurkan dengan aquades
maka semakin banyak pula kloroform yang dibutuhkan untuk mencapai
titik ekivalen. Jadi asam asetat glasial dapat menaikan kelarutan
kloroform dalam air.
Kesimpulan
Pada praktikum ini, diketahui bahwa Dua komponen larutan yang saling
melarutkan akan membentuk fase tunggal dan yang tak saling
melarutkan akan membentuk daerah berfase dua. Kelarutan dari zat
dalam pencampuran dapat dinaikan atau diturunkan dengan melihat
perbandingannya dari diagram terner. Pencampuran zat akan
homogen (saling melarutkan) jika komposisinya sesuai perbandingan,
apabila komposisi salah satunya melebihi maka akan terjadi
pencampuran heterogen. Titik akhir titrasi ditandai adanya kekeruhan
pada campuran yang menandakan kelarutan dari cairan berkurang dan
menunjukkan telah terpisahnya komponen-komponen campuran
larutan tiga komponen menjadi dua komponen larutan terner
terkonjugasi.
Daftar pustaka