Anda di halaman 1dari 14

CAMPURAN TIGA KOMPONEN

(DIAGARAM TERNER)
KELOMPOK 5
ANGGOTA :
1. ARIF GUNAWAN
2. AGUSTINA
3. HIDAYATUL AINI
4. ISRA MIRAWATI
5. RETNO SARI
Tujuan praktikum
1. Menjelaskan aturan fasa Gibbs
2. Memahami diagram fasa biner dan terner dengan contoh
3. Menjelaskan titik kritis isothermal atau titik plait
4. Membuat kurva kelarutan suatu cairan yang terdapat dalam dua
cairan tertentu
Landasan teori
Berdasarkan hukum fasa Gibbs, jumlah terkecil variabel bebas yang
diperlukan untuk menyatakan keadaan suatu sistem dengan tepat pada
kesetimbangan diungkapkan sebagai :

F = C–P+2
dimana,
F = jumlah derajat kebebasan
C = jumlah komponen
P = jumlah fasa
Dalam ungkapan diatas, kesetimbangan dipengaruhi oleh suhu,
tekaanan dan komposisi sistem. Jumlah derajat kebebasan untuk sistem
tiga komponen pada suhu dan tekanan tetap dapat dinyatakan sebagai :
F = 3–P

Jika dalam sistem hanya terdapat satu fasa, maka F = 2,


berarti untuk menyatakan keadaan sistem dengan tepat perlu ditentukan
konsentrasi dari dua komponennya. Sedangkan bila dalam sistem terdapat
dua fasa dalam kesetimbangan,maka F = 1, berarti hanya satu komponen
yang harus ditentukan konsentrasinya dan konsentrasi komponen yang
lain sudah tertentu berdasarkan diagram fasa untuk sistem tersebut. Oleh
karena sistem tiga kompoen pada suhu dan tekanan tetap mempunyai
jumlah derajat kebebasan paling banyak dua, maka diagram fasa sistem ini
dapat digambarkan dalam satu bidang datar berupa suatu segitiga
samasisi yang disebut diagram terner.
Prinsip menggambarkan komposisi dalam
diagram terner dapat dilihat pada gambar (1) dan (2) di bawah ini.

 Titik A, B dan C menyatakan kompoenen murni. Titik-titik pada sisi Ab, BC


dan Ac menyatakan fraksi dari dua komponen, sedangkan titik didalam
segitiga menyatakan fraksi dari tiga komponen. Titik P menyatakan suatu
campuran dengan fraksi dari A, B dan C masing-masing sebanyak x, y dan z.
 Titik X menyatakan suatu campuran dengan fraksi A = 25%, B = 25%, dan C =50%. Titik-titik
pada garis BP dan BQ menyatakan campuran dengan perbandingan dengan jumlah A dan C
yang tetap, tetapi dengan jumlah B yang berubah. Hal yang sama berlaku bagi garis-garis
yang ditarik dari salah satu sudut segitiga kesisi yang ada dihadapannya. Daerah didalam
lengkungan merupakan daerah dua fasa. Salah satu cara untuk menentukan garis binoidal
atau kurva kelarutan ini ialah dengan cara menambah zat B ke dalam berbagai komposisi
campuran A dan C. Titik-titik pada lengkungan menggambarkan komposisi sistem pada
saat terjadi perubahan dari jernih menjadi keruh. Kekeruhan timbul karena larutan tiga
komponen yang homogen pecah menjadi dua larutan konjugat terner.
Alat dan bahan
Alat :- Erlenmeyer Bahan:
- pipet takar  asam asetat glasial
- bola hisap  air
- Buret  kloroform
- Plastik penutup dan karet  methanol
- Labu takar 100 mL  benzena
- Termometer
Cara kerja
Cairan A B C

Keterangan :
 A & B saling larut sebagian A : air
 C larut sempurna dalam A & B B : asam asetat
 tentukan rapat masa A B C C : kloroform
Erlenmeyer

 buat 9 macam campuran A & C saling larut


 titrasi tiap campuran
 catat jumlah zat C yang digunakan
 catat temperatur kamar sebelum dan sesudah percobaan

Ulangi langkah 3-6


untuk labu ke 2-9
Tabel pengamatan

Labu 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Suhu Suhu


awal akhir
mL A 1 2 3 4 5 6 7 8 9 28 °C 30 °C

mL B 20 8,8 3,7 3,5 2,5 2,4 1,9 1,8 0,5 27 °C 30 °C

mL C 9 8 7 6 5 4 3 2 1 28 °C 30 °C
Pembahasan
Praktikum kelarutan zat ini bertujuan untuk mengetahui berapa
perbandingan pelarut yang harus ditambahkan sehingga dapat
melarutkan suatu zat, sehingga didapatkan perbandingan komponen
yang mempunyai efisiensi yang besar, baik dari segi banyaknya zat
yang dibutuhkan ataupun dari segi sifat zatnya sendiri.
Pemisahan menggunakan pelarut yang tidak larut dengan sempurna
terhadap campuran, tetapi dapat melarutkan salah satu komponen
(solute) dalam campuran. Metode yang digunakan ialah metode titrasi.
Pemisahan dilakukan dengan menggunakan pelarut yang tidak larut
dengan sempurna terhadap campuran, tetapi dapat melarutkan salah
satu komponen dalam campuran tersebut.
Pada praktikum dicampurkan tiga komponen berfasa cair (aquades,
kloroform dan asam asetat glasial). Air dan asam asetat dapat larut
sempurna, demikian pula halnya dengan CCl4 dan asam asetat .
Berbeda dengan air dan CCl4, dimana CCl4 tidak larut dalam air ,
karena CCl4 bersifat non polar sehingga tidak dapat larut dalam
campuran air yang bersifat polar.
Ditambahkan asam asetat glasial yang berfungsi sebagai emulgator
karena asam asetat glasial larut dalam kloroform maupun air.
Percobaan dibagi menjadi 2 yaitu percobaan titrasi 1 dimana titrat yang
digunakan adalah CCl4 dan asam asetat glasial, serta kloroform
sebagai titran. Untuk percobaan titrasi 2 titrat yang digunakan yaitu
CCl4 dan etanol, sedangkan titran yang digunakan yaitu aquades.
Titik akhir titrasi telah tercapai dengan terbentuknya larutan keruh
yang menandakan telah terpisahnya komponen-komponen campuran
dari larutan tiga komponen menjadi dua komponen larutan terner
terkonjugasi.
Semakin banyak asam asetat glasial yang dicampurkan dengan aquades
maka semakin banyak pula kloroform yang dibutuhkan untuk mencapai
titik ekivalen. Jadi asam asetat glasial dapat menaikan kelarutan
kloroform dalam air.
Kesimpulan
Pada praktikum ini, diketahui bahwa Dua komponen larutan yang saling
melarutkan akan membentuk fase tunggal dan yang tak saling
melarutkan akan membentuk daerah berfase dua. Kelarutan dari zat
dalam pencampuran dapat dinaikan atau diturunkan dengan melihat
perbandingannya dari diagram terner. Pencampuran zat akan
homogen (saling melarutkan) jika komposisinya sesuai perbandingan,
apabila komposisi salah satunya melebihi maka akan terjadi
pencampuran heterogen. Titik akhir titrasi ditandai adanya kekeruhan
pada campuran yang menandakan kelarutan dari cairan berkurang dan
menunjukkan telah terpisahnya komponen-komponen campuran
larutan tiga komponen menjadi dua komponen larutan terner
terkonjugasi.
Daftar pustaka

Atkins, P.W.2006.Kimia Fisika.Jakarta:Erlangga


A.W. Francis. 1963.Liquid-Liquid Equilibriums. New York.Interscience
Publisher
Sukardjo.1997.Kimia Fisika.Yogyakarta:UGM
Tim Kimia Fisika.2015.Penuntun Praktikum Kimia Fisika 1.Padang:UNP

Anda mungkin juga menyukai