ANALISIS KREDIT “MAKSUD MEMPELAJARI ANALISIS KREDIT”
DOSEN : SINGGIH SETIAWAN,SE,MM
POLITEKNIK PUSMANU PEKALONGAN Analisis kredit adalah cara untuk menghitung kelayakan kredit suatu usaha atau organisasi. Dengan perkataan lain, analisis kredit adalah penilaian kemampuan suatu perusahaan menghargai semua kewajiban keuangannya. Laporan keuangan teraudit dari sebuah perusahaan besar dapat dianalisis ketika perusahaan itu menerbitkan obligasi. Atau, sebuah bank dapat menganalisis laporan keuangan suatu usaha kecil sebelum pinjaman komersial diberikan atau diperbarui. Istilah ini mengacu pada kedua kasus, apakah bisnis itu besar atau kecil. Tujuan analisis kredit adalah untuk meneliti calon peminjam dan fasilitas pinjaman yang diajukan dan untuk menetapkan kadar risiko. Kadar risiko diperoleh dengan menaksir peluang kegagalan oleh calon peminjam pada tingkat kepercayaan tertentu selama berjalannya fasilitas, dan dengan menaksir jumlah kerugian yang akan dialami pemberi pinjaman jika kegagalan terjadi. Analisis kredit melibatkan beragam teknik analisis keuangan, termasuk rasio dan analisis tren serta pembentukan proyeksi dan analisis arus kas terperinci. Analisis kredit juga mencakup pemeriksaan terhadap jaminan dan sumber pembayaran lainnya serta riwayat kredit dan kemampuan manajemen. Analis berupaya memperkirakan peluang kegagalan calon peminjam atas utangnya, dan juga derita kerugian jika terjadi gagal bayar. Sebaran kredit--perbedaan dalam suku bunga antara investasi "tanpa-risiko" secara teoretis seperti treasury di Amerika Serikat atau LIBOR di Inggris dan investasi yang mengandung beberapa risiko gagal bayar-- mencerminkan analisis kredit oleh pelaku pasar keuangan.[1] Sebelum pinjaman komersial disetujui, bank akan melihat semua faktor ini dengan penekanan utama pada arus kas calon peminjam. Pengukuran kemampuan bayar yang lazim digunakan adalah rasio cakupan layanan utang. Analis kredit pada suatu bank akan mengukur kas yang dihasilkan oleh suatu usaha (sebelum pengeluaran bunga dan tidak termasuk penyusutan dan biaya non-tunai atau luar biasa lainnya). Rasio cakupan layanan utang membagi jumlah arus kas ini dengan layanan utang (pembayaran pokok maupun bunga pada semua pinjaman) yang harus dipenuhi. Para bankir komersial biasanya menentukan cakupan layanan utang paling sedikit 120 persen. Dengan perkataan lain, rasio cakupan layanan utang hendaklah 1,2 atau lebih tinggi untuk menunjukkan bahwa cadangan tambahan tersedia dan bahwa usaha itu bisa memenuhi persyaratan utangnya. Maksud dan tujuan dilakukan analisis kredit atas permohonan kredit agar aktiva produktif yang ditempatkan tersebut tidak menjadi kredit bermasalah atau kredit macet (Non Performing Loan). Menurut Supriyono (2011:161) menyatakan proses analisis kredit mempunyai tujuan utama yang paling hakiki, yaitu agar bank membuat satu keputusan kredit yang baik dan benar “make a good loan”, sehingga terhindar dari keputusan kredit yang keliru yang menyebabkan kredit bermasalah “bad loan”. Analisis kredit harus dibuat secara lengkap, akurat dan objektif yang minimal meliputi hal-hal sebagai berikut: Menggambarkan semua informasi yang berkaitan dengan usaha dan data pemohon termasuk hasil penelitian pada daftar kredit macet. Penilaian atas kelayakan jumlah permohonan kredit dengan proyek atau kegiatan usaha yang akan dibiayai, dengan sasaran menghindari kemungkinan terjadinya praktek mark-up yang dapat merugikan bank. Menyajikan penilaian yang objektif dan tidak dipengaruhi oleh pihak- pihak yang berkepentingan dengan pemohon kredit. Analisis kredit tidak boleh merupakan suatu formalitas yang dilakukan semata- mata untuk memenuhi prosedur. (Banker Association for Risk Management (BARA) dengan Lembaga Sertifikasi Profesi Perbankan (LSPP), 2011) DASAR-DASAR ANALISA KREDIT 1. Maksud mempelajari Analisa Kredit : Kita dapat mengetahui bahwa kredit itu diberikan oleh lembaga-lembaga kredit baik bank maupun non bank. Semua pemberi kredit mengharapkan kredit yang diberikan dapat dipergunakan secara maksimal manfaatnya oleh para debitur. Dengan demikian maka pemberi kredit tersebut tidak memberatkan debitur meskipun ada kewajiban membayar bunga. 2. Keselamatan aset pemberi kredit : Dalam hal ini pemberian kredit atau bantuan dalam bentuk bukan kredit lembaga kredit harus aman assetnya, dalam arti si debitur atau yang dipinjamkan kredit harus dapat menunaikan kewajiban sesuai perjanjian yang disetujui semula. 3. Kelancaran pemasukan hasil bunga : Bunga kredit atau jasa atau imbalan lainnya diharapkan oleh pemberi kredit dapat diterima dengan lancar. Bagaimana Analisis Kredit : Yaitu bagaimana analisis kredit mempelajari calon penerima kredit atau penerima bantuan dilihat dalam hal kemampuan usaha dalam memperoleh hasil, maka kita akan mengetahui pula bagaimana analisis harus melakukan tugasnya.