Anda di halaman 1dari 27

TES FUNGSI PARU

(SPIROMETRI)
Anindita Farhana Balqis
1810221082
Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jakarta

DEPARTEMEN / SMF ILMU PENYAKIT DALAM


RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
FAKULTAS KEDOKTERAN
Pembimbing UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
dr. Indah Rahmawati, Sp.P 2019
BAB I
PENDAHULUAN
Test fungsi paru adalah test bernapas untuk mengetahui seberapa baik anda
dalam memindahkan udara masuk dan keluar dari paru-paru serta seberapa
baik oksigen masuk kedalam tubuh.

Spirometri yang berarti pengukuran napas merupakan test fungsi paru yang
digunakan secara rutin untuk mengukur jumlah dan kecepatan udara yang bisa
dihirup dan dihembuskan. Hasil dari test ini dapat digunakan untuk memperkirakan
fungsi paru-paru dan membantu dalam mendiagnosis gangguan napas tertentu
(American Thoracic Society, 2014)
Indikasi lain penggunaan spirometri adalah untuk menentukan kekuatan dan fungsi dada,
mendeteksi berbagai penyakit saluran pernapasan terutama akibat pencemaran lingkungan
dan asap rokok. Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk menentukan diagnosis tetapi
juga penting untuk menilai beratnya obstruksi, berat retraksi dan efek pengobatan (Rio et al
2013).

Uji fungsi paru yang paling sederhana adalah ekspirasi paksa. Volume ekspirasi
paksa detik pertama (VEP1 / KVP) / kapasitas vital paksa (KVP)

Pemeriksaan ini sangat bergantung kepada kemampuan


penderita sehingga dibutuhkan instruksi operator yang jelas
dan kooperatif penderita. Untuk mendapatkan nilai yang
akurat, diambil nilai tertinggi dari 2-3 nilai yang repoducible
dari rasio VEP1/KVP <75% dan VEP<80% nilai prediksi
(Guyton, 2013).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI

BAGIAN ATAS

SISTEM
PERNAFASAN

BAGIAN BAWAH
FISIOLOGI
PERNAPASAN
VENTILASI PARU

DIFUSI O2 DAN
CO2
4 FUNGSI
PERNAPASAN
PENGANGKUTAN
O2 DAN CO2

PENGATURAN
VENTILASI
OTOT
PERNAFASAN

OTOT INSPIRASI OTOT EKSPIRASI

1. REKTUS
1. M.INTERKOSTALIS ABDOMINALIS
EKSTERNA 2. INTERKOSTALIS
2. STERNOKLEIDOMA INTERNUS
STOIDEUS
3. SKALENUS
4. DIAFRAGMA
UJI FAAL PARU
(SPIROMETRI)
DEFINISI

Spirometri merupakan suatu pemeriksaan yang menilai fungsi


paru terintegrasi mekanik paru, dinding dada dan otot-otot
pernapasan dengan mengukur jumlah volume udara yang
dihembuskan dari kapasitas paru total (TLC) ke volume residu
(ATS, 2014).
INDIKASI KONTRAINDIKASI

1. DIAGNOSIS
1.Kontraindikasi absolut
2. MONITORING
2.Kontraindikasi relatif
3. EVALUASI KECACATAN ATAU

KELUMPUHAN

4. KESEHATAN MASYARAKAT
Volume Statis dan Volume Dinamik

VOLUME DINAMIS :
VOLUME STATIK :
1. Kapasitas Vital Paksa/Force Vital
1. Volume Tidal
Capacity (FVC)
2. Volume Cadangan Inspirasi
2. Kapasitas vital lambat/ sow vital
3. Volume Cadangan Ekspirasi
capacity (SVC)
4. Volume Residu
3. Volume ekspirasi paksa pada
5. Kapasita Paru Total
detik pertama/ Force Expiration
6. Kapasitas Vital
Volume (FEV1)
7. Kapasitas inspirasi
4. Maximal voluntary ventilation
8. Kapasitas Residu Fungsional
(MVV)
PROSEDUR PEMERIKSAAN SPIROMETRI
PERSIAPAN TINDAKAN
PASIEN
• Bebas rokok minimal 2 jam
sebelum pemeriksaan
ALAT DAN BAHAN • Tidak boleh makan terlalu
• Alat spirometer yang telah kenyang, sesaat sebelum
pemeriksaan
dikalibrasi untuk volume dan • Tidak boleh berpakaian terlalu
arus minimal 1 kali seminggu ketat
• Tidak melakukan latihan berat
• Mouth piece sekali pakai atau • Penggunaan bronkodilator kerja
penggunaan berulang 1 buah singkat terakhir minimal 8 jam
sebelum pemeriksaan dan 24
• Wadah berisi savlon yang jam untuk bronkodilator kerja
telah diencerkan dengan air panjang
• Memasukan data ke dalam alat
untuk merendam mouth piece spirometri, data berikut adalah
yang digunakan beruang. identitas diri (nama), jenis
kelamin, umur, berat badan,
tinggi badan, suhu ruangan.
RUANG DAN FASILITAS
• Ruangan harus mempunyai sistem
ventilasi yang baik
• Suhu ruangan tempa pemeriksaan
tidak boleh <17°C atau >40°C OPERATOR
• Pemeriksaan terhadap pasien yang
• Harus menguasai teknik
spirometri
dicurigai menderita penyakit infeksi • Harus bisa membaca hasil
saluran napas dilakukan pada urutan spirometri
pada urutan terakhir dan setelah itu • Cuci tangan
harus dilakukaan tindakan antiseptik
pada alat. Sebaiknya pemeriksaan
untuk pasien tuberkulosis dipisahkan
dari non-tuberkulosis.
PROSEDUR TINDAKAN

• Dilakukan pengukuran tinggi badan, kemudian


tentukan besar nilai dugaan berdasarkan nilai
standar
• Pemeriksaan sebaiknya dilakukan dalam posisi
berdiri dan atau duduk tegak
• Penilaian meliputi VC, FVC,FEV1, MMV:
Kapasitas Vital (Vital Capacity, VC)

a. Pilih pemeriksaan kapasitas vital pada alat spirometri


b. Menerangkan manuver yang akan dilakukan
c. Pastikan bibir pasien melingkupi sekeliling mouth piece
sehingga tidak ada kebocoran
d. Instruksi pasien mengirup udara sebanyak mungkin dan
kemudian udara dikeluarkan sebanyak mungkin melalui
mouth piece
e. Manuver dilakukan minimal 3 kali
Kapasitas vital paksa (Forced Vital Capacity, FVC) dan
Volume ekspirasi paksa detik pertama (Forced Expiratory
Volume in One Second, FEV1)

a. Pilih pemeriksaan FVC pada alat spirometri


b. Menerapkan manuver yang akan dilakukan
c. Pastikan bibir pasien melingkupi sekeliling mouth piece sehingga
tidak ada kebocoran
d. Instruksikan pasien menghirup udara semaksimal mungkin dengan
cepat kemudian sesegera mungkin udara dikeluarkan melalui
mouth piece dengan tenaga maksimal hingga udara dapat
dikeluarkan sebanyak-banyaknya
e. Nilai FEV1 ditentukan dari FVC dalam 1 detik pertama (otomatis)
f. Pemeriksaan dilakukan 3 kali
Maksimal Voluntary Ventilation
(MVV)

a. Pilih pemeriksaan MVV pada alat spirometri


b.Menerangkan manuver yang akan dilakukan
c. Pastikan bibir pasien melingkupi sekeliling mouth
piece sehingga tidak ada kebocoran
d.Instruksikan pasien bernapas cepat dan dalam
selama 15 detik
e.Manuver dilakukan 1 kali
KRITERIA ACCEPTABLE

Kriteria hasil acceptable (minimal terdapat 3 hasil acceptable):


a. Inspirasi penuh sebelum pemeriksaan
b. Memenuhi syarat ekspirasi yaitu dengan usaha maksimal dan tidak ragu-ragu
c. Tidak batuk atau glotis menutup selama detik pertama
d. Memenuhi lama pemeriksaan yaitu minimal 6 detik atau sampai 15 detik pada
subjek dengan kelainan obstruksi
e. Tidak terjadi kebocoran
f. Tidak terjadi obstruksi pada mouth piece
KRITERIA REPRODUCIBLE

a. Nilai KVP dan VEP1 : dua nilai terbesar dengan perbedaandiantaranya 5% atau 100
ml (yang mana saja yang lebih besar)
b. Jika tidak memenuhi kriteria maka lanjutkan pemeriksaan
c. Jika tidak di dapat setelah 8 kali pemeriksaan maka pemeriksaan dihentikan dan
interpretasi hasil yang di dapat dengan menggunakan 3 hasil terbaik yang
acceptable.
SELEKSI NILAI UNTUK INTERPRETASI

a. Pilih hasil yang acceptable dan repoducible


b. Pilih nilai KVP dan VEP1 yang terbesar tanpa memperhatikan pemeriksaan
yang digunakan
c. Untuk indeks rerata kecepatan aliran menggunakan nilai pemeriksaan dengan
nilai terbesar kombinasi KVP dan VEP1
PARAMETER PENTING YANG DIUKUR

VEP1 yang rendah menggambarkan obstruksi saluran napas, makin rendah nilai
VEP1 menggambarkan keparahan penyakit

Nilai KVP atau KV yang menurun lebih dominan menandakan kelainan restriksi
KVP atau KV namun juga bisa pada kelainanobstruksi ataupun kombinasi/mix

Nilai normal dewasa 75-85% menurun sesuai umur, lebih sensitif untuk kelainan
VEP1/KVP
obstruksi derajat ringan atau untuk deteksi dini. Jika nilai VEP1 rendah disertai
Atau
rasio VEP1/KVP normal = kelainan restriksi, VEP1 rendah disertai rasio
VEP1/KV
VEP1/KVP menurun =kelainan obstruksi.
DEFEK OBSTRUKSI

DEFEK RESTRIKTIF
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai