Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

PERILAKU KEKERASAN
DI RS ERNALDI BAHAR PALEMBANG

Pembimbing ASKEP
Penguji ASKEP
Zulian Effendi, S.Kep., Ns., M.Kep
Herliawati, S.Kp., M.Kes
LATAR BELAKANG

Kesehatan menurut World


Health Organization
(WHO)

Penyebab dari perilaku kekerasan


yaitu kehilangan harga diri karena
Gangguan jiwa tidak dapat memenuhi kebutuhan
sehingga individu tidak berani
bertindak, cepat tersinggung dan
lekas marah

Perilaku Kekerasan
TUJUAN
TUJUAN TUJUAN
UMUM KHUSUS

MANFAAT:

1. Bagi mahasiswa
2. Bagi instansi keperawatan
Perilaku Kekerasan

Peran Keperawatan Jiwa TINJAUAN


Untuk Mengatasi Perilaku Kecemasan
Kekerasan PUSTAKA

Konsep relaksasi otot


progresif
Gambaran
kasus kelolaan
Tn. D

Klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit dirinya melakukan


pemukulan terhadap orang-orang yang ada di sekitarnya. Klien
mengatakan sebelum melakukan pemukulan dirinya mengalami
banyak sekali masalah, mulai dari masalah keluarga hingga masalah
pekerjaan. Selain itu klien juga sering membanting-banting baarang
seperti gelas piring dan lain-lain. Klien mengatakan sekitar 2 bulan
yang lalu klien berlari-lari dan mengamuk serta jika ada orang yang
mendekat pasti di pukul. Kemudian klien diamankan oleh warga dan
dipasung serta di ikat tangannya menggunakan borgol. Sekitar 2
minggu selanjurnya klien mengamuk lagi tanpa alasan yang jelas,
memukul dan hamper membunuh temannya. Kemudian klien langsung
dibawa oleh keluarnyanya ke RS. Ernaldi Bahar Palembang.
Gambaran
kasus kelolaan
Tn. S

Tn. S dibawa ke Rumah sakit Ernaldi Bahar oleh istri,


adik dan paman. Keluarga mengatakan 1 hari sebelum
masuk RS, Tn. S berusaha bunuh diri dengan pisau,
membentur-benturkan kepala ke dinding. Saat dirumah
Tn. S juga sering berusaha memukul orang lain yaitu
ibu dan suaminya sehingga Tn. S dibawa oleh keluarga
ke RS ernaldi Bahar.
Gambaran
kasus kelolaan
Tn. E

Tn. E mengatakan bahwa dirinya dibawa oleh keluarga ke RS tanpa sepengetahuan dirinya. Tn. E
mengatakan bahwa keluarganya mengatakan bahwa akan diajak untuk memperbaiki TV yang
rusak, namun ternyata dibawa ke RS. Tn. E mengatakan sebelumnya di rumah mengamuk,
marah-marah, membanting barang/perabotan rumah, merusak pintu rumah, memecahkan
barang elektronik di rumah dan berkelahi dengan kakak iparnya. Tn. E mengatakan melihat
seseorang yang menyuruhnya untuk mengamuk di rumah. Tn. E mengatakan merasa kesal
dengan keluarganya terkhusus saudara perempuannya (Ny. RA), suami Ny. RA, dan anak Ny. RA
yang tinggal satu rumah dengannya. Tn. E mengatakan bahwa dirinya pertama kali dibawa ke
RS Ernaldi Bahar meski sebelumnya pernah mengamuk di rumah dengan alasan yang sama.
Berdasarkan wawancara dengan keluarga (Ny. RA) sejak ±3 bulan yang lalu Tn. E sering
mengamuk, menghancurkan barang di rumah, marah-marah, mondar-mandir, sering berbicara
sendiri, tertawa sendiri, tidak mau berkumpul dengan keluarga, sering menyendiri, susah tidur,
sering keluyuran khususnya pada malam hari, gelisah, tidak mau mandi, mudah tersinggung
saat diajak berbicara, hingga 3 hari yang lalu pernah mengancam saudara ipar Tn. E (suami Ny.
RA) dengan pisau sehingga keluarga membawa Tn. E ke RS.
Masalah Keperawatan Intervensi yang dilakukan
menggunakan terapi generalis:
menggunakan 4 SP RPK dan
terapi modalitas untuk
mengatasi kecemasan:
Perilaku Kekerasan
Relaksasi Otot progresif
Ansietas
Analisis Data

Bivariat:

Uji Marginal Homogeneity

Univariat:
Distribusi kemampuan
sosialisasi sebelum dan
setelah diberikan permainan
ular tangga
Berdasarkan hasil evaluasi yang didapatkan dari ketiga pasien dapat melakukan semua

strategi pelaksanaan perilaku kekerasan secara mandiri. Salah satu pasien yang bernama

Tn. S lebih cepat menangkap apa yang diajarkan oleh Co-Ners karena pasien sudah pernah

dirawat sebelumnya dan sudah terpapar dengan latihan strategi pelaksanaan, pasien

dirawat kembali dikarenakan pasien tidak patuh terhadap obat. Sedangkan hasil evaluasi

dalam mengatasi kecemasan didapatkan dari ketiga pasien dapat melakukan latihan

relaksasi otot progresif yang telah di ajarkan dan pasien dapat mengikuti dengan baik.
SIMPULAN

Hasil evaluasi untuk diagnosa perilaku


kekerasan yang didapatkan penulis yaitu, Hasil evaluasi untuk diagnosa
pasien mampu menerapkan strategi ansietas yang didapatkan penulis
pelaksanaan yaitu dengan nafas dalam, yaitu, pasien mampu mengikuti
pukul bantal dan kasur, mengungkapkan gerakan-gerakan relaksasi otot
marah dengan baik, beribadah kepada progresif dengan baik
Tuhan dan minum obat teratur, dapat
disimpulkan pasien mampu melaksanakan
cara mengontrol perilaku kekerasan.

Diharapkan hasil analisa studi


kasus ini sebagai penambah
wawasan dalam memberikan
asuhan keperawatan pada pasien
perilaku kekerasan

Anda mungkin juga menyukai