Anda di halaman 1dari 47

SISTEM

ENZIM
oleh :
Prof. drh. Dondin Sajuthi, MST, PhD
Model struktur pengisi ruang dari lisozim, suatu enzim yang biasa
ditemukan dalam air mata dan saliva yang mampu menghancurkan
dinding sel bakteri dengan menghidrolisis polisakarida
 Enzim merupakan protein yang berfungsi sebagai
biokatalisator di dalam sel (ada yg berbentuk RNA)

 Reaksi kimia di dalam sel dikatalisis oleh enzim-enzim


spesifik

 Ciri khas reaksi enzimatik yaitu:


 Tidak terdapat hasil samping (side product)
 Sangat spesifik
 Mempunyai kecepatan katalitik yang sangat tinggi
 Dapat diregulasi
Sifat-sifat lain enzim :
 Merupakan biokatalisator. Pada akhir reaksi,
enzimnya tetap utuh bila keadaanya ideal
 Termolabil, mudah rusak/denaturasi pada
suhu lebih besar dari 60°C
 Dibutuhkan dalam jumlah sedikit, karena
sebagai biokatalisator reaksinya cepat dan
dapat digunakan berulang-ulang
 Bekerja di dalam sel (endoenzim) dan diluar
sel (ektoenzim, contoh: amilase, maltase)
 Umumnya bereaksi satu arah, namun ada juga
yg bereaksi 2 arah, contohnya:
lipase
lemak asam lemak + gliserol
Katalis:
 molekul yang mempercepat
reaksi
 tidak berubah/tidak
berpartisipasi dalam reaksi
tersebut
 Mengubah energi bebas aktivasi
(G‡) tetapi tidak merubah
energi bebas standar (Go)
dalam suatu reaksi
G‡ adalah jumlah energi yang diperlukan
untuk mengubah 1 mol substrat dari keadaan
dasar ke keadaan transisi
Aktifitas minimum terjadi pada awal reaksi,
dimana jumlah substrat sangat besar dan
jumlah produk sangat kecil (hampir nol)
Aktifitas maksimum terjadi pada fase statik
(steady state), dimana jumlah substrat dan
produk tidak berubah dengan bertambahnya
waktu.
 Energi aktivasi yang
diperlukan untuk reaksi
antara CO2 CO2 dengan H2O
dirurunkan oleh enzim
karbonat anhidrase
 Enzim ini terdapat dalam
darah yang akan
mengkonversi CO2 dan H2O
menjadi H2CO3 yang dalam
1 menit 1 molekul
anhidrase bisa
menghasilkan 106 molekul
H2CO3
Reaksi enzimatik:
k1 S= substrat
S P P= produk
k2 k= konstan laju reaksi

Aktifitas enzim adalah nilai/ukuran yg menunjukkan


kapasitas enzim untuk mengubah Substrat menjadi
produk per satuan waktu, yang ditunjukkan oleh:
 jumlah substrat yg berubah ( laju berkurangnya S)
 jumlah produk yg berubah (laju pertambahan P)

Reaksi biokimia akan terjadi bila energi total


substrat lebih besar daripada energi total produk
KLASIFIKASI ENZIM

Kelas Peranan
1. Oksidoreduktase mengkatalisa reaksi oksidasi &
reduksi
2. Transferase Memindahkan gugus fungsional dari
satu substrat ke substrat yang lain.
3. Hidrolase mengkatalisa reaksi hidrolisis
4. Liase mengambil 2 gugus dari substrat &
meninggalkan ikatan rangkap.
5. Isomerase mengubah isomer
6. Ligase mengkatalisa pembentukan ikatan
kovalen dengan hidrolisis ATP sebagai
sumber energi.
Klasifikasi enzim
Mekanisme katalitik/cara kerja enzim :

 Aktifitas katalitik enzim ditentukan oleh konformasi


protein enzim. Molekul enzim berukuran lebih besar
daripada substratnya.

 Substrat bergabung dengan enzim pada tempat yg


spesifik yaitu bagian active site/binding site.

 Keeratan hubungan enzim-substrat (spesifisitas enzim)


ditentukan kecocokan konformasi binding site dan
substrat.

 Setelah menempati binding site, enzim & substrat


dapat berinteraksi secara spesifik melalui ikatan non
kovalen (ikatan H, ikatan ionik dan ikatan Van der
Walls)
Pada permukaan
enzim, terdapat
daerah sempit yang
disebut active site
yaitu tempat
berikatannya enzim
substrat dengan
enzim dan
menghasilkan suatu
produk
Spesifisitas ikatan enzim substrat
 Beberapa enzim mengkatalis reaksi yang spesifik
untuk satu substrat, misalnya:urease yang hanya
menghidrolisis urea

 Ada juga enzim yang mengkatalis reaksi suatu


kelompok substat, misalnya: heksokinase yang akan
menambahkan gugus fosfat pada kelompok heksosa

 Spesifisitas enzim substrat digambarkan dalam


bentuk:
 lock and key model
 induced-fit model
 Lock and key model,
diperkenalkan oleh Emil
Fishcer tahun 1890, dimana
enzim akan terikat pada satu
jenis substrat spesifik. Active
site bersifat kaku dan hanya
substrat dengan struktur yang
cocoklah yang akan bereaksi
 Induced-fit model,
diperkenalkan oleh Daniel
Koshland, mempunyai
spesifisitas yang lebih luas
dimana terjadi penyesuain
bentuk geometri antara active
site enzim dengan substrat
 Substrat yang sama sekali
tidak cocok dengan active site
tidak akan bereaksi
Induced-fit model pada enzim heksokinase, adanya
ikatan dengan substrat mengakibatkan terjadinya
perubahan konformasi enzim, a) sebelum berikatan
dengan substrat, b) setelah berikatan
 Beberapa jenis enzim hanya terdiri atas polipeptida dan
tidak mengandung gugus kimia lain selain asam amino,
misalnya: ribonuklease pankreas
 Beberapa jenis enzim juga memerlukan molekul non-
protein untuk aktivitasnya yang disebut kofaktor yang
berupa:
 Molekul anorganik seperti Mg2+, Fe2+ atau Zn2+
 Molekul organik kompleks yang disebut koenzim
 Enzim dengan struktur sempurna dengan koenzim atau
gugus logam lainnya disebut holoenzim
 Bagian protein dari enzim yang mudah terdenaturasi oleh
panas disebut apoenzim
Ion-ion yang berperan sebagai kofaktor

Fe 2+ cytokrom, peroksidase, katalase,


ferrodoxin
Cu 2+ Tyrosinase, cytokrom oksidase,

K + Pyruvat kinase

Zn 2+ Alkohol dehydrogenase, carbonic


anhydrase, carboxypeptidase
Mg 2+ Phosphohydrolase, phosphotransferase

Mn 2+ Arginase, phosphotransferase
Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas
enzim:

 Enzim sangat sensitif terhadap suhu, biasanya enzim


mempunyai suhu optimum pada 37oC. Pada suhu yang
rendah aktivitas katalitiknya menurun, sedangkan pada
suhu tinggi (diatas 50oC) bisa menyebabkan denaturasi
sehingga enzim inaktif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim
(lanjutan):
 Enzim akan mempunyai aktivitas maksimum pada kondisi
pH optimum. Pada kondisi pH yang lebih tinggi atau
lebih rendah dari pH optimum akan menyebabkan
denaturasi enzim sehingga kehilangan aktivitasnya
 Dalam tubuh pH optimum umumnya 7,4 ; tetapi ada juga
yang berbeda tergantung tempat, misalnya pepsin dalam
lambung pH = 2, urease dalam hati pH = 5, arginase
dalam hati pH = 9,7
Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim
(lanjutan):
 Konsentrasi enzim dan substrat:
 kecepatan reaksi akan meningkat ketika konsentrasi enzim
meningkat dan konsentrasi substrat konstan (a)
 Meningkatnya konsentrasi substrat akan meningkatkan
kecepatan reaksi sampai semua enzim yang tersedia
terjenuhkan (b)
Kinetika Enzim
 Kecepatan reaksi tergantung pada konsentrasi
enzim, jika konsentrasi substrat berlebihan
maka banyaknya substrat yang
ditransformasikan akan sesuai dengan tingginya
konsentrasi enzim yang digunakan

 Jika konsentrasi enzim yang digunakan tetap,


sedangkan konsentrasi substrat dinaikan,maka
pada penambahan pertama kecepatan reaksi
akan naik dengan cepat, tetapi jika
penambahan substrat dilanjutkan, maka
tambahan kecepatan mulai menurun sampai
pada suatu saat tidak ada lagi kecepatan reaksi
Hubungan kecepatan reaksi
enzim dengan konsentrasi
substrat dinyatakan dengan
persamaan Michaelis-
Menten:

v = Vmax (S)
Km + (S)

v = kecepatan reaksi enzim dengan


kadar substart [S]
Km = tetapan Michaelis (mol/L)
Vmaks = kecepatan maksimum enzim
 Vmax dicapai bila semua molekul enzim telah jenuh
dengan S sehingga semua molekul E membentuk
kompleks ES.
k1 k3
E+S ES E + P
k2

 Dalam keadaan stabil (steady state) laju reaksi


pembentukan ES akan seimbang/sama dengan laju
disosiasi/perombaknya.

k1(E)(S) = (k2+k3)(ES)

k2 + k3 = (E)(S) = Km (konstanta)
k1 (ES)

Km= menunjukkan keeratan ikatan ES, Km >> , ikatan ES kurang kuat


Km << ikatan ES kuat
 Persamaan Michaelis-Menten bisa
dikonversi ke persamaan Lineweaver-
Burk double reciprocal plot:

1/v = Km/Vmaks.1/[S] +1/Vmaks

 Persamaan ini merupakan persamaan


garis lurus:

y= mx + b

y = 1/v, x = 1/[S], m = Km/Vmaks


b = 1/Vmkas
Slope = Km/Vmaks
Intersept terhadap garis vertikal = 1/Vmaks
Intersept terhadap garis horizontal = -1/Km
Satuan untuk menyatakan nilai reaksi enzim:
 Aktifitas (activity) = IU (International Unit) yaitu jumlah
enzim untuk mengubah 1 umol substrat menjadi produk
per detik, pada suhu 25°C

 Aktifitas spesifik (specific activity) :

= Jumlah umol substrat menjadi produk per detik


Konsentrasi protein (mg/ml)

 Laju reaksi enzim (turnover number) adalah jumlah


substrat yang diubah menjadi produk pada 25°C/mol/
enzim/detik
Inhibitor Enzim
 Aktivitas katalitik enzim bisa dihambat oleh suatu
molekul yang disebut inhibitor seperti beberapa jenis
obat, antibiotik, pengawet makanan, dan racun.
 Penelitian mengenai inhibitor enzim penting terutama
untuk pengembangan terapi klinis, contohnya inhibitor
protease HIV untuk anti AIDS
 Inhibitor enzim merupakan suatu molekul yang akan
berkompetisi dengan substrat untuk terikat pada active
site dari enzim bebas, terikat pada kompleks ES, atau
terikat pada sisi selain active site.
 Ada tiga kelas inhibitor: competitive, uncompetitive,
dan noncompetitive
Competitive inhibitor

 Competitive inhibitor
terikat pada enzim bebas
membentuk kompleks EI,
bukan pada kompleks ES
 Karena adanya kesamaan
struktur dengan substrat,
inhibitor ini dapat
dicegah dengan
menaikkan konsentrasi
substrat
Contoh inhibitor suksinat dehidrogenase yang
mengubah suksinat menjadi fumarat akan
dihambat oleh malonat
Noncompetitive inhibitor

 Pada inhibisi
noncompetitive, inhibitor
terikat baik pada enzim
bebas maupun pada
kompleks ES, sehingga
kecepatan reaksinya
menurun
 Inhibitor ini menyebabkan
terjadinya modifikasi
konformasi enzim sehingga
menghalangi pembentukan
produk
Uncompetitive inhibitor
 Pada inhibisi
uncompetitive, inhibitor
terikat pada kompleks
ES, bukan pada enzim
bebas
 Konstanta disosiasinya
adalah:
Ki = [EIS]/[E][S]
 Biasanya terjadi pada
enzim yang mempunyai
lebih dari satu substrat
a) Inhibisi competitive, terjadi peningkatan nilai Km,
sedangkan nilai Vmaks tidak berubah
b) Inhibisi uncompetitive, terjadi perubahan nilai Km dan
Vmaks
c) Inhibisi noncompetitive, terjadi penurunan nilai
Vmaks, dan nilai Km tetap
Inhibitor reversibel

 Inhibitor berikatan dengan enzim melalui ikatan


non kovalen sehingga ikatan tidak stabil.
 Bila inhibitor dihilangkan maka aktivitas enzim
akan pulih kembali
Inhibitor ireversibel

 Penghambatan bersifat permanen


 Biasanya bereaksi dengan gugus fungsional dari enzim
sehingga menurunkan bahkan meniadakan aktivitas
enzim
 Bisa juga disebabkan perubahan konformasi karena
reaksi inhibitor dengan gugus fungsional yang jauh dari
situs aktif.
 Contohnya Iodoacetat bereaksi dengan gugus sulfidril
pada enzim
Defisiensi Enzim
 Defisiensi enzim biasanya dicirikan dengan terjadinya
akumulasi enzim tersebut di dalam plasma sehingga
konsentrasinya meningkat baik dalam plasma maupun
urin, Misalnya:
 Meningkatnya enzim aspartat aminotransferase
(ASAT) terjadi pada pasien yang terserang jantung
 Meningkatnya enzim ASAT dan alanin
aminotransferase (ALAT) terjadi pada pasien yang
mengalami kerusakkan hati
Aplikasi Enzim dalam Bidang Medis
 Dalam bidang medis, teknologi enzim telah diaplikasikan untuk
tujuan diagnostik dan terapi
 Dalam bidang diagnostik telah berkembang teknik ELISA (enzim
linked immunosorbent assay) yang menggunakan reaksi enzim-
substrat sebagai indikatornya.
 Dalam bidang terapi, pemberian enzim untuk tujuan pengobatan
jarang dilakukan karena mudahnya enzim didegradasi sehingga
menjadi inaktif. Beberapa contoh yang telah berhasil diaplikasikan
adalah:
 streptokinase digunakan dalam menangani myocardial
infarction
 asparaginase untuk terapi beberapa jenis kanker
Aplikasi enzim dalam uji ELISA untuk deteksi virus HIV
YOU DO NOT GET TO THE TOP
BY BEING LIKE EVERYONE ELSE

Anda mungkin juga menyukai