Anda di halaman 1dari 122

KELOMPOK 2A

SKENARIO 5: DERITA KELUARGA TN. ANWAR DAN TETANGGANYA

Tn. Anwar, 62 tahun, dikonsultasikan ke bagian psikiatri karena tiga hari ini bicara kacau, berteriak-
teriak dan mengatakan ada harimau di balik jendela yang akan menerkamnya. Pagi hari ia terlihat normal dan
bicara menyambung, namun sore dan malam hari kesadarannya berkabut, terlihat kacau, dan terdapat
disorientasi. Ia dikenal sebagai penderita gagal ginjal, terakhir kadar ureum darah 214 mg/dL dan kreatinin 5,2
mg/dL, tanpa riwayat gangguan jiwa. Hal ini membuat istrinya cemas dan sedih, sehingga anak mereka khawatir
depresi ibunya kambuh lagi.
Anak Tn. Anwar berpikir mungkinkah keluarganya akan mengalami nasib seperti tetangganya yang
memiliki dua anak dengan gangguan jiwa? Apakah ada pengaruh genetik? Anak-anak tetangganya sering
mengamuk, bicara tidak menyambung, berhalusinasi dan berwaham bahwa dia adalah aktor terkenal. Kedua
anak tetangga tersebut harus menjalani kontrol dan mengonsumsi obat secara teratur. Pada saat kontrol mereka
diantar oleh ayahnya yang berpenampilan aneh dan eksentrik, banyak yang mengira si ayah adalah dukun.
Pasien berikutnya adalah Tn. Budi yang berusia 35 tahun, datang dengan keluhan sering tiba-tiba
panik, sesak nafas, jantung berdebar kencang, dan berkeringat dingin sejak enam bulan ini, kadang ia merasa
seperti tercekik dan mau mati. Serangan ini muncul 2-5 kali sehari, ia merasa dirinya menderita sakit jantung
sehingga sering datang berobat ke berbagai dokter dan ahli jantung. Walaupun telah diperiksa dan dinyatakan
jantungnya normal, Tn. Budi masih yakin ada kelainan pada jantungnya. Dokter yang sebelumnya memberikan
obat penenang dan anticemas, yang selalu dibawa sebagai antisipasi bila muncul rasa cemasnya. Ia takut untuk
keluar rumah, terlihat seperti fobia pada keramaian,namun sebenarnya ia khawatir terjatuh dan tak ada yang
menolongnya debaran jantungnya kambuh saat ia bepergian seorang diri.
Saat ini kemana mana Tn. Budi harus diantar oleh istrinya, yang menjadi kesal karena beranggapan
setiap orang harus melakukan tugas sendirian. Istrinya merupakan seorang yang perfeksionis, teratur dan harus
sesuai jadwal, rumah harus selalu rapi, dan ia akan marah bila ada yang mengubah susunan barang dirumahnya.
Pertengkaran sering terjadi dirumahnya. Ketika mengantar suaminya berobat, istri Tn. Budi kaget karena ada
seorang pria yang tiba-tiba membuka celana dan memperlihatkan alat kelamin yang kemudian segera lari. Istri
Tn Budi berkata dalam hati bahwa orang itu harus berobat ke dokter jiwa.

• Bagaimana anda menjelaskan semua kasus di atas?


STEP 1 : TERMINOLOGI
1. Kesadaran berkabut : suatu perubahan terhadap
kualitas kesadaran, individu tidak dapat berpikir
jernih dan melihat keadaan sekitar
2. Disorientasi : Gangguan mengenali objek
3. Fobia : Perasaan takut dan menghindar pada objek
padahal tidak berbahaya
4. Perfeksionis : Keinginan seseorang untuk
memenuhi keinginannya dengan standar yang
tinggi
5. Gangguan jiwa : Gangguan pada fungsi jiwa dan
terhambat dalam melaksanakan fungsi sosial
STEP 2 : RUMUSAN MASALAH

1. Mengapa Tn. Anwar mengalami bicara kacau,


berteriak-teriak dan mengatakan ada harimau di balik
jendela yang akan menerkamnya?
2. Mengapa pagi hari ia terlihat normal dan bicara
menyambung, namun sore dan malam hari
kesadarannya berkabut, terlihat kacau, dan terdapat
disorientasi?
3. Apa hubungan riwayat penyakit dengan kondisi Tn.
Anwar yang sekarang?
4. Apa yang menjadi faktor untuk kambuhnya depresi?
5. Kapan seseorang dikatakan mengalami depresi yang
berulang?
6. Apakah ada faktor genetik terhadap penyakit gangguan jiwa?
7. Adakah hubungan penampilan ayahnya dengan penyakit yang
diderita anak-anaknya?
8. Mengapa anak tetangga tetangganya sering mengamuk, bicara
tidak menyambung, berhalusinasi dan berwaham bahwa dia
adalah aktor terkenal?
9. Mengapa Tn. Budi mengeluhkan sering sering tiba-tiba panik,
sesak nafas, jantung berdebar kencang, dan berkeringat dingin
sejak enam bulan ini, kadang ia merasa seperti tercekik dan
mau mati?
10. Mengapa serangan ini muncul 2-5 kali sehari, ia merasa dirinya
menderita sakit jantung sehingga sering datang berobat ke
berbagai dokter dan ahli jantung?
11. Apa saja obat anti cemas?
12. Mengapa Tn. Budi takut untuk keluar rumah, terlihat seperti
fobia pada keramaian,namun sebenarnya ia khawatir terjatuh
dan tak ada yang menolongnya debaran jantungnya kambuh
saat ia bepergian seorang diri?
13. Kondisi apa yang terjadi pada Tn. Budi?
14. Mengapa ada seorang pria yang tiba-tiba membuka celana dan
memperlihatkan alat kelamin yang kemudian segera lari?
STEP 3 : IDENTIFIKASI MASALAH
1. Gangguan bicara kacau dan lain-lain bisa jadi halusinasi
visual dan dirujuk pada psikiatri, perubahan kognitif dan
lain-lain. Juga bisa dicurigai delirium.
2. Pagi : Pasien diduga delirium – kebingungan atau
disorientasi pada saat matahari terbenam oleh
neurotransmitternya yang berhubungan dengan,aktivitas
dopamin, halusinasi visual. Gejalanya teriak-teriak.
Berhubungan dengan korteks serebri dan ARAS. Bicara
kacau → Gangguan psikotik secara umum, gangguan
kesadaran pemusatan perhatian dan kognitif
3. Delirium berisiko lebih tinggi pada usia lebih dari usia 50
tahun keatas dan peningkatan ureum darah. Tn. Anwar
memiliki riwayat penyakit yang mengarah kepada
enselofati uremikum.
4. Faktor pencetus depresi :
- Adanya stressor baru
- Tidur kurang
5. Depresi yang berulang yaitu sebelumnya pernah
mengalami episode depresi. Ada jarak 5 minggu pada
fase stabil/ remisi. Tidak disertai peningkatan afek.
6. Hubungan genetik ibu dan anak sekitar 6% pada
penyakit skizofrenia . Jika seorang ibu Hamil
mengalami depresi dan cemas, berisiko akan
diturunkan kepada anak-anaknya. Jika ada genetik
depresi juga berpengaruh pada gangguan mental
organik.
7. Gangguan dismorfik penampilan-berpakaian tidak
sesuai dengan yang seharusnya atau dilebih-
lebihkan.
8. Diagnosis : skizofrenia paranoid – adanya halusinasi dan
waham. Biasanya ada 2 dari 4 kriteria untuk penegakan
diagnosis, terjadi berbulan-bulan. Untuk skizofrenia usia dini
susah penangannya.
9. Tiba-tiba panik dan keringat dingin menandakan adanya
serangan panik. Untuk diagnosis, mengalami 4 gejala dari
beberapa manifestasi klinis.
10. Tn. Budi mengalami gangguan somatoform yang berulang-
ulang.
11. Insiklik : serotonin, dopamin, norepinefrin
MAOI : lini terakhir
Benzodiazepin
12. Tn Budi mengalami agorafobia, yaitu takut dikeramaian dan
tidak bisa melarikan diri.
13. Fobia sosial : Takut akan keramaian tapi tidak apa-apa jika
bersama keluarga karena nanti ada yang akan membantu disaat
dia kesusahan
14. Eksibisionisme : gangguan memamerkan atau melhatkan
kelamin
STEP 5 : LEARNING OBJECTIVE
1. M3 Definisi – Prognosis dari gangguan mental
organik
2. M3 Definisi – Prognosis Depresi berulang
3. M3 Definisi – Prognosis Gangguan Disosiatif
4. M3 Definisi – Prognosis Gangguan
Somatoform
5. M3 Definisi – Prognosis Gangguan Ansietas
6. M3 Definisi – Prognosis OCD
7. M3 Definisi – Prognosis Perilaku seksual
FOBIA SPESIFIK
Definisi

• Fobia mengacu pada rasa takut yang berlebihan


terhadap suatu objek, situasi, atau keadaan
tertentu.
• Fobia spesifik adalah adanya rasa takut yang
kuat dan menetap akan suatu objek atau situasi.
Epidemiologi

• Fobia spesifik lebih lazim ditemukan daripada fobia


sosial. Fobia spesifik adalah gangguan jiwa yang
paling lazim pada perempuan dan paling lazim
kedua pada laki-laki, setelah gangguan terkait zat.
Prevalensi 6 bulan fobia spesifik sekitar 5 hingga 10
per I00 orang. Rasio perempuan banding laki-laki
sekitar 2 banding 1 walaupun rasio ini mendekati 1
banding 1 untuk fobia cedera-darah-suntikan.
• Objek dan situasi yang ditakuti pada fobia spesifik
(disusun dalam frekuensi kemunculan yang
berkurang) adalah hewan, badai, ketinggian,
penyakit, cedera, dan kematian.
Etiologi dan faktor risiko

• Faktor perilaku
• Pengalaman Buruk
• Faktor Genetik
Manifestasi Klinis

- Serangan panik saat terpajan objek atau


situasi spesifik
- menghindari objek atau situasi penyebab
panik
Diagnosis
Kriteria Diagnostik DSM-lV-TR Fobia Spesifik
• Rasa takut berlebihan yang nyata, menetap dan tidak
beralasan, dicetuskan oleh adanya antisipasi terhadap suatu
objek atau situasi spesifik cth. terbang, kelinggian, hewan,
disuntik, melihat darah).
• Pajanan terhadap stimulus fobik hampir selalu mencetuskan
respons ansietas segera, dapat berupa serangan panik terikat
secara situasional atau serangan panik dengan predisposisi
situasional. Catatan: Pada anak, ansietas dapat ditunjukan
dengan menangis, tantrum, diam tidak bergerak, atau
memegang erat sesuatu/seseorang.
• Orang tersebut menyadari bahwa rasa takutnya berlebihan
atau tidak beralasan. Catatan: Pada anak, gambaran ini dapat
tidak ditemukan.
Diagnosis
• Situasi fobik dihindari atau dihadapi dengan ansietas maupun
penderitaan yang intens.
• Penghindaran, antisipasi ansietas, atau distress pada situasi yang
ditakuti mengganggu fungsi rutin normal, pekerjaan (atau akademik),
atau aktivitas maupun hubungan social secara bermakna/ atau
terdapat distres yang nyata karena memiliki fobia ini.

• Pada seseorang berusia di bawah l8 tahun, durasinya sedikitnya 6


bulan.

• Ansietas, serangan panik, atau penghindaran fobik yang berkaitan


dengan objek atau situasi spesifik tidak disebabkan gangguan jiwa
lain, seperti gangguan obsesif kompulsif (cth. takut akan kotoran pada
seseorang dengan obsesi tentang kontaminasi), gangguan stres
pascatrautra (cth. Penghindaran stimulus terkait stresor yang hebat),
atau gangguan ansietas perpisahan (cth, menghindari sekolah), fobia
sosial (cth. penghindaran situasi sosial karena takut malu), gangguan
panik dengan agorafobia, atau agorafobia tanpa riwayat gangguan
panik.
Tentukan tipe:
• Tipe hewan
• Tipe lingkungan alami (cih,, ketinggian,
badai)
• Tipe cedera-darah-suntikan
• Tipe situasional (cth. pesawat terbang, lift,
tempat tertutup)
• Tipe lain (cth. takut tersedak, muntah, atau
menderita penyakit ; pada anak, takut suara
keras atau karakter berkostum)
Terapi

- Terapi perilaku
- terapi keluarga
- hipnosis
FOBIA SOSIAL
PENGERTIAN

• adalah perasaan takut yang irasional yang


menyebabkan kesadaran untuk menghindar dari
obyek ketakutan spesifik, aktivitas atau situasi.

• adalah ketakutan yang tidak beralasan atau


ketakutan yang berlebihan terhadap situasi
sosial, dan interaksi dengan orang lain yang
secara otomatis dapat membawa perasaan self –
consciousness, judgment, evaluasi, dan perasaan
inferior
epidemiologi fobia sosial
• 3-5% POPULASI
• WANITA = PRIA
• biasanya dimulai awal umur belasan tahun,
walaupun tidak menutup kemungkinan terjasi
pada tiap tahap kehidupan.
• Prevalensi fobia sosial terlihat meningkat pada
ras kulit putih, orang yang menikah, dan
individu dengan taraf pendidikan yang baik.
• umumnya bermanifestasi pada orang dewasa
tapi biasa terdapat pada anak-anak atau remaja
etiologi fobia sosial.
• IDIOPATIK
• MENURUT BEBERAPA TEORI :
Teori psikoanalisis
Teori genetic
Teori Neurotransmiter
Tanda & gejala fobia sosial
Tanda dan gejala emosi dan perilaku kecemasan
social, termasuk:
• Takut secara berlebihan ketika berinteraksi
dengan orang asing
• Khawatir memalukan atau memalukan diri
sendiri
• Menghindari melakukan sesuatu atau berbicara
dengan orang karena takut malu
• Kesulitan membuat kontak mata
• Kesulitan berbicara
Tanda-tanda fisik dan gejala yang menandai
bahwa seseorang mengalami fobia sosial,
antara lain :

• Palpitasi ( jantung berdebar-debar)


• Banyak mengeluarkan keringat
• Gemetaran
• Rasa panas-dingin
• Sakit kepala
• Pusing
• Kerongkongan terasa tersekat
• Diare
• Mual
• Kebingungan
• Otot menjadi tegang, dan
• Gelisah
onset fobia sosial
• biasanya dimulai pada usia 13 tahun
• Diagnosis bahwa seseorang mengalami fobia
sosial jika orang tersebut memiliki gejala
setidaknya selama 6 bulan
• Orang-orang dengan fobia sosial umumnya
melaporkan bahwa mereka pemalu semasa
kanak-kanak
kriteria diagnosis fobia sosial
Menurut DSM-IV
• Kriteria A
Ketakutan yang jelas dan menetap terhadap satu
atau lebih situasi sosial atau tampil didepan orang
yang belum dikenal atau situasi yang
memungkinkan ia dinilai oleh orang lain atau
menjadi pusat perhatian. Ada perasaan takut
bahwa ia akan berperilaku memalukan atau
menampakkan gejala cemas atau bersikap yang
dapat merendahkan dirinya.
• Kriteria B
Apabila pasien terpapar dengan situasi sosial,
hampir selalu timbul kecemasan atau bahkan
mungkin serangan panik
• Kriteria C
Pasien menyadari bahwa ketakutannya sangat
berlebihan dan tidak masuk akal. Ketakutan
tersebut tidak merupakan waham atau paranoid.
• Kriteria D
Pasien menghindar dari situasi sosial atau
menghindar untuk tampil di depan umum atau
pasien tetap bertahan pada situasi sosial tersebut
tetapi dengan perasaan sangat cemas atau sangat
menderita
• Kriteria E
Penghindaran dan kecemasan atau penderitaan
akibat ketakutan terhadap situasi sosial atau
tampil di depan umum tersebut mempengaruhi
kehidupan pasien secara bermakna atau
mempengaruhi fungsi pekerjaan, aktivitas dan
hubungan sosial atau secara subjektif pasien
merasa sangat menderita
• Kriteria F
Untuk yang berusia di bawah 18 tahun, durasi
paling sedikit 6 bulan.

• Kriteria G
Ketakutan atau sikap menghindar tersebut tidak
disebabkan oleh efek fisiologik zat atau kondisi
medik umum atau gangguan mental lain (gangguan
panik dengan atau tanpa agoraphobia, gangaguan
dismorfik, gangguan perkembangan prevasif, atau
dengan gangguan kepribadian skizoid)
• Kriteria H
Bila terdapat kondisi medik umum atau gangguan
mental lain, ketakutan pada kriteria A tidak
berhubungan dengannya (gagap, Parkinson, atau
gangguan perilaku makan seperti bulimia atau
anoreksia nervosa) Kriteria A merupakan kunci gejala
fobia sosial. Hal yang penting pada kriteria ini yaitu
adanya situasi yang dapat membangkitkan fobia yaitu
situasi yang dinilai atau diamati oleh orang lain dan
juga ketakutan akan memperlihatkan kecemasan atau
bertingkah dengan cara yang memalukan.
berdasarkan PPDGJ - III
Semua kriteria di bawah ini harus dipenuhi untuk
diagnosis pasti:
• gejala psikologis, perilaku atau otonomilk yang
timbul harus merupakan manifestasi primer dari
anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala
lain seperti misalnya waham atau pikiran obsesif;
• anxietasnya harus mendominasi atau terbatas pada
situasi sosial tertentu (outside the family circle);
dan
• menghindari situasi fobik harus atau sudah
merupaken gejala yang menonjol
• Bila terlalu sulit untuk membedakan antara
fobia sosial dengan agorafobia, hendaknya
diutamakan diagnosa agorafobia
TATALAKSANA
• Suatu kombinasi pharmacotherapy dan
psikoterapi pada umumnya diberikan untuk
para orang dengan fobia sosial
1. Terapi relaksasi
Terapi ini terdiri dari belajar untuk
menurunkan tegangan otot selama
beristirahat, ketika bergerak dan pada
situasi-situasi yang dapat menyebabkan
kecemasan. Terapi ini dapat dijadikan
sebagai pendamping terapi exposure
2. Medication (terapi obat)
• Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIS)
• Benzodiazepines
• Buspirone
• Propranolol
• Monoamine oxidase inhibitors (MAOIS)
3. Terapi Kognitif
terapis membantu klien mencari pikiran-pikiran
self-defeating dan mencari alternatif rasional
sehingga mereka bisa belajar menghadapi situasi-
situasi pembangkit kecemasan
4. Virtual Reality Exposure
Melalui proses pemaparan terhadap suatu seri
stimuli virtual yang makin bertambah menakutkan
dan hanya bila ketakutan sudah berkurang pada
langkah terdahulu, orang belajar untuk mengatasi
ketakutan dengan cara yang sama dengan
seandainya mereka mengikuti program pemaparan
gradual terhadap stimuli fobik dalam situasi aktual
5. Cognitive-Behavioral Therapy (CBT)
melakukan assessment independent dan self
report terhadap klien. Kemudian diikuti dengan
pelatihan dalam hal restrukturisasi keterampilan
kognitif, exposure yang diulang terhadap simulasi
dari situasi yang ditakuti dalam tiap sesi, dan
dihubungkan dengan homework assignments.
Setelah pelatihan tersebut dilakukan maka seluruh
rangkaian assessment independent dan self report
dilakukan kembali
6. Terapi pemaparan
• Klien mendapatkan instruksi untuk memasuki
situasi sosial yang makin penuh stres dan untuk
tetap tinggal dalam situasi tersebut sampai
dorongan untuk kabur sudah menjadi berkurang
• Terapis dapat membantu membimbing mereka
selama percobaan pada pemaparan, dan secara
bertahap menarik dukungan langsung sehingga
klien mampu untuk menghadapi sendiri situasi
tersebut
PROGNOSIS DAN PERJALANAN
PENYAKIT
• Fobia sosial biasanya mulai pada usia dini
sehingga dapat menyebabkan gangguan disemua
bidang akademik seperti rendahnya kemampuan
sekolah, menghindar dari sekolah, dan sering
putus sekolah.

• Fobia sosial cenderung menjadi kronik


• Bila tidak diobati depat menjadi komorbiditas
dengan gangguan lain seperti depresi,
penyalahgunaan alkohol atau obat
GANGGUAN PANIK
DEFINISI

• Jenis gangguan kecemasan yang ditandai,


oleh 'serangan panik' berulangulang, yaitu
periode terpisah dari perasaan ketakutan
yang intens dan berhubungan dengan
gejala fisik seperti jantung berdebar-debar,
sesak napas, berkeringat, gemetar,
ketidaknyamanan di dada, pusing dan
sebagainya
Epidemiologi
Prevalensi hidup: 1-4% populasi
Wanita 2-3 kali lebih banyak menderita gangguan
ini dibanding laki-laki.
Gangguan Panik bisa terjadi kapan saja sepanjang
hidup, onset tertinggi usia 20-an.
Etiologi
a.Faktor biologis: keturunan, ketidakseimbangan
kimia zat pengontrol fungsi otak, sistem saraf
simpatik terlalu sensitif
b.Faktor psikologis: orang yang mudah cemas,
pesimis dan kurang merasa aman
c.Faktor lingkungan: pengalaman negatif di masa
kecil, peristiwa stres (misalnya mengalami bencana,
kecelakaan), stres kehidupan sehari-hari lainnya
(misalnya pergantian pekerjaan, masalah hubungan
antar pribadi)
Gejala 10)Sensasi kesemutan atau mati
1)Jantung berdebar-debar rasa di anggota tubuh
2)Berkeringat 11)Derealisasi (merasa dalam
keadaan seperti mimpi di mana
3)Gemetar
lingkungan tampak tidak nyata)
4)Kesulitan bernapas atau depersonalisasi (merasa
5)Perasaan tercekik berada di luar diri sendiri tanpa
6)Nyeri atau ketidaknyamanan di sensasi pengendalian apapun)
dada 12)Takut mati
7)Mual 13)Takut kehilangan kontrol
8)Pusing atau pingsan atau menjadi gila
9)Rasa panas dan menggigil
Diagnosis
- Pemeriksaan fisik secara menyeluruh.
- Tes darah untuk memeriksa tiroid dan risiko
terhadap kondisi lain.
- Tes elektrokardiogram atau EKG/ECG untuk
memeriksa kondisi jantung.
- Evaluasi psikologis untuk memahami tingkatan
gejala, stres, ketakutan, hubungan, dan gangguan
lain yang dapat berdampak kepada aspek-aspek
kehidupan penderita, termasuk konsumsi zat
alkohol atau zat-zat
Tata Laksana
1)Obat-obatan

A.Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs):


fluoxetine dan sertraline
B.Serotonin & norepinephrine reuptake
inhibitors (SNRIs): venlafaxine hydrochloride.
C.Benzodiazepines: alprazolam dan clonazepam
2)Psikoterapi

- Mengikuti jadwal dan program pengobatan yang telah


ditentukan.
- Berlatih mengelola stres dan metode relaksasi, seperti
teknik pernapasan, relaksasi otot, atau yoga.
- Tetap aktif secara fisik untuk menjaga mood.
- Bergabung dengan sebuah kelompok konsultasi serangan
panik.
- Jagalah agar waktu tidur tetap ideal sehingga tidak
mengantuk di siang hari.
- Hindari merokok, minuman keras, minuman berkafein,
dan obat-obatan keras yang tidak diresepkan dokter.
- Jika terjadi serangan panik saat sedang beraktivitas,
misalnya menyetir, maka menepilah. Fokuskan diri kepada
teknik pernapasan dan relaksasi yang direkomendasikan
terapis dan jangan berusaha melawan serangan tersebut.
Komplikasi
- Berkembangnya berbagai jenis fobia, seperti fobia menyetir
atau meninggalkan rumah. Fobia lainnya termasuk
agoraphobia, yaitu menghindari tempat atau situasi yang
menyebabkan penderita cemas karena takut tidak bisa keluar
dari situasi tersebut jika mengalami serangan panik.
- Menjadi bergantung kepada orang lain dan harus ditemani
tiap hendak keluar rumah.
- Menghindar dari kegiatan bersosial
- Menjadi sering memeriksakan kesehatan diri dan kondisi
medis lain yang dialami.
- Memiliki masalah di kantor atau sekolah.
- Kecanduan minuman keras atau zat psikotropika.
- Terjerumus masalah keuangan.
- Mengidap depresi, serangan cemas, dan gangguan psikiatri
lainnya.
- Memiliki kecenderungan untuk bunuh diri.
Obsessive Compulsive Disorder
(OCD)
Definisi
• Obsessive Compulsive Disorder
• kelainan psikologis yang menyebabkan
seseorang memiliki pikiran obsesif dan perilaku
yang bersifat kompulsif
• ditandai dengan pikiran dan ketakutan tidak
masuk akal (obsesi) yang dapat menyebabkan
perilaku repetitif (kompulsi)
Etiologi dan Faktor Risiko
• Genetika. Ada bukti yang menunjukkan bahwa
gangguan ini berhubungan dengan gen tertentu
yang memengaruhi perkembangan otak.
• Ketidaknormalan pada otak. Serotonin yang
tidak seimbang
• Kepribadian. Orang yang rapi, teliti, serta
memiliki disiplin tinggi cenderung memiliki risiko
lebih besar untuk mengalami OCD.
• Trauma atau kejadian penting dalam hidup,
contohnya karena bullying atau setelah persalinan.
Manifestasi Klinis
• 4 tahap utama dalam kondisi OCD, yaitu obsesi,
kecemasan, kompulsi, dan kelegaan sementara.
• Obsesi muncul saat pikiran penderita terus dikuasai
oleh rasa takut atau kecemasan. Kemudian obsesi
dan rasa kecemasan akan memancing aksi kompulsi
di mana penderita akan melakukan sesuatu agar
rasa cemas dan tertekan berkurang.
• Perilaku kompulsif tersebut akan membuat
penderita merasa lega untuk sementara. Namun
obsesi serta kecemasan akan kembali muncul dan
membuat penderita mengulangi pola itu.
Tatalaksana
• Terapi perilaku kognitif (CBT). Terapi ini dapat
membantu Anda untuk mengurangi kecemasan
dengan mengubah cara pikir dan perilaku.
• Penggunaan obat-obatan untuk mengendalikan
gejala yang dialami.
Komplikasi dan Prognosis
• Memiliki kemungkinan untuk sembuh atau
setidaknya untuk menikmati hidup dengan
mengurangi gejalanya.
• Jika tidak ditangani, perasaan tertekan dapat
bertambah parah dan membuat penderita makin
sulit untuk menghadapi OCD sehingga
mengalami depresi. Tingkat depresi yang parah
bahkan dapat memicu dorongan untuk bunuh
diri.
GANGGUAN SOMATOFORM
Pendahuluan
• Soma (Yunani) tubuh

Gangguan somatoform :
• adanya keluhan gejala fisik yang berulang yang
disertai permintaan pemeriksaan medis,
meskipun sudah berkali-kali terbukti hasilnya
negatif dan sudah dijelaskan oleh dokter bahwa
tidak ditemukan kelainan fisik yang menjadi
dasar keluhannya.
Klasifikasi
Menurut DSM V
Gangguan somatoform spesifik :
• Gangguan somatisasi
• Gangguan konversi
• Hipokondriasis
• Gangguan dismorfik tubuh
• Gangguan nyeri.
Klasifikasi
Kategori diagnostik residual, yaitu :
• Gangguan somatoform tidak terdiferensiasi
dan
• Gangguan somatoform yang tidak dapat
ditentukan.
GANGGUAN SOMATISASI
• banyaknya keluhan yang ada dan melibatkan
sistem organ multipel
• bersifat kronis dan disertai distres psikologis
bermakna, gangguan fungsi sosial dan
pekerjaan, dan perilaku mencari bantuan medis
yang berlebihan.
Epidemiologi
• 0,2 - 2 % pada wanita dan 0,2 % pada pria
• Biasanya gangguan somatisasi ini muncul
sebelum usia 30 tahun
• Sekitar 2/3 dari seluruh pasien dengan
gangguan somatisasi mempunyai gejala psikiatri
Etiologi
• Faktor psikososial
Penyebab gangguan somatisasi melibatkan
interpretasi gejala sebagai suatu tipe
komunikasi sosial, yang hasilnya berupa sikap
menghindari kewajiban (contoh : mengerjakan
pekerjaan yang tidak disukai), mengekspresikan
emosi (contoh : marah pada pasangan), atau
untuk melambangkan suatu perasaan atau
keyakinan (contoh : nyeri pada saluran
pencernaan)
Etiologi

• Faktor biologis
Pasien memiliki gangguan perhatian dan kognitif
yang dapat menyebabkan persepsi dan
penilaian yang salah terhadap input
somatosensorik
Etiologi
Faktor genetika
• 10-20 % sanak saudara wanita derajat pertama
dari pasien
• 29% pada kembar monozigot
• 10% pada kembar dizigotik.
Kriteria diagnostik
A. Riwayat banyaknya keluhan fisik sejak
sebelum usia 30 tahun yang muncul dalam
banyak periode selama beberapa tahun dan
terdapat hendaya berat dalam kehidupan
sosial, pekerjaan, atau bidang penting lainnya.
Kriteria diagnostik
B. Setiap kriteria di bawah ini harus ada :

• 4 rasa nyeri : riwayat rasa nyeri pada minimal 4 bagian


atau fungsi tubuh
• 2 gejala gastrointestinal : riwayat minimal 2 gejala
gastrointestinal selain rasa nyeri
• 1 gejala seksual : riwayat minimal 1 gejala seksual atau
reproduksi selain rasa nyeri
• 1 gejala pseudoneurologikus : riwayat minimal 1 kali
gejala atau defisit yang menandakan gangguan
neurologis, tidak terbatas pada rasa nyeri
Kriteria diagnostik
C. Terdapat salah satu dari di bawah ini :

• setelah pemeriksaan yang tepat, setiap gejala


pada poin B tidak dapat dijelaskan
sepenuhnya berdasarkan kondisi medik umum
atau akibat efek zat tertentu

• bila terdapat kondisi medik umum yang


berhubungan, maka keluhan fisik atau
hendaya sosial atau pekerjaan berlebihan dari
yang diharapkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, atau hasil laboratorium.
Kriteria diagnostik

D. Gejala-gejala yang ada bukan akibat


kesengajaan atau dibuat-buat
Gambaran Klinis
• mengeluhkan banyak gejala somatik dan
memiliki riwayat medik yang panjang, kompleks
• percaya bahwa mereka sakit hampir sepanjang
masa hidupnya
• Distres psikologis dan masalah interpersonal
menonjol; cemas dan depresi adalah kondisi
psikiatri yang paling sering ditemukan
Gambaran Klinis
• menggambarkan keluhannya secara dramatis,
emosional, dan melebih-lebihkan, dengan
bersemangat; mereka keliru dengan urutan
waktu dan tidak dapat membedakan dengna
tepat gejala saat ini dengan gejala sebelumnya.

• biasanya berhubungan dengan gangguan


mental lainnya, termasuk gangguan depresi
mayor, gangguan kepribadian, gangguan akibat
penggunaan zat, gangguan cemas generalisata,
dan fobia
Diagnosis Banding

• Gangguan kondisi medis umum


• Gangguan afektif (depresif) dan anxietas
• Gangguan waham
• Gangguan Somatoform lain
Perjalanan Penyakit dan Prognosis

• Onset biasanya terjadi di usia sebelum 30 tahun


dengan durasi selama beberapa tahun
• Timbulnya gejala somatik biasanya
berhubungan dengan peningkatan kejadian
stres
• Prognosis yang buruk jika gangguan disertai
stress yang berlebihan
Terapi

• Tujuan terapi : menyadarkan pasien bahwa


kemungkinan besar keluhan tersebut
disebabkan oleh faktor psikologis
• Penanganan terbaik dilakukan oleh satu orang
dokter
• Psikoterapi individu dan kelompok
• Farmakoterapi diberikan harus dengan indikasi,
yaitu jika ada gangguan mental yang menyertai
GANGGUAN KONVERSI

• Suatu gangguan yang ditandai oleh adanya satu


atau lebih gejala neurologis (seperti paralisis,
kebutaan, dan parestesia) yang tidak dapat
dijelaskan oleh gangguan neurologis atau medis
yang diketahui. Di samping itu, penegakan
diagnosis mengharuskan adanya faktor
psikologis yang berhubungan dengan awal atau
eksaserbasi gejala.
Epidemiologi

• insidensi tahunan gangguan konversi adalah 22


per 100.000 orang

• wanita : pria (usia dewasa) = 5 : 1


Etiologi
• Faktor psikoanalitik
disebabkan oleh represi konflik intrapsikis
bawah sadar dan konversi kecemasan ke dalam
suatu gejala fisik

• Faktor biologis
hipometabolisme pada hemisfer dominan dan
hipermetabolisme pada hemisfer nondominan
dan telah melibatkan gangguan komunikasi
hemisfer
Kriteria Diagnosis
• Satu atau lebih gejala atau defisit mempengaruhi
fungsi sensorik atau motorik volunter yang mendukung
kondisi neurologis atau kondisi medis umum lainnya.

• Faktor psikologis diduga berhubungan dengan


timbulnya gejala atau defisit tersebut karena inisiasi
atau eksaserbasi gejala atau defisit didahului oleh
konflik atau stresor lainnya.

• Gejala atau defisit bukan akibat kesengajaan atau


dibuat-buat.
Kriteria Diagnosis
• Gejala atau defisit tidak dapat, setelah pemeriksaan
yang tepat, dijelaskan sepenuhnya berdasarkan
kondisi medik umum, atau sebagai akibat langsung
penggunaan zat, atau tingkah laku atau pengalaman
sanksi kultural.

• Gejala atau defisit mengakibatkan distres klinis atau


hendaya berat dalam sosial, pekerjaan, atau bidang
lainnya atau memerlukan evaluasi medik.
Kriteria Diagnosis

• Gejala atau defisit tidak terbatas pada rasa nyeri atau


disfungsi seksual, tidak muncul semata-mata selama
perjalanan gangguan somatisasi, dan tidak lebih baik
dijelaskan pada gangguan mental lainnya.

Spesifikasi tipe :
• Dengan gejala atau defisit motorik
• Dengan gejala atau defisit sensorik
• Dengan kejang
• Dengan gambaran campuran
Gambaran Klinis
• Paralisis, kebutaan, dan mutisme paling sering
ditemukan
• Biasanya berhubungan dengan gangguan
kepribadian pasif-agresif, ketergantungan,
antisosial, dan histrionik
• Gejala sensorik biasanya berupa anestesia dan
parestesia, terutama pada ekstremitas
Gambaran Klinis
• Gejala motorik meliputi gerakan abnormal,
gangguan postur tubuh, kelemahan, dan
paralisis atau paresis

• Kejang semu (sulit dibedakan dengan kejang


sesungguhnya hanya melalui observasi klinis)
Diagnosis Banding

• Gangguan Kondisi Medis Umum


• Skizofrenia
• Depresi
• Anxietas
• Gangguan Somatoform Lain
Perjalanan Penyakit dan Prognosis
• Gejala awal dari kebanyakan pasien dengan gangguan
Konversi akan sembuh dalam beberapa hari atau
kurang dari sebulan.

• Prognosis baik : awitan bersifat akut, faktor stressor


mudah dikenali, kemampuan penyesuaian diri baik
sebelum pasien jatuh sakit, tidak ada gangguan psikiatri
atau medis lain yang menyertai, tidak sedang mengikuti
suatu proses peradilan.

• Prognosis bersifat buruk : jika gejala gangguan konversi


ini telah timbul sejak lama.
Terapi
• Psikoterapi  mengurangi faktor stres.
• Terapi Hipnotis, obat-obatan anxyolitik, serta
pelatihan relaksasi tingkah laku
• Amobarbital atau Lorazepam
• Terapi psikodinamik : untuk menganalisa dan
menggali konflik psikis serta simbolisasi dari
gejala gangguan konversinya
HIPOKONDRIASIS
• Hipokondriasis timbul sebagai akibat dari
interpretasi yang tidak realistis atau salah dari
gejala fisik, walaupun tidak terdapat kelainan
medis yang menyebabkannya. Pada pasien,
terdapat preokupasi dengan ketakutan akan
mengalami, atau keyakinan memiliki, penyakit
serius
Epidemiologi

• Prevalensi dalam enam bulan sebesar 4-6 %


pada populasi umum.

• Pria = wanita

• Onset usia paling sering antara usia 20 dan 30


tahun.
Etiologi

• Gejala mencerminkan misinterpretasi gejala-


gejala tubuh (meningkatkan dan membesar-
besarkan sensasi somatiknya)

• Gejala hipokondriasis dipandang sebagai


keinginan untuk mendapatkan peranan sakit
oleh seseorang yang menghadapi masalah
yang tampak berat dan tidak dapat dipecahkan
Etiologi
• hipokondriasis sebagai bentuk varian gangguan
mental lainnya. Diperkirakan 80% pasien
hipokondriasis mungkin memiliki gangguan
depresif atau gangguan cemas yang ditemukan
bersama-sama

• psikodinamika hipokondriasis, yang menyatakan


harapan agresif dan permusuhan terhadap
orang lain dialihkan kepada keluhan fisik
Kriteria Diagnosis
A. Preokupasi akan rasa takut memiliki, atau ide
bahwa seseorang mempunyai, penyakit serius
berdasarkan misinterpretasi pasien mengenai
gejala tubuhnya.

B. Preokupasi tersebut bertahan tanpa


menghiraukan hasil evaluasi medis yang tepat
dan pengyakinan kembali oleh klinisi.

C. Keyakinan yang disebutkan pada poin A tidak


pada intensitas waham dan tidak terbatas
pada perhatian akan penampilan.
Kriteria Diagnosis
D. Preokupasi tersebut mengakibatkan distres
klinis atau hendaya berat dalam sosial,
pekerjaan, atau bidang lainnya.
E. Durasi minimal 6 bulan.
F. Preokupasi tersebut tidak lebih baik dijelaskan
sebagai akibat gangguan kecemasan
generalisata, Preokupasif-kompulsif, gangguan
panik, episode depresi berat, cemas akan
perpisahan, atau gangguan somatoform
lainnya
Kriteria Diagnosis

• Spesifikasi bila :
Dengan tilikan diri buruk : bila, hampir
sepanjang waktu selama episode kini, penderita
tidak menyadari bahwa keyakinannya memiliki
penyakit serius tersebut berlebihan atau tidak
beralasan.
Gambaran Klinis
• merasa yakin dirinya memiliki penyakit serius
yang belum terdeteksi, dan tidak dapat
diyakinkan sebaliknya
• Keyakinan tersebut bertahan tanpa
menghiraukan hasil pemeriksaan laboratorium
negatif
• Hipokondriasis sering disertai depresi atau
cemas
Diagnosis Banding

• Gangguan Kondisi Medis Umum


• Gangguan depresif
• Gangguan waham
• Gangguan anxietas dan gangguan panik
• Gangguan Somatoform lain
Perjalanan Penyakit dan Prognosis

• bersifat episodik dengan durasi bulanan hingga


tahunan dan disertai interval yang lama
• Sepertiga hingga setengah dari pasien akan
membaik dengan sendirinya
Perjalanan Penyakit dan Prognosis
Prognosis baik :
• Status sosial ekonomi pasien baik.
• Sensitif terhadap terapi anxietas atau depresi.
• Onset yang tiba-tiba.
• Tidak adanya gangguan kepribadian.
• Tidak ditemukan adanya gangguan medis lain
yang nonpsikiatrik.
Terapi

• Psikoterapi (terapi perilaku, terapi kognitif, dan


hipnotis)

• Farmakoterapi dilakukan jika ditemukan


gangguan lain yang mendasari dan responsif
terhadap obat (seperti gangguan anxietas atau
depresi).
GANGGUAN DISMORFIK TUBUH

• Adanya preokupasi seseorang memiliki cacat


tubuh khayalan atau suatu interpretasi
berlebihan dari cacat yang minimal atau kecil.
• Inti gangguan ini adalah bahwa seseorang yakin
atau takut bahwa dirinya tidak menarik atau
bahkan menjijikkan.
Epidemiologi
• Onset usia tersering 15 sampai 20 tahun.
• Wanita > pria.
• Suatu penelitian, 90% menyebutkan pada
pasien gangguan dismorfik tubuh pernah
mengalami episode depresif berat, 70% pernah
mengalami gangguan cemas, dan 30% pernah
menderita gangguan psikotik.
Etiologi
• Penyebab gangguan dismorfik tubuh tidak diketahui.
• Patofisiologi gangguan mungkin melibatkan serotonin
dan dapat berhubungan dengan gangguan metal lain.
• Pengaruh kultural atau sosial yang bermakna bagi
pasien.
• Dalam psikodinamika, mencerminkan pengalihan konflik
seksual atau emosional ke dalam bagian tubuh yang
tidak berhubungan.
• Asosiasi timbul melalui mekanisme pertahanan represi,
disosiasi, distorsi, simbolisasi, dan proyeksi.
Diagnosis

Kriteria diagnosis berdasarkan DSM-IV-TR :


• Preokupasi akan defek khayalan pada
penampilan.
• Preokupasi mengakibatkan distres klinis atau
hendaya berat dalam sosial, pekerjaan, atau
bidang lainnya.
• Preokupasi tidak lebih baik dijelaskan dengan
gangguan mental lainnya.
Gambaran Klinis
• Perhatian paling sering melibatkan cacat wajah,
khususnya pada bagian spesifik.
• Terkadang keluhan tidak jelas dan sulit dimengerti.
• Efek pada kehidupan pasien dapat signifikan; sebagian
besar pasien menghindari ekspos hubungan sosial atau
pekerjaan.
• Diagnosis komorbid dengan gangguan depresi dan
cemas sering ditemukan, dan pasien juga dapat memiliki
ciri kepribadian obsesif-kompulsif, skizoid, dan narsistik.
Diagnosis Banding

• Gangguan Kepribadian Narcistik  perhatian


terhadap salah satu bagian tubuh tidaklah
menonjol.
• Gangguan Depresif, Obsesif-Kompulsif dan
Skizofrenia.
Perjalanan Penyakit dan Prognosis

• Awitan bersifat gradual, timbulnya perhatian


berlebih jika disadari telah terjadi adanya
gangguan fungsi.
• Timbul keinginan untuk mencari pertolongan
medis atau tindakan operasi.
• Gangguan ini biasanya bersifat kronis jika
terabaikan.
Terapi

• Pengobatan pasein dapat dilakukan dengan terapi


bedah, pengobatan dermatologis, dan pengobatan Gigi
dan Mulut.
• Farmakoterapi seperti: Trisiklik anti depresan, Monoamin
Oksidase Inhibitor dan pimozide (Orap).
• Obat-obatan pro Serotonin spesifik  clomipramine
(Anafranil) dan Fluoxetine (Prozac)
• Jika disertai gangguan mental, dilakukan farmakoterapi
dan psikoterapi yang sesuai.
GANGGUAN NYERI

• Gejala utama gangguan nyeri adalah adanya


nyeri pada satu atau lebih lokasi yang tidak
sepenuhnya disebabkan oleh kondisi medis
atau neurologis non psikiatrik.
• Gejala tersebut disertai distres emosional dan
gangguan fungsional serta memiliki hubungan
sebab yang masuk akal dengan faktor
psikologis.
Epidemiologi

• Gangguan nyeri, wanita > pria.


• Onset usia puncaknya pada dekade keempat
dan kelima.
• Gangguan depresi, gangguan cemas, dan
penyalahgunaan zat.
Etiologi

• Faktor psikodinamika.
• Faktor perilaku.
• Faktor interpersonal.
• Faktor biologis.
Diagnosis

Kriteria diagnosis berdasarkan DSM-IV-TR :


• Rasa nyeri pada satu atau lebih bagian anatomis.
• Rasa nyeri mengakibatkan distres klinis atau hendaya
berat dalam sosial, pekerjaan, atau bidang lainnya.
• Faktor psikologis  memegang peranan pada onset,
berat, eksaserbasi, atau bertahannya nyeri.
• Gejala atau defisit bukan disengaja atau dibuat-buat.
• Nyeri tidak dijelaskan dengan gangguan mood,
kecemasan, atau psikotik dan tidak memenuhi kriteria
dispareunia.
Jenis Jenis Gangguan Nyeri

• Gangguan nyeri berasosiasi dengan faktor


psikologis
• Gangguan nyeri berasosiasi dengan baik faktor
psikologis maupun kondisi medik umum
• Gangguan nyeri berasosiasi dengan kondisi medik
umum

Spesifikasi :
• Akut : durasi kurang dari 6 bulan
• Kronik : durasi 6 bulan atau lebih
Gambaran Klinis
• Pasien dengan gangguan nyeri bukan
merupakan kelompok yang uniform tapi
merupakan kumpulan heterogen.
• Pasien dengan ganguan nyeri memiliki riwayat
panjang akan perawatan medik dan bedah.
• Komplikasi dapat berupa gangguan akibat
penggunaan zat, karena pasien berusaha
mengurangi nyeri dengan konsumsi alkohol dan
zat lainnya.
Diagnosis Banding

• Nyeri Fisik Murni

• Gangguan Somatoform Lain


Perjalanan Penyakit dan Prognosis

• Gangguan nyeri biasanya timbul secara


mendadak dan semakin bertambah parah dalam
beberapa minggu atau bulan. Prognosis dapat
bervariasi.
• Prognosis buruk terjadi jika ditemukan adanya
masalah tertentu yang melatarbelakangi.
Terapi

• Rehabilitasi
• Farmakoterapi seperti analgetika  tidak
bermanfaat pada pasien dengan gangguan
Nyeri.
• Antidepresan seperti Trisiklik dan Selective
Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI), adalah
obat-obatan yang sangat efektif.
Gangguan Somatoform Tidak
Terdiferensiasi
• Kriteria diagnosis berdasarkan DSM-IV-TR :
• Satu atau lebih keluhan fisik
• Terdapat salah satu dari di bawah ini :
 setelah pemeriksaan yang tepat, setiap
gejala pada poin A tidak dapat dijelaskan
sepenuhnya berdasarkan kondisi medik
umum atau akibat efek zat tertentu
 bila terdapat kondisi medik umum yang
berhubungan, maka keluhan fisik atau
hendaya sosial atau pekerjaan lebih
hebat dari yang diharapkan
• Gejala mengakibatkan distres psikologis atau
hendaya berat dalam bidang sosial,
pekerjaan, atau bidang lainnya.
• Durasi minimal 6 bulan.
• Gangguan tidak lebih baik dijelaskan dengan
gangguan mental lainnya (seperti gangguan
somatoform lainnya, disfungsi seksual,
gangguan mood, gangguan cemas, gangguan
tidur, atau gangguan psikotik).
• Gejala bukan disengaja atau dibuat-buat.
Gangguan Somatoform Yang
Tidak Dapat Ditentukan
• Pseudocyesis : keyakinan yang salah bahwa
ia mengalami kehamilan.
• Gangguan melibatkan gejala hipokondriakal
nonpsikotik dengan durasi kurang dari 6 bulan.
• Gangguan melibatkan keluhan fisik yang tidak
dapat dijelaskan (contoh : kelelahan atau
badan lemah) dengan durasi kurang dari 6
bulan.

Anda mungkin juga menyukai