Pleno 5 Blok 3.3
Pleno 5 Blok 3.3
Tn. Anwar, 62 tahun, dikonsultasikan ke bagian psikiatri karena tiga hari ini bicara kacau, berteriak-
teriak dan mengatakan ada harimau di balik jendela yang akan menerkamnya. Pagi hari ia terlihat normal dan
bicara menyambung, namun sore dan malam hari kesadarannya berkabut, terlihat kacau, dan terdapat
disorientasi. Ia dikenal sebagai penderita gagal ginjal, terakhir kadar ureum darah 214 mg/dL dan kreatinin 5,2
mg/dL, tanpa riwayat gangguan jiwa. Hal ini membuat istrinya cemas dan sedih, sehingga anak mereka khawatir
depresi ibunya kambuh lagi.
Anak Tn. Anwar berpikir mungkinkah keluarganya akan mengalami nasib seperti tetangganya yang
memiliki dua anak dengan gangguan jiwa? Apakah ada pengaruh genetik? Anak-anak tetangganya sering
mengamuk, bicara tidak menyambung, berhalusinasi dan berwaham bahwa dia adalah aktor terkenal. Kedua
anak tetangga tersebut harus menjalani kontrol dan mengonsumsi obat secara teratur. Pada saat kontrol mereka
diantar oleh ayahnya yang berpenampilan aneh dan eksentrik, banyak yang mengira si ayah adalah dukun.
Pasien berikutnya adalah Tn. Budi yang berusia 35 tahun, datang dengan keluhan sering tiba-tiba
panik, sesak nafas, jantung berdebar kencang, dan berkeringat dingin sejak enam bulan ini, kadang ia merasa
seperti tercekik dan mau mati. Serangan ini muncul 2-5 kali sehari, ia merasa dirinya menderita sakit jantung
sehingga sering datang berobat ke berbagai dokter dan ahli jantung. Walaupun telah diperiksa dan dinyatakan
jantungnya normal, Tn. Budi masih yakin ada kelainan pada jantungnya. Dokter yang sebelumnya memberikan
obat penenang dan anticemas, yang selalu dibawa sebagai antisipasi bila muncul rasa cemasnya. Ia takut untuk
keluar rumah, terlihat seperti fobia pada keramaian,namun sebenarnya ia khawatir terjatuh dan tak ada yang
menolongnya debaran jantungnya kambuh saat ia bepergian seorang diri.
Saat ini kemana mana Tn. Budi harus diantar oleh istrinya, yang menjadi kesal karena beranggapan
setiap orang harus melakukan tugas sendirian. Istrinya merupakan seorang yang perfeksionis, teratur dan harus
sesuai jadwal, rumah harus selalu rapi, dan ia akan marah bila ada yang mengubah susunan barang dirumahnya.
Pertengkaran sering terjadi dirumahnya. Ketika mengantar suaminya berobat, istri Tn. Budi kaget karena ada
seorang pria yang tiba-tiba membuka celana dan memperlihatkan alat kelamin yang kemudian segera lari. Istri
Tn Budi berkata dalam hati bahwa orang itu harus berobat ke dokter jiwa.
• Faktor perilaku
• Pengalaman Buruk
• Faktor Genetik
Manifestasi Klinis
- Terapi perilaku
- terapi keluarga
- hipnosis
FOBIA SOSIAL
PENGERTIAN
• Kriteria G
Ketakutan atau sikap menghindar tersebut tidak
disebabkan oleh efek fisiologik zat atau kondisi
medik umum atau gangguan mental lain (gangguan
panik dengan atau tanpa agoraphobia, gangaguan
dismorfik, gangguan perkembangan prevasif, atau
dengan gangguan kepribadian skizoid)
• Kriteria H
Bila terdapat kondisi medik umum atau gangguan
mental lain, ketakutan pada kriteria A tidak
berhubungan dengannya (gagap, Parkinson, atau
gangguan perilaku makan seperti bulimia atau
anoreksia nervosa) Kriteria A merupakan kunci gejala
fobia sosial. Hal yang penting pada kriteria ini yaitu
adanya situasi yang dapat membangkitkan fobia yaitu
situasi yang dinilai atau diamati oleh orang lain dan
juga ketakutan akan memperlihatkan kecemasan atau
bertingkah dengan cara yang memalukan.
berdasarkan PPDGJ - III
Semua kriteria di bawah ini harus dipenuhi untuk
diagnosis pasti:
• gejala psikologis, perilaku atau otonomilk yang
timbul harus merupakan manifestasi primer dari
anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala
lain seperti misalnya waham atau pikiran obsesif;
• anxietasnya harus mendominasi atau terbatas pada
situasi sosial tertentu (outside the family circle);
dan
• menghindari situasi fobik harus atau sudah
merupaken gejala yang menonjol
• Bila terlalu sulit untuk membedakan antara
fobia sosial dengan agorafobia, hendaknya
diutamakan diagnosa agorafobia
TATALAKSANA
• Suatu kombinasi pharmacotherapy dan
psikoterapi pada umumnya diberikan untuk
para orang dengan fobia sosial
1. Terapi relaksasi
Terapi ini terdiri dari belajar untuk
menurunkan tegangan otot selama
beristirahat, ketika bergerak dan pada
situasi-situasi yang dapat menyebabkan
kecemasan. Terapi ini dapat dijadikan
sebagai pendamping terapi exposure
2. Medication (terapi obat)
• Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIS)
• Benzodiazepines
• Buspirone
• Propranolol
• Monoamine oxidase inhibitors (MAOIS)
3. Terapi Kognitif
terapis membantu klien mencari pikiran-pikiran
self-defeating dan mencari alternatif rasional
sehingga mereka bisa belajar menghadapi situasi-
situasi pembangkit kecemasan
4. Virtual Reality Exposure
Melalui proses pemaparan terhadap suatu seri
stimuli virtual yang makin bertambah menakutkan
dan hanya bila ketakutan sudah berkurang pada
langkah terdahulu, orang belajar untuk mengatasi
ketakutan dengan cara yang sama dengan
seandainya mereka mengikuti program pemaparan
gradual terhadap stimuli fobik dalam situasi aktual
5. Cognitive-Behavioral Therapy (CBT)
melakukan assessment independent dan self
report terhadap klien. Kemudian diikuti dengan
pelatihan dalam hal restrukturisasi keterampilan
kognitif, exposure yang diulang terhadap simulasi
dari situasi yang ditakuti dalam tiap sesi, dan
dihubungkan dengan homework assignments.
Setelah pelatihan tersebut dilakukan maka seluruh
rangkaian assessment independent dan self report
dilakukan kembali
6. Terapi pemaparan
• Klien mendapatkan instruksi untuk memasuki
situasi sosial yang makin penuh stres dan untuk
tetap tinggal dalam situasi tersebut sampai
dorongan untuk kabur sudah menjadi berkurang
• Terapis dapat membantu membimbing mereka
selama percobaan pada pemaparan, dan secara
bertahap menarik dukungan langsung sehingga
klien mampu untuk menghadapi sendiri situasi
tersebut
PROGNOSIS DAN PERJALANAN
PENYAKIT
• Fobia sosial biasanya mulai pada usia dini
sehingga dapat menyebabkan gangguan disemua
bidang akademik seperti rendahnya kemampuan
sekolah, menghindar dari sekolah, dan sering
putus sekolah.
Gangguan somatoform :
• adanya keluhan gejala fisik yang berulang yang
disertai permintaan pemeriksaan medis,
meskipun sudah berkali-kali terbukti hasilnya
negatif dan sudah dijelaskan oleh dokter bahwa
tidak ditemukan kelainan fisik yang menjadi
dasar keluhannya.
Klasifikasi
Menurut DSM V
Gangguan somatoform spesifik :
• Gangguan somatisasi
• Gangguan konversi
• Hipokondriasis
• Gangguan dismorfik tubuh
• Gangguan nyeri.
Klasifikasi
Kategori diagnostik residual, yaitu :
• Gangguan somatoform tidak terdiferensiasi
dan
• Gangguan somatoform yang tidak dapat
ditentukan.
GANGGUAN SOMATISASI
• banyaknya keluhan yang ada dan melibatkan
sistem organ multipel
• bersifat kronis dan disertai distres psikologis
bermakna, gangguan fungsi sosial dan
pekerjaan, dan perilaku mencari bantuan medis
yang berlebihan.
Epidemiologi
• 0,2 - 2 % pada wanita dan 0,2 % pada pria
• Biasanya gangguan somatisasi ini muncul
sebelum usia 30 tahun
• Sekitar 2/3 dari seluruh pasien dengan
gangguan somatisasi mempunyai gejala psikiatri
Etiologi
• Faktor psikososial
Penyebab gangguan somatisasi melibatkan
interpretasi gejala sebagai suatu tipe
komunikasi sosial, yang hasilnya berupa sikap
menghindari kewajiban (contoh : mengerjakan
pekerjaan yang tidak disukai), mengekspresikan
emosi (contoh : marah pada pasangan), atau
untuk melambangkan suatu perasaan atau
keyakinan (contoh : nyeri pada saluran
pencernaan)
Etiologi
• Faktor biologis
Pasien memiliki gangguan perhatian dan kognitif
yang dapat menyebabkan persepsi dan
penilaian yang salah terhadap input
somatosensorik
Etiologi
Faktor genetika
• 10-20 % sanak saudara wanita derajat pertama
dari pasien
• 29% pada kembar monozigot
• 10% pada kembar dizigotik.
Kriteria diagnostik
A. Riwayat banyaknya keluhan fisik sejak
sebelum usia 30 tahun yang muncul dalam
banyak periode selama beberapa tahun dan
terdapat hendaya berat dalam kehidupan
sosial, pekerjaan, atau bidang penting lainnya.
Kriteria diagnostik
B. Setiap kriteria di bawah ini harus ada :
• Faktor biologis
hipometabolisme pada hemisfer dominan dan
hipermetabolisme pada hemisfer nondominan
dan telah melibatkan gangguan komunikasi
hemisfer
Kriteria Diagnosis
• Satu atau lebih gejala atau defisit mempengaruhi
fungsi sensorik atau motorik volunter yang mendukung
kondisi neurologis atau kondisi medis umum lainnya.
Spesifikasi tipe :
• Dengan gejala atau defisit motorik
• Dengan gejala atau defisit sensorik
• Dengan kejang
• Dengan gambaran campuran
Gambaran Klinis
• Paralisis, kebutaan, dan mutisme paling sering
ditemukan
• Biasanya berhubungan dengan gangguan
kepribadian pasif-agresif, ketergantungan,
antisosial, dan histrionik
• Gejala sensorik biasanya berupa anestesia dan
parestesia, terutama pada ekstremitas
Gambaran Klinis
• Gejala motorik meliputi gerakan abnormal,
gangguan postur tubuh, kelemahan, dan
paralisis atau paresis
• Pria = wanita
• Spesifikasi bila :
Dengan tilikan diri buruk : bila, hampir
sepanjang waktu selama episode kini, penderita
tidak menyadari bahwa keyakinannya memiliki
penyakit serius tersebut berlebihan atau tidak
beralasan.
Gambaran Klinis
• merasa yakin dirinya memiliki penyakit serius
yang belum terdeteksi, dan tidak dapat
diyakinkan sebaliknya
• Keyakinan tersebut bertahan tanpa
menghiraukan hasil pemeriksaan laboratorium
negatif
• Hipokondriasis sering disertai depresi atau
cemas
Diagnosis Banding
• Faktor psikodinamika.
• Faktor perilaku.
• Faktor interpersonal.
• Faktor biologis.
Diagnosis
Spesifikasi :
• Akut : durasi kurang dari 6 bulan
• Kronik : durasi 6 bulan atau lebih
Gambaran Klinis
• Pasien dengan gangguan nyeri bukan
merupakan kelompok yang uniform tapi
merupakan kumpulan heterogen.
• Pasien dengan ganguan nyeri memiliki riwayat
panjang akan perawatan medik dan bedah.
• Komplikasi dapat berupa gangguan akibat
penggunaan zat, karena pasien berusaha
mengurangi nyeri dengan konsumsi alkohol dan
zat lainnya.
Diagnosis Banding
• Rehabilitasi
• Farmakoterapi seperti analgetika tidak
bermanfaat pada pasien dengan gangguan
Nyeri.
• Antidepresan seperti Trisiklik dan Selective
Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI), adalah
obat-obatan yang sangat efektif.
Gangguan Somatoform Tidak
Terdiferensiasi
• Kriteria diagnosis berdasarkan DSM-IV-TR :
• Satu atau lebih keluhan fisik
• Terdapat salah satu dari di bawah ini :
setelah pemeriksaan yang tepat, setiap
gejala pada poin A tidak dapat dijelaskan
sepenuhnya berdasarkan kondisi medik
umum atau akibat efek zat tertentu
bila terdapat kondisi medik umum yang
berhubungan, maka keluhan fisik atau
hendaya sosial atau pekerjaan lebih
hebat dari yang diharapkan
• Gejala mengakibatkan distres psikologis atau
hendaya berat dalam bidang sosial,
pekerjaan, atau bidang lainnya.
• Durasi minimal 6 bulan.
• Gangguan tidak lebih baik dijelaskan dengan
gangguan mental lainnya (seperti gangguan
somatoform lainnya, disfungsi seksual,
gangguan mood, gangguan cemas, gangguan
tidur, atau gangguan psikotik).
• Gejala bukan disengaja atau dibuat-buat.
Gangguan Somatoform Yang
Tidak Dapat Ditentukan
• Pseudocyesis : keyakinan yang salah bahwa
ia mengalami kehamilan.
• Gangguan melibatkan gejala hipokondriakal
nonpsikotik dengan durasi kurang dari 6 bulan.
• Gangguan melibatkan keluhan fisik yang tidak
dapat dijelaskan (contoh : kelelahan atau
badan lemah) dengan durasi kurang dari 6
bulan.